Dosen Pengampu:
Diah Anugrah Dipuja, M.Pd.
KELAS 5A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2023/2024
KATA PEENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Pengelolaan Tenaga Pendidik dan
Tenaga Kependidikan serta Pengelolaan Sarana Prasaran” dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah
Pengelolaan Pendidikan di program studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Riau. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyusun makalah ini .
Dalam penyusunan makalah ini kami masih merasa belum sempurna. Oleh karena itu,
kami memohon maaf apabila masih banyak kekurangan. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Kritik dan saran
tersebut akan kami jadikan bahan evaluasi kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
2.2.7 Peran dan Tanggung jawab Kepala Sekolah dalam Sarana dan
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini, kami merumuskan beberapa bahasan masalah,
diantaranya:
1) Apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan?
2) Bagaimana Sistem Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan di
Indonesia?
3) Apa yang dimaksud dengan Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan?
4) Bagaimana Sistem Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan di Indonesia?
1.3 Tujuan
Melalui topik-topik pembahasan yang dirumuskan tersebut, penulis bertujuan untuk
mencapai beberapa hal, yaitu:
1) Mengetahui maksud dengan Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan.
2) Mengetahui Sistem Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Tena iniga Kependidikan di
Indonesia.
3) Mengetahui maksud dengan Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan
4) Mengetahui Sistem Pengelolaan Sarana Prasarana Pendidikan di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
dalam mengadministrasikan, mendokumentasikan, menyiapkan, memelihara
peralatan laboratorium sehingga siap dipakai.
e. Pustakawan, yaitu tenaga kependidikan yang diberi tanggung jawab mengelola
perpustakaan sekolah.
f. Teknisi sumber belajar adalah tenaga kependidikan yang diberi
tanggungjawab untuk menyiapkan, merawat, memperbaiki, dan membantu
mendayagunakan peralatan sebagai akibat perkembangan teknologi pendidikan.
Sehubungan dengan hal di atas pengelolaan tenaga kependidikan dapat diartikan sebagai
segala upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan pengalaman sumber daya
manusia di sekolah dalam melaksanakan tugasnya saat ini maupun di masa yang akan datang
sehingga mencapai suatu prestasi kerja (kinerja) dan produktivitas yang diharapkan melalui
suatu sistem yang handal. Sedangkan administrasi personil sekolah dapat diartikan sebagai
proses penggunaan tenaga manusia sebagai tenaga kerja dalam suatu usaha kerja sama. Proses
ini meliputi kegiatan penerimaan, penempatan, pengembangan, dan pemberhentian.
4
F.E Kast dan Jim Rosenzweig dalam Inu Kencana Syafiie (2000: 61). mengatakan
bahwa perencanaan adalah suatu kegiatan yang terintegrasi, yang bertujuan untuk
memaksimalkan efektifitas keseluruhan usaha, sebagai suatu sistem sesuai dengan tujuan
organisasi yang bersangkutan. Fungsi perencanaan antara lain untuk menetapkan arah dan
strategi serta titik awal kegiatan agar dapat membimbing serta memperoleh ukuran yang
dipergunakan dalam pengawasan untuk mencegah pemborosan waktu dan faktor produksi
lainnya. Perencanaan dapat diibaratkan sebagai inti manajemen, karena manajemen membantu
untuk mengurangi ketidakpastian di waktu yang akan datang, dan oleh karena itu
memungkinkan para pengambil keputusan untuk menggunakan sumber daya-sumber daya
mereka yang terbatas secara efektif dan efisien. Perencanaan sumber daya manusia merupakan
fungsi yang pertama harus dilakuakan di dalam suatu organisasi, karena hal tersebut merupakan
esensi bagi kegiatan personalia lainnya Perencanaan sumber daya manusia dapat diartikan
sebagai serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi kondisi sumber daya
manusia di masa mendatang di lingkungan organisasi. Batasan lain menyebutkan bahwa
perencanaan sumber daya manusia adalah merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan
kebutuhan organisasi serta efektif dan efisien dalam membantu terwujudnya tujuan.
Perencanaan perlu dipersiapkan sedemikian rupa oleh pemimpin organisasi, agar pimpinan
memiliki pedoman yang berisikan petunjuk tindakan-tindakan apa yang akan atau seharusnya
dikerjakan, bagaimana melakukannya, dan hal-hal lainnya direncanakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan kebutuhan tenaga kependidikan (guru dan non guru) dilakukan
berdasarkan kebutuhan, baik dari segi kuantitas maupuan kualitasnya. Dari segi kuantitas
perencanaan yang dibuat untuk tenaga guru dilakukan berdasarkan jumlah kelas, murid dan
alokasi waktu seluruh mata pelajaran per minggu. Selain membuat perencanaan kebutuhan
tenaga kependidikan hal lain yang perlu diperhatikan adalah yang berhubungan dengan
peningkatan kemampuan bagi setiap tenaga kependidikan, terutama kemampuan mengajar para
guru.
Pembuatan perencanaan kebutuhan dilakukan unntuk mengatasi dan mengantisipasi
adanya kekurangan tenaga kependidikan terutama guru. Selain itu perencanaan tenaga
kependidkan akan semakin penting artinya , karena melihat lingkungan organisasi yang selalu
mengalami perubahan dan perkembangan, sehingga hal tersebut mengharuskan pimpinan
lembaga dapat membuat perencanaaan yang matang. Dengan perencanaan yang matang kepala
madrasah akan dapat meramal (memprediksi) mengenai kekurangan tenaga guru dan non guru,
karena pada dasarnya fungsi perencanaan kebutuhan tenaga kependidikan adalah untuk
5
meramal kebutuhan tenaga kependidikan di waktu mendatang. Sebagaimana dinyatakan oleh
Hadari bahwa fungsi perencanaan kebutuhan tenaga kependidikan adalah memprediksi kondisi
tenaga kerja untuk memenuhi kebutuhan organisasi yang kompetitif dalam mengantisipasi
perubahan pada masa sekarang dan masa yang akan datang .
Sehubungan dengan hal di atas, maka perencanaan kebutuhan tenaga kependidikan
dapat di buat dalam bentuk perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
Mengingat pentingnya perencanan kebutuhan tenaga kependidikan, maka sudah sepatutnyalah
bagi setiap lembaga pendidikan untuk selalu menyusun perencanaan agar dapat mengantisipasi
kekurangan- kekurangan, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang.
Perencanaan yang di buat oleh kepala sekolah/madrasah yang berkaitan dengan tenaga
pendidik dan kependidikan berupa : 1. Berapa jumlah tenaga yang dibutuhkan oleh
organisasinya. 2. Berapa macam keahlian yang dibutuhkan oleh organisasinya dan berapa
Orang setiap jenis keahlian, dan keahlian apa saja yang dibutuhkan. 3. Upaya menempatkan
mereka pada pekerjaan yang tepat dalam waktu 4. Tertentu dengan tujuan akan memberikan
keuntungan yang optimal Baik kepada organisasi maupun kepada kelompok anggota.
2. Rekrutmen
Sebelum merencanakan perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan, langkah awal
yang perlu dilakukan adalah iventarisasi ketenagaan. Iventarisasi ketenagaan pendidikan
adalah suatu usaha pokok dalam bidang tenaga kependidikan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh kekuatan/jumlah guru dalam waktu tertentu dengan jalan mengadakan
pencatatan dan pendaftaran potensi tenaga kependidikan secara tertentu dan teratur.
Langkah selanjutnya dilakukan perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan sesuai
dengan kebutuhan. Kata rekrut berasal dari bahasa Inggris “re’cruit” yang berarti menambah
baru, mengerahkan dan memperkuat. Mathis dan Jakson dalam Ellyta menjelaskan bahwa
rekrutmen adalah proses yang menghasilkan sejumlah pelamar yang berkualifikasi untuk
pekerjaan di suatu perusahaan ataupun organisasi.Selanjutnya kata seleksi adalah berbagai
langkah spesifik yang diambil untuk memutuskan pelamar mana yang akan diterima dan
pelamar mana yang akan ditolak. (Rahmat Hidayat, 2016: 76).
Proses rekrutmen dimulai pada waktu diambil langkah mencari pelamar dan berakhir
ketika para pelamar mengajukan lamarannya. Hal ini berarti secara konseptual dapat
dikatakan bahwa langkah yang segera mengikuti rekrutmen adalah seleksi. Berbagai langkah
yang diambil dalam proses rekrutmen pada dasarnya merupakan salah satu tugas pokok para
tenaga kerja spesialis yang bertugas mengolah sumber daya manusia.
Keberhasilan suatu sekolah pada hakikatnya sangat ditentukan oleh efisiensi dan
6
efektifitas kepemimpinan kepala sekolah sebagai seorang pimpinan lembaga dan sekaligus
sebagai pendidik. Kepala sekolah merupakan jabatan pemimpin yang tidak bisa diisi oleh
orang-orang tanpa didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu hanya pantas
diisi oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan kompetensi yang ditunjuk atau dipilih
melalui proses rekrutmen dan seleksi. Untuk itu pengangkatan kepala sekolah harus
memperhatikan proses rekrutmen dan seleksi sebagai suatu peran yang menuntut persyaratan
kualifikasi kepemimpinan yang kuat, karena untuk mencapai keberhasilan sekolah diperlukan
adanya kepemimpinan kepala sekolah yang berkualitas.
Sebagai pejabat formal pengangkatan seorang kepala sekolah harus dilakukan
berdasarkan prosedur dan peraturan-peraturan yang lebih ditekankan kepada persyaratan atau
criteria yang perlu dipenuhi oleh para calon kepala madrasah tersebut. Dalam hal ini
persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pengangkatan kepala sekolah, di antaranya: (1)
yang bersifat administrative (usia, pangkat, pengalaman, kedudukan sebagai tenaga
fungsional guru), (2) yang bersifat akademis (pendidikan formal dan pelatihan terakhir), (3)
bersifat kepribadian.
Pengadaan (rekrutmen) tenaga guru harus dilakukan berdasarkan prioritas kebutuhan
sekolah, yakni sesuai dengan tingkat kepentingan dan hasil dari analisis kebutuhan terhadap
tenaga guru. Perekrutan tenaga guru juga disesuaikan dengan ketersediaan dana untuk
membayar honorarium tenaga yang direkrut. Untuk itu, dalam merekrut pimpinan terlebih
dahulu melakukan analisis kebutuhan supaya tenaga yang didapatkan sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dibutuhkan. Dalam hal ini Suprihanto menyatakan bahwa dalam merekrut
tenaga kerja harus dilakukan analisis beban kerja, analisis angkatan kerja, analisis jabatan dan
job description.
Perekrutan tenaga pendidik dan kependidikan dapat dilakukan melalui tes lisan
maupun tulisan ataupun dengan interview (wawancara). Meskipun demikian, dalam
pelaksanaannya dapat diadakan secara intern atau memanfaatkan tenaga yang sudah ada dari
lembaga lain.hal tersebut dapat dilakukan melalui promosi ataupun mutasi yang dilakukan
secara terang dan konsisten. Dalam perekrutan karyawan harus disesuaikan dengan
kualifikasi pendidikan, agar bidang pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai dengan tujuan
pendidikan dan dapat dipertanggunga jawabkan.
3. Pelatihan
Pada dasarnya istilah pelatihan sering disamakan dengan pengembangan.
Pengembangan (development) menunjuk pada kesempatan-kesempatan belajar (learning
opportunity) yang didesain guna membantu pengembangan para pekerja. Sehubungan dengan
7
hal tersebut program peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan akan
memberikan manfaat pada organisasi berupa produktivitas, moral, efisiensi, efektifitas,
dan stabilitas organisasi dalam mengantisipasi lingkungan yang selalu berubah mengikuti
perubahan dan perkembangan zaman. Selain itu peningkatan mutu tenaga kependidikan
dengan melatih guru-guru yang potensial dilakukan untuk meningkatkan kualifikasinya,
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, srta menghadapi tantangan yang berkembang sekarang ini.
Dalam dunia pendidikan tenaga kependidikan merupakan komponen pendidikan yang
dianggap menjadi kunci keberhasilan pendidikan dan memiliki peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan mutu pendidikan. Mengingat pentingnya peranan tenaga kependidikan
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, maka fungsi pembinaan dan
pengembangan tenaga kependidikan merupakan fungsi pengelolaan personil yang mutlak
diperlukan dan sangat penting dilakukan oleh kepala madrasah untuk memperbaiki, menjaga,
dan meningkatkan kinerja tenaga kependidikan tersebut.
Salah satu tenaga kependidikan yang dianggap paling dominan dalam mencapai
tujuan pendidikan di suatu lembaga pendidikan adalah tenaga guru, karena guru adalah orang
yang berinteraksi langsung dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru
perlu mendapatkan perhatian untuk selalu dibina dan dikembangkan secara terus menerus
sehingga menjadi guru yang berkualitas dan dapat melaksanakan fungsinya secara
professional, karena guru yang berkualitas dan professional merupakan kebutuhan yang
mutlak dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Pengembangan
Pembinaan dan pengembangan dalam bidang ketenagaan pendidikan penting
dilakukan mengingat pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama bagi
guru karena sedikit saja lemah dalam belajar maka mereka akan ketinggalan dalam
perkembangan. Selain itu pelatihan dan pengembangan bagi tenaga kependidikan perlu
dilakukan secara terus menerus agar potensi dan kemampuan yang dimiliki dapat berfungsi
secara maksimal. Tujuan utama program pelatihan dan pengembangan adalah: (1) untuk
menutup “gap” antara kecakapan dan kemampuan dengan jabatan, (2) dapat meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kerja dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
5. Promosi dan Mutasi
Promosi adalah perpindahan yang memperbesar authorithy dan responsibility
karyawan kejabatan yang lebih tinggi didalam suatu organisai sehingga kewajiban, hak,
status, dan penghasilan semakin besar. (Rahmat Hidayat, 2016: 80). Mempromosikan
8
pegawai membutuhkan pertimbangan yang matang,terutama untuk jabatan menengah keatas.
Bila langkah yang dilakukan salah, perusahaan/organisasi akan terancam bahaya. Konsep
utama untuk melaksanakan promosi yang tepat adalah memilih yang terbaik dari mereka yang
terbaik. Dengan konsep ini diharapkan peromosi tersebut akan berhasil. Pelaksanaan promosi
yang baik mengisyaratkan adanya peningkatkan kualitas dari mereka yang dipromosikan,
sehingga perusahaan dapat memperoleh kecakapan dan kesanggupan pegawai secara
maksimal. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan promosi, yaitu:
a. Pengalaman kerja, dimana banyaknya pengalaman seseorang dalam melakukan
suatu pekerjaaan dapat dijadikan sebagai salah satu syarat untuk
mempromosikannya ketempat yang lebih tinggi.
b. Tingkat pendidikan, karena dengan pendidikan yang lebih tinggi diharapkan
diperoleh pemikiran yang lebih baik.
c. Loyalitas, yaitu kesetiaan terhadap lembaga atau organisasi ,sebab loyalitas yang
tinggi diharapkan memiliki tanggung jawab yang besar.
d. Kejujuran, karena untuk memegang jabatan tertentu diperlukan kejujuran yang
tinggi.
e. Tanggung jawab, merupakan sikap yang mutlak untuk menduduki suatu jabatan.
f. Kepandaiana bergaul atau kemampuan berorganisasi dengan orang-orang atau
pihak lain demi kemajuan lembaga atau organisasi.
g. Prestasi kerja, prestasi baik yang telah dicapai dalam pekerjaan yang diemban.
h. Inisiatif dan kreatif, karena dalam menduduki suatu jabatan dibutuhkan inisiatif
dan kreatif sehingga lembaga/organisasi mengalami kemajuan dari masa-masa
sebelumnya. (Ramayulis dan Mulyadi, 2017: 124)
Promosi memberikan peran penting bagi setiap pegawai atau tenaga pendidik dan
kependidikan, bahkan menjadi idaman yang selalu dinantikan. Dengan promosi berarti ada
kepercayaan dan pengakuan mengenai kemampuan serta kecakapan karyawan nbersangkutan
untuk menduduki suatu jabatan yang lebih tinggi. Jika ada kesempatan bagi setiap karyawan
dipromosikan berdasarkan keadilan dan obyektifitas, karyawan akan terdorong bekerja giat,
bersemangat, disiplin, dan berprestasi kerja sehingga sasaran perusahaan secara optimal dapat
dicapai. Hal ini dapat merangsang karyawan lebih bergairah dalam bekerja, berdisiplin tinggi,
dan memperbaiki kinerjanya. (Rahmat Hidayat, 2016: 83).
Disamping itu juga sering dilakukan mutasi karyawan dari suatu tempat ketempat
lainnya sesuai dengan kebutuhan perusahaan atau lembaga. Hal ini dilakukan agar hasil yang
akan dicapai dapat lebih efektif dan efisien. Jika pemutasian tidak dapat meningkatkan hasil
9
yang lebih baik maka pemutasian merupakah hal yang sia- sia bahkan dapat merugikan
perusahaan atau lembaga. Beberapa alasan dilakukannya pemutasian ditujukan untuk lebih
meningkatkan kinerja, penyesuaian keahlian, merefresh dari pekerjaan rutin,penempatan
jabatan kososng disebabkan meninggal dunia atau pemutusan hubungan kerja, dan beberapa
alasan lainnya. Didalam mutasi ada istilah yang dikenal dengan demosi, dimana pemutasian
ketempat yang lebih rendah disebabkan seorang tenaga pendidik/karyawan kurang berprastasi
atau melakukan pekerjaan yang merugikan perusahaan atau lembaga.
6. Penilaian
Penilaian kinerja tenaga kependidikan merupakan salah satu bagian yang penting
dalam aspek pengelolaan sumber daya manusia. Penilaian kinerja merupakan upaya
pemotretan keberhasilan tenaga kependidikan tersebut yang merupakan komponen
keberhasilan unit kerja atau sekolah itu sendiri.
Penilaian prestasi kerja merupakan alat dalam pengambilan keputusan pemimpin yang
bermanfaat bagi pegawai, berguna untuk mengtahui kekurangan, potensi, tujuan, rencana,
dan pengembangan karier pegawai. Sedangkan bagi perusahaan bermanfaat dalam pengambil
keputusan, identifikasi, kebutuhan program pendidikan dan latihan, rekrutmen, seleksi,
penempatan pegawai, promosi (pengembangan karier), dan berbagai aspek lain dari
keseluruhan proses manajemen secara efektif. (Rahmat Hidayat, 2016: 92).
Tujuan penilaian performansi pekerjaan menurut Faustino secara umum dapat
dibedakan menjadi:
1) Sebagai reward performansi sebelumnya.
2) Sebagai motivasi perbaikan performansi untuk waktu yang akan datang.
3) Meningkatkan Mutu Pendidikan
Sejalan dengan penilaian prestasi kerja yang berhubungan dengan prestasi tenaga pendidik,
Al-Ghazali menguraikan kriteria guru yang baik. Menurutnya bahwa guru yang dapat diserahi
tugas mengajar adlah guru yang selain cerdas dan sempurna akalnya, juga guru yang baik
akhlaknya dan kuat fisiknya. Dengan kesempurnaaan akal ia dapat memiliki berbagai ilmu
pengetahuan secara mendalam, dan dengan akhlaknya yang baik ia dapat menjadi contoh dan
teladan bagi para muridnya, dan dengan kuat fisiknya ia dapat melaksanakan tugas mengajar,
mendidik dan mengarahkan anak-anak muridnya. (Abuddin Nata, 2000: 95).
Selain sifat umum yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan, seorang guru
juga harus memiliki sifat-sifat khusus sebagai berikut:
1. Seorang guru harus memiliki sifat kasih sayang.
2. Seorang guru harus memiliki sifat ikhlas dalam mengajarkan ilmunya.
10
3. Seorang guru harus berfungsi sebagai pengarah dan penyuluh.
4. Seorang guru harus memiliki sikap yang santun .
5. Seorang guru harus menjadi teladan bagi muridnya.
6. Seorang guru harus memperlakukan siswa sesuai dengan perbedaan potensinya
7. Seorang guru harus mampu membedakan kejiwaan, tabiat dan bakat muridnya.
8. Seorang guru harus memegang teguh prinsip hidupnya.
Dengan adanya penilaian diharapkan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab segala aspek
tenaga kependidikan sehingga mendorong terjadinya peningkatan kualitas berkelanjutan.
11
Manfaat perencanaan yaitu dapat membantu dalam menentukan tujuan, meletakkan
dasar-dasar dan menetapkan langkah-langkah, menghilangkan ketidakpastian, dapat dijadikan
sebagai suatu pedoman untuk melakukan pengawasan, pengendalian dan bahkan juga
penilaian. Perencanaan yang efektif di dalam penyusunannya harus dilakukan melalui suatu
rangkaian pertanyaan yang perlu dijawab dengan memuaskan. Hasil suatu perencanaan akan
menjadi pedoman dalam pelaksanaan oleh pengendalian, bahkan penilaian untuk perbaikan
selanjutnya. Oleh karena itu, perencanaan sarana dan prasarana harus dilakukan dengan baik
dengan memperhatikan persyaratan dari perencanaan yang baik.
a) Pengadaan
Pengadaan merupakan segala kegiatan yang dilakukan dengan cara menyediakan semua
keperluan barang atau jasa berdasarkan hasil dari perencanaan untuk menunjang kegiatan
agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Pengadaan
sarana dan prasarana merupakan suatu hal yang perlu dilakukan mengingat kebutuhan
terhadap pelayanan dan fasilitas pendidikan semakin meningkat.
Berdasarkan jenisnya pengadaan sarana dan prasarana pada dasarnya meliputi 4
macam, yaitu: pengadaan bangunan, pengadaan tanah, pengadaan perabot, dan pengadaan
alat kantor. Adapun cara pengadaan dapat dilakukan dengan membeli, membuat sendiri,
menerima bantuan/hibah/hadiah, daur ulang.
Ada beberapa prosedur pengadaan barang, yaitu: menganalisis kebutuhan dan fungsi
barang, mengklasifikasikan, membuat proposal pengadaan barang yang ditujukan kepada
pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta.
b) Pemeliharaan
Pemeliharaan sarana dan prasarana adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan daya guna dan hasil guna suatu barang sehingga barang
tersebut selalu dalam keadaan siap pakai. Pemeliharaan sangat erat kaitannya dengan
pemakaian, apabila dalam pemakaian dipelihara dengan baik, maka kondisi barang tersebut
akan bertahan lama sampai batas umumnya. Dalam kegiatan pemeliharaan barang
diperlukan ketekunan dan kerajinan, karena jika barang-barang yang digunakan tidak
dirawat maka akan mudah rusak, kotor dan usang. Pemeliharaan yang dilakukan akan dapat
terealisasikan dengan baik apabila seluruh stakeholder sekolah memiliki rasa tanggung
jawab dalam kepemilikan, sehingga barang yang akan digunakan selalu dalam kondisi siap
pakai.
Macam-macam pemeliharaan, yaitu: pemeliharaan darurat korektif, pencegahan.
Ditinjau dari waktu pemeliharaan dapat dibagi dalam 2 bagian (pemeliharaan sehari-hari
12
dan pemeliharaan berkala). Pemeliharaan dapat dilakukan dengan perawatan preventif
sebagai upaya untuk dapat menjamin kesiapan operasional dan kebersihan lingkungan serta
menekan biaya pengeluaran. Pemeliharaan yang dilakukan menurut keadaan barangnya
dilakukan terhadap barang habis pakai dan barang tak habis pakai. Adapun fungsi dari
pemeliharaan adalah agar barang terpelihara dengan baik, sehingga jarang terjadi kerusakan,
awet, enak dilihat atau dipandang, mudah dipergunakan dan tidak cepat rusak. Dengan
meningkatnya mutu pelayanan belajar, maka akan dapat membangkitkan semangat dan
kenyamanan belajar bagi seluruh peserta didik.
c) Penghapusan
Penghapusan barang inventaris adalah pelepasan suatu barang dari pemilikan dan
tanggung jawab pengurusnya oleh pemerintah ataupun swasta. Secara lebih operasional,
penghapusan sarana dan prasarana adalah proses kegiatan yang bertujuan untuk
mengeluarkan/menghilangkan sarana dan prasarana dari daftar inventaris, karena sarana dan
prasarana sudah dianggap tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan terutama untuk
kepentingan pelaksanaan pembelajaran sekolah. Hakikatnya penghapusan harus dilakukan
agar tidak terjadi penumpukan sarana dan prasarana yang sudah tidak bernilai guna,
sehingga mengurangi space ruang untuk meletakan sarana prasarana yang ada dan dapat
diganti dengan yang baru.
Dalam melaksanakan penghapusan dikenal dua jenis, yaitu: menghapus dengan
menjual barang-barang melalui kantor lelang negara. Kedua dengan cara pemusnahan.
Adapun cara penghapusan yang dilakukan yaitu dengan pembentukan panitia lelang,
dilaksanakan sesuai prosedur lelang, mengikuti cara pelelangan yang berlaku. Penghapusan
barang dengan cara pemusnahan apabila barang inventaris yang diusulkan untuk dihapus
dan memperoleh surat keputusan untuk dimusnahkan maka pemusnahannya dilakukan oleh
unit kerja yang bersangkutan dengan disaksikan oleh pejabat yang berwenang serta
mengikuti tata cara prosedur.
Adapun syarat-syarat penghapusan diantaranya adalah: apabila barang dalam keadaan
rusak berat, perbaikan terhadap barang akan menelan biaya yang besar, secara teknis dan
ekonomis kegunaannya tidak sesuai lagi dengan biaya pemeliharaan. Barang tersebut sudah
tidak mutakhir lagi, kesulitan di luar kekuasaan pengurus barang (missal: bahan kimia)
musnah akibat bencana alam merupakan barang kelebihan, jika disimpan lebih lama akan
menjadi rusak, barangnya dicuri, diselewengkan atau musnah oleh bencana alam atau
hewan, ternak dan tanaman banyak yang mati.
d) Pengawasan / Pengendalian
13
Pengawasan harus dilakukan secara obyektif, artinya pengawasan itu harus didasarkan
atas bukti-bukti yang ada. Apabila dari hasil pengawasan ternyata terdapat kekurangan-
kekurangan, maka kepala sekolah wajib melakukan tindakan- tindakan perbaikan dan
penyelenggaraannya. Untuk pendokumentasian hasil pengawasan, perlu adanya buku
pengawasan untuk diisi oleh pemeriksa. Pengawasan umum terhadap ketertiban
penyelenggaraan pengelolaan barang yang dikuasai sekolah dilaksanakan oleh aparat
lainnya yang dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Pelaksanaan pengawasan umum yang mencakup segi administrasi dan teknis
pelaksanaan meliputi seluruh kegiatan pengurusan barang mulai dari perencanaan,
pengadaan, penyimpanan/pengamanan, pemeliharaan inventaris, perubahan status barang,
tuntutan perubahan status barang, tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi. Untuk
keperluan pengawasan, maka setiap sekolah atau pejabat yang diperiksa wajib memberikan
keterangan dan bukti yang diminta oleh pemeriksa, serta menyediakan buku pengawasan
untuk diisi oleh pemeriksa.
15
perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Berkaitan
dengan ini, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara
tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti
penekanan pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, sarana bersifat langsung, dan
prasarana tidak bersifat langsung dalam menunjang proses pendidikan.
Secara bahasa prasarana merupakan alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan dalam
pendidikan seperti bangunan sekolah, lapangan olahraga, uang dan lain-lain, sedangkan
sarana merupakan alat yang langsung untuk mencapai tujuan pendidikan seperti buku,
perpustakaan,lab dan lain sebagainya
16
2.2.4 Klasifikasi Sarana dan Prasarana Pendidikan
Klasifikasi sarana dan prasarana pendidikan berarti memetakan sarana dan prasarana
berdasarkan beberapa jenisnya agar dpat dikelola dengan baik. Adapun klasifikasi sarpras
menurut para ahli sebagai berikut:
Klasifikasi sarpras pendidikan menurut Mulyono. Pertama, ditinjau dari fungsinya,
ada barang berfungsi tidak langsung (seperti pagar, tanaman dan lain-lain) dan barang
berfungsi langsung (seperti media pembelajaran dan lain-lain). Kedua, ditinjau dari jenisnya,
ada fasilitas fisik (missal kendaraan, komputer dan lain-lain) dan fasilitas material (seperti
manusia, jasa dan lain-lain). Ketiga, ditinjau dari sifat barangnya, ada barang bergerak dan
barang tidak bergerak (seperti gedung, sumur dan lain-lain).
Sedangkan menurut Barnawi klasifikasi sarana dan prasarana pendidikan dibedakan
kepada masing-masing kata yaitu, sarana pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi tiga
macam, yaitu berdasarkan habis tidaknya, berdasarkan bergerak tidaknya, dan berdasarkan
hubungan dengan proses pembelajaran. Apabila dilihat dari habis tidaknya dipakai, ada dua
macam, yaitu sarana pendidikan yang habis dipakai dan sarana pendidikan tahan lama.
Apabila dilihat dari bergerak atau tidaknya pada saat pembelajaran juga ada dua, yaitu
bergerak dan tidak bergerak. Sementara jika dilihat dari hubungan sarana tersebut terhadap
proses pembelajaran, ada tiga macam, yaitu alat pelajaran, alat peraga, dan media
pembelajaran.16 Sedangkan srasarana pendidikan di sekolah dapat diklasifikasikan menjadi
dua macam, yaitu prasarana langsung dan prasarana tidak langsung. Prasarana langsung
adalah prasarana yang secara langsung digunakan dalam proses pembelajaran, misalnya
ruang kelas, ruang laboratorium, ruang praktik dan ruang komputer. Prasarana tidak langsung
adalah prasarana yang tidak digunakan dalam proses pembelajaran tetapi sangat menunjang
dalam proses pembelajaran, misalnya tanah, ruang UKS, ruang guru, ruang kepala sekolah,
dan sebagainya.
Selain itu Gunawan juga mengemukakan bahwa barang data diklasifikasikan menjadi
dua jenis, yaitu:
1) Barang bergerak
a. Habis pakai, barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan dan
dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis
atau tidak berfungsi lagi seperti kapur tulis, tinta, kertas, spidol, penghapus dan
sapu.
b. Tidak habis pakai, barang-barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak
17
susut volumenya semasa digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama
tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap pakai untuk pelaksanaan
tugas seperti mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot dan
media pendidikan.
2) Barang tidak bergerak, barang yang tidak berpindah-pindah letaknya atau tidak
bisa dipindahkan seperti, tanah, bangunan, sumur dan menara air.
Seluruh rangkaian kegiatan tersebut harus merupakan satu kesatuan yang harmonis/terpadu.
Dalam sistematika kerjanya harus dihindarkan timbulnya kesinambungan dan tumpang tindih
dalam wewenang, tanggung jawab, dan pengawasan menghindari timbulnya pemborosan
biaya, tenaga, dam waktu. Pengklasifikasian ini dilakukan guna mempermudah stakeholder
dalam perencanaan pengadaannya yang ruti/tidak, serta perawatannya untuk memperpanjang
masa pakai. Sehingga dengan adanya klasifikasi sarana dan prasarana pendidikan, maka di
harapkan dalam mengklasifikasikan sarana dan prasarana disekolah dapat berjalan dengan
efektif dan efesien. Klasifikasi sarana dan prasarana merupakan kegiatan yang amat penting
di sekolah, maka dari itu klasifikasi sarana dan prasarana dibutuhkan sebagaimana terdapat
dalam pengelolaan sarana dan prasarana.
18
sasaran yang tepat dan benar.
c. Administratif
Dengan prinsip administratif berarti semua kegiatan manajemen perlengkapan
harus memperhatikan undang-undang, peraturan, instruksi, pedoman yang
diberlakukan pemerintah, hal ini terjadi karena di Indonesia terdapat sejumlah
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang tata cara memanage sarana
dan prasarana milik pemerintah (negara). Melengkapi dari jenis prinsip yang telah
disebutkan di atas, menurut Hunt Pierce dalam buku Barnawi dan M. Arifin,
prinsip dasar dalam manajemen sarana dan prasarana sekolah sebagai berikut.
d. Lahan bangunan dan perlengkapan perabot sekolah harus menggambarkan cita dan
citra masyarakat seperti dimana sarana dan prasarana pendidikan yang diadakan
harus disesuaikan dengan culture yang ada namun tetap modern agar dapat
merangkum harapan masyarakat.
e. Perencanaan lahan bangunan, dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah
hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama dan dengan pertimbangan
suatu tim ahli yang cukup cakap yang ada di masyarakat. Keinginan bersamapun
memerlukan pertimbangan ahli hal ini berarti nilai needs dalam perencanaan sarana
dan prasarana pendidikan tetap dikedepankan.
f. Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah hendaknya
disesuaikan dan memadai bagi kepentingan anak-anak didik, demi terbentuknya
karakter mereka dan dapat melayani Secara menjamin mereka di waktu belajar,
bekerja, dan bermain sesuai dengan bakat mereka masing-masing.
g. Lahan bangunan dan perlengkapan-perlengkapan perabot sekolah serta alat-alatnya
hendaknya disesuaikan dengan kepentingan pendidikan yang bersumber dari
kepentingan serta kegunaan atau manfaat bagi anak-anak/murid-murid dan guru-
guru.
h. Sebagai penanggung jawab harus membantu program sekolah secara efektif,
melatih para petugas serta memilih alatnya dan cara menggunakannya agar mereka
dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi dan
profesinya. Begitupula penanggung jawab, ialah yang harusnya menampung
aspirasi stekholder saat ingin melakukan pengadaan agar apa yang ia rencanakan
dapat dipertanggung jawabkan.
i. Sebagai penanggung jawab harus membantu program sekolah secara efektif,
melatih para petugas serta memilih alatnya dan cara menggunakannya agar mereka
19
dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi dan
profesinya. Begitupula penanggung jawab, ialah yang harusnya menampung
aspirasi stekholder saat ingin melakukan pengadaan agar apa yang ia rencanakan
dapat dipertanggung jawabkan.
j. Seorang penanggung jawab sekolah harus mempunyai kecakapan untuk mengenal,
baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunakan dengan tepat fungsi
bangunan dan perlengkapannya. Mengenal disini berarti harus memastikan apa
yang diadakan bernar-benar berkualitas.
k. Sebagai penanggung jawab harus mampu memelihara dan menggunakan bangunan
dan tanah sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya kesehatan,
keamanan, kebahagiaan, dan keindahan serta kemajuan dari sekolah dan
msayarakat. Penanggung jawab sarana dan prasarana hendaklah dapat mengajak
dan merangkul para stekholder agar dapat bertanggung jawab terhadap sarana
prasarana sekolah.
2.2.6 Tujuan dan Manfaat Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan tujuannya secara umum yaitu
memberikan fasilitas dan pelayanan secara profesional di bidang sarana dan prasarana
di sekolah dalam rangka terealisasinya proses pendidikan di sekolah secara efektif
dan efisien. Secara Terperinci tujuan dari pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
yaitu sebagai berikut:
20
b. Menyajikan data dan informasi supayadijadikan bahan atau pedomandalam
pengarahanpengadaan barang
c. Menyajikan data dan informasi untuk dijadikanbahan atau pedomandalam
penyaluran barang
d. Menyajikan Data dan informasi dalam penentuan keadaan barang(sudah lama,
rusak) sebagai dasar penambahan atau penghapusan barang
e. Menyajikan Data dan informasi dalam rangka membantu pengawasan dan
pengendalian barang
f. Menyajikan data dan informasi dalam mengontrol dan mengevaluasi saran
prasarana dalam sebuah lembaga tersebut.
2.2.7 Peran dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah dalam Pengelolaan Sarana dan
Prasarana Pendidikan
Salah satu tugas utama kepala kepala sekolah dalam adminis- trasian sarana
pengajaran ialah bersama-sama dengan staf menyusun daftar kebutuhan mereka akan alat-
alat sarana tersebut dan mempersiapkan perkiraan tahunan untuk diusahakan penyediannya.
Kemudian menyimpan dan memelihara serta mendistribusikan kepada guru-guru yang
bersangkutan, dan menginventarisasi alat-alat/sarana tersebut pada akhir tahun pelajaran.
Kepala sekolah menjadi kunci dalam pengadaan hingga penghapusan karena sumber dana
yang dikelola melalui kewenangannya, keputusan untuk pengadaan sangat memerlukan sikap
yang tegas dari kepala sekolah.
Peranan pimpinan dalam proses pengawasan merupakan bagian yang fundamental.
Hal tersebut bukan berarti mendominasi bawahannya, tetapi dalam arti memberikan
bimbingan dan pengawasan terhadap usaha-usaha dari bawahannya untuk mencapai hasil
yang telah ditetapkan dalam rencana maupun pelaksanaan pengawasan. Selain peranan
pemegang wewenang kepala sekolah juga mengarahkan, membimbing dan mendengar
aspirasi seluruh stekholder untuk ketercapaian tujuan sekolah.
Barnawi dan M.Arifin menjelaskan bahwa tanggung jawab dan wewenang kepala
sekolah dalam pengorganisasian sarana dan prasarana adalah:
a. Bertanggung jawab penuh terhadap seluruh hasil yang dicapai dalam kegiatan
pemeliharaan.
b. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan gedung sekolah beserta sarana
penunjangnya.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan kegiatan yang
mencakup penetapan norma, standar, prosedur, pengangkatan, pembinaan, penatalaksanaan
kesejahteraan dan pemberhentian tenaga kependidikan sekolah agar dapat melaksanakan
fungsinya dalam mencapai tujuan sekolah. Tahapan pengelolaan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan terdiri dari perencanaan, rekrutmen, seleksi, penempatan, penampilan dan
penilaian kerja, pelatihan dan pengembangan, kompensasi, keselamatan kerja,
pengembangan karier dan pemberhentian.
Sarana dan prasarana pendidikan adalah faktor kecil dan sepele namun pada
kenyataannya tidak dapat dianggap sebagai suatu hal kecil. Oleh karena itu dalam mengelola
saran dan prasaran yang ada, dibutuhkan suatu badan ataupun tenaga kerja khusus yang
memiliki ahli dan hanya terfokus pada sarana dan prasarana tersebut dengan dibantu oleh para
tenaga pengurus lembaha yang ada. Pada pengelolaan sarana dan prasarana itu dibutuhkan
adanya perencanaan, pengadaan, inventarisasi, penyimpanan, penataan, penggunaan,
pemeliharaan dan penghapusan sarana dan prasarana.
Dalam pengelolaan sarana dan prasarana tidak dapat terlepas dari faktor tersebut. Oleh
karenanya bagi tenaga pengurus yang termasuk didalamnya tenaga pendidik, kepala sekolah,
staff dan siswa hendak memperhatikan pengelolaan sarana dan prasarana sekolahnya,
3.2 Saran
Komponen tenaga pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu komponen
utama dalam pelaksanan pendidikan. Oleh karena itu, sebaiknya tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan dapat bekerja sama sehingga tujuan kegiatan pembelajaran dapat berjalan
dengan optimal. Selain itu untuk pengelolaan sarana dan prasarana diharapkan selalu
memperhatikan dalam peningkatan sarana dan prasarana, karena hal tersebut merupakan alat
yang dapat membantu keberhasilan pendidikan untuk itu pengelolaan dan pemnfaatan sarana
dan prasarana yang sudah ada harus dilaksanakan dengan baik agar hasil yang didapatkan
optimal.
22
DAFTAR PUSTAKA
Drajadjt, Zakiah. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Endin. 2010.
Gumawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. jakarta: Bumi
Aksara.
Guru A, B, dan C. 2019. Yayasan Perguruan Utama. Wawancara di Ruang Guru, 27 Mei.
Harahap, Ali Umar dan Amiruddin Siahaan. 2016. Jurnal TADBIR. “Implementasi
Perencanaan Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Layanan Pendidikan di SMP
Nahdhatul Ulama Medan Helvetia, TADBIR - Jurnal Alumni Manajemen
Pendidikan Islam.” Vol. 02. No. 01.
Hasan, M. Iqbal. 2002. Pokok-Pokok Materi Metode Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Hasibuan, Melayu S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Wahyu Ambar Arum, Sri. 2007. “Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan”. Jakarta:
Multi Karya Mulia.
iv
Barnawi dan M.Arifin. 2017. “Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah”, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Saryono dan Bangun. 2016. “Manajemen Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Jasmani Di SMA Negeri Se-Kota Yogyakarta”. Jurnal Pendidikan Jasmania
Indonesia. Vol. 12.
Parid, M., & Alif, A. L. S. (2020). Pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. Tafhim
Al-'Ilmi, 11(2), 266-275.
Bancin, A., & Lubis, W. (2017). Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan (Studi
Kasus SMA Negeri 2 Lupuk Pakam). EducanduM, 10(1), 62-69.
Rahayu, S. M., & Sutama, S. (2016). Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Varidika, 27(2), 123-129