Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN KUALITAS

“PENERAPAN TOTAL QUALITY MANAJEMEN IN EDUCATION PADA


PERGURUAN TINGGI DI INDONESIA”

Dosen Pengampu : Kurniawati Darmaningrum, SE, MM.

Disusun Oleh :

Kelompok 7

1. Bernadine Vinny GP (C0117011)


2. Bayu Adi (C0117025)
3. Aji Bayu S (C0117026)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan

Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk

maupun pedoman bagi pembaca dalam menempuh mata kuliah yang

bersangkutan. Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat

memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih

baik.

Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna baik

dari segi penyusunan, pembahasan ataupun penulisannya. Jadi, penulis

mengharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat di

gunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dalam menempuh

mata kuliah bahasa Indonesia bagi pembaca.

Surakarta, 18 Juni 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ....... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ....... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. ..... 3


A. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................ . 5
C. TUJUAN PENULISAN .................................................................................. . 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6


A. Total Quality Management (TQM) dalam Kontes Pendidikan ........................ 6
B. Kebutuhan Manajemen Sistem Industri Modern. ............................................ 8
C. Konsep Sistem Pendidikan Tinggi Modern. ................................................... 8
D. Desain TQME untuk Perrguruan Tinggi di Indonesia ..................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................... 13


A. KESIMPULAN ................................................................................................ 13
B. SARAN ............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 15

i
3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tantangan penting yang dihadapi sekolah, perguruan tinggi maupun

umiversitas adalah bagaimana mengelolah sebuah mutu. Dalam materi ini

memperkenalkan kepada para pembaca tentang Manajemen Mutu Terpadu

(Total Quality Management {TQM}) dan relevansinya dengan pendidikan.

Tujuannya adalah untuk mempersiapkan tenaga manajer pendidikan

professional yang sangat menguasai isu-isu TQM dan teknik-teknik

manajemen mutunya.

Fakta-fakta dari berbagai sumber media cetak dan elektronik menunjukkan

bahwa masih banyak keluhan masyarakat tentang rendahnya mutu

pelayananan publik saat ini. Masyarakat menilai kinerja pelayanan lembaga

milik pemerintah tidak bekerja secara maksimal dan terkesan apa adanya.

Pendidikan sebagai salah satu sektor pelayanan publik pemerintah, tidak luput

dari berbagai kritikan masyarakat yang menginginkan perubahan bersifat

signifikan dan mendesak. Janji pemerintah terhadap setiap warga negara untuk

memperoleh pendidikan yang bermutu belum terbukti. Sebagai jawaban atas

tantangan ini maka pemerintah mengeluarkan berbagai peraturan yang

menyangkut Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM bidang pendidikan

adalah tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan daerah

untuk menjamin kualitas pelayanan sektor pendidikan kepada masyarakat dan


4

berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

Implikasi pada institusi pendidikan baik pusat maupun daerah sebagai

organisasi penyelenggara pada sektor pendidikan sebagaimana tertuang dalam

peraturan tersebut di atas, memiliki fungsi ganda. Fungsi ganda tersebut

dimaksudkan untuk memenuhi tujuan internal kelembagaan dan fungsi sosial

memberikan pelayanan maksimal kepada seluruh stakeholder pengguna dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk menjamin keterlaksanaan

fungsi-fungsi yang di atas maka diperlukan suatu konsep dan kebijakan

operasional peningkatan kualitas penyelenggara jasa pendidikan melalui

berbagai pendekatan dan metode manajerial. Pada tataran implementasi

tentang konsep mutu, bahwa satuan pendidikan formal dan non formal wajib

melakukan penjaminan mutu. Oleh karena itu, manajemen kualitas lembaga

pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengintegrasikan semua fungsi

oragnaisasi yang berfokus pada pemenuhan keinginan stakeholder.

The British Standards Institute melihat kualitas sebagai “quality” as “the

totality of features and characteristics of a product or service that bear on its

ability to satisfy stated or implied need”. It is clear then that “quality” seems to

“depend on what is required” or “meeting the customer requirements”.

Penyelenggaraan pelayanan pendidikan dikatakan bermutu atau berkualitas,

apabila mampu mnetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan

misinya dan mampu memenuhi staeholder. Tujuan penjaminan mutu adalah

memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan minimal pendidikan secara


5

berkelanjutan (continous improvement), yang dijalankan oleh suatu

penyelenggara pendidikan secara internal untuk mewujudkan visi dan misinya,

serta memenuhi kebutuhan stakeholders melalui penyelenggaraan kegiatan

yang bersifat operasional. Pendidikan yang bermutu dan satuan pendidikan

yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu pula. Salah satu bentuk

manajemen yang berhasil dimanfaatkan dalam dunia industri dan bisa

diadaptasi dalam dunia pendidikan adalah Total Quality Management (TQM)

pada Perguruan Tingggi di Indonesia untuk Memenuhi Kebutuhan Industri

Modern.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Total Quality Manajemen (TQM) dalam


kontes pendidikan ?

2. Bagaimana kebutuhan sistem industry modern?

3. Bagaimana konsep sistem pendidikan modern?

4. Bagaimana desain TQME untuk perguruan tinggi di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami konsep Total Quality Manajemen dalam bidang pendidikan


terutama di perguruan tinggi
2. Memahami apa saja kebutuhan sistem industry modern.

3. Memahami dan mengidentifikasi konsep sistem pendidikan modern.

4. Mengetahui desain TQME untuk perguruan tinggi di Indonesia


6

BAB II

PEMBAHASAN

1. Total Quality Management (TQM) dalam Kontes Pendidikan

Fungsi, misi, dan kebijakan pendidikan nasional memerlukan sistem pengelola


pendidikan secara keseluruhan dan berorientasi pada mutu agar menghasilkan
sumber daya manusia (SDM) yang bermutu. Istilah ini lebih populer dalam dunia
bisnis dan industri dengan istilah total quality management (TQM). Kata total
(terpadu) dalam TQM menegaskan bahwa setiap orang yang berada di dalam
suatu organisasi harus terlibat dalam upaya melakukan peningkatan terus-
menerus. Kata management berlaku bagi setiap orang, sebab setiap orang dalam
sebuah institusi, apa pun status, posisi atau peranannya, adalah manajer bagi
tanggung jawabnya masing-masing.

Manajemen pendidikan mutu terpadu berlandaskan kepada kepuasan pelanggan


sebagai sasaran utama. Pelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan dalam
(internal customer) dan pelanggan luar (eksternal customer). Dalam dunia
pendidikan yang termasuk pelanggan dalam adalah pengelola institusi pendidikan
itu sendiri, misalkan manajer, staff, guru, dan penyelenggara institusi. Sedangkan
yang termasuk pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri.
Jadi, suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan
eksternal dan internal telah terjamin kepuasan atas jasa yang diberikan.

Maka dari itu, untuk memposisikan institusi pendidikan sebagai industri jasa,
harus memenuhi standart mutu. Institusi dapat disebut bermutu, dalam konsep
Total Quality Management, harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Secara operasional, mutu ditentukan oleh dua faktor terpenuhinya spesifikasi yang
telah ditentukan sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan
menurut tuntutan dan kebutuhan penggunaan jasa. Mutu yang pertama disebut
quality in fact (mutu sesungguhnya) dan yang kedua disebut quality in perception
(mutu persepsi).
7

Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal, yakni mengacu pada proses

pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh
komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor
dalam proses pendidikan adalah berbagai input, seperti bahan ajar, metodologi,
sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Sedangkan mutu pendidikan
dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah
pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan
(student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya
ulangan umum, Ebta dan Ebtanas). Dapat pula di bidang lain seperti prestasi di
suatu cabang olah-raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya
computer, beragam jenis teknik, jasa dan sebagainya. Bahkan prestasi sekolah
dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana,
disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya.[15] UU
RI No. 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS melihat pendidikan dari segi proses
dengan dengan merumuskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”

TQM merupakan suatu approach, hanya dapat dicapai dengan memperhatikan


sejumlah karakteristik: (1) fokus pada pelanggan (internal & external); (2)
memiliki obsesi tinggi terhadap kualitas; (3) menggunakan pendekatan ilmiah
dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah; (4) memiliki komitmen
jangka panjang; (5) membutuhkan kerjasama tim (teamwork); (6) memperbaiki
proses secara kontinu; (7) menyelenggara pendidikan dan pelatihan; (8)
memberikan kebebasan yang terkendali; (9) memiliki kesatuan tujuan; dan (10)
adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Sedangkan tujuan sistem
kualitas atau mutu adalah memberikan keyakinan bahwa produk atau jasa yang
8

dihasilkan (output/keluaran) memenuhi persyaratan mutu pengguna. Sistem mutu


tersebut mencakup jaminan mutu dan pengendalian mutu.

2. Kebutuhan Manajemen Sistem Industri Modern


Manajemen perguruan tinggi di Indonesia seyogianya memahami pula
perkembangan manajemen sistem industri modern, sehingga mampu mendesain,
menerapkan, mengendalikan, dan meningkatkan kinerja sistem pendidikan tinggi
yang memenuhi kebutuhan manajemen sistem industri modern. Hal ini
dimaksudkan agar setiap lulusan dari perguruan tinggi mampu dan cepat
beradaptasi dengan kebutuhan sistem industri modern. Dengan demikian sebelum
membahas tentang sistem pendidikan tinggi, perlu diketahui tentang konsep dasar
sistem industri modern yang akan dipergunakan sebagai landasan utama untuk
membahas penerapan TQME pada sistem pendidikan tinggi modern di Indonesia.
Pada dasarnya proses industri harus dipandang sebagai suatu peningkatan terus-
menerus (continuous industrial process improvement), yang dimulai dari sederet
siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan
produk, proses produksi, sampai distribusi kepada konsumen. Seterusnya,
berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan dari pengguna
produk (pelanggan) itu dapat dikembangkan ide-ide kreatif untuk menciptakan
produk baru atau memperbaiki produk lama beserta proses produksi yang ada saat
ini.

3. Konsep Sistem Pendidikan Tinggi Modern

Meminjam konsep berpikir manajemen sistem industri modern, maka


manajemen perguruan tinggi di Indonesia seyogianya memandang bahwa
Proses Pendidikan Tinggi adalah suatu peningkatan terus-menerus
(continuous educational process improvement), yang dimulai dari sederet
siklus sejak adanya ide-ide untuk menghasilkan lulusan (output) yang
berkualitas, pengembangan kurikulum, proses pembelajaran, dan ikut
bertanggung jawab untuk memuaskan pengguna lulusan perguruan tinggi itu.
Seterusnya, berdasarkan informasi sebagai umpan-balik yang dikumpulkan
dari pengguna lulusan (external customers) itu dapat dikembangkan ide-ide
kreatif untuk mendesain ulang kurikulum atau memperbaiki proses pendidikan
tinggi yang ada saat ini. Konsep pemikiran manajemen sistem pendidikan
tinggi ini dituangkan pada gambar 2.
9

Gambar 2. Manajemen Sistem Pendidikan Tinggi Modern


Selanjutnya, dapat dikembangkan pula model manajemen operasional perguruan
tinggi di Indonesia seperti pada gambar 3.

Gambar 3. Roda Deming dalam Manajemen Pendidikan Tinggi Modern


Pada gambar 3, menunjukkan bahwa penerapan roda Deming dalam manajemen
pendidikan tinggi di Indonesia akan terdiri dari empat komponen utama, yaitu: riset
pasar tenaga kerja, desain proses pendidikan tinggi, operasional proses pendidikan
tinggi, dan penyerahan lulusan yang kompetitif dan berkualitas ke pasar tenaga kerja.
Konsekuensi dari pemikiran ini adalah penerapan TQME pada perguruan tinggi di
Indonesia harus dijalankan atas dasar pengertian dan tanggung jawab bersama untuk
mengutamakan efisiensi pendidikan tinggi dan peningkatan kualitas dari proses
pendidikan tinggi itu. Melalui penerapan roda Deming dalam sistem pendidikan
10

tinggi yang dijalankan secara konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan
mampu memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan
memperoleh manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk
pengembangan perguruan tinggi itu dan peningkatan kesejahteraan pegawai yang
terlibat di perguruan tinggi itu

4. Desain TQME untuk Perrguruan Tinggi di Indonesia

Dalam konsep manajemen kualitas modern, kualitas suatu perguruan tinggi antara
lain ditentukan oleh kelengkapan fasilitas atau reputasi institusional. Kualitas adalah
sesuatu standar minimum yang harus dipenuhi agar mampu memuaskan pelanggan
yang menggunakan output (lulusan) dari sistem pendidikan tinggi itu, serta harus
terus-menerus ditingkatkan sejalan dengan tuntutan pasar tenaga kerja yang semakin
kompetitif. Berkaitan dengan hal ini, maka Spanbauer (1992) menyatakan bahwa
manajemen perguruan tinggi harus mengadopsi paradigma baru tentang manajemen
kualitas modern. Paradigma baru dan paradigma lama yang dianut oleh manajemen
perguruan tinggi dicantumkan pada tabel 2.

Tabel 2.
Paradigma Baru dan Paradigma Lama dari Manajemen Perguruan Tinggi

Paradigma Baru Paradigma Lama

Mahasiswa menerima hasil ujian, pembimbingan, Hasil ujian tidak digunakan sebagai informasi untuk
dan nasehat agar membuat pilihan-pilihan yang memberikan bimbingan dan nasehat kepada
sesuai mahasiswa

Mahasiswa diperlakukan sebagai pelanggan Mahasiswa tidak diperlakukan sebagai pelanggan

Keluhan mahasiswa ditangani secara cepat dan Keluhan mahasiswa ditangani dalam bentuk
efisien defensif dan dengan cara negative

Terdapat sistem saran aktif dari mahasiswa Mahasiswa tidak didorong untuk memberikan saran
atau keluhan

Staf departemen pelayanan tidak memperlakukan


 Setiap departemen pelayanan menetapkan
karyawan lain dan/atau mahasiswa sebagai
kepuasan pelanggan sesuai kebutuhan
pelanggan
 Terdapat rencana tindak-lanjut untuk Tidak ada sistem tindak-lanjut yang cukup atau
penempatan lulusan dan peningkatan tepat untuk mahasiswa dan alumni
pekerjaan
 Mahasiswa diperlakukan dengan sopan, Mahasiswa dipandang sebagai inferior, tidak
rasa hormat, akrab, penuh pertimbangan diperlakukan dengan rasa hormat, cara yang akrab
11

 Fokus manajemen pada keterampilan dan penuh pertimbangan


kepemimpinan kualitas seperti:
pemberdayaan dan partisipasi aktif Fokus manajemen pada pengawasan karyawan,
karyawan sistem, dan operasional
 Manajemen secara aktif mempromosikan
kerjasama dan solusi masalah dalam unit
kerja  Banyak keputusan manajemen dibuat
tanpa masukan informasi dari karyawan
 Sistem informasi memberikan laporan dan mahasiswa
yang berguna untuk membantu  Sistem informasi usang dan tidak
manajemen dan dosen membantu manajemen sistem kualitas
 Staf administrasi bertanggung jawab dan  Staf administrasi kurang memiliki
siap memberikan pelayanan dengan cara tanggung jawab dan kesiapan untuk
yang mudah dan cepat guna memenuhi memberikan pelayanan yang sesuai
kebutuhan mahasiswa dengan kebutuhan mahasiswa

Sumber: Spanbauer, 1992

Agar pemahaman dan adopsi paradigma baru pada tabel 2 dapat berhasil, maka
dibutuhkan suatu sistem pelatihan kepada pengelola perguruan tinggi di Indonesia.
Pelatihan TQME yang penting bagi pengelola perguruan tinggi di Indonesia
ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3.
Desain Sistem Pelatihan TQME bagi Pengelola Perguruan Tinggi di Indonesia

Jenis Pelatihan Waktu Materi Pelatihan Peserta


Minimum

1. Pelatihan 36 jam Manajemen Proses, Statistical Thinking, Rektor, Pembantu Rektor,


Manajemen Pelayanan Pelanggan, Pembentukan Dekan, Pembantu Dekan, dan
Puncak Kelompok, dan Solusi Masalah Ketua Jurusan/ Departemen

2. Pelatihan 36 jam Efektivitas dan Metode Pengajaran, Dosen Tetap, Dosen Tidak
Dosen Statistical Thinking, Pelayanan Tetap, dan Asisten Dosen
Pelanggan, Pembentukan Kelompok,
dan Solusi Masalah

3. Pelatihan Staf 36 jam Pelayanan Pelanggan, Pembentukan Semua Staf Pendukung


Pendukung Kelompok, Solusi Masalah,
Manajemen Waktu, Keterampilan
Bertelepon, dan Pengendalian Diri
12
13

Setelah memperoleh pelatihan dan siap menerima paradigma baru tentang


manajemen perguruan tinggi yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan
kepuasan pelanggan, maka sistem TQME secara lengkap dapat didesain,
diimplementasikan, dan ditingkatkan terus-menerus pada perguruan tinggi itu seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Prinsip TQM yang diterapkan dalam pendidikan bermanfaat dalam
beberapa hal, diantaranya: - Mendefinisi ulang peran, tujuan, dan tanggung
jawab lembaga - Menjadikan lembaga sebagai kawah pembelajaran -
Merencanalan pelatihan kepemimpinan yang komprehensif untuk tenaga
pendidik dan kependidikan di semua level - Menghadirkan staf yang
memiliki integritas dan karakter baik dalam memberikan layanan - Dapat
memberikan informasi dalam membuat keputusan dan kebijakan -
Merancang pengembangan siswa secara komprehensif. Agar sukses dalam
penerapannya TQM dalam akademik semua pihak harus ikut terlibat mereka
harus paham kemana arah tujuan dan apa yang harus dilakukan serta
bertangung jawab pada tugasnya masing-masing. Jika empat prinsip ini
dilakukan maka TQM dalam pendidikan akan tercapai. Agar suksesnya TQM
ini visi dan kepemimpinan, kemampuan komunikasi interpersonal,
kemampuan problem solving serta kerjasama merupakan hal yang penting
untuk kesuksesan penerapan TQM

Saran
Secepatnya menerapkan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia, agar
lulusan di Indonesia, agar lulusan perguruan tinggi di Indonesia mampu
bersaing di pasar tenaga kerja global pada tahun 2020 dan seterusnya . Patut
dicatat bahwa pengetahuan yang dapat diaplikaasikan dalam sistem industry
akan menjadi sumber daya nasional yang paling efektif untuk membawa
bangsa Indonesia menuju kemajuan dan mampu berkompetisi dengan bangsa
lain di dunia. Lulusan perguruan tinggi di Indonesia perlu dibekali juga
dengan beberapa kemampuan tambahan seperti bekerja sama dan berinteraksi
dengan oranglain. Berkomunikasi, berpikir berdasarkan logika, solusi masalah

14
dan pembuatan keputusan, melihat sesuatu secara komprehensif dalam
konteks sistem, pengendalian diri, dan lain-lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Deming, W. E. 1986. Out of the Chriss. Massachusetts Institute of Technology,

Massachussets.

Gaspersz, Vincent. 1997. Manajemen Kualitas untuk Industri Jasa. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta

Harrington,J,H. and James S. Harrington. 1993. Total Improvement Management.

McGraw-Hill, Inc., New York

Kemenade, E.V. and Paul Garre. 2000. Teach What You Preach-Higher

Education and Business: Partners and Route to Quality. Quality Progress Vol.

39, No.9, September 2000,pp.33-39

Rinehart, G. 1993. Quality Education-Appliying the Philosophy of Dr. W.

Edwards Deming To Transform the Educational System. ASQC Quality Press.

Milwaukee. Wisconsin.

Spanbauer, S. J. 1992. A Quality System for Education. ASQC Quality Press

Milwaukee, Wisconsin

16

Anda mungkin juga menyukai