Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

DAMPAK KORUPSI TERHADAP KERUSAKAN


LINGKUNGAN

Disusun oleh

KELOMPOK : 11

Anni Kholilah Lubis ( 20140218 )

Yulida Putri ( 20140053 )

Dosen Pengampu : Erwin Siregar, M.pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS PENDIDIKAN PENGETAHUAN SOSIAL DAN BAHASA
(INSTITUT PENDIDIKAN TAPANULI SELATAN)
T.A 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “Dampak terhadap
kerusakan lingkungan” Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Anti
Korupsi.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen kami bapak Erwin Siregar,
M.Pd yang telah memberikan tugas dan semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah dapat memberikan informasi bagi pengembangan wawasan


dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Padang Sidimpuan, 01 Juni 2023

Penyusun

ii i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Perlunya Bimbingan dan Konseling............................ 3
B. Pengertian Konsep Dasar Bimbingan di SD......................................... 4
C. Fungsi dan Peranan Bimbingan Konseling........................................... 6
D. Tujuan Bimbingan dan Konseling........................................................ 8
E. Sifat Bimbingan dan Konseling............................................................ 8
F. Asas- Asas Bimbingan dan Konseling................................................. 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.......................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sudah cukup lama dipahami sebagai
bagian integral dari pendidikan modern. Walaupun sebagai suatu konsep
bimbingan dan konseling baru dikenal pada tahun 60-an, namun sebagai
suatu fungsi atau kegiatan pendidikan, bimbingan sudah dilaksanakan
dalam praktik pendidikan sehari-hari sejak munculnya gerakan pendidikan
nasional yang dipelopori Ki Hajar Dewantara.
Latar belakang perlunya bimbingan dan konseling di sekolah
karena adanya: kesadaran akan perlunya sistem pengajaran dan pelayanan
kependidikan yang berpusat pada kebutuhan dan karakteristik anak,
kesadaran akan perlunya penerapan konsep demokrasi dalam pendidikan,
kesadaran akan permasalahan individu dalam kehidupan masyarakat yang
selalu berubah dan berkembang, kesadaran akan persoalan yang akan
dihadapi dalam kehidupan mereka.
Bimbingan dan konseling perlu diberikan kepada siswa Sekolah
Dasar karena sebagai individu yang telah berkembang, siswa tidak bisa
luput dari tekanan dari dalam diri dan tuntutan dari lingkungannya. Dalam
upaya mencapai tugas-tugas perkembanganya, siswa tidak cukup diberi
pengajaran saja, tetapi juga perlu mendapat bantuan yang bersifat
individual untuk dapat mengambangkan seluruh potensi yang memiliki
secara optimal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian bimbingan konseling?
2. Apa tujuan bimbingan konseling di sd?
3. Bagaimana asas bimbingan konseling di sd?
4. Bagaimana sifat bimbingan konseling di sd?
5. Apa fungsi bimbingan konseling di sd?

1
C. Tujuan
1. Memahami pengertian bimbingan konseling
2. Memahami tujuan bimbingan konseling di sd
3. Memahami asas bimbingan konseling di sd
4. Memahami sifat bimbingan konseling di sd
5. Memahami fungsi bimbingan konseling di sd

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Dampak Korupsi Terhadap Kerusakan Lingkungan


a. Pengertian korupsi
SECARA umum korupsi adalah penyalahgunaan kekuasaan untuk
kepentingan pribadi. Tentu saja definisi itu dapat melahirkan berbagai bentuk
pengertian dan penjabaran. Karena itu, dalam setiap publikasi mengenai
korupsi perlu ada catatan atau batasan serta tujuannya.

Transparency International (TI) mempublikasikan indeks korupsi 180 negara pada


awal tahun ini dengan memakai persepsi pebisnis dan ahli. Sumber informasinya
berasal dari pandangan pejabat eksekutif, legislatif, yudikatif, polisi dan
tentara/militer dengan basis pertanyaan yang meminta penilaian mereka terhadap
perilaku penggunaan jabatan untuk keuntungan pribadi.

Agregasi pendapat mereka melahirkan persepsi mengenai seberapa besar korupsi


di suatu negara. Transparency International menggunakan beberapa indikator
penting, antara lain korupsi dalam sistem politik. Korupsi jenis ini bisa berupa
konflik kepentingan antara politisi dan pelaku usaha, termasuk pembayaran ekstra
atau suap dalam hubungan kerja mereka. Selain itu korupsi umumnya terjadi di
jajaran eksekutif, dari eselon tertinggi hingga terendah, maupun anggota legislatif
berupa suap untuk mempengaruhi pembuatan regulasi.

Basis lain kajian indeks persepsi korupsi Transparency International adalah


jumlah pejabat publik yang dituntut dan dihukum serta keberhasilan pemerintah
memberantas korupsi. Juga prosedur dan akuntabilitas penggunaan dana publik,
termasuk kemungkinan penyalahgunaan sumber daya publik, profesionalisme
penyelenggara negara, bekerjanya badan audit yang independen maupun risiko
individu/perusahaan berhadapan dengan suap atau praktik korupsi lainnya dalam
menjalankan bisnis.

3
Berdasarkan pendekatan itu, indeks korupsi Indonesia pada 2022 sebagai berikut:

Pertama, indeks korupsi turun dari 38 menjadi 34. Tertinggi Denmark (90),
terendah Yaman (16). Pada 1995, indeks korupsi Indonesia mendekati indeks
Yaman saat ini, yaitu 19. Pada akhir periode pertama pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2009), indeks korupsi naik sebesar 26 dan
naik lagi menjadi 32 pada akhir periode kedua pemerintahannya (2009-2014). Di
akhir pemerintahan periode pertama Presiden Joko Widodo (2019), penerusnya,
naik menjadi 38, tapi turun menjadi 34 pada 2022. 

Di antara negara-negara ASEAN, indeks persepsi korupsi Indonesia berada di


bawah Singapura (83), Malaysia (47), Timor Leste (42), Vietnam (42) dan
Thailand (36), tapi masih di atas Filipina (33), Laos (31), Kamboja (24) dan
Myanmar (23).

Transparency International menyebut korupsi menyebabkan terjadinya konflik


sosial, sehingga turut menjadi akar persoalan sulitnya mewujudkan integrasi antar
kelompok masyarakat. Oleh karena itu, korupsi berupa pengalihan dana publik
untuk kepentingan pribadi, pemberian pengaruh yang tidak proporsional terhadap
kebijakan pada sektor-sektor tertentu mengikis kepercayaan publik terhadap
kapasitas dan kesediaan negara menegakkan kebijakan.

Selain itu korupsi juga memperlemah peran lembaga keamanan dan penegakan
hukum dalam mendeteksi ancaman. Dalam kondisi begitu, secara tidak langsung
korupsi memberi insentif bagi kelompok garis keras memicu konflik sosial.

Kedua, analisis Transparency International menyebut bahwa indikator ekonomi


Indonesia mendapatkan tantangan besar. Penyebabnya perusahaan yang sedang
menerapkan sistem antikorupsi menghadapi kebijakan negara yang melonggarkan
kemudahan berinvestasi dengan melonggarkan upaya pencegahan korupsi.

Indikator politik tidak mengalami perbaikan signifikan. Korupsi politik masih


marak. Suap, gratifikasi, hingga konflik kepentingan antara politisi, pejabat

4
publik, dan pelaku usaha lazim terjadi. Bersamaan dengan itu, indikator
penegakan hukum antikorupsi belum efektif mencegah dan memberantas korupsi,
karena masih adanya praktik korupsi di lembaga penegakan hukum. Dalam
kondisi seperti itu, pemerintah perlu menjamin kebebasan sipil dan ruang aspirasi
publik dalam pencegahan korupsi, pembentukan regulasi hingga implementasi
kebijakan pembangunan.

Bersamaan dengan telaah indeks korupsi Transparency International itu, indeks


kinerja lingkungan (environment performance index/EPI) pada 2022 secara global
juga turun. Penelitian di Universitas Yale dan Columbia, Amerika Serikat,
menunjukkan sebagian besar negara tidak bisa mencapai tujuan net-zero atau
keseimbangan produksi emisi gas rumah kaca dan penyerapannya, termasuk
Amerika Serikat.

Memberi peringkat 180 negara melalui 40 indikator kinerja yang mencakup


perubahan iklim, kesehatan lingkungan masyarakat, dan vitalitas ekosistem, EPI
menghasilkan analisis tentang tren keberlanjutan tingkat negara. Indeks ini juga
menjadi penilaian kinerja tingkat global dan nasional pada isu keberlanjutan
termasuk polusi udara dan air, pengelolaan limbah, perlindungan keanekaragaman
hayati dan habitat, serta transisi menuju masa depan penggunaan energi bersih.

Beberapa indikator seperti tata kelola yang baik, komitmen terhadap perbaikan
kebijakan serta investasi lingkungan, memisahkan negara-negara yang bergerak
menuju masa depan yang berkelanjutan dengan negara-negara yang
mengabaikannya. Negara dengan skor tinggi memiliki program melindungi
kesehatan masyarakat, melestarikan sumber daya alam, dan mengurangi emisi gas
rumah kaca.

Peringkat kinerja lingkungan hidup 2022 berkorelasi dengan peringkat korupsi.


Negara dengan korupsi yang rendah memiliki peringkat lingkungan yang bagus.
Denmark yang memiliki indeks persepsi korupsi tinggi muncul sebagai negara
paling berkelanjutan di dunia. Mempertahankan peringkat pertama sejak 2020,

5
nilai tertinggi Denmark mencerminkan kinerja yang kuat di banyak masalah,
dengan kepemimpinan dalam kebijakan perubahan iklim serta pertanian
berkelanjutan. 

Untuk negara-negara di ASEAN, urutan indeks lingkungan dari yang tertinggi


sampai yang terendah adalah Singapura (51), Thailand (38), Timor Leste (35),
Malaysia (35), Laos (31), Kamboja (30), Filipina (29), Indonesia (28), Vietnam
(20) dan Myanmar (20). Indeks ini tidak terlalu konsisten dengan urutan indeks
korupsi, kecuali untuk yang tertinggi, yaitu Singapura dan terendah Myanmar.

Indonesia mempunyai indeks lingkungan lebih rendah daripada Laos, Kamboja,


dan Filipina, tetapi indeks korupsinya lebih tinggi. Malaysia, Thailand dan Timor
Leste memiliki peringkat pengendalian korupsi lebih baik daripada Indonesia juga
memiliki peringkat lingkungan hidup yang lebih bagus.

Dengan melihat posisi indeks korupsi dan peringkat lingkungan hidup negara-
negara ASEAN itu, kita bisa melihat bahwa kinerja pemerintahan yang utama
adalah pengendalian kerusakan lingkungan hidup, terutama yang disebabkan oleh
korupsi, yang juga menyebabkan kerusakan sumber daya alam yang lebih luas. 

Menggabungkan indeks korupsi dan peringkat lingkungan hidup, posisi Indonesia


sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Perhatian pemerintah pusat dan daerah
terhadap pencegahan korupsi tampak semakin menurun. Apalagi menjelang
pemilihan presiden seperti saat ini.

Seperti umumnya periode menjelang pemilihan umum, indeks korupsi dan


peringkat lingkungan hidup tak menjadi perhatian para politikus. Akibatnya,
kerusakan lingkungan hidup yang naik berkorelasi dengan meningkatnya korupsi.

b. Dampaknya
Melihat kinerja KPK dalam beberapa tahun belakangan ini memang
menunjukkan capaian yang tidak mengecewakan. Dengan conviction
rate yang 100 persen berarti bahwa dalam semua kasus yang dibawa ke

6
pengadilan tindak pidana korupsi dapat dibuktikan mereka bersalah.
Dengan ratusan kasus besar yang ditangani KPK, tentunya conviction
rate 100 persen bukanlah hal yang mudah dicapai. Sebagai
perbandingan, banyak negara di dunia memiliki tingkat conviction rate
tidak lebih dari 20 persen, meski jumlah kasus yang ditanganinya masih
bisa dihitung dengan jari. Selain itu, jumlah uang dan aset negara yang
berhasil dikembalikan KPK juga tidak mengecewakan, yakni sekitar Rp
800 miliar dari upaya penindakan, dan sekitar Rp 6 triliun dari upaya
pencegahan.

Meski demikian, kita menyadari bahwa pengembalian keuangan negara masih


terlalu kecil dibanding tingkat kerusakan yang telah terjadi akibat korupsi. Jumlah
uang pengganti dan denda yang dibebankan kepada para koruptor hanya sebesar
jumlah yang dapat dibuktikan di pengadilan. Padahal penderitaan yang dialami
oleh negara dan seluruh masyarakat sangat luar biasa dan jauh lebih besar dari
sekadar jumlah uang pengganti dan denda yang diputuskan oleh pengadilan.

Suap yang diberikan oleh pengusaha untuk mendapatkan perizinan, misalnya.


Tentunya diharapkan oleh penyuap akan menghasilkan keuntungan (benefit) yang
jauh lebih besar dari jumlah suap yang telah diberikannya. Karena itu, para
penegak hukum perlu memperhatikan dan mempertimbangkan hal ini sebagai
komitmen dan keberpihakan kepada masyarakat banyak yang telah menjadi
korban tindak pidana korupsi.

Secara ekonomi, korupsi sebesar Rp 5 miliar yang dilakukan empat tahun yang
lalu tentunya bernilai tidak sama bila dibandingkan dengan Rp 5 miliar saat ini.
Karena itu, perlu dipikirkan dan dihitung berapa nilai sekarang atas suatu
kejahatan korupsi yang dilakukan beberapa tahun yang lalu serta dampak
kerusakan yang telah ditimbulkannya.

Dampak yang terjadi menyangkut banyak hal, termasuk kerusakan lingkungan


seperti longsor dan banjir, atau dampak tidak langsung yang dirasakan

7
masyarakat, seperti kehilangan hak pada pendidikan, kesehatan, dan lapangan
pekerjaan. Berapa banyak kerusakan bisnis sebagai akibat maraknya praktek suap-
menyuap dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Berapa banyak
perusahaan yang kehilangan kesempatan dan kalah bersaing hanya karena tidak
mau mengikuti praktek suap-menyuap. Hal ini tentunya berdampak pada
persaingan usaha yang tidak sehat dan mengarah pada penurunan daya saing
nasional.

Dari penjelasan tersebut, jelaslah bahwa kuantifikasi dampak kerusakan dari


tindak pidana korupsi perlu diperhitungkan secara lebih komprehensif. Penegakan
hukum dalam pemberantasan korupsi perlu memperhatikan sisi lain, yakni
mengembalikan hasil korupsi kepada pihak-pihak yang menjadi korban atas
tindakan korupsi tersebut. Berbagai konsep perhitungan perlu dipersiapkan,
seperti time value of money serta yang lainnya. Untuk melakukan hal tersebut,
tentunya semua pihak perlu memberi sumbangan pemikiran sehingga dapat
bermanfaat dalam menjadikan Indonesia tempat yang nyaman untuk berkehidupan
di muka bumi.

Dampak kerusakan yang diakibatkan oleh korupsi seharusnya dapat dihitung


dengan memperhitungkan multiplier yang dirasakan oleh korban tindakan korupsi
tersebut. Dengan demikian, bila terjadi suap sebesar Rp 5 miliar, maka dampak
yang bisa dihitung adalah Rp 5 miliar x multiplier. Multiplier inilah yang perlu
ditetapkan oleh para ahli sehingga dapat diakui secara bersama, yang hasilnya
akan dikembalikan kepada para korban dari penyuapan tersebut, yakni masyarakat
dan negara yang dirugikan karena ancaman banjir, tanah longsor, kekurangan air
bersih, penurunan permukaan tanah, penurunan kesehatan, buruknya infrastruktur
dan sanitasi, kehilangan kesempatan kerja, dan lain-lain.

Komitmen bersama
Dampak kerusakan akibat korupsi sekarang sudah sangat terasa dan makin hari
semakin parah. Upaya represif yang dilakukan penegak hukum dengan
memenjarakan para pelaku korupsi tidak dapat mengembalikan kondisi pada

8
keadaan semula. Dengan jumlah uang pengganti dan denda yang sangat minim
dan sering kali dikurangi dengan subsider tahanan badan, yang juga mendapatkan
pengurangan dari remisi, hasilnya semakin menjauh dari rasa keadilan
masyarakat. Karena itu, perlu dipikirkan alternatif lain apakah membawa tuntutan
perdata kepada para pelaku korupsi dengan jumlah yang telah diperhitungkan
sebagai dampak kerusakan akibat korupsi yang telah dia lakukan. Perusahaan
yang kalah bersaing karena ada kompetitor yang melakukan penyuapan kepada
pejabat pemerintah dapat melakukan gugatan atas kerugian yang dialaminya
sebagai dampak dari penyuapan tersebut.

Karena itu, perlu segera dipikirkan formula untuk kuantifikasi dampak kerusakan
akibat korupsi. Sebagai contoh, apabila terjadi suap oleh sebuah perusahaan
kepada pejabat di suatu instansi pemerintah, pada laporan rugi laba perusahaan
penyuap dapat dihitung sebagai berikut:

Anda mungkin juga menyukai