Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan yang Diampu
oleh Dr. Nurtanio Agus Purwanto, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

Nashiruddin Abdul Aziz (19406241046)

Ana Wulandari (19406241048)

Muhammad Chifni Yusuf Mustofa (19406241054)

Faizatin Jaziilah Isnaini (19406244003)

Jihad Al-Afifi (19406244024)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya Karena dengan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan dengan
judul “Peningkatan Kualitas Pendidikan di Indonesia” dan dapat mengumpulkan
tepat pada waktunya. Kemudian sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dalam makalah yang kami susun. Oleh karena hal
tersebut, kami mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari
para pembaca khususnya dosen pengampu mata kuliah Manajemen Pendidikan
yaitu Dr. Nurtanio Agus Purwanto, S.Pd., M.Pd. Demikian kata pengantar dari
penulis, atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, 11 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................3

C. Tujuan...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Ide Perbaikan untuk Manajemen Peserta Didik dan Kurikulum...................4

B. Ide Perbaikan di Bidang Manajemen Pendidik dan Sarana-Prasarana.......10

C. Ide Perbaikan di Bidang Manajemen Pembiayaan dan Lingkungan Sekolah


14

BAB III PENUTUP..............................................................................................17

A. Kesimpulan.................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Era kemajuan dunia berbasis digital menyebabkan berbagai perubahan
yang dapat dirasakan hampir dalam setiap bidang kehidupan. Perubahan
tersebut salah satunya juga terasa di sektor pendidikan. Globalisasi telah
menghantarkan standar dan kualitas pendidikan dalam tatanan peradaban
yang mendunia. Hal tersebut menyebabkan setiap individu harus memiliki
daya saing secara global pula. Oleh sebab itu, pengembangan pendidikan
sangat penting untuk digalakkan guna menciptakan generasi unggul yang
kompetitif dan mampu menyikapi arus perubahan zaman (Rusniati,
2015:106).

Pendidikan merupakan aspek yang memiliki lingkup pembahasan sangat


luas dan berperan penting dalam proses globalisasi. Pendidikan berperan
penting dalam menopang kemajuan suatu bangsa (Titi Kadi, 2017: 145). Hal
tersebut karena pendidikan memiliki dampak yang bersifat
multidimensional. Masalah pendidikan berkaitan pula dengan pengembangan
sosial, budaya, ekonomi, politik, maupun sistem pemerintahan dalam
kehidupan masyarakat.

Era globalisasi ini, pendidikan menjadi faktor penentu dalam


perkembangan peradaban. Hal ini tentu saja selaras dengan pengertian
pendidikan sebagai jalan atau cara manusia untuk mencapai kehidupan yang
lebih baik. Pendidikan juga berperan menjawab kebutuhan masyarakat yang
selalu bersifat dinamis. Adanya perbedaan dalam metode dan strategi
pengembangan pendidikan antara satu negara dengan negara lainnya telah
membuka peluang adanya perubahan pandangan terhadap kualitas pendidikan
(Tholani, 2013:65).

Kualitas pendidikan di Indonesia masih belum optimal. Berdasarkan hasil


survei kemampuan dan hasil belajar siswa menurut Programme for
1
International Student Assessment (PISA) pada Desember 2019 di Paris,
Prancis menunjukkan Indonesia menempati peringkat ke-72 dari 77 negara.

2
PISA merupakan salah satu Lembaga survei pendidikan di dunia yang
mengevaluasi kemampuan siswa pada tingkatan pendidikan menengah.
Survei PISA dilaksanakan sekali dalam tiga tahun dan menyoroti pada tiga
aspek utama yaitu literasi, matematika dan sains (Prita Kusuma, 2020). Hal
ini tentu saja menjadi bahan refleksi tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Permasalahan belum optimalnya kualitas pendidikan di Indonesia


disebabkan oleh beberapa hal yang sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut
seperti tata kelola pendidikan Indonesia yang masih lemah, pemikiran
masyarakat Indonesia yang masih banyak menomorduakan kualitas
pendidikan, perbedaan besar antara sarana dan prasarana pendidikan di kota
dan di desa, kualitas tenaga pengajar yang kurang mumpuni, serta standar
evaluasi dan penilaian kinerja pendidikan yang masih belum optimal dan
kurang profesional (Siti F. N. Fitri, 2021: 1618).

Pendapat lain tentang penyebab kualitas pendidikan yang belum optimal


dikemukakan oleh Zulkarnaen (2019:22). Hasil penelitian Zulkarnaen
menjabarkan beberapa faktor yang menyebabkan belum optimalnya kualitas
pendidikan di Indonesia antara lain kualitas sarana fisik yang terbatas,
kesejahteraan guru yang belum terjamin sepenuhnya, mutu dan
profesionalisme kinerja guru yang belum optimal, ketercapaian prestasi
siswa yang masih terbatas, kesempatan memperoleh pendidikan yang belum
merata, pendidikan yang kurang memenuhi kebutuhan lapangan, dan biaya
pendidikan yang masih cenderung mahal. Beberapa faktor yang disebutkan
di atas hanyalah sebagian kecil dari kompleksnya masalah pendidikan.

Realitas yang dihadapi bahwa pendidikan Indonesia seolah kehilangan


arah dan orientasi tujuan (Setiawan, 2020:436). Tujuan pendidikan dalam
UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun ternyata hal
tersebut tidak mudah dilakukan mengingat seringkali tujuan pendidikan
terabaikan dan tergerus oleh keinginan dan kepentingan individu untuk
memperoleh keuntungan diri sendiri. Oleh sebab itu, komitmen
pemerintah dan seluruh

3
elemen masyarakat sangat penting dalam menyukseskan kemajuan dan
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan di atas


sangat penting untuk mengkaji upaya-upaya yang harus dilakukan dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal ini tentunya
harus dicermati dari berbagai aspek baik manajemen kurikulum, sarana
prasarana, tenaga pendidik, dan aspek-aspek lain yang diperlukan. Oleh
sebab itu, dalam makalah ini kami tertarik untuk mengkaji ide perbaikan
untuk kualitas Indonesia yang lebih baik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana ide perbaikan untuk manaemen peserta didik dan kurikulum?
2. Bagaimana ide perbaikan di bidang Manajemen pendidik dan sarana
prasarana?
3. Bagaimana ide perbaikan di bidang Manajemen pembiayaan dan
lingkungan sekolah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ide perbaikan untuk manaemen peserta didik dan
kurikulum
2. Untuk mengetahui ide perbaikan di bidang Manajemen pendidik dan
sarana prasarana
3. Untuk mengetahui ide perbaikan di bidang Manajemen pembiayaan dan
lingkungan sekolah

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ide Perbaikan untuk Manajemen Peserta Didik dan Kurikulum


1. Pengertian Manajemen Peserta Didik

Istilah manajemen peserta didik merupakan gabungan dari kata


“manajemen” dan kata “peserta didik”. Kata manajemen merupakan
terjemahan dari kata management, juga berasal dari bahasa Latin,
Prancis, dan Italia yaitu manus, mano, manage atau menege dan
maneggiare yang berarti melatih kuda agar dapat melangkah dan menari
seperti yang dikehendaki pelatihnya. Harold Koontz dan Cyryl O. Donel
mendefinisikan manajemen sebagai usaha mencapai suatu tujuan
tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian, manajemen
megadakan koordiansi atas segala aktivitas orang lain yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan
pengendalian. Dengan demikian, manjemen adalah suatu proses yang
dilakukan agar suatu usaha dapat berjalan dengan baik yang
memerlukan perencanaan, pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta
mempergunakan atau mengikutsertakan semua potensi yang ada baik
personal maupun material secara efektif dan efisien.1

Menurut Ambarita (2016:5) menyatakan bahwasanya manajemen


adalah suatu proses kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan
kepada sekelompok orang ke arah tujuan-tujuan organisasi. Manajemen
menitikberatkan terciptanya kerja sama yang melibatkan bimbingan atau
pengarahan kepada sekelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan

1
Badrudin. 2014. Manajemen Peserta Didik. Cetakan Pertama. Jakarta Barat: PT
Indeks. Basariah dan Leonard. 2018. Model Pembelajaran Quantum Learning
dengan Strategi Pembelajaran Tugas dan Paksa. Seminar Nasional dan Diskusi
Panel Multidisiplin Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Diakses
pada tanggal 10 November 2021. Hlm 11.

5
organisasi. Jadi, manajemen adalah suatu proses yang dilakukan agar
suatu usaha dapat berjalan dengan baik, memerlukan perencanaan,
pemikiran, pengarahan, dan pengaturan serta mempergunakan atau
mengikutsertakan semua potensi yang ada, baik personal maupun
material secara efektif dan efisien.

2. Prinsip Manajemen Peserta Didik.

Terdapat beberapa prinsip manajemen peserta didik yang menjadi


perhatian pengelola pendidikan. Beberapa prinsip manajemen yang
dimaksud dipaparkan oleh Syafaruddin dan Nurmawati (2011:254)
sebagai berikut:

a) Peserta didik harus diperlakukan sebagai subjek bukan objek


sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap
perencanaan dan pengambilan keputusan dengan kegiatan mereka.
b) Kondisi peserta didik sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik,
kemampuan intelektual, sosial, ekonomi, minat dan lainnya. Karena
itu diperlukan wahana kegiatan yang beragam sehingga setiap
peserta didik memiliki wahana untuk berkembang secara optimal.
c) Peserta didik hanya akan termotivasi belajar, jika mereka
menyenangi apa yang diajarkan.
d) Pengembangan potensi peserta didik tidak hanya menyangkut ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
3. Evaluasi Kegiatan Peserta Didik

Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk


menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi hasil belajar peserta didik berarti
kegiatan menilai proses dan hasil belajar siswa baik yang berupa
kegiatan ekstrakurikuler. Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat
kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran
yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan tujuan yang telah
ditetapkan.

a) Tujuan umum dari evaluasi peserta didik adalah:

6
1) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan
peserta didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan;
2) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktifitas/pengalaman
yang didapat
3) Menilai metode mengajar yang digunakan
b) Tujuan khusus dari evaluasi peserta didik adalah:
1) Merangsang kegiatan peserta didik
2) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan belajar
peserta didik.
3) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan
4) Untuk memperbaiki mutu pembelajaran/cara belajar dan
metode mengajar
4. Kelebihan dari Kurikulum 2013
a) Siswa diharuskan lebih kreatif dan inovatif.
Didalam kurikulum 2013 siswa diwajibkan untuk kreatif dan
inovatif dengan belajar senyaman siswa tersebut seperti bekerja
dengan kelompok, presentasi dengan aktif di kelas dan guru hanya
mengawasi dan mendampingi.
Adanya extra kulikuler yang banyak di sekolah dan adanya extra
kurikuler wajib seperti pramuka untuk menjadikan siswa
yangdisiplin, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air, dll.
b) Ide dari kurikulum 2013 yaitu berakar pada budaya sehingga
mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan2.
c) Pendidikan budi pekerti dan karakter diintegrasikan ke semua
program studi dan mata pelajaran.
d) Untuk menilai sikap siswa dikelas lebih detail.
Semua aspek dinilai. Di dalam kurikulum 2013 juga ada penilaian
nya juga tidak hanya guru yang menilai tetapi teman satu kelasnya

2
Fitri. 2015. Kurikulum 2013 Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Progressivisme. Hlm. 330.

7
juga menilai sikap temannya dikelas. Adanya pengisian angket
untuk menilai temannya di kelas. Jadi guru menilai tidak hanya dari
1 sudut pandang.
e) Guru hanya sebagai fasilitator.
Kurikulum 2013 ini guru hanya memberikan penguatan materi lebih
baik ketika siswa yang aktif bertanya.
f) Dilihat dari kurikulum sebelumnya, kurikulum 2013 memiliki 3
nilai yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap.
g) Adanya pengembangan karakter yang sudah diintegrasikan didalam
mata pelajaran
h) Adanya rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksnakan
proses pembelajaran, karena kurikulum 2013 itu adanya buku induk
yang untuk acuan patokan guru saat mengajar.
5. Kekurangan dari Kurikulum 2013
a) Beban siswa dalam menyampaikan materi dikelas terlalu berat.
Banyak siswa yang kurang paham dengan materi yang ingin
disampaikan kepada temennya ketika presentasi. Ketika siswa
dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran, padahal setelah
terjun langsung ke lapangan siswa banyak yang belum paham dan
mengerti dengan materi ataupun mata pelajaran yang akan dibahas
jadi belum berjalan dengan sempurna.
b) Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran
dan hasil pada kurikulum 2013 serta dikesampingkannya mata
pelajaran Ujian Nasional3 (Solekhul, 2013: 269)
Nilai Ujian Nasional hanya mendorong orientasi pendidikan pada
hasilnya saja padahal nilai non-Ujian Nasional juga memberikan
kontribusi yang besar
c) Nilai ketrampilan tidak digunakan untuk pendaftaran SNMPTN.

3
Solekhul. 2013. Tinjauan Keunggulan dan Kelemahan Penerapan Kurikulum
2013 Tingkat SD/MI. Al-Bidayah. Hlm.269

8
Mungkin seharusnya nilai keterampilan lebih dimanfaatkan lagi.
Karena siswa disuruh lebih terampil tetapi nilai nya belum di
gunakan dengan baik dan benar.
d) Nilai ketrampilan tidak digunakan untuk ijazah.
Dan nantinya orang tua hanya fokus ke nilai pengetahuan saja
karena nilai keterampilan belum digunakan dengan baik dalam
sistem penerapannya. Karena setelah dilihat di ijazah yang tertera
hanya nilai pengetahuan dan nilai ujian akhir sekolah tidak ada nilai
keterampilan. Nilai keterampilan hanya di cantumkan di nilai raport.
e) Tidak semua mata pelajaran memiliki nilai keterampilan.
Seperti mata pelajaran yang berkaitan dengan hitung-hitungan
masih kesusahan untuk menemukan nilai keterampilan. Dari situ
banyak guru yang mengarang untuk menilai keterampilan siswa
nya.
f) Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 itu tidak konsisten.
Mungkin dari beberapa aspek penilaian itu hanya berjalan diawal
kurikulum 2013 saja tidak berjalan sampai sekarang. Dan guru-guru
memilih untuk mengajar dengan sistem yang mungkin lebih baik
dari itu.
g) Dalam penilaian yang dirancang untuk menilai sikap temannya
dikelas ternyata bapak dan ibu guru kewalahan dan tidak bisa
berjalan lancar karena harus merekap 12 kelas dan didalamnya ada
40 siswa yang nilainya itu berbeda beda.
h) Guru harus memberikan nilai kepada siswa A atau B karena apabila
diberikan nilai C siswa tidak naik kelas. Ketika ada siswa yang tidak
naik kelas maka nantinya sekolat tersebut prestasinya jelek dan ada
nilai jelek untuk kepala sekolah. Padahal seharusnya nilai kinerja
dari kepala sekolah tidak diukur dari siswa yang tidak naik kelas.
i) Untuk menyatakan nilai siswa itu baik administrasinya terlalu
banyak jadi yang diinginkan oleh kemendikbud tidak berjalan.
j) Didalam kurikulum 2013 waktu belajar disekolah terlalu lama.

9
k) Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih
terbatas khususnya didaerah tertinggal, terdalam dan ter
l) Tingkat keaktifan siswa belum merata.
6. Solusi Supaya Sistem Manajemen Peserta Didik dan Kurikulum di
Indonesia lebih baik lagi
a) Peran Orang Tua
Orang tua adalah berperan paling penting untuk mendukung
manajeman peserta didik. Orang tua juga mengajarnya betapa
sangat penting pendidikan. Apabila dari orangtuanya tidak
mendukung pendidikan di Indonesia itu sangatlah rugi untuk para
peserta didik. Selain itu juga dari kita belajar disekolah dan dengan
dampingan orangtua tentunya berdampak banyak di lingkungan
masyarakat. Adanya pendidikan dapat mempengaruhi perubahan
sosial, yang mana perubahan sosial nantinya akan mempunyai
fungsi yaitu melakukan reproduksi budaya, mengembangkan
analisis cultural terhadap kelembagaan tradisional, modifikasi
tingkat ekonomi sosial tradisional dan melakukan perubahan
perubahan yang lebih mendasar terhadap institusi tradisional yang
telah ketinggalan. Dalam proses perubahan sosial modifikasi yang
terjadi seringkali tidak teratur dan tidak menyeluruh meskipun yang
berubah itu saling berkaitan sehingga menimbulkan ketimpangan
kebudayaan. Cepatnya perkembangan tekologi juga membawa
dampak untuk masyarakat sehingga muncul kemiskinan, kejahatan,
kriminalitas yang merupakan dampak negative yang sulit untuk
dicegah. Untuk itu lah pendidikan harus mampu melakukan analisis
kebutuhan nilai, pengetahuan dan teknologi yang mendesak dapat
mengantisipasi masyarakat dalam hal perubahan.
b) Peran Kita sebagai Calon Guru
Menjadi calon seorang guru yang professional adalah guru yang
mempu mendidik anak muridnya menjadi generasi yang mampu
bersaing dan memiliki moral yang baik. Seorang pendidik
seharusnya

1
memiliki perilaku yang baik yang nantinya akan ditiru oleh peserta
didiknya. Untuk mencapai pendidik yang baik maka para pendidik
seharusnya memiliki karakter yang baik pula. Karakteristik adalah
suatu sifat yang baik yang harus dimiliki oleh seorang pendidik atau
dikuasai oleh sorang pendidik untuk menghasilkan generasi yang
berakhlak dan bermartabat. Pendidik harus menguasai kurikulum
dan menjalankan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Jadi seorang pendidik hendaknya menguasai semua materi pelajaran
yang akan ia sampaikan ke peserta didik.
c) Peran Pemerintah
Solusi terakhir yang bisa kita harapkan adalah dari Pemerintah.
Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi harus bisa
membuat sistem pendidikan berjalan efektif. Mengingat masih
banyak anak yang gak sekolah di Indonesia, Pemerintah harus lebih
gencar lagi menyosialisasikan pentingnya pendidikan. Karena
Pemerintah-lah yang punya akses untuk melakukan itu semua.
Pemerintah punya akses untuk menyosialisasikan pendidikan ke
semua daerah, yang terpencil sekalipun. Harus selalu dipastikan lagi
sosialisasi dilakukan mencakup semua daerah, mau orang dari
Sabang sampai Merauke sekalipun punya kesadaran yang sama
akan pentingnya pendidikan. Peran pemerintah sangat besar dalam
mengubah sistem pendidikan.

B. Ide Perbaikan di Bidang Manajemen Pendidik dan Sarana-Prasarana


Manajemen merupakan usaha sadar untuk mengatur kegiatan semua
sumber daya sistematis sehingga dapat tercapai tujuan yang diharapkan.
Tujuan manajemen ini untuk mengatur apa yang telah ditetapkan agar
tercapai.4 Oleh sebab itu, kepala sekolah sebagai manajer dalam sekolah
dengan tepat.

4
Dirjen Dikdasmen Depdikbud. (1996). Pengelolaan Sekolah. Jakarta: Depdikbud.

1
Pengertian lain dari manajemen adalah proses pengelolaan sumber daya
untuk mencapai suatu tujuan secara efektif dan efisien.

Berdasarkan pengertian tentang manajemen di atas, dapat disimpulkan


bahwa manajemen adalah suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk
mendayagunakan segala sumber daya dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan harapan. Dengan demikian manajemen itu
mengacu pada proses kegiatan mengolah sumber daya yang ada dan dapat
menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif.5

Istilah pengelolaan sebenarnya hampir sama dengan manajemen,


pengelolaan merupakan terjemahan dari kata management, karena adanya
perkembangan dalam Bahasa Indonesia, maka istilah management tersebut
menjadi manajemen. Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengelolaan adalah:

1. Proses, cara, perbuatan mengelola.


2. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang
lain.
3. Proses membantu merumuskan kebijakan dan tujuan organisasi.
4. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Pengelolaan ini meliputi banyak kegiatan dan bersama-sama menghasilkan


suatu hasilkan suatu hasil akhir yang berguna untuk pencapaian tujuan.
Pengertian lebih rinci mengenai pengelolaan sarana dan prasarana
manajemen pendidikan itu merupakan keseluruhan proses perencanaan,
pengadaan, pendayagunaan dan pengawasan peralatan yang digunakan untuk
menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.6

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan sarana


pendidikan adalah suatu kemampuan untuk merencanakan, mengadakan,
menyimpan, atau memelihara, menggunakan sumber daya pendidikan serta

5
Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
6
Sutjipto. (1992). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.

1
penghapusan yang berupa alat pembelajaran, alat peraga, dan media
pendidikan di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan secara efektif dan efisien.

Dalam pencepaian tujuan, yaitu sarana dan prasarana pendidikan, terdapat


beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar tujuan dapat tercapai dengan
maksimal. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana dan prasarana pendidikan
disekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didayagunakan
oleh personil sekolah dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran di
sekolah.

1. Prinsip efisien, yaitu pengadaan sarana prasarana pendidikan disekolah


harus dilakukan melalui perencanaan yang seksama, sehingga dapat
diadakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik dengan harga
murah. Pemakaiannya juga harus dengan hati-hati sehingga mengurangi
pemborosan.
2. Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah harus selalu memperhatikan UU, peraturan, intruksi, dan
petunjuk teknis yang dilakukan oleh pihak yang berwenang.
3. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu manajemen sarana dan
prasarana pendidikan disekolah harus didelegasikan kepada personel
sekolah yang mampu bertanggung jawab, apabila melibatkan banyak
personil sekolah dalam manajemennya, maka perlu adanya deskripsi
tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk tiap personil sekolah.
4. Prinsip kekohesifan, yaitu manajemen sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah harus di realisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang
sangat kompak.7

Sebagai kiblat sistem pendidikan yang baik, kita bisa meniru negara
Jepang yang memiliki sistem pendidikan yang baik di dunia. Ini karena

7
Suhelayanti dkk, Manajemen Pendidikan (Indonesia: Yayasan Kita Menulis,
2020) h 54-55.

1
Jepang sudah memiliki banyak fasilitas yang mendukung dan juga SDM
yang mumpuni. Sistem pendidikan di Indonesia harus belajar dari negara
Jepang.8 Jepang dari dulu hingga saat ini unggul dari segi teknologi dan juga
dari segi pendidikannya. Di negara Jepang juga yang di ajarkan di sekolah
bukan hanya tentang materi pelajaran, tetapi juga norma-norma yang
berlaku, seperti sopan santun, kejujuran, empati dan simpati.9 Di Jepang
anak-anak sekolah dasar tidak akan mendapatkan ujian hingga sampai kelas
empat.10

Sejatinya yang harus dikembangkan dari diri seorang peserta didik itu
tidak hanya ranah kognitifnya saja, tetapi juga ranah afektif dan
psikomotorik.11 Pendidikan di Indonesia diyakini masih sangat konservatif,
kurang terbaharui, dan masih jauh dari kata inovatif. Sangat penting adanya
penigkatan yang signifikan bagi negara Indonesia dari segi sistem
pendidikan baik dari kurikulum, kompetensi guru dan juga fasilitas yang
merata yang ada di Indonesia.

Jepang bisa menjadi negara percontohan di bidang pendidikan,


dikarenakan keunggulan-keunggulan yang dimiliki. Indonesia sebagai negara
berkembang juga tidak salah belajar lebih banyak dengan negara Jepang
bagaimana untuk menjadi lebih baik lagi dari sistem pendidikan yang ada. 12
Kemudian ada beberapa hal dari pola pendidikan di Jepang yang bisa
dijadikan pedoman baru di Indonesia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Intinya agar negara Indonesia jauh lebih baik lagi kedepannya.

8
Johan, T. S. B. (2018). Perkembangan Ilmu Negara dalam Peradaban Globalisasi
Dunia. Deepublish.
9
Connie Chairunnisa, C., I. Istayatiningtias, et al. (2019). Pengembangan Model
Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Pertama. Mitra Wacana Media.
10
Soetantyo, S. P. (2013). Peranan dongeng dalam pembentukan karakter siswa
sekolah dasar. Jurnal Pendidikan 14(1): 44-51.
11
Asriati, N. (2012). "Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan
Lokal Melalui Pembelajaran di Sekolah." Jurnal Pendidikan Sosiologi dan
Humaniora 3(2): 106-119.
12
Sahban, M. A. and M. SE (2018). Kolaborasi Pembangunan Ekonomi di Negara
Berkembang. SAH MEDIA.

1
C. Ide Perbaikan di Bidang Manajemen Pembiayaan dan Lingkungan
Sekolah
Salah satu modal yang terpenting dalam kehidupan adalah SDM atau
Sumber Daya Manusia. Sumber daya manusia menjadi penting untuk
pelaksanaan pembangunan di sertiap negara. Sumber Daya Manusia (SDM)
tidak semata-mata hanya dianggap sebagai faktor produkis melainkan
sebagai penggerak sistem produksi secara menyeluruh. Karena itu investasi
Sumber Daya Manusia menjadi hal yang penting bagi laju pembangunan
suatu negara. Investasi tersebut di realisasikan dengan menyelenggarakan
Pendidikan baik itu formal maupun non formal. Untuk mendapatkan hasil
SDM yang memiliki kualitas maka juga diperlukan Pendidikan yang
berkualitas. Untuk mendapatkan Pendidikan yang berkualitas tersebut maka
juga diperlukan adanya anggaran atau pembiayaan yang cukup dalam ranah
penyelenggaraan Pendidikan.

Dalam konteks di Sekolah, biaya Pendidikan yakni merupakan dasar


empiris untuk memberikan gambaran tentang karakterisitik keuangan
sekolah. Melakukan analisis pada efisisensi keuangan sekolah dalam
pemanfaatan sumber-sumber keuangan sekolah dan hasil (output) sekolah
dapat dilakukan dengan cara seperti menganalisis biaya satuan unit (unit
cost) setiap siswa. Biaya satuan per siswa ini merupakan biaya rata-rata
siswa yang dihitung daritotal pengeluaran sekolah dibagi sluruh siswa yang
ada disekolah (enrollment) dalam kurun waktu tertentu. Dengan mengetahui
hal tersebut yakni mengetahui besarnya biaya satuan per siswa menurut
jenjang dan jenis Pendidikan berguna untuk menilai berbagai alternatif
kebijakan dalam upaya dan tujuan untuk peningkatan mutu Pendidikan.13

Dalam rangka meningkatkan mutu Pendidikan di sekolah, maka perlu


adanya upaya perbaikan dalam bidang manajemennya. Manajemen sendiri
merupakan ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia

Nanang Fattah. Ekonomi & Pembiayaan Sekolah. Bandung: Remaja


13

Rosdakarya, 2012. hal. 25-26.

1
dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
tertentu. 14
Dari pengrtian tersebut jika dikaitkan dengan sekolah, maka
manajemen sekolah merupakan proses atau kegiatan orang-orang dalam
sekolah dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang berada dalam
lingkup sekolah, sumber keuangan untuk pembiayaan sekolah, dan sarana
serta prasarana yang tersedia untuk tercapainya tujuan Pendidikan di
sekolah.

Manejemen berbasis sekolah merupakan sebuah model manejemen yang


perlu diterapkan pada hal ini. Hal itu karena manjemen berbasis sekolah
merupakan model manajemen yeng memberikan otonomi yang lebih besar
kepada pihak sekolah, memberikan fleksibilitas atau keluwesan-keluwesan
kepada sekolah, dan mendorong partisipasi dari setiap warga sekolah
(guru,siswa,kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua, tokoh
masyarakat, ilmuwan, pengusaha, dsb). Dalam hal ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu lingkungan sekolah berdasarkan kebijakan Pendidikan
nasional serta perundang-undangan yang berlaku.15

Salah satu aspek yang digarap oleh pihak sekolah yang sesuai dengan
model ini adalah pengelolaan keuangan dan pembiayaan, karena dalam hal
ini sekolahlah yang paling mengerti dan memahami kebbutuhannya,
sehingga desentralisai pengalokasian atau penggunaan uang untuk
pembiayaan kegiatan Pendidikan sudah seharusnya untuk dilimpahkan atau
diserahkan ke pihak sekolah. Sekolah juga diberikan kebebasan untuk
melakukan berbagai kegiatan yang bisa mendatangkan penghasilan (income
generating activities), sehingga sumber keuangan tidak hanya semata-mata
tergantung pada pemerintah.

Manejemen pembiayaan sekolah merupakan aspek penting dan tidak dapat


dipisahkan dari proses menejemen Pendidikan secara keseluruhan, alasannya

14
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta:
Bumi Aksara, 2014. Hal 2.
15
Departemen Pendidikan Nasional R.I. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003), hal. 23.

1
karena pada hakekatnya anggaran dan pembiayaan sekolah merupakan
Tindakan pengurusan keuanagan,. Tindakan tersebut meliputi pencatatan,
perencanaan, pelaksanaan, pertanggung jawaban, dan pelaporan. Dalam
manejemen keuangan sekolah didalamnya terdapat rangkaian aktivitas yang
terdiri atas perencanaan program sekolah, perkiraan anggaran dan
pendapatan yang diperlukan dalam pelaksanaan program dan penggunaan
anggaran sekolah.

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dilihat dari kelebihan dan kekurangan dari kurikulum 2013 masih banyak
sekali kekurangannya. Mungkin dengan adanya kekurangan dari kurikulum
2013 ini sebaiknya diperbaiki supaya dapat berjalan dengan lanjar kegiatan
pembelajaran di sekolah. Karena kurikulum merupakan acuan ataupun suatu
gambaran untuk ditiru dan dilakukan di sekolah-sekolah. Ada beberapa
sistem kurikulum 2013 yang terlalu banyak dan itu menyebabkan guru-guru
tidak sanggup untuk mengolah sistem tersebut. Hal yang menyebabkan guru
tidak dapat mengolah sistem karena jam mengajar guru terlalu banyak dalam
satu minggu dan kebijakan sistem sebagian ada yang tidak dimengerti oleh
guru. Selaini itu ada juga kebijakan-kebijakan yang bagus dari kurikulum
2013 semoga dapat bertahan dan tentunya lebih baik lagi. Harapannya untuk
kurikulum 2013 lebih dikonsistenkan lagi karena ada beberapa sistem yang
seringkali berubah-ubah.

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang vital dalam
penyelenggaraan penidikan dan pembelajaran, karena itu apabila sarana dan
prasarana kurang mendukung, maka penyelenggaraan atau pelaksanaan
proses pembelajaran di sekolah tidak dapat berjalan dengan baik. Mutu
pendidikan dapat dilihat dalam dua hal, yakni mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan. Faktor-faktor dalam proses pendidikan
adalah berbagai input, seperti bahan ajar, metodologi dan sarana sekolah.

Sistem pendidikan di Jepang merupakan sistem pendidikan yang unggul.


Jepang sebagai negara maju memiliki kelebihan-kelebihan yang bisa ditiru
oleh negara lain. seperti sistem pendidikan di Jepang yang juga
memperhatikan aspek afektif, kognitif dan psikomototik. Perbandingan
sistem pendidikan antara negara Indonesia dengan Jepang dijadikan untuk
bahan evaluasi untuk kelanjutan kedepannya. Tidak dipungkiri bahwa
Indonesia saat ini sudah mengalami kemajuan di bidang pendidikan, tetapi
tetap harus

1
dilakukan evaluasi agar pendidikan di Indonesia selalu ke arah kemajuan,
sehingga mampu menciptakan generasi emas yang akan datang di masa
depan.

Salah satu modal yang terpenting dalam kehidupan adalah SDM atau
Sumber Daya Manusia. Untuk mendapatkan hasil SDM yang memiliki
kualitas maka juga diperlukan Pendidikan yang berkualitas. Dalam rangka
meningkatkan mutu Pendidikan di sekolah, maka perlu adanya upaya
perbaikan dalam bidang manajemennya. Manejemen berbasis sekolah
merupakan sebuah model manejemen yang perlu diterapkan pada hal ini. Hal
itu karena manjemen berbasis sekolah merupakan model manajemen yeng
memberikan otonomi yang lebih besar kepada pihak sekolah, memberikan
fleksibilitas atau keluwesan-keluwesan kepada sekolahg, dan mendorong
partisipasi dari setiap warga sekolah Manejemen pembiayaan sekolah
merupakan aspek penting dan tidak dapat dipsisahkan dari proses
menejemen Pendidikan secara keseluruhan, alasannya karena pada
hakekatnya anggaran dan pembiayaan sekolah merupakan Tindakan
pengurusan keuanagan,. Tindakan tersebut meliputi pencatatan, perencanaan,
pelaksanaan, pertanggung jawaban, dan pelaporan.

1
DAFTAR PUSTAKA
Asriati, N. (2012). "Mengembangkan Karakter Peserta Didik Berbasis Kearifan
Lokal Melalui Pembelajaran di Sekolah." Jurnal Pendidikan Sosiologi dan
Humaniora 3(2).
Badrudin. 2014. Manajemen Peserta Didik. Cetakan Pertama. Jakarta Barat: PT
Indeks. Basariah dan Leonard. 2018. Model Pembelajaran Quantum
Learning dengan Strategi Pembelajaran Tugas dan Paksa. Seminar
Nasional dan Diskusi Panel Multidisiplin Hasil Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat. Diakses pada tanggal 10 November
2021.
Connie Chairunnisa, C., I. Istayatiningtias, et al. (2019). Pengembangan Model
Pendidikan Karakter Di Sekolah Menengah Pertama. Mitra Wacana
Media.
Depdiknas. (2001). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Departemen Pendidikan Nasional R. I. 2003. Manajemen Peningkatan Mutu
Berbasis Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Dirjen Dikdasmen Depdikbud. (1996). Pengelolaan Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Fattah, Nanang. Ekonomi & Pembiayaan Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2012.
Fitri Al Faris, 2015. Kurikulum 2013 Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan
Progressivisme. Jurnal Filsafat, Vol. 25. No. 2.
Johan, T. S. B. (2018). Perkembangan Ilmu Negara dalam Peradaban Globalisasi
Dunia. Deepublish.
Lingga Dwi Setiawan. (2020). “Permasalahan Pendidikan di Indonesia di Tengah
Pandemi Covid-19”. Prosiding Seminar Bahasa dan Sastra Indonesia
(Senasbasa). (4).
Mokhamad Ishaq Tholani. (2013). “Problematika Pendidikan di Indonesia”.
Jurnal Pendidikan. Vol. 1, No. 2.
Prita Kusuma. 2020. Hari Pendidikan Internasional, Indonesia Masih Perlu
Tingkatkan Kualitas Pendidikan. Tersedia di https://www.dw.com/id/hari-
pendidikan-internasional-indonesia-masih-perlu-tingkatkan-kualitas-
pendidikan/a-52133534 diakses pada 11 November 2021.
Rusniati. (2015). “Pendidikan Nasional dan Tantangan Globalisasi: Kajian Kritis
terhadap Pemikiran A. Malik Fajar”. Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol. 16, no.
1.
Sahban, M. A. and M. SE (2018). Kolaborasi Pembangunan Ekonomi di Negara
Berkembang. SAH MEDIA.
Siti F. N. Fitri. (2021). “Problematika Kualitas Pendidikan di Indonesia”. Jurnal
Pendidikan Tambusai. Vol. 5, no. 1.
Soetantyo, S. P. (2013). Peranan dongeng dalam pembentukan karakter siswa
sekolah dasar. Jurnal Pendidikan 14(1).
Solekhul Amin, 2013. Tinjauan Keunggulan dan Kelemahan Penerapan
Kurikulum 2013 Tingkat SD/MI. Al-Bidayah, Vol. 5. No. 2.
S.P. Hasibuan, Malayu. 2014.Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah,
Jakarta: Bumi Aksara.
Suhelayanti dkk, Manajemen Pendidikan (Indonesia: Yayasan Kita Menulis, 2020).

2
Sutjipto. (1992). Administrasi Pendidikan. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud.
Titi Kadi. (2017). “Inovasi Pendidikan: Upaya Penyelesaian Problematika
Pendidikan di Indonesia”. Jurnal Islam Nusantara. Vol. 1, no. 2.
Zulkarnaen & Ari Dwi Handoyo. 2019. Faktor-faktor Penyebab Pendidikan Tidak
Merata di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional. Tersedia di laman
https://bimawa.uad.ac.id diakses pada 11 November 2021.

Anda mungkin juga menyukai