Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS KEBIJAKAN SEKOLAH UNGGULAN

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Analisis Kebijakan Pendidikan
Program Magister Manajemen Pendidikan Islam
UIN Alauddin Makassar

OLEH:

LENI AWALENI
NIM 80300222014

DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. Muhammad Ramli, M.Si

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


PROGRAM PASCASARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
2023
KATA PENGANTAR

Al-Ḥamd lillāhi rabb al-‘ālamīn. Penulis dengan tulus bersyukur

kepada Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya yang memungkinkan

penyelesaian makalah ini tentang Analisis Kebijakan Sekolah Unggulan.

Semoga rahmat dan keselamatan senantiasa tercurah kepada Nabi

Muhammad saw., keluarga beliau, dan para sahabat.

Selain itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr.

Muhammad Ramli, M. Si. Dosen Pengampu mata kuliah Analisis Kebijakan

Pendidikan, dan teman-teman mahasiswa yang membantu serta mendukung

dalam penulisan makalah ini

Penulisan makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan umpan balik yang membangun dari pembaca guna

memperbaiki kesalahan yang ada. Akhir kata, semoga makalah ini

bermanfaat bagi para pembaca.

Bone, 2 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

I. PENDAHLUAN 1

A. Latar Belakang....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................ 3

C. Tujuan Penulisan..................................................................................................3

II. PEMBAHASAN 4

A. Konsep Sekolah Unggulan................................................................................4

B. Komponen Standar Sekolah Unggulan........................................................8

C. Tujuan Mewujudkan Sekolah Unggulan.....................................................9

D. Cara Mewujudkan Sekolah Unggulan.........................................................11

III. PENUTUP 21

A. Kesimpulan............................................................................................................ 21

B. Saran......................................................................................................................... 23

DAFRAR PUSTAKA........................................................................................................24

iii
ANALISIS KEBIJAKAN SEKOLAH UNGGULAN

Oleh: Leni Awaleni

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Topik pendidikan, dari waktu ke waktu selalu mendapat posisi yang

aktual sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan adalah wahana

paling efektif untuk melahirkan generasi unggul di masa mendatang. Dalam

rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia, lembaga pendidikan

harus berbenah diri tiada henti. Banyak hal yang harus dibenahi dan banyak

komponen yang harus disempurnakan.

Tuntutan globalisasi mendorong dunia pendidikan untuk melakukan

inovasi terus menerus dengan tetap menjamin fleksibelitas dalam

implementasinya. Menghadapi era revolusi indutri 4.0, dunia pendidikan

harus terus berbenah. Berbagai terobosan haru dilakukan, mulai dari

manajemen tata kelola, sumber daya manusia, praktek pendidikan dan

pembelajaran, dan kesiapan fasilitas dan sarana penunjang seperti gedung,

laboratorium, lapangan olahraga, sarana kesehatan, dan sebagainya.

Kurikulum pendidikan pun terus diperbaharui mengkuti

perkembangan zaman. Bila selama ini siswa digiring untuk menghafal fakta-

fakta, kini potensi dan kompetensi dikembangkan semaksimal mungkin.

Dengan demikian, talenta peserta didik dapat berkembang melalui

pengalaman belajar dengan pendekatan baru tersebut.

Namun, pembaharuan dan peningkatan mutu pendidikan berjalan

bukan tanpa kendala. Hakikat dan maksud pembaharuan pendidikan

tersebut belum semua pihak mampu menerima dan memahami. Pelaksanaan

1
2

kurikulum yang ditetapkan pemerintah berlangsung seolah-olah tanpa

perubahan. Tuntutan kurikulum berbasis tema sulit dipenuhi apalagi dengan

kelas yang kondusif sejuk dan menyenangkan.

Moving class (kelas bergerak) belum bisa dilaksanakan yang terbentur

dengan mata pelajaran dan kelengkapan berbagai fasilitas pendukungnya.

Perpustakaan sekolah sebagai kebutuhan vital pun tidak begitu lengkap

dengan buku-buku penunjang. Sehingga adanya perpustakaan sekolah tidak

memotivasi kepada siswa untuk memanfaatkannya dalam pengalaman

belajar. Penyebaran guru belum merata. Sekolah terpencil masih banyak

kekurangan guru. Status ekonomi dan sosial guru juga belum memadai.

Timbul krisis motivasi guru yang disebabkan oleh penghasilan yang sangat

rendah lebih-lebih guru swasta.

Dilain sisi, peran dan tugas guru yang strategis ini menuntut adanya

guru yang memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan

jenjang kewenangan mengajar. Guru yang kesehariannya bergaul dan

berkomunikasi serta membimbing para siswa dituntut untuk bertindak

profesional. Dalam artian, agar dia dapat melaksanakan amanat sebagai

pendidik diperlukan bekal kompetensi yang memadai. Kompetensi itu

meliputi kemampuan (ability), keterampilan (skill) dan pengetahuan

(knowledge).

Temuan-temuan baru dalam bidang teknologi informasi dan

neurosains (teori-teori tentang otak dan multi kecerdasan) perlu diikuti

untuk dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran. Motivasi dan

pembinaan bagi para guru selalu diperlukan. Tanpa fasilitas dan motivasi dari

pemerintah dan para pemangku kepentingan lainnya, sulit bagi para guru

berjalan sendirian. sekalipun ada teori yang berpendapat bahwa keberhasilan


3

seseorang terutama ditentukan oleh faktor internal bagi pengembangan

potensi guru tergantung pada kemauan dan kesungguhan dari usaha guru itu

sendiri.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah makalah ini berdasarkan latar belakang masalah

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana Konsep Sekolah Unggulan?

2. Apa Saja Komponen Standar Sekolah Unggulan ?

3. Apa Tujuan Mewujudkan Sekolah Unggulan?

4. Bagaimana Cara Mewujudkan Sekolah Unggulan?

C. Tujuan Penulisan

Dengan mempertimbangkan rumusan masalah di atas, berikut adalah

tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:

1. Untuk Memahami Konsep Sekolah Unggulan.

2. Untuk Memahami Komponen Standar Sekolah Unggulan

3. Untuk Memahami Tujuan Mewujudkan Sekolah Unggulan.

4. Untuk Memahami Cara Mewujudkan Sekolah Unggulan.


4

II. PEMBAHASAN

A. Konsep Sekolah Unggulan

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi menjadi tantangan

tersendiri bagi lembaga pendidikan dan para praktisi pendidikan untuk bisa

mengimbanginya. Salah satunya dengan pendidikan yang berkualitas.

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang berkualitas telah mendorong

berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap

gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan berkualitas

merupakan satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia yang

berkualitas. Peningkatan mutu SDM dituangkan dalam bentuk pendirian

sekolah-sekolah unggulan di beberapa wilayah.

Ketika mendengar nama sekolah unggulan yang tergambar di benak

kita sekolah yang luar biasa, elit, mahal dan top. Memang dilihat dari fisiknya

sangat mewah, biayanya mahal, akan tetapi hal itu diimbangi dengan tenaga

pendidik yang profesional, kurikulum yang tepat, program yang bagus dan

proses yang maksimal, sehingga output yang dihasilkan sangat baik (unggul).

Pada awalnya Sekolah unggulan merupakan lembaga pendidikan yang

lahir dari sebuah keinginan untuk mampu berprestasi di tingkat regional,

nasional dan internasional dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi ditunjang oleh pendidikan karakter. Akhir-khir ini ketertarikan

masyarakat terhadap sekolah unggulan semakin meningkat. Terbukti

meludaknya pendaftar seleksi siswa baru di sekolah-sekolah unggulan. Salah

satu alasannya disamping unggul dibidang akademiknya, pendidikan

moralnya sangat diperhatikan, walaupun hal itu tidak menjadi jaminan bagi

siswa bermoralitas seratus persen, akan tetapi lingkungan tercipta ke arah

tersebut.
5

Istilah sekolah unggul pertama kali diperkenalkan oleh mantan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Wardiman Djojonegoro,

tahun 1994. Istilah sekolah unggul lahir dari satu visi yang jauh menjangkau

ke depan, wawasan keunggulan. Menurut Wardiman, selain mengharapkan

terjadinya distribusi ilmu pengetahuan, dengan membuat sekolah unggul di

tiap-tiap propinsi, peningkatan SDM menjadi sasaran berikutnya. Lebih

lanjut, Wardiman menambahkan bahwa kehadiran sekolah unggul bukan

untuk diskriminasi, tetapi untuk menyiapkan SDM yang berkualitas dan

memiliki wawasan keunggulan.1

Pada dasarnya, sekolah unggul adalah sekolah yang fokus pada

kualitas proses pembelajaran, bukan pada kualitas input siswanya. Kualitas

proses pembelajaran bergantung pada kualitas guru yang bekerja di sekolah

tersebut. Apabila kualitas guru di sekolah tersebut baik, mereka akan

berperan sebagai agen pengubah siswanya, dan menekankan kepada

kemandirian dan kreatif sekolah yang memfokuskan pada perbaikan proses

pendidikan.

Di samping itu ada juga yeng berpendapat bahwa Sekolah unggul

adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan yang

dihasilkan (output) dari pendidikannya. Dengan demikian sekolah unggulan

dapat didefinisikan sekolah yang dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya

dengan mengarahkan semua komponennya untuk mencapai hasil lulusan

yang lebih baik dan cakap daripada lulusan sekolah lainnya.

1
Jamal Makmun Asmani, “Kiat Melahirkan Sekolah Unggulan” (Yogyakarta: Diva
Press, 2013), h. 17.
6

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah menggariskan bahwa

sekolah unggulan adalah sebuah institusi pendidikan yang memiliki ciri

utama atau karakteristik sebagai berikut:

1. Input diseleksi secara ketat dengan kriteria tertentu dan melalui

prosedur yang dapat dipertanggungjawabkan. Kriteria yang

dimaksudkan adalah:

a. Prestasi belajar superior dengan indikator anggka rapot, UPM

Murni dan hasil tes prestasi akademik;

b. Skor psikotes yang meliputi intlegensi dan kreatifitas;

c. Tes fisik jika diperlukan.

2. Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan

belajar siswa serta menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam

kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

3. Lingkungan belajar yang kondusif untuk berkembangnya potensi

keunggulan menjadi keunggulan yang nyata baik lingkungan fisik

maupun sosial psikologis.

4. Guru dan tenaga kependidikan yang menangani harus unggul baik dari

segi penguasaan materi pelajaran, metode mengajar, maupun

komitmen dalam melaksanakan tugas.

5. Kurikulumnya diperkaya dengan pengembangan dan improvisasi

secara maksimal sesuai dengan tuntunan belajar peserta didik yang

memiliki kecepatan belajar serta motivasi belajar yang lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa seusianya.

6. Kurun waktu lebih lama dibandingkan sekolah lain.


7

7. Proses belajar harus berkualitas dan hasilnya dapat dipertanggung

jawabkan, baik kepada siswa, lembaga maupun masyarakat.

8. Sekolah unggul itu tidak hanya memberikan manfaat kepada peserta

didik di sekolah tersebut, tetapi harus memiliki resonansi sosial

terhadap lingkungan sekitar.

9. Pembinaan kemampuan kepemimpinan yang menyatu dalam

keseluruhan sistem pendidikan siswa melalui praktek langsung dalam

kehidupan sehari-hari bukan sebagai materi pelajaran.

10. Nilai lebih sekolah unggul terletak pada perlakuan tambahan diluar

kurikulum, program pengayaan dan perluasan, pengajaran remidial,

pelayanan, bimbingan dan konseling yang berkualitas, pembinaan

kreatifitas dan disiplin.2

Sekolah unggulan ada beberapa tipe, antara lain:

1) Tipe 1 yang meliputi : input unggul (murid), proses belajar mengajar

biasa saja (normal), dan output (lulusan) tetap unggul karena faktor

bawaan;

2) Tipe 2 yang meliputi: Fasilitas dan sarana prasarananya yang unggul

karena serba mewah dan tentunya amat mahal, seperti adanya

berbagai lapangan olahraga, asrama ber-AC, ruang kelas yang

dilengkapi dengan multi audio, media pembelajaran dan pengajaran

yang canggih dan lain-lain. Dan fasilitas yang sangat mewah ini tentu

harus dibayar dengan biaya (SPP dan lainlain) yang mahal pula.

3) Tipe 3 yang meliputi: input rendah menjadi output yang tinggi,

penekanan pada iklim belajar yang positif dan efektif. Menurut tipe ini

2
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, “Teori Belajar dan Pembelajaran”, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2008), h. 28.
8

sekolah unggul adalah sekolah yang iklim belajar yang positif di mana

seluruh muridnya bisa dan mampu memenuhi persyaratan ini;

a) menguasai keterampilan keterampilan dasar (membaca menulis

berhitung dan literasi),

b) meraih prestasi akademik dengan maksimal (pencapaian pada

tingkat maksimal untuk setiap individu),

c) menunjukkan keberhasilan melalui evaluasi yang sistematis

(gabungan dari; a. evaluasi yang dilakukan oleh guru, b. penilaian

acuan patokan untuk mengukur apakah tujuan instruksional telah

tercapai, c. dan evaluasi belajar tahap akhir nasional untuk

mengetahui prestasi belajar murid dibandingkan terhadap

prestasi belajar murid pada tingkat nasional).

Kata kunci dari tipe ini adalah prestasi akademik peserta didik. Dan

menurut tipe ini sekolah unggul ialah sekolah yang proses belajar mengajar

yang efektif. Dianggap efektif jika memenuhi faktor-faktor berikut ini,

yakni:1) dedikasi guru yang tinggi, 2) kepemimpinan kepala sekolah yang

kuat, 3) percaya diri pada murid dan guru yang tinggi bahwa prestasi

akademik bisa dicapai, 4) pemantauan yang rutin kepada murid, 5)

kesempatan belajar yang cukup bagi murid, dan 5) pelibatan orang tua

masyarakat dan stakeholder lainnya.3

B. Komponen Standar Sekolah Unggulan

Di Indonesia standar minimal sekolah unggulan harus memenuhi: 1)

Iklim sekolah yang positif, 2) Proses perencanaan melibatkan seluruh warga

sekolah, 3) Motivasi yang tinggi terhadap prestasi akademik, 4) Pemantauan

yang efektif terhadap kemajuan murid, 5) Keefektifan guru, 6) Kepemimpinan


3
Moedjiarto, “Sekolah Unggul”, (Jakarta: Duta Graha Pustaka, 2002), h. 9.
9

instruksional yang berorientasi pada prestasi akademik, 7) Pelibatan orang

tua yang aktif dalam kegiatan sekolah, 8) Kesempatan tanggung jawab dan

partisipasi yang tinggi di sekolah, 9) Ganjaran dan insentif yang berdasarkan

pada keberhasilan, 10) Tata tertib dan disiplin yang baik, dan 11)

Pelaksanaan kurikulum yang jelas.

Sekolah unggul adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai

keunggulan keluaran (output) pendidikan. Untuk mencapai keunggulan

tersebut, maka input, proses pendidikan, manajemen, layanan pendidikan,

serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk mendukung tercapainya

tujuan tersebut.4

Sekolah yang baik yaitu dengan melihat beberapa sudut pandang

diantaranya: pertama perspektif tujuan, yaitu sekolah yang efektif apabila ia

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. kedua Perspektif proses. Artinya

bukan dilihat dari tingkat pencapaiannya tujuannya, melainkan konsistensi

internal, efisiensi penggunaan sumber daya yang ada, dan kesuksesan dalam

mekanisme kerjanya. Jadi baik tidaknya sekolah dilihat bukan dari tingkat

pecapaian tujuan tetapi proses dan karakteristik sekolah.5

C. Tujuan Mewujudkan Sekolah Unggulan

Tujuan mewujudkan sekolah unggulan meliputi:

1. Kualitas, Tujuan utama dari sekolah unggulan adalah untuk

meningkatkan kualitas sekolah. Ini adalah sebuah metodologi,

4
Departemen Pendidikan Nasional, “Panduan Penyelenggaraan Program Rintisan
SMA Bertaraf Internasional”, 2009
5
M. Ahmad Abdul Jawwad, “Manajemen Rapat”, (Bandung: Syamil Cipta Media,
2006), h. 80.
10

2. Eksistensi, Mendirikan sekolah bukan untuk beberapa tahun saja,

tetapi untuk selamanya. Untuk bisa eksis tersebut dibutuhkan

blueprint yang jelas, aplikatif, dan duplicatif.

3. Reputasi, Sekolah unggulan atau di barat disebut dengan Effective

School, di Indonesia diperkirakan mulai familiar sekitar tahun 90-an.

Sekolah unggul didirikan dalam upaya mengejar ketertinggalan HDI di

tingkat Asia Tenggara dan kekeringan motivasi di tingkat local,

4. Kompetisi, Di tengah menjamurnya lembaga pendidikan, baik negeri

ataupun swasta maka kompetisi semakin dinamis dan kita tidak

menampik itu. Jika kompetisi ini bisa kita menangkan, maka otomatis

kompetensi dapat kita raih karena sekolah unggulan mengarah pada

prestasi yang tinggi,

5. Percaya Diri, Dengan meningkatkan kepercayaan masyarakat akan

menambah percaya diri dari sekolah. Menurut Miller (1980), prestasi

murid akan naik dan partisipasi masyarakat bertambah jika kepala

sekolah saling berkonsultasi dan berorientasi secara geologis,

6. Inovasi, semi dan Full day school adalah salah satu lompatan inovasi

yang dilakukan oleh sekolah unggulan dalam rangka menciptakan

iklim yang positif,

7. Moralitas, Pendidikan karakter HOTS dan 4 pilar adalah ruh kurikulum

tematis untuk mencerdaskan murid dalam semua aspek, termasuk

aspek afektif. Dan tujuan moralitas ini yang terus memompa cita-cita

luhur para guru untuk membentuk murid yang punya daya saing

global, punya ketahanan mental, dan punya semangat,

8. Bisnis, salah satu tugas penting kepala sekolah adalah supervise dan

mensejahterakan para guru. Oleh sebab itu, sekolah unggul bukan


11

hanya rutin dan wajib melaksanakan kegiatan nasional, keagamaan,

dan lain-lain. Tapi juga kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk

membantu mensejahterakan semua komponen di sekolah, guru, staf,

wali murid, dan masyarakat sekitar sekolah. Di samping juga untuk

mandirikan sekolah dari sisi finansial.

D. Cara Mewujudkan Sekolah Unggulan

Untuk mewujudkan, mendirikan, dan menciptakan sekolah unggulan

setidaknya ada 4 langkah sederhana, praktis, dan deskriptif, yaitu dengan

metode atau langkah Four Mim (4M), yaitu:

1. Manajemen Perencanaan.

Dalam manajemen perencanaan ini terdapat:

a. Analisis kebutuhan.

Selama ini banyak sekolah yang belum menganalisa

kebutuhan sebelum merencanakan dan melaksanakan programnya.

Akibatnya, banyak program yang tidak sesuai dengan kebutuhan

masyarakatnya terkait dengan pendidikan sehingga program

pendidikan tidak bisa memberikan dampak manfaat yang sangat

signifikan. Diharapkan pengelola lembaga sekolah agar dapat

memahami perlunya menganalisa kebutuhan sebelum

merencanakan dan melaksanakan program. Dengan demikian

program dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di sekitar

lembaga atau yang menjadi target lembaga.

b. Komunikasi dan informasi.

Komunikasi yang efektif tidak mudah dilaksanakan. Banyak

sekolah yang mengalami hambatan dalam pelaksanaan program dan

pencapaian tujuannya akibat gagal berkomunikasi secara internal


12

dengan efektif. Keberadaan lembaga juga sering tidak disadari para

stakeholder akibat kurangnya informasi dari lembaga kepada

lingkungannya.

c. Pengarsipan dan Tata Buku.

Banyak ditemukan di sekolah yang tidak melakukan

dokumentasi dan pengumpulan dokumentasi (pengarsipan) yang

baik tentang program dan kegiatan lembaga. Oleh karena itu,

lembaga tidak memiliki data yang lengkap dan dapat membantu

mereka melakukan perencanaan dan evaluasi program secara lebih

baik. Selain itu, diketahui bahwa lembaga melakukan proses

pembukuan hanya dan terutama untuk keperluan membuat laporan

kepada pemberi dana dan bantuan.

Penataan kearsipan mempunyai kewajiban di antaranya:

penyimpanan berkas surat dinas, penemuan kembali surat dinas

yang disimpan, pemeliharaan dan pengendalian berkas surat dinas,

penyusutan dan pemusnahan berkas surat dinas yang tidak

diperlukan, dan pencatatan inventaris milik Lembaga. 6

d. Pengelolaan Sumber Daya Manusia.

Ada sebagian besar sekolah masih mengalami kesulitan dalam

aspek pengelolaan sumber daya manusia dalam lembaganya.

Kesulitan tersebut terlihat dari masih banyaknya sekolah yang belum

memiliki struktur organisasi, dan bahkan lebih banyak lagi yang

belum memiliki uraian tugas untuk tiap jabatan yang ada dalam

lembaganya. Padahal, pengelolaan sumber daya manusia sangat

6
Sugiyono, “Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan”, (Yogyakarta : Ar-
Ruzz Media, 2008), h. 37.
13

penting dalam menunjang pencapaian tujuan lembaga dan program-

programnya.

e. Lingkungan Kerja.

Sekolah menganggap bahwa lingkungan kerja kondusif tidak

penting, sehingga tidak memiliki fasilitas sendiri dan kondisi

lingkungan kurang bersih. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk

meningkatkan kualitas lingkungan kerja lembaga pada kenyataannya

penataan tempat kerja dapat membawa gairah kerja yang besar.

Untuk itu, lingkungan kerja perlu dikelola dengan baik. Dukungan

fisik dan non fisik lingkungan kerja dapat membangun gairah kerja

bagi peserta didik maupun tutor dan juga pengelola,

f. Monitoring dan Evaluasi Program.

Diketahui bahwa masih banyak lembaga yang belum

melakukan monitoring supervisi dan evaluasi secara teratur serta

belum memanfaatkan hasil monitoring supervisi dan evaluasi

sebagai masukan dalam memperbaiki pelaksanaan kegiatan

Lembaga.

2. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Sementara orang biasa berpikir runut dalam memecahkan masalah,

hendaknya kita berani berpikir acak. Dalam bidang apapun orang sudah

terbiasa melakukan sesuatu mengikuti cara pendahulunya, sehingga cara

yang dipergunakan adalah cara biasa. Hanya orangorang tertentu yang

mampu melakukan cara baru di luar kebiasaan dan berhasil karena tekun

dan gigih menemukan cara-cara baru tersebut. Kalau tidak, pasti mati

layu sebelum berkembang. Banyak sekali penemuan didapatkan karena


14

penerapan berpikir terbalik seperti telepon, listrik, komputer, sistem

komputer, metode pemasaran, mesin-mesin dan sebagainya.

Ada tiga hal yang dapat merubah sifat manusia, yakni melalui

pendidikan, pengalaman, dan lingkungan. Karena pendidikan,

pengalaman, dan lingkungan yang mengajarkan dan merubah manusia

untuk menjadi rajin, aktif, kreatif, mandiri dan optimis. Ketiga hal

tersebut dapat merubah pola pikir guru (karyawan) dari pola pikir kecil

dan tercerai berai menjadi pola pikir yang besar dan menyatu.

Dalam manajemen sumber daya manusia ini inovasi dijadikan

sebagai jantung organisasi. Team work dalam manajemen sumber daya

manusia ini didorong untuk selalu berinovasi tiada henti dalam

meningkatkan kualitas prestasi dan memenangkan persaingan ketat.

Oleh karena sebab itu, dalam manajemen sumber daya manusia, proses

rekrutmen yang dilakukan harus transparan dan akuntabel. Dengan

demikian, sumber daya manusia yang dihasilkan benar-benar profesional

di bidangnya, sehingga kompetitif dan produktif karena menjadikan

inovasi sebagai nafasnya.

Sumber daya manusia adalah investasi paling mahal dalam

organisasi. Manusia inilah energi dan sumber kemajuan yang tidak bisa

digantikan dengan apapun.Baik uang, sarana prasarana, maupun jabatan.

Manajemen sumber daya manusia seharusnya menjadi prioritas utama

dalam organisasi. Manajemen sumber daya manusia ini meliputi

penempatan personil dalam struktur, job description (pembagian tugas),

jalur instruksi dan koordinasi, pola interaksi, serta komunikasi,

mekanisme kenaikan karir, pengembangan kompetensi, dan lainlain.7

7
Mulyoto, “Strategi Pembelajaran Di Era Kurikulum 2013”, (Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher, 2013), h. 33.
15

3. Manajemen Kurikulum.

Manajemen kurikulum sebenarnya menekankan pada strategi

pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan efisien untuk

mencapai hasil pendidikan secara maksimal. Proses pembelajaran

tampaknya memang menjadi penentu kualitas pendidikan melebihi

komponenkomponen lainnya. Namun demikian, semua komponen tetap

diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan.

Upaya pengembangan kurikulum itu diaplikasikan melalui suatu

mekanisme tertentu. Menurut Hamalik mekanisme pengembangan

kurikulum tersebut meliputi: a) Studi kelayakan dan kebutuhan, b)

Penyusunan konsep awal perencanaan kurikulum, c) Pengembangan

rencana untuk melaksanakan kurikulum, d) Pelaksanaan uji coba

kurikulum di lapangan, e) Pelaksanaan kurikulum, f) Pelaksanaan

penilaian dan pemantauan kurikulum, dan g) Pelaksanaan perbaikan dan

penyesuaian.

4. Manajemen Kesiswaan.

Manajemen kesiswaan adalah pengelolaan kegiatan yang berkaitan

dengan peserta didik mulai dari awal masuk (bahkan sebelum masuk)

hingga akhir (tamat) dari lembaga pendidikan.

5. Manajemen keuangan.

Setidaknya ada 2 hal yang menyebabkan timbulnya perhatian yang

besar pada keuangan. Yaitu pertama, keuangan termasuk kunci penentu

kelangsungan dan kemajuan lembaga pendidikan. Kenyataan ini

mengandung konsekuensi bahwa program-program pembaruan atau

pengembangan pendidikan bisa gagal dan berantakan manakala tidak

didukung oleh keuangan yang memadai. Kedua, lazimnya uang dalam


16

jumlah besar sulit sekali didapatkan khususnya bagi lembaga pendidikan

swasta yang baru berdiri.

6. Manajemen Administrasi.

Perkembangan dari ilmu administrasi negara termasuk ilmu

administrasi sekolah didorong oleh kebutuhan terlaksananya

penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat lebih baik cepat dan

simultan. Perkembangan sekolah-sekolah begitu pesat dan cepat baik

dalam arti kuantitatif membutuhkan administrasi yang semakin baik.

Perkembangan yang demikian kompleks dan simultan yang dialami

oleh sekolah sekarang ini membutuhkan tata penyelenggaraan yang lebih

baik, lebih rapi, agar tujuan dari sekolah itu dapat tercapai secara lebih

berdaya guna dan berhasil guna. Kelemahan-kelemahan yang biasanya

dirasakan oleh sekolah ini adalah dalam bidang sarana dan prasarana.

Kurangnya tenaga guru, baik dalam arti jumlah maupun mutunya,

kurikulum dan sebagainya. Jarang sekali disebutkan bahwa kekurangan

dari sekolah itu juga di dalam bidang administrasi.

7. Manajemen Sarana dan Prasarana.

Sarana dan prasarana memegang peran penting untuk menciptakan

bangunan sekolah yang indah, asri, nyaman, dan menyenangkan semua

pihak. Lingkungan yang bersih, bebas dari kotoran, sirkulasi udara

normal, ditanami bunga dan segala hiasan yang indah, dilengkapi tempat

rekreasi, dan tulisan-tulisan motivasi, tentu akan mengunggah semangat

belajar dan berprestasi. Tersedianya berbagai sarana pokok seperti

kamar mandi, tempat ibadah, olahraga, dan laboratorium juga

merupakan elemen krusial bagi eksistensi sekolah dalam membangun

jati diri dan prestasi.


17

Manajemen sarana prasarana didasarkan pada kebutuhan, skala

prioritas, perawatan, dan gradualitas. Sekolah dengan ketersediaan

anggaran yang terbatas tentu harus cermat dalam melengkapi sarana

prasarana apa yang sangat dibutuhkan dan mendesak. Apa yang tidak

dibutuhkan tapi tidak mendesak. Dengan demikian, selalu ada skala

prioritas yang harus ditetapkan sesuai kondisi lapangan dan tuntutan

stakeholder.

8. Manajemen Hubungan Masyarakat.

Tugas pokok humas adalah sebagai berikut: 1) Memberikan

informasi dan menyampaikan gagasan kepada masyarakat atau pihak

pihak lain yang menjadi sasaran, 2) Menjadi perantara pemimpin dalam

bersosialisasi dan memberikan informasi kepada masyarakat atau pihak-

pihak lain yang membutuhkan, 3) Membentuk pemimpin dalam

mempersiapkan bahan-bahan yang berhubungan dengan permasalahan

dan informasi yang akan diberikan kepada masyarakat yang menarik

pada saat tertentu; serta 4) Membantu pemimpin untuk

mengembangkan rencana dan kegiatan lanjutan yang berkaitan dengan

pelayanan terhadap masyarakat sebagai konsekuensi dari komunikasi

timbal balik dengan pihak luar, untuk menumbuhkan harapan

penyempurnaan kegiatan yang telah dilakukan organisasi.

Oleh sebab itu, hubungan kemasyarakatan (humas) harus dibangun

dengan manajemen yang profesional. Di antara program humas adalah

memperkenalkan visi, misi, tujuan, program, kegiatan-kegiatan, dan

prestasiprestasi yang dilahirkan sekolah dan madrasah.

9. Manajemen Kerjasama.
18

Kerjasama dengan pihak luar sangat penting bagi suatu lembaga

pendidikan untuk memperluas cakrawala pemikiran dan

mengembangkan potensi dan semua aspek. Utamanya, hal ini sangat baik

sebagai sarana pengembangan kapasitas lembaga, pengembangan

kualitas guru, peningkatan bakat anak didik, dan pemantapan

kepercayaan diri kepada masyarakat sebagai stakeholder utama sekolah.

10. Manajemen Komunikasi.

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi dan ide.

Pertukaran informasi di sekolah terjadi antara guru kepada murid, orang

tua murid, guru-guru lain, kepala sekolah, pejabat-pejabat di lingkungan

Depdikbud yang relevan, pejabat-pejabat di luar Depdikbud, serta

dengan anggota masyarakat lainnya dalam rapat-rapat atau konferensi.

Komunikasi digunakan untuk saling bertukar pendapat serta usaha

untuk memecahkan masalah.

Perlunya komunikasi dua arah ini terutama untuk mengupayakan

agar ada bantuan dari orang tua dan anggota masyarakat untuk

mensukseskan pendidikan. Komunikasi dua arah yang baik, perlu

diusahakan oleh para guru di sekolah. Dalam berkomunikasi dua arah

dengan murid, orang tua murid, guru lain dan kepala sekolah, para

pejabat, maupun anggota masyarakat.

11. Manajemen Rapat.

Tujuh langkah mengadakan rapat: 1) Ringankan beban anda dan

beban anggota rapat Sebelum rapat dimulai, 2) yakinkan bahwa Anda

memang betul-betul memerlukan rapat, 3) sukseskan rapat yang Anda

lakukan, 4) Bagaimana anda dan mengapa harus menentukan agenda

rapat, 5) Bagaimana caranya mematangkan ide-ide dan mengambil


19

keputusan ketika rapat?, 6) Kiat sukses menguasai rapat, 7) Bagaimana

menilai dan mengevaluasi sukses tidaknya rapat yang Anda adakan?.

12. Manajemen Personalia.

Pegawai atau personalia terutama guru, merupakan ujung tombak

dalam proses pendidikan Islam. Proses pendidikan tidak akan berhasil

dengan baik tanpa peran guru secara institusional. Kemajuan suatu

lembaga pendidikan lebih ditentukan oleh pimpinan lembaga tersebut

daripada oleh pihak lain. Akan tetapi, dalam proses pembelajaran guru

berperan paling menentukan melebihi metode atau materi. Urgensi guru

dalam proses pembelajaran ini tertukis dalam ungkapan bijak ”metode

lebih penting daripada materi, tetapi guru lebih penting daripada metode.“

13. Manajemen Struktur.

Manajemen struktur merupakan pengelola tugas-tugas yang

diterima yang diterima oleh setiap personalia, kepada siapa mereka

bertanggung jawab, kepada siapa mereka melaporkan hasil kerjanya,

dengan siapa mereka bekerja sama, dengan siapa mereka berinteraksi,

terhadap siapa mereka memiliki kewenangan untuk memerintah, dan

pekerjaan apa saja yang menjadi kewajiban mereka masing-masing.

14. Manajemen Konflik.

Resolusi konflik meliputi:1) Silaturahmi sebagai proses pencegahan

konflik, 2) Bahts almasail sebagai proses penekanan dan penyekatan

konflik, 3) Tabayun sebagai proses pengaturan dan penyekatan konflik,

4) Hakam sebagai proses pelembagaan konflik, dan 5) Ishlah sebagai

proses akhir penyelesaian konflik.

15. Manajemen Event Organizer.

a. Team Player.
20

Kesuksesan sebuah tim jika dipandang dari aspek pekerjaannya

dibagi kedalam tiga aspek penting, yaitu manajemen, marketing,dan

kreator. Sebagai pemimpin sebuah event, kita perlu bekerjasama

sebagai sebuah tim inti yang didasari oleh tiga hal tersebut. Pertama

berhubungan dengan aspek manajemen, yaitu yang terdiri atas

manajer, keuangan, dan operasional. Kedua, aspek marketing, yang

terdiri atas menggali dana sponsor, ticketing, dan promosi/humas.

Ketiga adalah aspek kreator, yaitu aspek acara, desain materi promo,

dan dekorasi.

b. Time Schedule.

Time schedule dibagi menjadi tiga kegiatan secara garis

besarnya, yaitu: perencanaan dan persiapan, operasional, dan gladi

bersih, hari H, serta after the event.

16. Manajemen Kegiatan Harian Rutin.

Manajemen kegiatan harian rutin biasanya kurang memperoleh

perhatian guru. Padahal manajemen di bidang ini memegang peran

sentral agar pengajaran-pengajaran dapat berlangsung secara efektif.

Manajemen kegiatan harian rutin memberikan bantuan banyak untuk

pencapaian efisiensi, kontrol atas kelas, belajar secara cepat, dan

menjamin rasa aman di dalam kelas.


21

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Sekolah unggulan merupakan kebutuhan pendidikan di era kekinian.

Munculnya sekolah unggulan menunjukkan bahwa masyarakat kita

membutuhkan lembaga pendidikan yang lebih berkualitas, profesional dan

modern.

Sekolah unggul adalah sekolah yang luar biasa, punyak nilai lebih dari

sekolah-sekolah lain, baik dari segi fisik ataupun non-fisik. Sekolah unggulan

di buat sebagai suatu solusi terhadap kemajuan pendidikan yang ada,

terutama dalam pembentukan SDM yang unggul.

Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi orang tua apabila anaknya

bisa masuk ke sekolah unggulan. Karena mereka percaya bahwa di sekolah

unggulan siswa bisa berproses secara maksimal. Dengan fasilitas yang serba

lengkap, proses pembelajaran yang maksimal dan didukung oleh tenaga-

tenaga yang professional, sekolah unggulan akan menjadi agen perubahan

untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang ada.

Sekolah unggul dalam arti sekolah efektif sangat diperlukan tetapi juga

harus betul-betul mampu menciptakan output yang tidak hanya unggul

dalam bidang akademis saja melainkan juga mempertimbangkan aspek

psikis, etik, moral, religi, emosi, spirit, kreativitas dan intelegensi.

Untuk mewujudkan mendirikan, dan menciptakan sekolah unggulan

setidaknya ada 4 langkah sederhana, praktis, dan deskriptif, yaitu dengan

metode atau langkah Four Mim (4M). Four Mim ini mencakup memperbaiki

manajemen sekolah, manajemen sumber daya manusia, manajemen

kurikulum, dan manajemen kesiswaan.


22

1. Pertama, memperbaiki manajemen. Perbaikan manajemen dapat

berbentuk pengadministrasian yang lengkap, teliti, dan rapi serta

penciptaan lingkungan yang nyaman.

2. Kedua, manajemen sumber daya manusia. Dalam manajemen sumber

daya manusia ini inovasi dijadikan sebagai jantung organisasi dan

team work.

3. Ketiga, manajemen kurikulum. Kurikulum perlu di desain sesuai

kebutuhan dan tantangan global.

4. Keempat, manajemen kesiswaan. Manajemen kesiswaan adalah

pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik mulai dari

awal masuk (bahkan sebelum masuk) hingga akhir (tamat) dari

lembaga pendidikan.

Selain itu, ada empat pilar strategis fundamentalis dalam menggali

potensi sekolah unggulan, yaitu: 1) membangkitkan motivasi. 2) membaca

peluang, 3) keterampilan manajemen waktu, dan 4) Tekun dan ulet.

Tiga point kegiatan dalam meraih prestasi akademik siswa sekolah

unggulan meliputi:

1. penegakan disiplin,

2. paket kegiatan khusus murid dan budaya sekolah, dan

3. tim khusus.

Pada akhirnya sekolah unggulan adalah program bersama seluruh

masyarakat, yang tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, sekolah dan

orang tua secara perorangan, namun menjadi tanggung jawab bersama dalam
23

peningkatan SDM Indonesia dalam rangka mengembangkan pendidikan ke

arah yang lebih baik.

B. Saran

Untuk memperkaya wawasan pembaca, sebaiknya dapat menelaah

lebih banyak literatur untuk memperdalam pemahaman mengenai analisis

kebijakan sekolah unggulan.


DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Makmun. Kiat Melahirkan Sekolah Unggulan. Yogyakarta: Diva
Press. 2013.
Baharudin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2008.
Departemen Pendidikan Nasional. Panduan Penyelenggaraan Program
Rintisan SMA Bertaraf Internasional. 2009.
Jawwad, M. Ahmad Abdul. Manajemen Rapat. Bandung: Syamil Cipta Media.
2006.
Moedjiarto. Sekolah Unggul. Jakarta: Duta Graha Pustaka. 2002.
Mulyoto. Strategi Pembelajaran Di Era Kurikulum 2013. Jakarta : Prestasi
Pustaka Publisher, 2013.
Sugiyono. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media. 2008.

24

Anda mungkin juga menyukai