Anda di halaman 1dari 15

MEMAHAMI MUTU PENDIDIKAN DAN

PERMASALAHANNYA
MAKALAH
Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Manajemen Mutu Pendidikan

Oleh :

Kelompok 1

1. Mohammad Ubaidillah
2. Leni Fitrotul Awwaliyah
3. Lutfiana Nur Fithrotunnisa’
4. Malikhatur Rohmah

Dosen Pengampu

Hidayatul Mufidah, M. Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUTPESANTREN SUNAN DRAJAT
LAMONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan
kepada Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalahmemahami mutu Pendidikan dan
permasalahnnyaMakalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah
ManajemenMutu Pendidikan.

Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam penyusunan


makalah ini, kami sebagai penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada
IbuHidayatul Mufidah, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen
Mutu Pendidikan. Terimakasih pula kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi membantu menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca dan


memberikan gambaran mengenai materi terkait. Sehingga pembaca dapat
menggunakan makalah ini sebagai literatur pendukung dalam pengembangan
bidang ilmu selanjutnya.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini
masih ada kekurangan baik dari isi maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk
penyempurnaan makalah kami kedepannya.

Lamongan, 10 Oktober2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN. ............................................................................... 1
1.1Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2Rumusan Masalah............................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah .............................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN MASALAH ........................................................... 3
2.1 Menyikapi Beberapa Persoalan Pendidikan .................................... 3
A. Indikator Mutu ........................................................................... 3
B. Jangan Silau dengan Prestasi Sekolah ....................................... 4
2.2 Penyebab Kesenjangan dan Problematika Mutu Pendidikan ......... 4
2.3 Guru Profesional Sebagai Faktor Penentu Mutu Pendidikan .......... 6
2.4 Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru ...................................... 7
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 9
3.1 Simpulan .......................................................................................... 9
3.2 Saran ................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Di dalam masyarakat Indonesia saat ini muncul banyak kritikan baik dari
praktisi Pendidikan nasional yang tidak mempunyai arah yang jelas. Dunia
Pendidikan sekarang ini bukan merupakan pemersatu bangsa tetapi merupakan
suatu ajang pertikaian dan persemaian manusia-manusia yang yanbg berdaulat
dalam arti yang sempit. Lebih mementingkan diri sendiri dan kelompok. Banyak
sekali problematika dalam dunia Pendidikan yang dapat mengakibatkan
kesenjangan dari kualitas Pendidikan itu sendiri dan tenaga pendidikan yang
menjadi subyek dari Pendidikan.
Maka dari itu perlu kita bahas terkait manajemen mutu yang baik dan upaya-
upaya meningkatkan profesionalitas dari seorang guru untuk menjadi factor
penentu dalam mutu Pendidikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Pendidikan adalah suatu usaha manusia untuk mengubah sikap dan tata laku
seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Esensi dari Pendidikan yakni usaha manusia untuk
memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam dunia Pendidikan juga terdapat dua
subyek yang saking berkaitan dan berinteraksi, kedua subyek ini adalah pendidik
dan peserta didik yang nantinya terjalin hubungan dialogis yang baik antara kedua
bela pihak. Tapi kenapa masih banyak sekali yang menyebabkan Pendidikan di
Indonesia masih belum sampai dalam standar kualitas yang ditentukan oleh
pemerintah dan sudah tercantum dalan undang-undang negara Indonesia.
Rendahnya mutu Pendidikan dan relevansi manusia melalui upaya
pengajaran bisa saja dipengarui beberapa factor yang mendasar. Factor terpenting
itu terdapat dalam trilogy mutu yang dirumuskan oleh Joseph M. Juran, dimana dia
mendefinisikan mutu menjadi tiga yang nantinya bisa sesuai dengan kegunannya
dan menyoroti bahwa untuk mencapai mutu yang berkualitas semua aspek dari
beberapa lini harus diperhitungan dengan matang. Mulai dari perencanaan mutu,
pengendalian mutu, dan peningkatan mutu.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana Cara Menyikapi Persoalan Mutu Pendidikan?
2. Apa yang menyebabkan kesenjangan mutu dan permasalahan Pendidikan di
Indonesia ?
3. Kenapa Guru professional sebagai factor penentu mutu Pendidikan ?
4. Bagaimana upaya untuk meningkatkan mutu Pendidikan ?
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk Cara Menyikapi Persoalan Mutu Pendidikan
2. Untuk mengetahui penyebab kesenjangan mutu dan permasalahan Pendidikan
di Indonesia
3. Untuk mengetahui factor penentuGuru professional sebagai mutu Pendidikan.
4. Untuk mengetahuiupaya untuk meningkatkan mutu Pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Menyikapi Berbagai Persoalan Mutu Pendidikan
Manajemen mutu dikembangkan oleh beberapa tokoh dan diplementasikan
sejak dekade ketiga abad kedua puluh di bidang bisnis, terutama industri. Tetapi
sebenarnya jika ditelisik secara historis, awal penerapan manajemen mutu dimulai
sejak awal abad ke-19. Manajemen mutu mula-mula diperkenalkan dalam bentuk
pengendalian mutu oleh Elias Whitney, ia mengusulkan kegiatan pengecekan
barang-barang yang akan dikirimkan kepada pelanggan. Dalam kegiatan itu
dipisahkan barang-barang yang cacat dari yang bermutu baik. Pelanggan
mendapatkan kepastian barang yang diterima bermutu baik. Pendekatan ini disebut
pengendalian mutu tradisional.
A. Indikator Mutu
Atas dasar apa suatu sekolah disebut bermutu? Apakah karena gedungnya
dibangun di atas tanah berhektar-hektar dan perlu merelokasi tanah
penduduk?Apakah karena peralatan dan sarananya mencapai miliaran rupiah dan
SPP-nya menggunakan dollar jutaan rupiah?
Adalah hal yang wajar jika masyarakat berkeinginan untuk memperoleh
layanan pendidikan yang sangat baik dan bermutu.Sebab di jenjang sekolah
manapun, biaya rill yang dikeluarkan peserta didik (orang tua)relative besar.
Persoalannya adalah, indicator apa yang bisa dijadikan ukuran ideal dan dapat
diterima semua pihak, bahwa suatu sekolah disebut bermutu.\
Ada anggapan, indicator sekolah bermutu adalah sekolah yang cenderung
memudahkan lulusannya melangkah ke jenjang pendidikan berikutnya secara
vertical, mempermudah lulusannya mendapat pekerjaan, dan secara sosial
mengangkat prestise pergaulannya.Sedikit lebih ideal, indicator sekolah bermutu
adalah sekolah yang secara optimal dapat mengaktualisasikan kemampuan kognitif,
afektif, dan keterampilan psikomotorik subjek pendidiknya.Dari bodoh menjadi
pintar, dari tumpul menjadi kreatif, dari kurang adab menjadi beradab, dan
seterusnya.

3
B. Jangan Silau dengan Prestasi Sekolah
Setiap kali akan mencari sekolah buat anak-anak, tentu orang tua memiliki
banyak pertimbangan. Diantaranya adalah sarana prasarana dan prestasi sekolah.Tentu,
prestasi sekolah saat ini menjadi barometer seberapa kualitas sekolah tersebut.Jika sekolah
miskin prestasi, maka sekolah tersebut kurang berkualitas.Demikian juga sebaliknya.
Apakah benar demikian?
Tidak sepenuhnya benar.Jika sebuah sekolah favorit punya sederet prestasi.Itu
wajar.Lha, input-nya saja sudah berkualitas, melalui seleksi ketat.Artinya, menjadikan
berlian menjadi sesuatu yang berharga tidak sulit. Cukup dengan sedikit gosokan atau
dijadikan mata cincin akan menjadi menarik dan lebih berharga. Bahkan tanpa diapa-
apakan pun berlian dari dulunya berharga.
Sekolah favorit dengan seleksi ketat tentu akan mendapat input yang berkualitas.
Anak yang sudah dari dulunya berkualitas, maka tidak sulit bagi sekolah untuk
membuatnya berprestasi juara di sederet event perlombaan.Khususnya olimpiade-
olimpiade science.
Namun bagaimana dengan sekolah yang “la yahya wala yamut”.“Hidup tak
mampu, mati pun enggan”?
Input yang mereka peroleh ala kadarnya. Sisa-sisa.“Buangan” dari sekolah-
sekolah favorit yang menolaknya.Sarana prasarananya pun seadannya.Tidak mudah
mengubah “garbage” menjadi sesuatu yang bernilai dan berharga.Tapi bukan tidak
mungkin.
Atas dasar apa sekolah disebut berkualitas? Apakah karena prestasi yang
berderet?Apakah karena gedungnya yang mentereng?Ataukah SPP-nya yang dibayar
menggunakan dollar?1

2.2 Penyebab Kesenjangan dan Problematika Mutu Pendidikan di Indonesia


Dalam prespektif pembangunan pendidikan nasional, pendidikan harus
lebih berperan berperan dalam membangun seluruh potensi agar menjadi subyek
yang berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi masyarakat. Dalam
pembangunan pendidikan itu mencakup berbagai dimensi yang sangat luas meliputi
dimensi sosial ,budaya, ekonomi,dan politik. dalam prespektif sosial pendidikan

1M. Arfan Mua’ammar, Nalar Kritis Pendidikan (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019).hal. 164

4
akan melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai peranan penting dalam
prespektif budaya, pendidikan merupakanwahana yang penting dan medium yang
efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai,dan menanamkan etos
yang ada dimasyarakat. Dalam perspektif politik, pendidikan harus mampu
mengembangkan kapasitas individu untuk menjadi warga negara yang baik yang
memiliki kesadaran akan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat
, berbangsa, dan bernegara. Karena itu, pendidikan harus dapat melahirkan individu
yang memiliki visi dan idealisme untuk membangun kekuatan bersama sebagai
bangsa
Dalam pembangunan pendidikan nasional diindonesia masi dihadapkan pada
berbagai tantangan yang serius dalam upaya menungkatkan kinerja yang mencakup
:
a. Pemerataan dan perluasan akses
b. Peningkatan mutu,relevansi,daya saing
c. Penataan tata kelola, akuntabilitas, dan citra public
d. Peningkatan pembiayaan
Dalam upaya meningkatkan kinerja pendidikan nasional, diperlukan suatu reformasi
menyeluruh yang telah dimulai dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi pendidikan
sebagai bagian dari reformasi public dalam menuingkatkan mutu pendidikan.
Menejemen mutu adalah suatu yang memenuhi standard. Adapun 8 standar
pendidikan di lembaga pendidikan antara lain :
1. Standar Isi
2. Standar Proses
3. Standar Tenaga Pendidik dan KePendidikan
4. Standar Sarana Prasarana
5. Standar Pembiayaan
6. Standar Penilaian
7. Standar Pengelolaan
8. Standar Kompetensi Kelulusan

Permasalahan mutu pendidikan merupakan saling terkait dengan suatu sistem yang
saling berpengaruh, meliputi mutu keluaran yang dipengaruhi oleh mutu masukan dan
mutu proses.

Dalam mutu pendidikan terdapat komponen yang berpengaruh terhadap


pendidikan antara lain :

5
1. Kersediaannya pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai
baik secara kuantitas dan kualitas maupun kesejahteraannya
2. Sarana dan prasarana belajar yang belum tersedia dan belum
didayagunakan secara optimal
3. Pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu
pendidikan
4. Proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif
Salah satu faktor yang terpenting dalam mempengaruhi kualitas pendidikan
adalah ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan. lembaga pendidikan harus
pula berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan, yang menghasilkan
produk-produk riset unggulan yang mendukung, Ketersediaan manusia yang
bermutu yang menguasai Iptek sangat menentukan kemampuan bangsa dalam
memasuki kompetensi global dan ekonomi pasar bebas, yang menuntut daya saing
tinggi. Dengan demikian, pendidikan diharapkan dapat mengantarkan bangsa
Indonesia meraih keunggulan dalam persaingan global.
2.3 Guru Profesional Sebagai Faktor Penentu Mutu Pendidikan
Pengembangan kompetensi profesional dalam menghadapi era Indonesia
emas mutlak diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran dan peningkatan mutu
pendidikan.Tanpa pengembangan profesionalisme, proses pembelajaran dan mutu
pendidikan hanya akan jalan di tempat.Tidak ada inovasi, dan tidak ada pula
kreatifitas serta tidak ada pembelajaran yang efektif.Pendidikan yang bermutu lahir
dari guru yang bermutu dan professional. Di sisi lain Standar Nasional Pendidikan
berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. 2Dengan
demikian guru profesional sebagai faktor penentu pendidikan bermutu adalah guru
yang memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu kreteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam
jabatan.3

Dari pembahasan dapat disimpulkan, bahwa :


1).Guru yang profesional harus disiapkan oleh lembaga pendidikan tinggi
kependidikan (LPTK) yang berkualitas dan terstandar;

2
A.Malik Fajar, Visi Pembaruan Pendidikan Islam (Jakarta: Balai Pustaka, 1998).
3
Danim, S. Dan Khairil, Profesi Kependidikan (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010).

6
2). Guru profesional wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional;
3). Guru profesional sebagai faktor penentu pendidikan bermutu adalah guru
yang memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan, yaitu kreteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan.

Baik tidaknya kinerja guru dapat dilihat dari pelaksanaan kompetensi-


kompetensi yang harus dimiliki oleh guru disamping memiliki kualifikasi
akademik. Peningkatan kinerja guru terus dilakukan oleh pemerintah dengan
berbagai upaya, baik melalui program sertifikasi guru, melakukan pengembangan
kurikulum nasional dan lokal, peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan,
pengadaan buku dan alat pelajaran, pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana
pendidikan dan peningkatan mutu manajemen sekolah. kinerja guru yang
berkualitas akan berpengaruh pada mutu pembelajaran, mutu lulusan, mutu
pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan.

2.4 Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru


Pengembangan kompetensi profesional dalam menghadapi era Indonesia
emas mutlak diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran dan peningkatan mutu
pendidikan.Tanpa pengembangan profesionalisme, proses pembelajaran dan mutu
pendidikan.
Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru tidak
hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja,
melainkan juga harus mengemban tugas yang dibebankan masyarakat kepadanya.
Tugas tersebut meliputi mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan
dalam menjalani hidup (life skills), dan nilai serta beliefs.
Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka sudah selayaknya bila
kemampuan profesional guru juga terus ditingkatkan agar mereka mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.Terkait dengan hal ini guru sendiri harus mau
membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di
samping harus pula memperhatikan berbagai pendapat dan harapanmasyarakat.
Dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru harus selalu berusaha untuk
melakukan lima hal.
Pertama, memahami tuntutan standar profesi yang ada. Hal ini harus
ditempatkan pada prioritas yang utama karena:
1. Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru lintas
negara

7
2. Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan
profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki
pelayanan yang lebih baik.
Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara
terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan
melihat perkembangan baru di bidangnya.
Kedua, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.Dengan
dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi
tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan
kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain
untuk memperoleh sertifikasi.
Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi.Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat
dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus
berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.
Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik
lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasiinovasi di
bidang profesinya.
Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen.Di zaman sekarang ini, semua bidang
dan profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima.Guru pun harus
memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang tua dan
sekolah sebagai stakeholder.Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk
pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan
publik.Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya
kepada publik.
Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan
teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan
dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media
dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer
(hard technologies) dan juga pendekatanpendekatan baru bidang teknologi
pendidikan (soft technologies).
Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak
dibarengi dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi
yang menjanjikan artinya kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Mengapa
harus kesejahteraan guru yang harus ditingkatkan?Hal ini mengandung implikasi
yang sangat luas. Di satu sisi, dengan kesejahteraan guru yang memadai akan
mampu mendukung kinerja guru secara optimal. Guru tidak lagi memikirkan
bagaimana mencari"pekerjaan sampingan" untuk mempertahankan dan membiayai
kehidupan keluarganya, melainkan mampu terfokus pada pelaksanaan tugas dan

8
tanggung jawabnya dalam membina anak didiknya. Sementara itu, di sisi lain,
dengan kesejahteraan guru yang menjanjikan, maka guru akan menjadi sebuah
profesi yang banyak dikejar oleh generasi mendatang, terutama generasi muda yang
memiliki potensi dan termasuk dalam kategori unggul. Dengan adanya 'bibit
unggul' tersebut maka guru di masa depan bukanlah dimiliki oleh orang-orang yang
'terpaksa' atau 'dipaksa' untuk menjadi guru, melainkan dimiliki oleh orang-orang
yang benarbenar memiliki kualitas dan kompetensi yang tinggi. Dengan demikian,
kata kunci dari upaya peningkata kesejahteraan guru. 4

4Muhson, Ali, Profesionalisme Guru: Sebuah Harapan, Jurnal Ekonomi & Pendidikan. Vol, 2 No,
1.(2004). 95.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Manajemen mutu dikembangkan oleh beberapa tokoh dan diplementasikan
sejak dekade ketiga abad kedua puluh di bidang bisnis, terutama industri.Tetapi
sebenarnya jika ditelisik secara historis, awal penerapan manajemen mutu dimulai
sejak awal abad ke-19. Manajemen mutu mula-mula diperkenalkan dalam bentuk
pengendalian mutu oleh Elias Whitney, ia mengusulkan kegiatan pengecekan
barang-barang yang akan dikirimkan kepada pelanggan. Dalam kegiatan itu
dipisahkan barang-barang yang cacat dari yang bermutu baik.Pelanggan
mendapatkan kepastian barang yang diterima bermutu baik.Pendekatan ini disebut
pengendalian mutu tradisional.
Permasalahan mutu pendidikan terkait dengan suatu sistem yang saling
berpengaruh dalam mutu pendidikan. Dalam mutu pendidikan terdapat komponen
yang berpengaruh terhadap pendidikan.
1. Kersediaannya pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memadai
baik secara kuantitas dan kualitas maupun kesejahteraannya
2. Sarana dan prasarana belajar yang belum tersedia dan belum
didayagunakan secara optimal
3. Pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang mutu
pendidikan
4. Proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif
Salah satu faktor yang terpenting dalam mempengaruhi kualitas pendidikan adalah
ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan.
Pengembangan kompetensi profesional dalam menghadapi era Indonesia
emas mutlak diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran dan peningkatan mutu
pendidikan.Tanpa pengembangan profesionalisme, proses pembelajaran dan mutu
pendidikan hanya akan jalan di tempat.Tidak ada inovasi, dan tidak ada pula
kreatifitas serta tidak ada pembelajaran yang efektif.Pendidikan yang bermutu lahir
dari guru yang bermutu dan professional. Di sisi lain Standar Nasional Pendidikan

10
berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka sudah selayaknya bila
kemampuan profesional guru juga terus ditingkatkan agar mereka mampu
menjalankan tugasnya dengan baik.Terkait dengan hal ini guru sendiri harus mau
membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di
samping harus pula memperhatikan berbagai pendapat dan harapanmasyarakat.
Dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru harus selalu berusaha untuk
melakukan lima hal.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik yang
kami sengaja maupun yang tidak kami sengaja. Maka dari itu sangat kami harapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mua’ammar, M. Arfan. (2019)Nalar Kritis Pendidikan.Yogyakarta:


IRCiSoD.
Malik Fajar. (1998) Visi Pembaruan Pendidikan Islam. Jakarta: Balai
Pustaka.
Danim, S. Dan Khairil. (2010). Profesi Kependidikan. Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Muhson, Ali. (2004) Profesionalisme Guru: Sebuah Harapan, Jurnal
Ekonomi & Pendidikan, 2(1).

12

Anda mungkin juga menyukai