Anda di halaman 1dari 36

TOTAL QUALITY MANAGEMENT IN EDUCATION

Manajemen Mutu Pendidikan


(Book Review)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Dosen Pengampu
Prof. Dr. H. Mulyadi, M. Pd. I

Oleh : M. MIFTAH ARIEF


Kelas :A
NIM : 14760008

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2015

i
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis

ucakan kepada Allah Swt karena bimbingannyalah maka penulis bisa

menyelesaikan sebuah Tugas Makalah berjudul “Total Quality Management In

Education Manajemen Mutu Pendidikan.”

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan ini,

khususnya kepada: Bapak Prof. Dr. H. Mulyadi, M. Pd. I selaku dosen pengampu

mata kuliah Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam

rangka penyelesaian penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar

pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan

kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.

Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih positif

bagi kita semua.

Batu, Oktober 2015

M. Miftah Arief

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii


DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
...............................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
..............................................................................................................................
4
C. Tujuan
Pembahasan
..............................................................................................................................
4

BAB II PEMBAHASAN
A. Resensi Buku Total Quality In Education Manajemen Mutu
Pendidikan
..............................................................................................................................
5
B. Total Quality Manajemen (TQM) Dalam
Pendidikan
..............................................................................................................................
7
1. Pengertian
Mutu
........................................................................................................................
7
2. Pengertian Total Quality Manajemen
(TQM)
........................................................................................................................
10
3. Model Pengembangan Mutu
TQM
........................................................................................................................
14

iii
C. Implementasi TQM Dalam
Pendidikan
..............................................................................................................................
18
D. Kegagalan Dalam Implementasi
TQM
..............................................................................................................................
23
1. Kesenjangan komitmen manajemen
puncak
........................................................................................................................
23
2. Salah memfokuskan
perhatian
........................................................................................................................
23
3. Tidak tersedianya karyawan yang memadai dan
mendukung
........................................................................................................................
23
4. Hanya mengandalkan pelatihan semata-
mata
........................................................................................................................
24
5. Harapan memperoleh sesaat, bukan hasil jangka
panjang
........................................................................................................................
23
6. Memaksa mengadopsi suatu metode metode padahal tidak
cocok
........................................................................................................................
24
E. Analisis Kelebihan dan
Kekurangan
..............................................................................................................................
25

BAB III PENUTUP

iv
A. Kesimpulan
..............................................................................................................................
28

DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
30

v
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan sangat ditentukan oleh perkembangan

dunia pendidikan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat startegis dalam

menentukan arah maju mundurnya kualitas pengetahuan masyarakat (bangsa).

Penyelenggaraan pendidikan yang bagus oleh suatu lembaga pendidikan akan

menghasilkan kualitas lulusan yang bagus pula. Sedangkan lembaga pendidikan

yang melaksanakan pendidikan hanya dengan sekedarnya maka lulusannya kurang

sempurna kualitasnya.

Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu Negara. Berdasarkan hasil

penelitian pengendalian mutu pendidikan, bahwa pendidikan memegang peranan

kunci dalam pengembangan sumber daya manusia dan insan yang bekualitas. 1

Semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan lembaga pemerintahan di

suatu negara, maka akan semakin baik tingkat kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat di suatu negara. Dengan demikian proses peningkatan mutu pendidikan

merupakan langkah pertama untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran

rakyat. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

1
Nana Syaodih Sukmadinata, dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Bandung:
Refika Aditama, 2006), hlm. 1.

1
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.2

Bilamana kita analisis lebih mendalam reformasi dibidang pendidikan

dewasa ini merupakan sesuatu yang mesti dilakukan. Dua faktor yang melatar

belakanginya adalah faktor eksternal yaitu adanya tuntutan persaingan global di era

kesejagatan dan faktor internal, yaitu perlunya penyesuaian sistem pendidikan

dengan kebijakan otonomi daerah yang menuntut adanya desentralisasi bidang

pendidikan.

Menurut Edwar Sallis di dalam bukunya yang berjudul Total Quality

Management In Education yang sudah diterjemahkan oleh beberapa ahli didalam

sebuah pengantar penerjemah, di era kontemporer dunia pendidikan dikejutkan

dengan adanya model pengelolaan pendidikan berbasisi industri. Pengelolaan

model ini mengandaikan adanya upaya pihak pengelola institusi pendidikan untuk

meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan manajemen perusahaan. Penerapan

manajemen mutu dalam pendidikan ini lebih populer dengan sebutan istilah Total

Quality Education (TQE). Dasar dari manajemen ini dikembangkan dari konsep

Total Quality Management (TQM), yang pada mulanya diterapakn pada dunia

bisnis kemudian diterapkan pada dunia pendidikan.3

TQM adalah suatu makna dan standar mutu dalam pendidikan. Ia

memberikan suatu filosofi perangkat alat untuk memeperbaiki mutu. Ia dicapai

2
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Bandung: Citra
Umbara, 2003), hal. 3.
3
Edward Sallis, Total Quality Management In Education Manajemen Mutu Pendidikan, (Cet, XVI;
Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), hlm. 5.

2
dengan ide sentral yang diwujudkan dalam bentuk pelaksanaan. Prinsip dasar dalam

TQM adalah bahwa pelanggan dan kepentingannya harus diutamakan, suatu ide

yang mudah dipahami, namun orang yang mengimplementasikannya

membutuhkan tingkat komitmen yang tinggi. Tidak ada spesifikasi tunggal dalam

TQM. Beberapa organisasi berbeda dalam menangkap TQM menurut pandangan

dan metode mereka sendiri-sendiri. TQM sangat fleksibel dan dapat diadopsi untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus maupun institusi, baik secara luas maupun

sempit.4

Gambar Buku Total Quality Management In Education

Berdasarkan keterangan diatas maka dalam makalah ini akan mencoba

membahas lebih dalam tentang TQM serta hal-hal yang berkaitan dengan TQM.

4
Sallis, Total Quality Management, hlm. 25.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya maka

dalam makalah ini terdiri dari rumusun masalah sebagai berikut:

1. Apa pengertian Total Qualitiy Management (TQM) dalam pendidikan?

2. Bagaiamana Implementasi TQM dalam pendidikan?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan TQM dalam pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan dari penulisan makalh ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian Total Qualitiy Management (TQM) dalam

pendidikan.

2. Untuk mengetahui Implementasi TQM dalam pendidikan.

3. Untuk mengetahui kelebihaan dan kekurangan TQM dalam pendidikan.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Resensi Buku Total Qualitiy Management In Education Manajemen Mutu


Pendidikan
Judul buku Total Qualitiy Management In Education (Manajemen Mutu

Pendidikan), yang dikarang oleh Edward Sallis dan diterjemahkan Dr. Ahmad Ali

Riyadi, dengan penerbit IRCiSod.

Isi dari buku tersebut menjelaskan tentang konsep Total Quality in

Management (TQM) dalam sebuah pendidikan. Di dalam buku ini menjelaskan

bahwa pada mulanya TQM diterapkan pada sebuah perusahaan atau bisnis yang

kemudian diterapkan dalam sebuah pendidikan. Buku ini menjelaskan TQM yang

secara filosofis bahwa konsep ini menekankan pada pencarian secara konsisten

terhadap perbaikan secara berkelanjutan untuk mencapai kebutuhan dan kepuasan

pelanggan. Dalam buku ini dijelaskan tentang latar belakang lahirnya gerakan mutu

yang diawali dari sebuah gagasan tentang konsep mutu yang berasal dari kontribusi

Deming, Shewahart dan Juran. Merujuk pada konsep manajemen inilah kemudian

Edward Sallis berhasil membuat sebuah konsep tersendiri tentang TQM di dalam

sebuah lembaga pendidikan.

Seperti yang di ungkapkan di dalam buku Edwar Sallis pada bagian awal

disebutkan bahwa tiga tokoh penting tentang mutu adalah W. Edward Deming,

Joseph Juran dan Philip B. Crosby. Ketiganya berkosentrasi pada mutu dalam

industri produksi, meskipun demikian ide-ide mereka juga dapat diterapkan dalam

5
industri jasa. Memang tidak satupun dari mereka yang memberikan pertimbangan

tentang isu-isu mutu dalam pendidikan. Namun kontribusi mereka terhadap gerakan

mutu begitu besar dan memang harus diakui bahwa eksplorasi mutu akan

mengalami kesulitan tanpa merujuk pada pemikiran mereka.

Menurut Edward Sallis dalam bukunya menjelaskan Manajemen Mutu

Terpadu (MMTP) sekolah dipahami sebagai unit layanan jasa, yakni pelayanan

pembelajaran. Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah (pelanggan

sekolah) adalah:

1. Pelanaggan internal yang meliputi guru, pustakawan laboran, teknisi dan tenaga

administrasi.

2. Pelanggan eksternal yang terdiri atas pelanggan primer (siswa), pelanggan

sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier

(pemakaian/penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).

Peningkatan kualitas merupakan salah satu prasyarat agar kita dapat

memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan, untuk itu peningkatan

kualitas layanan merupakan salah satu cara dalam meningkatkan mutu pendidikan

agar dapat survive dalam era global. Secara langsung peningkatan kinerja suatu

lembaga pendidikan akan berpengaruh kepuasan/pelanggan eksternal ataupun

internal.

6
Total Quality Manajeman di dunia pendidikan seperti yang diungkapan oleh

Edward Sallis bahwa ada beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan:5

1. Perbaiakan secara terus menerus (continous improvement)

2. Menentukan standar mutu (quality anssuranc)

3. Perubahan cultural (change of culture)

4. Perubahan organisasi (upside down organization)

5. Mempertahankan hubungan dengan pelanggan (keeping close to the cutomer).

Oleh karena itu perlu kejelasan sistematis pemberian wewenang antar

institusi yang ada. Jadi dapat disimpulkan di dalam konsep MMTP strategi yang

dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia

pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa

atau dengan kata lain menjadi industri jasa, yakni institusi yang memberikan

pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer).

Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu

yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka. Maka pada saat itulah

dibutuhkan suatu sistem manajemen yang mampu memberdayakan institusi

pendidikan agar lebih bermutu.

B. Total Quality Manajemen (TQM) Dalam Pendidikan

1. Pengertian Mutu

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali orang mendengar dan

membicarakan masalah kualitas. Apa sesungguhnya kualitas itu?, pertanyaan

5
Sallis, Total Quality Management, hlm. 8-13.

7
seperti ini banyak jawabannya, karena maknanya akan berlainan bagi setiap orang

dan tergantung pada konteksnya. Kualitas sendiri memiliki banyak kreteria yang

berubah secara terus menerus. Orang yang berbeda akan menilai dengan kreteria

yang berbeda pula.

Definisi mutu memiliki pengertian yang bervriasi. Ada beberapa pendapat

yang merumuskan tentang definisi mutu, antara lain:

a. Menurut Juran, mutu adalah kecocokan penggunaan produk (fitness for use)

untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

b. Menurut Crosby, mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai dengan

yang disyaratkan atau distandarkan.

c. Menurut Deming, mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan pasar atau

konsumen.

d. Menurut Feigenbaum, mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full

customer satisfaction).6

Hal diatas menunjukkan bahwa memang benar setiap orang berpendapat

tentang mutu maka berbeda juga definisi yang diberikan tetapi bila dianalisa lebih

mendalam ada keterkaitan antar pendapat-pendapat yang diberikan.

Berbicara tentang mutu berarti bicara tentang sesuatu bisa barang atau jasa.

Barang yang bermutu adalah barang yang sangat bernilai bagi seseorang, barang

tersebut secara fisik sangat bagus, indah, elegant, mewah, antik, tidak ada cacatnya,

6
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu, (Malang: UIN-
Maliki Press, 2010), hlm. 77.

8
awet, kuat, dan ukuran-ukuran lainnya yang biasanya berhubungan dengan

kebaikan (goodness), keindahan (beauty), kebenaran (truth), dan idealitas.7

Mutu merupakan realisasi dari ajaran ihsani, yakni berbuat baik kepada

semua pihak disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepada manusia dengan

aneka nikmat-Nya, dan dilarang berbuat kerusakan dalam bentuk apapun.

Sebagaimana yang tersebut dalam al Qur’an surat al Qashash (28): 77. 8

             

               



Artinya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu

(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan

bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada

orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah

tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.9

Hal tersebut diatas bila dianalisa lebih mendalam maka akan ditemukan

sesuatu keserasian antara konsep TQM yang menekenkan akan kepuasan pelanggan

7
Engkoswara dan Aan Komariah, Administrasi Pendidikan, (Bandung: Cv Alfabeta, 2010), hlm.
304.
8
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah, hlm. 79.
9
QS. al Qashash (28): 77.

9
sedangkan ayat diatas menunjukkan atau memerintahkan agar kita berbuat baik

kepada setiap orang.

Mutu bukanlah konsep yang mudah didefinisikan, apalagi bila untuk mutu

jasa yang dapat dipersepsi secara beragam, orang dapat saja mengartikan mutu

berdasarkan kriterianya sendiri seperti berikut ini:

a. Melebihi yang dibayangkan dan diinginkan

b. Kesesuaian antara keinginan dengan kenyataan pelayanan

c. Sangat cocok dalam pemakaian

d. Selalu dalam perbaikan dan penyempurnaan terus menerus

e. Dari awal tidak ada kesalahan

f. Mengembangkan dan membahagiakan pelanggan

g. Tidak ada cacat atau rusak.10

Dapat kita analisis dari pemaparan diatas bahwa mutu adalah sebuah

kualitas, meskipun tidak ada definisi mengenai kualitas yang diterima secara

menyeluruh atau universal, tetapi yang dimaksud mutu dan kualitas ini saling

berkaitan. Contoh elemen-elemen kualitas bila kita anlisis adalah:

a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan

b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan

c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berusaha (misalnya: apa yang dianggap

merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa

mendatang)

10
Engkoswara , Administrasi Pendidikan, hlm. 304.

10
2. Pengertian Total Quality Manajemen (TQM)

Manajemen mutu yang lebih populer dengan istilah TQM adalah salah satu

cara meningkatkan kerja performansi secara terus menerus dalam setiap tingkatan

operasi atau peroses dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi dengan

menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia. TQM sebagai

integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperoleh dan

mencapai perbaiakan serta peningkatan kualitas barang sebagi produk dan layanan

yang berkesinambungan. Tujuan utamanya adalah kepuasan konsumen atau

pelanggan (costumer).11

Jadi manajemen peningkatan mutu (TQM) dalam pendidikan didefinisikan

sebagai sekumpulan prinsip dan teknik yang menekankan bahwa peningkatan mutu

harus bertumpu pada lembaga pendidikan untuk secara terus menerus dan

berkesinambungan meningkatkan kapasitas dan kemampuan organisasinya guna

memenuhi tuntutan dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

Edward Sallis mengemukakan bahwa strategi yang dikembangkan dalam

penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah, institusi

pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain

menjadi industri jasa. Yakni institusi yang menberikan pelayanan (service) sesuai

dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelanggan yang

diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan

memberikan kepuasan kepada mereka. Maka pada saat itulah, dibutuhkan suatu

11
Marno dan Trio Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung: Pt
Refika Aditama, 2008), hlm. 110.

11
sistem manajemen yang mampu memberdayakan institusi pendidikan agar lebih

bermutu. Manajemen pendidikan mutu terpadu berlandaskan pada kepuasan

pelanggan sebagai sasaran utama. Pelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan

dalam (internal customer) dan pelanggan luar (external customer). Dalam dunia

pendidikan yang termasuk pelanggan dalam adalah pengelola institusi pendidikan

itu sendiri, misalkan manajer, guru, staff, dan penyelenggara institusi. Sedangkan

yang termasuk pelanggan luar adalah masyarakat,pemerintah dan dunia industri.

Jadi, suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal

dan eksternal telah terjalin kepuasan atas jasa yang diberikan. 12

Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa TQM dalam pendidikan merupakan

jasa, sedangkan jasa dituntut untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan atau

orang yang memakai jasa yang ditawarkan.

a. Tujuan TQM

Tujuan utama TQM dalam pendidikan adalah meningkatkan mutu

pendidikan secara berkelanjutan, terus menerus, dan terpadu. Upaya peningkatan

mutu pendidikan yang dimaksud tidak sekaligus, melainkan dituju berdasarkan

peningkatan mutu pada setiap komponen pendidikan.13

b. Prinsip TQM

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh organisasi dalam

mengimplimentasikan manajemen mutu, sehingga dapat dicapai suatu kondisi

12
Sallis, Total Quality Management, hlm. 6.
13
Marno, Manajemen dan Kepemimpinan, hlm. 112.

12
dimana produk atau jasa yang diberikan oleh suatu organisasi dapat dikatakan

bermutu.

1. Fokus pada pelanggan.

Kelangsungan hidup organisasi sangat ditentukan oleh pelanggan, oleh

karena itu organisasi harus memahami kebutuhan saat ini dan yang akan datang dari

pelanggan, dan selalu berusaha untuk dapat melampaui harapan pelanggan.14 Ada

beberapa yang harus diperhatikan oleh lembaga pendidikan mengenai pelanggan.

Pertama, mengerti apa yang sesungguhnya diinginkan oleh pelanggan. Kedua,

memperhatikan terhadap kepuasaan pelanggan. Ketiga, memahami harapan

pelanggan.15

2. Kepemimpinan

Pemimpin harus menetapkan kesatuan tujuan dan arah organisasi.

Pemimpin hendaknya menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang

dapat melibatkan dirinyasecara penuh dalam mencapai tujuan organisasi. 16

3. Perbaikan terus-menerus

Proses perbaiakn dilakukan secara terus-menerus dengan cara melakukan

deteksi dini terhadap semua proses untuk mencegah terjadinya penyimpangan.

4. Keterlibatan personal

14
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2013), hlm. 257.
15
Marno, Manajemen dan Kepemimpinan, hlm. 113.
16
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, 257.

13
Semua personal harus memliki kontribusi dan tanggung jawab terhadap

mutu produk dan kepuasan pelanggan, untuk itu diperlukan upaya untuk menjadi

personel memliki kompetensi dan pemahaman yang berkaitan dengan tugas dan

tanggung jawab secara benar.

5. Pendekatan proses

Proses merupakan kumpulan aktivitas yang saling berhubungan.

Pengendalian proses sama dengan pengendalian mutu. Efisiensi akan diperoleh

dengan mengendaliakan semua sumber daya yang digunakan dalam proses.

6. Pendekatan sistem

Pendekatan sistem merupakan kumpulan dari pendekatan proses.

Pendekatan dilakukan dengan cara mengidentifikasi, memahami dan

mengelolaproses-proses yang saling terkait secara efektif dan efisien.

7. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta

Semua keputusan, kegiatan dan fungsi dalam manajemen mutu ndilakukan

atas dasar fakta dan data. Fakta dan data harus dapat dipertanggung jawabkan

sehingga keputusan yang diambil dapat mencapai tingkat akurasi yang tinggi.

8. Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok

14
Melakukan pembinaan secara terus-menerus, agar pemasok memahami

perannya sebagai bagian integral dari sebuah mekanisme bisnis yang saling

menguntungkan.17

Dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa, agar tercapainya sebuah tujuan

yang diinginkan dari penerapan TQM dalam pendidikan diharuskan menjalankan

semua yang sudah ditentukan seperti mana diharuskannya melaksanakan prinsip-

prinsip yang dipaparkan diatas.

3. Model Pengembangan Mutu TQM

Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa semenjak TQM

diterapkan sebagai salah satu alternatif meningkatkan mutu produk berupa barang

dan layanan/jasa, maka terjadi lompatan yang berarti bagi setiap negara industri

untuk memperbaiki manajemen organisasinya. Muncul pula pemikiran-pemikiran

baru dari para ahli yang memperbaiki berbagai kekurangan dari pendekatan dan

pemikiran para ahli sebelumnya. Manajemen mutu dalam pendekatan TQM

awalnya diterapkan dalam dunia industri, prusahaan dan bisnis, namun di kemudian

hari konsep TQM kemudian dapat pula diterapkan dalam berbagai bidang usaha

yang bergerak dalam bidang layanan jasa, termasuk pendidikan.

Nasution mengutip pendapat Goetsch dan Davis bahwa ada sepuluh unsur

pokok dalam TQM yaitu:

a. Fokus pada pelanggan

17
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, hlm. 258.

15
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan

driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang

disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalm

menentukan kualitas tenaga kerja proses, dan lingkungan yang berhubungan

dengan produk atau jasa

b. Obsesi terhadap kualitas

Dalam organisasi yang menerapakan TQM, pelanggan internal dan eksternal

menentukan kualitas. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi harus

terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.

c. Pendekatan ilmiah

Pendakatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM terutama untuk

mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan

demikian, data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga

(benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

d. Komitmen jangka panjang

TQM merupakan suatu pradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu,

dibutuhkan budaya perusahaan yang baru pula, oleh karena itu, komitmen jangka

panjang sangat penting guna mengadakan perubahan budaya agar penerapan TQM

dapat berjalan dengan sukses.

16
e. Kerja sama tim (teamwork)

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan

dijalin dan dibina baik antar karyawan perusahaan maupun dengan pemasok

lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.18

f. Perbaikan sistem secara berkesinambungan

Setiap poduk atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses tertentu di

dalam suatu sistem atau lingkungan.Oleh karena itu, sistem yang sudah ada perlu

diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat meningkat.

g. Pendidikan dan pelatihan

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan

faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus belajar,

yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar, setiap orang

dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian

profesionalnya.

h. Kebebasan yang terkendali

Dalam TQM, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan dalam pengambilan

keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini

dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung

jawab karyawan terhadap keputusan yang dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat

18
Nasution, Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), (Cet, II; Bogor: Ghalia
Indonesia, 2005), hlm. 22.

17
memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan yang diambil, karena

pihak yang terlibat lebih banyak. Meskipun demikian, kebebasan yang timbul

karena keterlibatan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan

terlaksana dengan baik.

i. Kesatuan tujuan

Agar TQM dapat diterapkan dengan baik, maka perusahaan harus memiliki

kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan yang

sama. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau

kesepakatan antara pihak manajemen dan karyawan mengenai upah dan kondisi

kerja.

j. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan

Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan hal yang penting dalam

penerapan TQM. Pemberdayaan bukan sekedar melibatkan karyawan tetapi juga

melibatkan mereka dengan memberikan pengaruh yang sungguh berarti.19

C. Implementasi TQM Dalam Pendidikan

Kemudian pada tataran praktis, implementasi dari konsep teoritis di atas

dapat dikembangkan dalam konteks lembaga pendidikan. Kadang-kadang, terjadi

kesulitan ketika menerapkan konsep TQM yang memang dari awalnya berasal dari

19
Onisimus Amtu, Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep. Strategi, dan
Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 129.

18
dunia bisnis perusahaan. Oleh karena itu, Edward Sallis memberikan langkah-

langkah yang sangat bermanfaat bagi pengelola pendidikan untuk dapat

mengimplemantasikan konsep tersebut dalam sebuah lembaga pendidikan. Adapun

langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut:

1. Kepemimpinan dan komitmen mutu harus datang dari atas. Seluruh tokoh mutu

menekankan bahwa tanpa dukungan dari manajemen senior, maka sebuah

inisiatif mutu tidak akan bertahan hidup. Kepala sekolah harus menunjukkan

komitmen yang kuat dan selalu memotivasi supervisor lainnya agar selalu

berupaya keras dan serius dalam meningkatkan mutu ini.

2. Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM. Hal ini dapat dicapai dengan

usaha yang terus-menerus untuk mencapai tujuan pelanggan, baik eksternal

maupun internal. Kemudian pandangan dari oaring yang tidak bergabung di

institusi juga dikumpulkan. Informasi dari konsultasi ini harus disusun dan di

analisis kemudian digunakan ketika membuat keputusan.20

3. Menunjuk fasilitator mutu. Fasilitator mutu harus menyampaikan

perkembangan mutu langsung kepada kepala sekolah. Tanggung jawab

fasilitator adalah mempublikasikan program dan memimpin kelompok

pengendali mutu dalam mengembangkan program mutu.

4. Membentuk kelompok pengendali mutu. Kelompok ini harus

merepresentasikan perhatian-perhatian kunci dan harus merupakan representasi

dari tim manajemen senior. Perannya adalah untuk mengarahkan dan

20
Sallis, Total Quality Management, hlm. 245.

19
mendorong proses peningkatan mutu. Ia adalah pengembang ide sekaligus

inisiator proyek.

5. Menunjuk koordinator mutu. Dalam setiap inisiatif dibutuhkan orang-orang

yang memiliki waktu untuk melatih dan menasehati orang-orang lain.

Koordinator tidak mengerjakan seluruh proyek mutu. Perannya adalah untuk

membantu dan membimbing tim dalam menemukan cara baru dalam

menangani dan memecahkan masalah. 21

6. Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program.

Pelatihan khusus dalam pendekatan strategis terhadap mutu mungkin

dibutuhkan. Hal itu dikarenakan mereka perlu memberi contoh pada tim dalam

memajukan institusi.

7. Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada. Proses ini tidak bisa

diremehkan, karena ia sangat menentukan seluruh proses mutu. Seluruh institusi

perlu menjelaskan dimana posisinya dan mana arah yang mereka tuju.

8. Menggunkaan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain. Ini bisa

berupa adaptasi dari salah satu “guru” mutu atau seorang tokoh pendidikan

khusus atau yang mengadaptasi pola TQM yang diterapkan di tempat lain untuk

kemudian diambil sisi positifnya dan bisa diterapkan di sekolah yang

dipimpin.22

9. Mempekerjakan konsultan eksternal. Langkah ini sangat baik dilakukan,

teruama jika ingin mencapai tingkat standar mutu internasional, semacam ISO.

21
Sallis, Total Quality Management, hlm. 246-247.
22
Sallis, Total Quality Management, hlm. 247-248.

20
Akan tetapi biayanya cenderung mahal, hanya sekolah yang dengan sumber

dana memadai yang bisa melakukan itu.

10. Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf. Pelatihan adalah tahap

implementasi awal yang sangat penting. Oleh karena itu setiap orang perlu

dilatih dasar-dasar TQM. Staf membutuhkan pengetahuan tentang beberapa alat

kunci yang mencakup tim kerja, metode evaluasi, pemecahan masalah, dan

teknik pembuatan keputusan.

11. Mengkomunikasikan pesan mutu. Strategi, relevansi dan keuntungan TQM

harus dikomunikasikan secara efektif. Program jangka panjang harus dirancang

seara jelas. Staf harus mendapatkan informasi atau laporan secara regular

melalui surat kabar atau jurnal.

12. Mengukur biaya mutu. Mengetahui biaya dalam implementasi program mutu

merupakan hal yang penting. Demikian juga dengan biaya pengabaian mutu.

Biaya tersebut bisa muncul dari berkurangnya jumlah pendaftar, kegagalan

murid, kerusakan reputasi dan sebagainya. Pengujian terhadap biaya

pengabaian mutu itu juga perlu dilakukan, agar disatu sisi tetap berpegang pada

program mutu, di sisi lain juga ada kontrol terhadap biaya yang dikeluarkan.

13. Mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Evaluasi teratur harus

menjadi bagian yang integral dalam program mutu. Evaluasi itu harus dilakukan

eman bulan sekali secara teratur dan hasil dari evaluasi itu benar-bernar

dijadikan bahan pertimbangan berjalannya program selanjutnya. 23

23
Sallis, Total Quality Management, hlm. 248-253.

21
Pemaparan diatas adalah sebuah langkah-langkah yang diberikan Edward

Sallis untuk menerapkan TQM dalam sebuah lembaga pendidikan, bila kita analisis

bersama pendidikan di Indonesia sedikit banyaknya ada menerapakan hal tersebut

contoh sederhana yang dapat kita lihat dari keterlibatannya pemerintah dalam

mendukung peningkatan mutu pendidikan.

Dalam UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 45 ayat (1) berbunyi, setiap satuan

pendidikan menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan

pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,

kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.

Kepmendiknas No. 044/U/2002 dan UU Sisdiknas No. 20/2003 pasal 56 ayat (1).

Dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi perencanaan,

pengawasan dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan

komite sekolah/madrasah, ayat (2) Dewan pendidikan, sebagai lembaga mandiri

dibentuk dan berperan dalam meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dengan

memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana,

serta pengawasan pendidikan ditingkat nasional, provinsi dan kabupaten/ kota yang

tidak mempunyai hubungan hierarkis, dan ayat (3) Komite sekolah/madrasah

sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan

dan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana

serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.24

24
Endang, UU Tentang Peningkatan Mutu Pendidikan,
https://endang965.wordpress.com/smakos/album/profil-smakos/, di akses pada 3 Oktober 2015,
pukul 03.47 Am.

22
Selanjutnya ada sebuah pendidikan dan pelatiahan seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya pada model pengembangan mutu TQM hal ini dilaksanakan

agar kiranya dengan belajar, setiap orang yang terkait dalam lembaga pendidikan

khususnya seperti kepala sekolah, guru dan yang terkait dapat meningkatkan

keterampilan teknis dan keahlian profesionalnya. Hal tersebut pun sudah dijalankan

dengan adanya program Pelatihan Profesionalisme Guru yang menitik beratkan

agar para guru dapat memerankan fungsinya secara optimal.

Pelatihan profesionalisme guru ini bertujuan untuk meningkatkan

kompetensi guru sebagai pendidik profesional, menerapkan pengetahuan dan

keterampilan dalam kegiatan belajar mengajar, guru menjadi pembelajar sepanjang

hayat dengan sifat program pelatihan, lokakarya, konsultasi, praktek.

Penjelasan diatas sedikit menunjukkan bahwa usaha untuk meningkatkan

kualitas mutu pendidikan diterapkan dengan sedikit banyaknya mengambil sebuah

konsep TQM yang sudah dijelaskan sebelumnya.

D. Kegagalan Dalam Implementasi TQM


Banyak lembaga pendidikan yang mampu menerapkan TQM, tetapi tidak

sedikit pula yang gagal menerapkannya. Faktor-faktor yang menjadi penghalang

bagi perusahaan atau sekolah dalam menerapkan TQM. Hal-hal yang perlu

dihindari karena dapat menggagalkan proses TQM adalah sebagai berikut:25

1. Kesenjangan komitmen manajemen puncak

25
Suyadi Prawirosentono, Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), hal. 96-97.

23
Manajemen puncak (kepala sekolah dan para wakilnya) tidak menghayati

sepenuhnya arti TQM, sehingga tidak mampu pula membangun struktur organisasi

yang diperlukan untuk pelaksanaan TQM dan tidak mampunya membentuk sistem

hadiah (reward system) yang mendorong dilaksanakannya TQM.

2. Salah memfokuskan perhatian

Salah memfokuskan pada salah satu butir-butir atau sistematika TQM saja,

sehingga mengabaikan butir-butir yang lain. Seharusnya semua langkah-langkah

dalam TQM dilakukan secara urut dan lengkap. Karena semua bagaikan sistem

yang saling mempengaruhi.

3. Tidak tersedianya karyawan yang memadai dan mendukung

Keberhasilan TQM didasari oleh karyawan yang siap dan mempunyai komitmen

akan tanggung jawab menjalani tugasnya pada manajemen mutu terpadu.

Komitmen tidak timbul hanya melalui maklumat atau pengumuman resmi, tetapi

memerlukan informasi kepada karyawan tentang tujuan TQM dan pentingnya TQM

bagi perusahaan mereka.

4. Hanya mengandalkan pelatihan semata-mata

Setelah latihan dilaksanakan, selanjutnya adalah bagaimana hasil pelatihan itu

dilaksanakan (by action). Berarti ini memerlukan hal-hal lain, seperti perbaikan

mutu, menciptakan operasi yang lebih baik, jelas dan mengerti para karyawan.

5. Harapan memperoleh sesaat, bukan hasil jangka panjang

Pelaksanaan TQM memerlukan perubahan organisasi secara mnyeluruh dan budaya

kerja. Perubahan tidak dapat segera terjadi dalam waktu singkat dan cepat, bahkan

24
hasilnya mungkin baru dapat dirasakan satu sampai dengan dua tahun. Ketekukan

dan kesabaran tim TQM di sini sangat diperlukan.

6. Memaksa mengadopsi suatu metode padahal tidak cocok

Tidak semua teknik dalam TQM cocok di berbagai lembaga. Hal ini perlu

penyesuaian, bila tidak, hanyalah kegagalan yang diperoleh. Pimpinan sekolah

perlu secara luwes dalam menerapkan sistem TQM, lalu mereka mempunyai

kemauan untuk menelusuri kembali berbagai kekurangan secara tepat. Sehingga,

dapat menentukan apakah sesuatu yang telah diadopsi itu cocok atau perlu

penyesuaian dengan kondisi serta situasi sekolah atau perusahaan mereka.

Bisa ditarik sebuah kesimpulan dari penjelasan diatas tentang kegagalan

dalam penerapan TQM bahwa, dalam menerapkan TQM perlu keseimbangan

antara konsep yang satu dengan yang lainnya serta setiap evaluasi dilaksanakan dan

mendapatkan hasil untuk evaluasi tersebut maka bilamana ada terdapat kekurangan

hendaknya dilakukan sebuah penyempurnan yang berkesinambungan. Ini pun

sejalan dengan konsep TQM secara filosofis yang menekankan pada pencarian

secara konsisten terhadap perbaiakan yang berkelanjutan hal ini untuk mencapai

kebutuhan dan kepuasan pelanggan.

E. Analisis Kelebihan dan Kekurangan

Berbicara kelebihan dapat dipastikan juga ada didalamnya kekurangan

penulis mencoba menganalisis kelebihan dari buku Total Quality Management In

Education yang dikarang Edwar Sallis terlebih dahulu.

25
Buku Total Quality Management In Education ini sangat sistematis dalam

menyajikan permasalahan yang terkait dengan TQM dalam lemaga pendidikan,

mulai dari analisis mutu secara umum terkait dari latar belakang secara umum

lahirnya gerakan mutu, definisi awal, gerakannya dalam bidang pendidikan, tokoh-

tokoh mutu dan membahas tentang masalah terkait dengan konsep mutu. Melalu

buku ini dia mampu memberikan pemahaman tentang konsep mutu dalam lembaga

pendidikan yang diperoleh dari pengalaman dunia bisnis yang dapat

diimplementasikan dalam sebuah lembaga pendidikan. Dengan adanya buku ini

maka akan sangat membantu bagi kalangan praktisi pendidikan untuk dapat

mengembangkan lembaga pendidikan yang berorientasi pada mutu dengan

melakukan perbaikan secara terus menerus pada lembaga pendidikan.

Sedangkan kekuarangan dalam buku Total Quality Management in

Education adalah bahwa konsep manajemen mutu terpadu yang di tulis oleh

Edward Sallis masih bersifat gelobal terhadap sistem pendidikan yang ada. Konsep

yang ditawarkan sudah sangat baik tentang manjemen mutu, meskipun secara

keseluruhan proses pendidikan dimanapun sama, namun tentunya untuk dapat

diterapkan dalam konsep pendidikan di Indonesia juga harus memperhatikan

karakteristik pendidikan serta kebijakan yang ada di Indonesia.

Selain amalisi kelebihan dan kekurangan dari buku disini penulis juga

mencoba menganalisi kekurangan dan kelemahan dalam penerapan TQM.

Kelebihan yang bisa diungkapkan diantaranya:

26
NO Kelebihan Kelemahan
1 Merupakan konsep yang Konsep baru yang masih belum
inovatif dalam sebuah sistem banyak di terapkan oleh banyak
manajemen yang beranjak dari lembaga sehingga keefektipan dan
pengelolan pendidikan berbasis keefisienan konsep masih dalam
industri penelitian
2 Penerapan TQM merupakan Indonesia mempunyai masyarakat
suatu konsep yang menjawab yang majmuk sehingga keinginan dan
semua kebutuhan masyarakat kesiapan masyarakat dalam
saat ini yang tentunya di era mengahadapi perubahan diperlukan
persaingan gelobal. waktu yang panjang untuk
memperkenalkan
3 Penerapan TQM adalah konsep Adanya kebijakan pemerintah yang
yang mengajak seluruh elemen seringkali berubah-ubah sehingga
masyarakat dan pemerintah penyesuaian konsep perlu
untuk berkerjasama untuk dipertimbangkan secara mendalam
membangun dan meningkatkan dan serius.
mutu pendidikan. Sehingga,
dengan adanya pemberdayaan
seluruh komponen yang ada di
Indonesia ini maka pendidikan
yang bermutu tinggi bukan
hanya sekedar mimpi tetapi
kenyataan yang akan dibangun
secara bersama.

Terlepas dari itu TQM dalam pendidikan menginginkan terciptanya sebuah

pendidikan yang berkualitas dan bermutu, ini pun sejalan dengan kehendak dari

berbagai aspek yaitu pemerintah, masyarakat serta yang terkait didalamnya.

Menurut Dedi Mulyasana, pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu

melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan

cara mebebaskan peserta didik dari ketidak tahuan, ketidak mampuan, ketidak

berdayaan, ketidak benaran, ketidak jujuran, dan dari buruknya akhlak dan

27
keimanan.26 Intinya bilamana semakin baik kualitas pendidikan yang

diselenggarakan lembaga pemerintahan di suatu negara, maka akan semakin baik

tingkat kesejahteraan dan kemakmuran rakyat di suatu negara.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Total quality manajemen adalah sebuah filosofi tentang perbaikan secara terus

menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praktis kepada setiap

institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan para

pelanggannya, saat ini dan untuk masa yang akan datang. TQM dalam

pendidikan didefinisikan sebagai sekumpulan prinsip dan teknik yang

menekankan bahwa peningkatan mutu harus bertumpu pada lembaga

pendidikan untuk secara terus menerus dan berkesinambungan meningkatkan

kapasitas dan kemampuan organisasinya guna memenuhi tuntutan dan

kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

2. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam mengimplementasikan TQM

dalam pendidikan seperti: kepemimpinan dan komitmen mutu harus datang dari

atas, menggembirakan pelanggan, menunjuk fasilitator mutu, membentuk

26
Dedi Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Cet. II; Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 120.

28
kelompok pengendali mutu, menggunkaan contoh-contoh yang sudah

berkembang di tempat lain, mengevaluasi program dalam interval yang teratur.

Hal tersebut harus dilaksanakan dengan seimbang sehingga tujuan yang

diinginkan tercapai.

3. Dari analisis kelebihan dan kelemahan TQM dalam pendidikan yaitu penerapan

TQM adalah konsep yang mengajak seluruh elemen masyarakat dan pemerintah

untuk berkerjasama untuk membangun dan meningkatkan mutu pendidikan.

Sehingga, dengan adanya pemberdayaan seluruh komponen yang ada di

Indonesia ini maka pendidikan yang bermutu tinggi bukan hanya sekedar mimpi

tetapi kenyataan yang akan dibangun secara bersama. Sedangkan analisi

kelemahannya adalah adanya kebijakan pemerintah yang seringkali berubah-

ubah sehingga penyesuaian konsep perlu dipertimbangkan secara mendalam

dan serius.

29
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim.

Amtu, Onisimus. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep. Strategi,


dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. 2011.

Marno dan Trio Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.


Bandung: PT Refika Aditama. 2008.

Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu.


Malang: UIN-Maliki Press. 2010.

Mulyasana, Dedi. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Cet. II; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2012.

Nasution. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Cet. II; Bogor:
Ghalia Indonesia. 2005.

Prawirosentono, Suyadi. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21.
Jakarta: Bumi Aksara. 2007.

Sallis, Edward. Total Quality Management In Education Manajemen Mutu


Pendidikan. Cet, XVI. Jogjakarta: IRCiSoD Engkoswara dan Aan
Komariah. Administrasi Pendidikan Bandung: Cv Alfabeta, 2010.

Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama. 2013.

Sukmadinata, Nana Syaodih. dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah


Menengah. Bandung: Refika Aditama. 2006.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Bandung: Citra Umbara. 2003.

Endang. UU Tentang Peningkatan Mutu Pendidikan,


https://endang965.wordpress.com/smakos/album/profil-smakos/. di akses
pada 3 Oktober 2015.

Al-Qur’an Al-Karim.

Amtu, Onisimus. Manajemen Pendidikan di Era Otonomi Daerah Konsep. Strategi,


dan Implementasi. Bandung: Alfabeta. 2011.

Marno dan Trio Supriyatno. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam.


Bandung: PT Refika Aditama. 2008.

1
Mulyadi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Budaya Mutu.
Malang: UIN-Maliki Press. 2010.

Mulyasana, Dedi. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Cet. II; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2012.

Nasution. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Cet. II; Bogor:
Ghalia Indonesia. 2005.

Prawirosentono, Suyadi. Filosofi Baru tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21.
Jakarta: Bumi Aksara. 2007.

Sallis, Edward. Total Quality Management In Education Manajemen Mutu


Pendidikan. Cet, XVI. Jogjakarta: IRCiSoD Engkoswara dan Aan
Komariah. Administrasi Pendidikan Bandung: Cv Alfabeta, 2010.

Suharsaputra, Uhar. Administrasi Pendidikan. Bandung: PT Refika Aditama. 2013.

Sukmadinata, Nana Syaodih. dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah


Menengah. Bandung: Refika Aditama. 2006.

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.


Bandung: Citra Umbara. 2003.

Endang. UU Tentang Peningkatan Mutu Pendidikan,


https://endang965.wordpress.com/smakos/album/profil-smakos/. di akses
pada 3 Oktober 2015.

Anda mungkin juga menyukai