KONSELING
“Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling yang
diampu oleh Bapak Dr. Sudjani, M.Pd.”
Disusun Oleh :
Fadia Mayra A. 1801481
Siti Fatimah M. P. 1802017
Anisa Kania F. 1802023
Anandanti Restu Bumi T. H. 1803889
Aida Fatiya Rahmah 1808022
Teguh Amrullah 1808081
Yunika Rizqya Juariah 1808393
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (konselor) kepada individu yang
mengalami suatu masalah (konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan saran yang
ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk
mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan
yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup. Bimbingan dan konseling terdapat
di berbagai instansi termasuk di dalam instansi sekolah dengan konseli seorang siswa.
Untuk lebih memahami bimbingan dan konseling, maka perlu mengetahui berbagai hal
tentang bimbingan dan konseling termasuk komponen-komponen yang ada.
3. Bagaimanakah implementasinya?
1.3. TUJUAN
2. Mengetahui tujuan dari berbagai macam komponen dalam bimbingan dan konseling.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PELAYANAN DASAR
Pelayanan dasar adalah proses pemberian bantuan kepada seluruh siswa melalui kegiatan
penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara
sistematis dalam rangka mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap
dan tugas-tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan
memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya.
Di Amerika Serikat sendiri, istilah pelayanan dasar ini lebih populer dengan sebutan
kurikulum bimbingan (guidance curriculum). Tidak jauh berbeda dengan pelayanan
dasar, kurikulum bimbingan ini diharapkan dapat memfasilitasi peningkatan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan tertentu dalam diri siswa yang tepat dan sesuai dengan tahapan
perkembangannya (Bowers & Hatch dalam Fathur Rahman).
Tujuan pelayanan ini adalah sebagai upaya untuk membantu siswa agar:
Fokus pengembangan pelayanan dasar dirumuskan dan dikemas atas dasar standar
kompetensi kemandirian antara lain mencakup pengembangan: (1) self-esteem, (2)
motivasi berprestasi, (3) keterampilan pengambilan keputusan, (4) keterampilan
pemecahan masalah, (5) keterampilan hubungan antar pribadi atau berkomunikasi, (6)
penyadaran keragaman budaya, dan (7) perilaku bertanggung jawab. Sedangkan hal-hal
yang terkait dengan perkembangan karir (terutama di tingkat SMP/SMA) mencakup
pengembangan: (1) fungsi agama bagi kehidupan, (2) pemantapan pilihan program studi,
(3) keterampilan kerja professional, (4) kesiapan pribadi (fisik-psikis, jasmaniah-
rohaniah) dalam menghadapi pekerjaan, (5) perkembangan dunia kerja, (6) iklim
kehidupan dunia kerja, (7) cara melamar pekerjaan, (8) kasus-kasus kriminalitas, (9)
bahayanya perkelahian masal (tawuran), dan (10) dampak pergaulan bebas.
2
Implementasi program pelayanan dasar bisa melalui bimbingan klasikal, artinya program
yang dirancang menuntut guru untuk melakukan kontak langsung dengan peserta didik di
kelas secara terjadwal. Selain bimbingan klasikal yaitu pelayanan orientasi. Pelayanan ini
merupakan kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan Sekolah/Madrasah,
untuk mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru
tersebut. Layanan orientasi bisa dilakukan di Sekolah maupun diluar sekolah. Setelah
layanan orientasi dilanjut dengan pelayanan informasi. Pelayanan ini bersifat pemberian
informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik melalui
komunikasi langsung maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik,
seperti: buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet). Program BK selanjutnya adalah guru
BK memberikan bimbingan kelompok, bimbingan ini disebut bimbingan kelompok
dengan tujuan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Terakhir adalah
pelayanan pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data atau
informasi tentang pribadi peserta didik, dan lingkungan peserta didik.Pengumpulan data
ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes.
3
peserta didik. Pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan berbagai instrumen, baik
tes maupun non-tes.
Masalah (gejala perilaku bermasalah) yang mungkin dialami siswa diantaranya : (1)
merasa cemas tentang masa depan, (2) merasa rendah diri, (3) berperilaku impulsif
(kekanak-kanakan atau melakukan sesuatu tanpa mempertimbangkannya secara matang),
(4) membolos dari sekolah/madrasah, (5) malas belajar, (6) kurang memiliki kebiasaan
belajar yang positif, (7) kurang bisa bergaul, (8) prestasi belajar rendah, (9) malas
beribadah, (10) masalah pergaulan bebas (free sex), (11) masalah tawuran, (12)
manajemen stres, dan (13) masalah dalam keluarga.
Implementasi program pelayanan ini dapat berupa konseling individual dan kelompok,
referral (rujukan atau alih tangan), kolaborasi dengan guru mata pelajaran atau wali kelas,
kolaborasi dengan orang tua, kolaborasi dengan pihak-pihak terkait di luar sekolah,
konsultasi, bimbingan teman sebaya, konferensi kasus dan kunjungan rumah.
Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada siswa agar mampu merumuskan
dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan
pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan
kesempatan yang tersedia di lingkungannya. Menurut Yusuf (2005) layanan perencanaan
individual dapat diartikan sebagai layanan bantuan kepada siswa agar mampu membuat
dan melaksanakan perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan
dan kelemahan dirinya. Perencanaan inidividual ini meliputi rencana pendidikan, karir,
dan sosial pribadi sehingga rencana tersebut diharapkan dapat diimplementasikan oleh
siswa bersangkutan sesuai dengan kemampuan.
Strategi yang digunakan dalam layanan perencanaan individual adalah konsultasi dan
konseling (Juntika & Sudianto, 2005). Sedangkan isi dari layanan ini meliputi bidang
pendidikan, bidang karir, dan bidang sosial pribadi. Menurut Gysbers (2006), strategi
dalam layanan perencanaan individual, meliputi :
4
a. Individual appraisal, individu diminta oleh konselor untuk menginterpretasi tentang
bakat, minat, keterampilan, dan prestasi yang ada dalam dirinya sendiri.
c. Transition planning, konselor bekerjasama dengan pihak guru yang lain membantu
individu untuk membuat rencana apakah akan melanjutkan sekolah, bekerja, atau
mengikuti training/kursus.
d. Follow up, konselor bekerjasama dengan pihak guru yang lain menindaklanjuti dari
data yang diperoleh untuk kemudian dievaluasi.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu siswa agar memiliki pemahaman tentang diri dan
lingkungannya, mampu merumuskan tjuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap
perkembangan dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dan
dapat melakukan kegiatan berdasarkan pemahaman, tujuan, dan rencana yang telah
dirumuskannya. Melalui pelayanan perencanaan individual, siswa diharapkan dapat:
5
a. Pengembangan Jejaring (Networking)
Pengembangan jejaring yang menyangkut kegiatan guru BK meliputi:
1) Konsultasi dengan guru-guru,
2) Menyelenggarakan program kerjasama dengan orang tua atau masyarakat,
3) Berpartisipasi dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan
sekolah/madrasah,
4) Bekerjasama dengan personel sekolah/madrasah lainnya dalam rangka
menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan
siswa,
5) Melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berkaitan erat dengan
bimbingan dan konseling, dan
6) Melakukan kerjasama atau kolaborasi dengan ahli lain yang terkait dengan
pelayanan bimbingan dan konseling.
b. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara,
dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan:
(a) pengembangan program, (b) pengembangan staf, (c) pemanfaatan sumber daya,
dan (d) pengembangan penataan kebijakan.
Purwoko (2008: 59) menjelaskan bahwa layanan penempatan dan penyaluran adalah
serangkaian kegiatan bantuan yang diberikan kepada siswa agar siswa dapat
menempatkan dan menyalurkan segala potensinya pada kondisi yang sesuai. Mulyadi
(2003:26) menjelaskan bahwa layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan
bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan
dan penyaluran yang tepat (misalnya penempatan dan penyaluran di dalam kelas,
kelompok belajar, jurusan atau program studi, program latihan, magang, kegiatan
ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya.
6
Layanan penempatan di dalam kelas itu merupakan jenis layanan yang paling sederhana
dan mudah dibandingkan dengan layanan penempatan penyaluran lainnya.Namun
demikian, penyelenggaraannya tidak boleh diabaikan. Penempatan masing-masing siswa
secara tepat akan membawa keuntungan sebagai berikut.
b. Bagi guru, khususnya dalam kaitannya dengan pengelolaan kelas dengan penempatan
yang tepat menjadi lebih mudah menggerakkan dan mengembangkan semangat
belajar siswa.
Penempatan dan Penyaluran Lulusan dapat dilakukan dengan penempatan dan penyaluran
siswa pada pendidikan lanjutan, penempatan dan penyaluran ke dalam jabatan/pekerjaan
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu Evaluation. Dalam buku “Essentials of
Educational Evaluation”, Edwind Wand dan Gerald W. Brown, mengatakan bahwa :
“Evaluation rafer to the act or prosses to determining the value of something”. Jadi
menurut Wand dan Brown, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari pada sesuatu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa evaluasi
terhadap kegiatan bimbingan dan konseling, mengandung tiga aspek penilaian, yaitu:
a. Tujuan Umum
1) Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah
memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling.
2) Mengetahui tingkat efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program
bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
3) Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan
dan konseling ditujukan untuk:
a) Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
b) Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan
konseling.
c) Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau
perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
7
d) Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha
menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apakah sudah ada
atau belum diberikan kepada siswa di sekolah/madrasah.
2) Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukkan ke dalam
program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
3) Untuk membantu kepala sekolah/madrasah, guru-guru termasuk pembimbing atau
konselor dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka dalam memahami dan
memenuhi kebutuhan tiap-tiap siswa.
4) Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan yang
perlu diadakan perbaikan-perbaika.
5) Untuk mendorong semua personil bimbingan agar bekerja leih giat dalam
mengembangkan program-program bimbingan.
a. Memberikan umpan balik (feed back) kepada guru pembimbing (konselor) untuk
memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan konseling.
b. Memberikan informasi kepada pihak pimpinan sekolah, guru mata pelajaran, dan
orang tua siswa tentang perkembangan sikap dan perilaku, atau tingkat ketercapaian
tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara bersinergi atau berkolaborasi
meningkatkan kualitas implementasi program bimbingan dan konseling di
sekolah/madrasah.
b. keterlaksanaan program;
e. respon peserta didik, personel sekolah/madrasah, orang tua, dan masyarakat terhadap
pelayanan bimbingan;
8
Pelaksanaan evaluasi program ditempuh melalui langkah-langkah berikut.
c. Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelah data diperoleh maka data itu
dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum
dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.
d. Melakukan tindak lanjut (follow up). Berdasarkan temuan yang diperoleh, maka dapat
dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan, yaitu (1)
memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan
tujuan yang ingin dicapai, dan (2) mengembangkan program, dengan cara mengubah
atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau
efektivitas program.
Hasil evaluasi menjadi umpan balik program yang memerlukan perbaikan, kebutuhan
peserta didik yang belum terlayani, kemampuan personil dalam melaksanakan program,
serta dampak program terhadap perubahan perilaku peserta didik dan pencapaian prestasi
akademik, peningkatan mutu proses pembelajaran dan peningkatan mutu pendidikan.
9
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
3.2. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah di atas masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Maka, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk dapat
meningkatkan kualitas makalah pada masa mendatang.
10
DAFTAR PUSTAKA
Yantika, Novat. (2015). Komponen-komponen Layanan dan Konseling. [Online]. Diakses
dari http://novatyantika.blogspot.com/2015/03/komponen-komponen-layanan-
bimbingan-dan.html?m=1.
11