Anda di halaman 1dari 19

COVER

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "Problematika
Mismanagement dalam Pendidikan".
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis berharap semoga karya ilmiah yang ini dapat memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Jakarta, 31 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................3

C. Tujuan........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Pengertian Mismanagement......................................................................4

B. Bentuk-bentuk Mismanajemen yang Terjadi............................................4

C. Alasan Mismanajemen Bisa Terjadi........................................................10

D. Cara Mengatasi Mismanagement............................................................10

BAB III PENUTUP................................................................................................14

A. Kesimpulan..............................................................................................14

B. Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen pendidikan adalah tolok ukur yang baik dalam dunia pendidikan,
baik mutu pendidikan, sangat tergantung pada manajemen banyak masalah yang terjadi
di dunia pendidikan karena tujuan dan kebijakan yang diambil oleh manajer dalam
pendidikan tidak akurat. Untuk dapat menyelesaikan berbagai masalah, maka perlu
dilakukan penelitian ke arah itu agar pendidikan memiliki kualitas yang baik dan
signifikan bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Peningkatan mutu pendidikan nasional telah dilakukan dengan meningkatkan
kurikulum, meningkatkan kualitas pendidik, menyediakan fasilitas dan infrastruktur,
meningkatkan kesejahteraan guru, meningkatkan organisasi sekolah, meningkatkan
manajemen, pengawasan dan regulasi. Ini penting bagi pemerintah untuk dilakukan,
mengingat bahwa pendidikan terkait dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia
Indonesia. Komitmen Pemerintah dan Parlemen Indonesia dalam upaya memajukan
sektor pendidikan semakin menguat setelah diadopsinya beberapa produk hukum baru di
bidang pendidikan 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu dengan
mendelegasikan otoritas pendidikan ke daerah dan mendorong otomatisasi di tingkat
sekolah, dan melibatkan masyarakat dalam mengembangkan program pendidikan. dan
mengembangkan sekolah lain.1
Begitu pula dengan UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP
RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan merupakan kebijakan yang
diarahkan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional.2 Kehadiran Undang-
Undang Guru dan Dosen, menempatkan peran sentral pendidik dalam meningkatkan
kualitas pendidikan sebagai sesuatu yang tidak dapat diabaikan. Tenaga pendidik, baik
guru atau dosen sebagai jiwa atau roh bagi batang tubuh pendidikan. Dalam konteks
bangsa Indonesia, peningkatan mutu pendidikan merupakan sarana pembangunan di
bidang pendidikan nasional dan merupkan bagian integral dari upaya peningkatan
kualitas manusia Indonesia secara menyeluruhan. Pendidikan merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu ingin berkembang dan berubah.

1
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam
Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 8.
2
Syafaruddin dan Nurmawati, Pengelolaan Pendidikan Menembangkan Keterampilan Menejemen
Pendidikan Menuju Sekolah Efektif (Medan: Perdana Publising, 2011), hlm. 68.

1
Pendidikan mutlak ada dan selalu diperlukan selama ada kehidupan. Hal ini senada
dengan batasan resmi mengenai pendidikan, yaitu usaha yang dijalankan dengan
sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia ke arah
yang diinginkan sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja, teratur dan
berencana.
Berbicara tentang pendidikan, itu tidak bisa hanya mengandalkan pendidikan
formal (sekolah), tetapi harus mencakup kegiatan pendidikan yang sedang berlangsung.
Pendidikan bisa dilakukan di mana saja. Pihak yang bertanggung jawab atas pendidikan
tidak hanya guru di sekolah, tetapi juga keluarga atau masyarakat, ini yang paling
penting. Permintaan akan sumber daya pendidikan yang berkualitas dan profesional
adalah suatu keharusan di era global, reformasi informasi dan pendidikan. Indikator
perubahan saat ini yang dapat diamati adalah bahwa beberapa tenaga kependidikan telah
meningkatkan upaya profesional mereka dengan melanjutkan tingkat pendidikan yang
lebih tinggi, lembaga pendidikan telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi,
memulai dan telah meningkat menuju manajemen berbasis sekolah, yang memberikan
otonomi luas pada tingkat sekolah.
Dengan demikian, sekolah bebas untuk mengelola sumber daya dan sumber
pendanaan dengan mengalokasikannya sesuai dengan kebutuhan prioritas, dan lebih
responsif terhadap kebutuhan setempat. 3 Jadi, dalam pengelolaan peningkatan kualitas
pendidikan membutuhkan sumber daya (pemimpin, guru, dan staf administrasi) yang
memiliki kemampuan profesional dan integritas dalam mengelola pendidikan.
Pendidikan yang berkualitas adalah keinginan rakyat, bangsa dan negara. Namun
pendidikan di Indonesia khususnya masih belum sepenuhnya memenuhi harapan
masyarakat. Fenomena ini ditandai dengan rendahnya mutu kelulusan, resolusi masalah
pendidikan yang belum selesai, atau cenderung tumpang tindih masalah bahkan lebih
berorientasi pada suatu proyek. Dengan ini, sebagai akibatnya masyarakat sering kecewa
dengan hasil pendidikan yang belum membaik dari sebelumnya. Kualitas kelulusan
pendidikan tidak sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan pembangunan baik dari sektor
industri, perbankan, telekomunikasi dan sektor pasar tenaga kerja lainnya cenderung
menuntut keberadaan sekolah. Bahkan sumber daya manusia (SDM) disiapkan melalui
pendidikan sebagai generasi penerus bangsa dalam keberagaman budaya nasional.

3
Nur Kolis, Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi (Bandung: PT. Gamedia
Widiasarana Indonesia, 2005), hlm. 54

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu mismanajemen ?
2. Apa saja bentuk mismanajemen yang terjadi ?
3. Mengapa mismanajemen bisa terjadi ?
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi mismanajemen ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian mismanajemen.
2. Untuk mengetahui bentuk mismanajemen yang terjadi ?
3. Untuk mengetahui alasan mismanajemen bisa terjadi ?
4. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi mismanajemen ?

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN MISMANAJEMEN
Mismanajemen adalah suatu kesalahan/kekeliruan tindakan pada saat proses
pemberian bimbingan atau fasilitas-fasilitas manajer itu berlangsung, atau
mismanajemen terjadi karena adanya kesalahan tindakan pada saat proses pencapaian
tujuan sedang berlangsung.4
Mismanajemen adalah suatu kaidah-kaidah, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep
dalam manajemen yang diterapkan suatu perusahaan atau instansi namun tidak atau
belum dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegagalan tersebut dapat berupa
kegagalan waktu (tidak sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan), maupun
kegagalan proses (system kerja yang dipakai kurang tepat sasaran atau kurang tepat
guna).5

B. BENTUK-BENTUK MISMANAJEMEN YANG TERJADI


1. Filosofi Tujuan Pendidikan Masih Semu
Filosofi pendidikan yang ada pada Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU
Sisdiknas terkonsentrasi pada aktivitasguru, dosen atau pendidik. Filosofi pendidikan
yang demikian akan menelikung kemampuan kreativitas peserta didik dan
pedagoginya cenderung bersifat naratif dan indoktrinatif. Filosofi Tujuan Pendidikan
Nasional seharusnya : mendampingi dan mengantar peserta didik kepada
kemandirian,kedewasaan, kecerdasan, agar menjadi manusia profesional (artinya
memiliki keterampilan (skill), komitmen padanilai-nilai dan semangat dasar
pengabdian/pengorbanan) yang beriman dan bertanggung jawab akan
kesejahteraandan kemakmuran warga masyarakat, nusa dan bangsa Indonesia.
2. Pola Fikir Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Cenderung Financial Oriented
Anggaran Pendidikan 20 % belum tentu menjamin kualitas pendidikan ini
lebih baik, selama pendidik dan tenagakependidikan bekerja untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Yang terjadi sekarang denganmelimpahnya
materi untuk jabatan pendidik terkesan justru meninabobokan mereka.

4
https://www.academia.edu/8525608/MODUL_I_ARTI_SARANA_DAN_FUNGSI_MANAJEMEN
diakses pada 31 Maret 2023 pukul 08.00 WIB.
5
T. Hani Handoko, Manajemen, BPFEE : Yogyakarta, 1984 hal 22

4
Mereka berfikir bagaimanasupaya gaji besar dan jarang yang berfikir
bagaimana memperbaiki kualitasnya sebagai bentuk feedback dari semua fasilitasnya
sebagai pendidik.
Adanya sertifikasi guru belum tentu menjamin guru itu terpanggil untuk
memperbaiki kualitasnya.
3. Paradigma Tujuan Pendidikan Dimasyarakat Masih Banyak Yang Salah.
Masyarakat terutama di pedesaan masih berparadigma bahwa pertama,
tujuan pendidikan adalah untuk mendapatkan pekerjaan semata bukan untuk
mendewasakan peserta didik, kedua, masih banyak masyarakat yang berpandangan
bahwa ukuran kesuksesan dari pendidikan adalah menjadi PNS, jadi meskipun ia
berhasil dalam bidang materi namun tidak menjadi PNS/ berseragam dinas mereka
menganggap bahwa pendidikannya telah gagal. Paradigma tujuan pendidikan yang
masih memprihatinkan meskipun terkesan sepele namun cukup fatal karena
akanmembentuk pola fikir anak didik yang salah pula.
4. Paradigma Peserta Didik Yang Sertificate Oriented
Paradigma ini masih melekat dalam benak kebanyakan peserta didik, mereka
masih berfikir bahwa sekolah inihanyalah untuk mendapatkan pekerjaan yang
bersifat formal semata.
Masalah lebih serius lagi ketika merekaberanggapan bahwa pekerjaan itu bisa
mudah dengan selembar ijazah, Implikasinya adalah mereka menganggapbahwa
ijazah kelulusan adalah segala-galanya, konsekwensinya adalah mereka tidak belajar
serius selama proses pendidikannya dan tidak memilki kualitas, apalagi untuk belajar
seumur hidup. sehingga mereka berfikir bagaimanasaya supaya lulus ujian bukan
bagaimana supaya memilki kompetensi dan skill.
5. Manajemen Pendidikan Di Indonesia Tidak Berbasis Kompetensi Yang Sebenarnya
Kalimat kompetensi yang saat ini banyak tersurat dalam sistem pendidikan
dan dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM), dipandang masih bersifat bias,
tidak mengena dan tampak hanya tekstual semata tidak pada essensi yang
sebenarnya.6 Hal ini sangat tampak terlihat jika melihat kasus-kasus seperti ini,
jangankan lulusan SMA/SMK orang yang sarjana pun bingung sebenarnya dia bisa
apa, punya kompetensi apa, apakah kompeten dalam bidangnya atau tidak, ditambah
lagi ketika mereka melanjutkan ke perguruan tinggi tanpa mempertimbangkan

6
https://id.scribd.com/document/414155922/10-Masalah-Dalam-Bidang-Atau-Manajemen diakses
pada 31 Maret 2023 pkul 08.05 WIB

5
potensi diri dan kompetensi yang sudah ia miliki. Satu refleksi kegagalan pendidikan
yang sangat fatal, dimana pendidikan sebnarnya tidak berbasis kompetensi yang
sebenarnya.
6. Implementasi Manajemen Pendidikan Kan Dalam Simbolisme Verbal Dan Tekstual.
Ini berkaitan dengan maslah kultur dimana pendidik dan tenaga kependidikan
menganggap bahwa ia hanyalah melakukan tugas secara formal dan rutinitas dan
berkaitan pula dengan masalah SDM nya yang kurang berkualitas.
Jangankan dalam melaksanakan inovasi pendidikan, dalam
mengimplementasikan manajemen yang ada pun mereka masih berprinsip asal
melaksanakan, sehingga ia mengimplementasikannya itu hanyalah sebatas
simbolisme verbal dan tekstual semata yang penting melaksanakan tuntutan aturan
yang ada namun bekerja seperti biasa saja seadanya.
7. Pendidikan Tidak Berbasis Cita-Cita Peserta Didik
Masalah yang paling fatal dalam pendidikan kita adalah sampai saat ini
pendidikan kita sama sekali tidak dengan sesungguhnya ingin mencerdaskan dan
ingin mendidik supaya generasi muda mendapatkan masa depan yang jelas.
Manajemen pendidikan kita belum memperhatikan dan belum menganggap penting
untuk mengembangkan anak sesuai dengan potensinya.
Harus diakui bahwa peserta didik kita mayoritas sama sekali tidak memiliki
cita-cita untuk menjadi apa kelak, meskipun ada yang yang punya mungkin itu
bersifat semu dan hanya pengakuan verbal semata. Yang terjadi adalah mereka
belajar secara ngambang dan tidak memiliki arah yang jelas yang penting berangkat
sekolah. Satu hal lagi yang lebih penting adalah manajemen pendidikan kita tidak
mengarahkan anak untuk mewujudkan cita-citanya namun bagaimana anak supaya
bisa menghapal semua materi pelajaran tanpa terkecuali.
8. Sistem Kurikulum Yang Gemuk Dan Tidak Berbasis Potensi
Masalah yang tidak kalah pelik dalam sistem pendidikan kita adalah
kurikulum bersifat gemuk dan tidak berbasis potensi peserta didik, manajemen kita
memaksakan anak untuk menguasasi seluruh materi yang dikurikulumkan, tidak
pernah mempertimbangkan apakah materi tersebut sesuai dengan potensinya atau
tidak.

6
Sehingga yang terjadi adalah peserta didik hanya dijadikan objek penderita
yang seperti robot. Konsekwensinya adalah pesertadidik berkembang bukan
berdasarkan potensinya namun seolah-olah karena keterpaksaan.
9. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kurang Inovatif.
Ketika pendidik dan tenaga kependidikan masih berpola fikir bahwa tugasnya
adalah mengajar, bekerja hanya melaksanakan tugas dan rutinitas semata, maka akan
sulit lingkungan pendidikan itu berubah menjadi lebih baik. Mereka justru tidak
merasa berkewajiban untuk melakukan inovasi manajemen pendidikan supaya hasil
pendidikannya jauh lebih baik.
10. Sistem Seleksi CPNS Tidak Berbasis Kompetensi Bidang Studi
Disinilah mungkin awal mula keterpurukan dunia pendidikan kita, seleksi
CPNS keguruan sampai saat ini tidak berbasis kompetensi bidang studi, namun
dengan sistem generalisasi, semua disamakan.
Akibatnya peluang CPNS Keguruan yang lolos bukan berdasarkan
kompetensinya sangat terbuka. Masalah pokok dalam dunia pendidikan di Indonesia
yang perlu mendapat perhatian khusus adalah kurangnya seorang pengajar ataupun
orang tua dalam mengenali, dan menggali potensi sorang anak. Seringkali para
pendidik dan orang tua memaksakan kehendak tanpa pernah memperhatikan
kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswa/ anak sehingga membuat sorang
anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. proses yang baik adalah memberikan
kesempatan pada anak untuk kreatif, itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya
berfikir anak tidak bisa diarahkan.
11. Pendidikan Identik Dengan Hafalan Berbasi “Kunci Jawaban”, Bukan Pada
Pengertian.
Ujian Nasional, tes masuk perguruan tinggi, dll, semua berbasis hafalan.
sampai tingkat sarjana, mahasiswa diharuskan hafal rumus-rumus ilmu pasti dan
ilmu hitung lainnya, bukan diarahkan untuk memahami dan bagaimana
menggunakan rumus-rumus tersebut.· Karena berbasis hafalan, murid-murid di
sekolah di Indonesia dijejali sebanyak mungkin pelajaran. Mereka dididik menjadi
“Jack of all trades, but master of none” (tahu sedikit-sedikit tentang banyak hal tapi
tidak menguasai apapun).·
Karena berbasis hafalan, banyak pelajar Indonesia bisa menjadi juara dalam
Olimpiade Fisika dan Matematika tapi hampir tidak pernah ada orang Indonesia

7
yang memenangkan Nobel atau hadiah Internasional lainnya yang berbasis inovasi
dan kreatifitas.

Permasalahan manajemen pendidikan di sekolah negeri7 :


1. Garis komando, pengendali, pengawasan diterapkan sistem hierarki ( bertingkat ).
Mulai dari pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal, Sekretariat Jenderal, Dinas Pedidikan daerah dan kepala sekolah sebagai
pemangku jabatan “ Top Management “ di tingkat penyelenggara pendidikan
( sekolah ) yang bersinggungan langsung dengan pekerja ( guru ).
Dalam hal ini, kepala sekolah tidak memiliki wewenang untuk memberikan
sanksi langsung kepada guru yang tidak melaksanakan tugas dan kewajiban dengan
baik. Kewenangan memberikan sanksi tegas kepada guru yang indisipliner dilakukan
oleh BKD ( Badan Kepegawaian Daerah ), yang notabennya secara struktur
organisasi tidak berda langsung di bawah Kementrian Pendidikan Nasional. Hal ini
tidak relevan sebab BKD berada di bawah kewenangan pemerintah daerah.
2. Setiap lembaga penyelenggara pendidikan dari tingkat SD dan SMP, mendapatkan
dana BOS untuk menyelenggarakan proses pendidikan bagi seluruh siswa.
Jadi, seluruh siswa di sekolah – sekolah nusantara berhak mendpatkan
pendidikan cuma – cuma ( gratis ), baik biaya pendidikan masuk dan SPP dan buku
mata pelajaran. Ironisnya, banyak sekolah – sekolah negeri tetap memungut biaya
awal pendidikan dengan mengatasnamakan “Biaya Sukarela”.
Disinyalir pula, sekolah – sekolah berperan sebagai “Book Dealer Store”,
yang berfungsi sebagai pendistribusi buku – buku LKS ( Lembar Kerja Siswa )
penerbit kepada siswa dengan mematok harga diluar harga resmi penerbit, hal ini
ditenggarai sebagai praktek komersialisasi sekolah yang berorientasi pada
keuntungan ( profit ).
3. Dikotomi kewenangan manajemen di sekolah – sekolah negeri berbasis prinsip
keagamaan, yaitu Madrasah Ibtidaiyah ( MI ), Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) dan
Madrasah aliyah ( MA ).
Hendaknya dihilangkan dan dikembalikan kepada fungsi manajemen yang
sebenarnya.

7
http://firman25.blogspot.com/2013/10/masalah-pokok-mis-manajemen.html?m=1 diakses pada 31
Maret 2023 pukul 08:15 WIB

8
Permasalahan manajemen pendidikan di sekolah swasta :
1. Kepala sekolah sebagi pemangku jabatan “ Top Management “ di sekolah langsung
bertanggung jawab kepada pemilik sekolah ( Yayasan ).
Ketika kepala sekolah mendapatkan guru tidak disiplin di dalam
melaksanakan tugas dan kewajibanya, maka kepala sekolah memiliki wewenag
untuk meberikan sanksi tanpa meminta keputusan kepada atasannya ( Yayasan ).
2. Dengan menerapkan klasifikasi swasta pada lembaga penyelenggara pendidikan
(sekolah).
Membuat sekolah – sekolah swasta menolak menerima dana BOS, dengan
alasan mereka dapat mandiri dan mampu untuk menyelenggarakan proses
pendidikan dari pungutan (Uang pangkal dan SPP) kepada siswa. Sehingga banyak
sekolah swasta, dengan dalih mengklaim sebagai “ Market Label “mereka.
3. Menjadi sekolah Intenational, sekolah National plus, sekolah National, sekolah
Terpadu ( Integrated School ),
Dengan seenaknya membandrol biaya pendidikan (biaya masuk, SPP dan
Buku Pelajaran) dengan tarif mahal. Dan untuk sekolah – sekolah yang bertarif
mahal ini hanya dapat dinikmati oleh masyarakat kalangan menengah ke atas
(middle-up society). Hal ini tentu saja akan menimbulkan kesenjangan sosial dan
akan menimbulkan istilah sekolah kaya (swasta) dan sekolah miskin (negeri).
4. Peneyelenggaraan pendidikan sekolah MI, MTs dan MA dengan kualifikasi sekolah
swasta.
Menurut penilaian masyarakat merupakan lembaga penyelenggara
pendidikan yang berada pada stratifikasi (lapisan) terendah, karena rendahnya
kualitas SDM (guru) dan peserta didik yang mayoritas berasal dari golongan
masyarakat kelas bawah.
Terlepas dari output (jebolan lulusan) yang dihasilkan oleh penyelenggara
pendidikan (sekolah) negeri atau swasta, apakah berkualitas atau memiliki daya
guna dan saing untuk menghadapi era globalisasi dan teknologi ini. Seyogyanya
pemerintah dengan tegas melalui Departemen Pendidikan Nasional mengembalikan
dan menjalankan fungsi manajemen kependidikan yang berbasis kualitas yang
optimal (TQM = Total Quality Management) dan harus diejawantahkan
(implementasikan) pada lembaga penyelenggara tingkat pendidikan (sekolah) baik
negeri, swasta maupun berbasis keagamaan.

9
Berpijak dari keharusan bahwa seluruh masyarakat Indonesia berhak
mengenyam pendidikan dasar dan hingga sekolah lanjutan tingkat atas (SMA, SMK
dan MA), sebagaimana termaktub dalam pasal 31 UUD 1945, “Setiap warga Negara
berhak mendapatkan pengajaran (pendidikan)”. Sehingga tujuan dan cita – cita
mulia untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang memiliki sumber daya yang
unggul dan tangguh dengan berlandaskan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan terwujud.

C. ALASAN MISMANAJEMEN BISA TERJADI


Soekarno K (1985) menyebutkan sebab timbulnya mismanajemen untuk sementara
waktu dapat diutarakan di sini8, antara lain:
1. Belum adanya pola struktur organisasi yang uniform (seragam)
2. Belum adanya kesatuan bahasa atau saling pengertian dalam manajemen
3. Belum adanya “management mindedness” disementara pejabat manajer
4. Belum adanya keseragaman tentang cara dan tata kerja antara instansi yang satu
dengan yang lain
5. Tidak efektifnya pelaksanaan pengawasan
6. Kurang tepatnya koordinasi
7. Tidak sesuainya rencana dengan kesanggupan ataupun kemampuan pelaksanaan
rencana itu
8. Terjadi perbedaan pendapat antara pejabat dengan pelaksana
9. Pejabat kalangan atas merasa lebih penting dari yang lain-lain, atau merasa lebih
berhak dan merasa lebih dari yang sewajarnya
10. Adanya birokratisme

D. CARA MENGATASI MISMANAJEMEN


Adapun langkah – langkah kongkret yang harus diimplementasikan oleh
Departemen Pendidikan Nasional,9 selaku lembaga pemegang kewenangan dalam proses
penyelenggaraan pendidikan adalah, sbb :
1. Mengambil alih tugas dan wewenang penyelenggaraan pendidikan di sekolah –
sekolah berbasis keagamaan ( MI, MTs dan MA ) dari Departemen Agama.
8
http://chumhienk-mhienk.blogspot.com/2011/01/masalah-pendidikan-di-indonesia.html diakses pada
31 Maret 2023 pukul 09:00 WIB
9
http://www.slideshare.net/IRMAHERDIANTI/makalah-kurikulum-dan-pembelajaran-kelompok-4-
3600128 diakses pada 31 Maret 2023 pukul 09:08 WIB

10
Hal ini dilakukan agar terciptanya sinkronisasi dan relevansi tugas dan
kewenangan yang berasal dari satu lembaga penyelenggara pendidikan. Sehingga
tidak terjadi benturan kepentingan dan konflik yang berpotensi menimbulkan
kerancuan dan keraguan dalam hal penerapan kebijakan.
2. Menghilangkan Stratifikasi ( Pelapisan ) istilah sekolah swasta dan negeri.
Dengan mengganti istilah dengan sekolah berprestasi, unggulan dan rintisan
unggulan. Agar penempatan siswa pada sekolah – sekolah berdasarkan prestasi
akademik maupun non- akademik (bakat dan minat) akan tepat sasaran (match and
link). Sehingga langkah ini akan menghilangkan istilah sekolah kaya dan miskin.
Karena dengan kebijakan ini, berpotensi akan menempatkan siswa – siswa dari
berbagai latar belakang ekonomi dan sosial yang berbeda, berkumpul dalam satu
sekolah yang sama.
3. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional harus berani dan tegas untuk
memaksakan sekolah – sekolah swasta yang berbasis International, National Plus,
National dan Terpadu untuk menerima dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
tanpa terkecuali.
Apabila sekolah – sekolah tersebut tidak mau menerima dana BOS tersebut,
maka pemerintah melalui Kementrian Depdiknas berhak memberikan sanksi dengan
mencabut ijin operasional sekolah tersebut.
4. Pemerintah harus memberlakukan pendidikan gratis untuk seluruh sekolah dan
tingkatan serta berbasis apapun, hingga tingkat SMA, SMK dan MA.
Seluruh biaya penyelenggaraan pendidikan, seperti biaya masuk (uang
pangkal), SPP, buku pelajaran dan lembar kerja siswa ( LKS ), seragam harus bebas
biaya tanpa dipungut sepeserpun dan tanpa dalih apapun.
Apabila pihak sekolah yang melanggar kebijakan ini. Maka, Departemen
Pendidikan Nasional melalui Badan Kepegawaian Penegakkan Kebijakan dan
Displin yang bertanggunjawab langsung dibawah Kementrian DEPDIKNAS, berhak
memberikan sanksi berat dan tegas kepada pelaku (oknum) pelanggar.
5. Memberikan wewenang yang luas kepada Kepala Sekolah, sebagai “Top
Management “ di sekolah. Untuk memberikan sanksi berat dan tegas kepada guru
dan pegawai yang melanggar aturan (indispliner).

11
Peningkatan mutu pendidikan melalui MBS ini berlandaskan pada asumsi bahwa
sekolah/madarasah akan meningkat mutunya jika kepala sekolah bersama guru, orangtua
siswa dan masyarakat setempat diberi kewenangan yang cukup besar untuk mengelola
kegiatannya sendiri.10 Oleh karena itu sudah saatnya sekolah diberi kewenangan bersama
seluruh komponen masyarakat yang ada disekolah untuk merencanakan, melaksanakan,
mengorganisir kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan pembelajaran disekolah masing-
masing, dan untuk menghindari sebab-sebab tersebut dapat ditempuh antara lain:
Pertama, pembentukan suatu pola organisasi yang uniform mutlak adanya. Sebab
jika tidak, dapat mudah timbul kesimpangsiuran atau dobel, overlapping dan lain-lain,
meskipun penyusunan tersebut secara garis besar. Ini penting oleh karena struktur organisasi
menggambarkan macam-macam, jenis serta banyak sedikitnya jabatan-jabatan yang ada
pada organisasi tersebut, sehinga besar kecilnya organisasi harus diselaraskan dengan
banyak sedikitnya tugas pekerjaan yang hendak dilakukan.
Cara berorganisasipun harus diubah, bukan siapa yang didahulukan tetapi apa. Cara
berorganisasi yang mendahulukan orang-orang yang hendak memangku jabatan/tugas
pekerjaan adalah salah besar. Sebab dengan jalan ini tidak akan tercapai penempatan orang-
orang yang tepat pada tempatnya (the riht man in the right place). Karena itu harus
diubah/ditentukan terlebih dahulu jabatan/tugas apa yang ada baru dicarikan orang-orangnya
yang hendak memangkuh jabatan tersebut. Jika prinsip belakangan ini dijalankan usaha-
usaha kearah the right man in the right place dapat terjamin. Artinya sesuatu tugas pekerjaan
benar-benar dipangkuh oleh orang yang ahli dalam bidangnya, cakap dan sanggup serta
mampu menjalankan tugas.
Jadi yang prinsipil ialah bukan orang-orangnya dikumpulkan dulu, baru kemudian
dicarikan tugas pekerjaan, tetapi sebaliknya ditentukan tugas-tugas pekerjaan baru dicarikan
orang-orangnya.
Kedua, adanya kesatuan bahasa atau saling pengertian dalam manajemen mutlak
perlu kalau menghendaki pelaksanaan usaha tersebut berlangsung dengan baik dan lancar.
Sebab perbedaan bahasa dapat menimbulkan salah pengertian atau mindednes yang
membawah akibat kelambatan atau kemacetan jalannya pekerjaan disana sini. Untuk itu
perlu segera diciptakan adanya suatu pedoman dasar (doktrin) manajemen yang dapat
dipergunakan sebagai pegangan bagi setiap pejabat yang menjalankan manajemen. Di

10
http://kurniawanharman.blogspot.com/2011/11/tugas-sistem-informasi-manajemen-2.html diakses
pada 31 Maret 2023 pukul 09:16 WIB

12
samping itu harus secepat mungkin doktrin tersebut ditanamkan, disebarkan dan
dikembangkan secara merata dan menyeluruh kesegenap penjuru tanah air terus menerus.
Ketiga, kesemuanya itu belum dapat dikatakan sempurna, bila faktor human relation
tidak diberi tempat yang utama, sebab berhasil atau tidaknya sesuatu usaha terletak pada
manusianya. Manajemen adalah usaha yang dilakukan oleh orang-orang bersama-sama
untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki. Oleh karena masalah manajemen adalah
menyangkut orang-orang yang menyelenggarakan usaha, mau tidak mau harus diakui bahwa
untuk berhasilnya sesuatu usaha mutlak perlu adanya hubungan yang baik antara manusia
yang satu dengan yang lain dalam suasana bekerja. Sebab meskipun struktur organisasi baik,
tetapi kalau tidak ada hubungan yang baik dan harmonis antara pejabat yang satu dengan
yang lain (secara perorangan, bukan dinas) pasti mismanajemen yang muncul. Jadi
persoalan hubungan kemanusiaan memegang peranan penting dalam mengsukseskan
manajemen.
Sistem konco atau sistem famili bisa juga membantu dalam manajemen, namun harus
diingat bahwa sistem ini kalau diteruskan sangat tidak baik dan akan membawa pengaruh
yang dalam seperti dengan konotasi jelek dari birokrasi (burasystem = birokratis). Oleh
sebab hal di atas, kata sistem konco atau famili harus ditekan dengan merubah sistem kerja
sama.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mismanajemen adalah suatu kaidah-kaidah, prinsip-prinsip, dan konsep-konsep
dalam manajemen yang diterapkan suatu perusahaan atau instansi namun tidak atau
belum dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegagalan tersebut dapat berupa
kegagalan waktu (tidak sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan), maupun
kegagalan proses (system kerja yang dipakai kurang tepat sasaran atau kurang tepat
guna)
Bentuk-bentuk mismanajemen
1. Filosofi Tujuan Pendidikan Masih Semu
2. Pola Fikir Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Cenderung Financial Oriented
3. Paradigma Tujuan Pendidikan Dimasyarakat Masih Banyak Yang Salah.
4. Paradigma Peserta Didik Yang Sertificate Oriented
5. Manajemen Pendidikan Di Indonesia Tidak Berbasis Kompetensi Yang Sebenarnya
6. Implementasi Manajemen Pendidikan Kan Dalam Simbolisme Verbal Dan Tekstual.
7. Pendidikan Tidak Berbasis Cita-Cita Peserta Didik
8. Sistem Kurikulum Yang Gemuk Dan Tidak Berbasis Potensi
9. Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kurang Inovatif.
10. Sistem Seleksi CPNS Tidak Berbasis Kompetensi Bidang Studi
11. Pendidikan Identik Dengan Hafalan Berbasi “Kunci Jawaban”, Bukan Pada
Pengertian.
Solusi atau cara mengatasi mismanajemen
1. Mengambil alih tugas dan wewenang penyelenggaraan pendidikan di sekolah –
sekolah berbasis keagamaan ( MI, MTs dan MA ) dari Departemen Agama.
2. Menghilangkan Stratifikasi ( Pelapisan ) istilah sekolah swasta dan negeri.
3. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional harus berani dan tegas untuk
memaksakan sekolah – sekolah swasta yang berbasis International, National Plus,
National dan Terpadu untuk menerima dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS )
tanpa terkecuali.
4. Pemerintah harus memberlakukan pendidikan gratis untuk seluruh sekolah dan
tingkatan serta berbasis apapun, hingga tingkat SMA, SMK dan MA.

14
5. Memberikan wewenang yang luas kepada Kepala Sekolah, sebagai “Top Management “
di sekolah. Untuk memberikan sanksi berat dan tegas kepada guru dan pegawai yang
melanggar aturan (indispliner).
B. SARAN
Berdasarkan pemaparan di atas dimana masih banyaknya mismanajemen yang terjadi di
Indonesia, alangkah baiknya bila pemerintah yang berada di tingkat pusat segera
mengevaluasi dan membenahi sistem yang ada di Pendidikan supaya pendidikan di
Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi. Hal tersebut harus segera dilakukan mengingat
penditingnya pendidikan bagi generasi penerus bangsa yang di kemudian hari akan
menggantikan untuk memimpin Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA
Dede, Rosyada. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
Handoko, T.Hani. Manajemen. 1984. Yogyakarta: BPFEE
Nur, Kolis. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah, Teori, Model dan Aplikasi. Bandung: PT.
Gamedia Widiasarana Indonesia.
Syafaruddin dan Nurmawati. 2011. Pengelolaan Pendidikan Menembangkan Keterampilan
Menejemen Pendidikan Menuju Sekolah Efektif. Medan: Perdana Publising.
https://www.academia.edu/8525608/
MODUL_I_ARTI_SARANA_DAN_FUNGSI_MANAJEMEN diakses pada 31
Maret 2023 pukul 08.00 WIB.
https://id.scribd.com/document/414155922/10-Masalah-Dalam-Bidang-Atau-Manajemen
diakses pada 31 Maret 2023 pkul 08.05 WIB
http://firman25.blogspot.com/2013/10/masalah-pokok-mis-manajemen.html?m=1 diakses
pada 31 Maret 2023 pukul 08:15 WIB
http://chumhienk-mhienk.blogspot.com/2011/01/masalah-pendidikan-di-indonesia.html
diakses pada 31 Maret 2023 pukul 09:00 WIB
http://www.slideshare.net/IRMAHERDIANTI/makalah-kurikulum-dan-pembelajaran-
kelompok-4-3600128 diakses pada 31 Maret 2023 pukul 09:08 WIB
http://kurniawanharman.blogspot.com/2011/11/tugas-sistem-informasi-manajemen-2.html
diakses pada 31 Maret 2023 pukul 09:16 WIB

16

Anda mungkin juga menyukai