MANAJEMEN KUALITAS
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih
baik.
Penyusun menyadari bahwa dalam makalah ini jauh dari sempurna baik
gunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dalam menempuh
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tantangan penting yang dihadapi sekolah, perguruan tinggi maupun
manajemen mutunya.
milik pemerintah tidak bekerja secara maksimal dan terkesan apa adanya.
Pendidikan sebagai salah satu sektor pelayanan publik pemerintah, tidak luput
signifikan dan mendesak. Janji pemerintah terhadap setiap warga negara untuk
tentang konsep mutu, bahwa satuan pendidikan formal dan non formal wajib
ability to satisfy stated or implied need”. It is clear then that “quality” seems to
yang bermutu akan menghasilkan SDM yang bermutu pula. Salah satu bentuk
Modern.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Maka dari itu, untuk memposisikan institusi pendidikan sebagai industri jasa,
harus memenuhi standart mutu. Institusi dapat disebut bermutu, dalam konsep
Total Quality Management, harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan.
Secara operasional, mutu ditentukan oleh dua faktor terpenuhinya spesifikasi yang
telah ditentukan sebelumnya dan terpenuhinya spesifikasi yang diharapkan
menurut tuntutan dan kebutuhan penggunaan jasa. Mutu yang pertama disebut
quality in fact (mutu sesungguhnya) dan yang kedua disebut quality in perception
(mutu persepsi).
7
Mutu pendidikan dapat dilihat dalam dua hal, yakni mengacu pada proses
pendidikan dan hasil pendidikan. Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh
komponen pendidikan terlibat dalam proses pendidikan itu sendiri. Faktor-faktor
dalam proses pendidikan adalah berbagai input, seperti bahan ajar, metodologi,
sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya
lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif. Sedangkan mutu pendidikan
dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada prestasi yang dicapai oleh sekolah
pada setiap kurun waktu tertentu. Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan
(student achievement) dapat berupa hasil tes kemampuan akademis (misalnya
ulangan umum, Ebta dan Ebtanas). Dapat pula di bidang lain seperti prestasi di
suatu cabang olah-raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu misalnya
computer, beragam jenis teknik, jasa dan sebagainya. Bahkan prestasi sekolah
dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana,
disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan, dan sebagainya.[15] UU
RI No. 20 Tahun 2003, tentang SISDIKNAS melihat pendidikan dari segi proses
dengan dengan merumuskan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.”
tinggi yang dijalankan secara konsisten, maka perguruan tinggi di Indonesia akan
mampu memenangkan persaingan global yang amat sangat kompetitif dan
memperoleh manfaat (ekonomis maupun nonekonomis) yang dapat dipergunakan untuk
pengembangan perguruan tinggi itu dan peningkatan kesejahteraan pegawai yang
terlibat di perguruan tinggi itu
Dalam konsep manajemen kualitas modern, kualitas suatu perguruan tinggi antara
lain ditentukan oleh kelengkapan fasilitas atau reputasi institusional. Kualitas adalah
sesuatu standar minimum yang harus dipenuhi agar mampu memuaskan pelanggan
yang menggunakan output (lulusan) dari sistem pendidikan tinggi itu, serta harus
terus-menerus ditingkatkan sejalan dengan tuntutan pasar tenaga kerja yang semakin
kompetitif. Berkaitan dengan hal ini, maka Spanbauer (1992) menyatakan bahwa
manajemen perguruan tinggi harus mengadopsi paradigma baru tentang manajemen
kualitas modern. Paradigma baru dan paradigma lama yang dianut oleh manajemen
perguruan tinggi dicantumkan pada tabel 2.
Tabel 2.
Paradigma Baru dan Paradigma Lama dari Manajemen Perguruan Tinggi
Mahasiswa menerima hasil ujian, pembimbingan, Hasil ujian tidak digunakan sebagai informasi untuk
dan nasehat agar membuat pilihan-pilihan yang memberikan bimbingan dan nasehat kepada
sesuai mahasiswa
Keluhan mahasiswa ditangani secara cepat dan Keluhan mahasiswa ditangani dalam bentuk
efisien defensif dan dengan cara negative
Terdapat sistem saran aktif dari mahasiswa Mahasiswa tidak didorong untuk memberikan saran
atau keluhan
Agar pemahaman dan adopsi paradigma baru pada tabel 2 dapat berhasil, maka
dibutuhkan suatu sistem pelatihan kepada pengelola perguruan tinggi di Indonesia.
Pelatihan TQME yang penting bagi pengelola perguruan tinggi di Indonesia
ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 3.
Desain Sistem Pelatihan TQME bagi Pengelola Perguruan Tinggi di Indonesia
2. Pelatihan 36 jam Efektivitas dan Metode Pengajaran, Dosen Tetap, Dosen Tidak
Dosen Statistical Thinking, Pelayanan Tetap, dan Asisten Dosen
Pelanggan, Pembentukan Kelompok,
dan Solusi Masalah
Gambar 4. Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Prinsip TQM yang diterapkan dalam pendidikan bermanfaat dalam
beberapa hal, diantaranya: - Mendefinisi ulang peran, tujuan, dan tanggung
jawab lembaga - Menjadikan lembaga sebagai kawah pembelajaran -
Merencanalan pelatihan kepemimpinan yang komprehensif untuk tenaga
pendidik dan kependidikan di semua level - Menghadirkan staf yang
memiliki integritas dan karakter baik dalam memberikan layanan - Dapat
memberikan informasi dalam membuat keputusan dan kebijakan -
Merancang pengembangan siswa secara komprehensif. Agar sukses dalam
penerapannya TQM dalam akademik semua pihak harus ikut terlibat mereka
harus paham kemana arah tujuan dan apa yang harus dilakukan serta
bertangung jawab pada tugasnya masing-masing. Jika empat prinsip ini
dilakukan maka TQM dalam pendidikan akan tercapai. Agar suksesnya TQM
ini visi dan kepemimpinan, kemampuan komunikasi interpersonal,
kemampuan problem solving serta kerjasama merupakan hal yang penting
untuk kesuksesan penerapan TQM
Saran
Secepatnya menerapkan TQME pada perguruan tinggi di Indonesia, agar
lulusan di Indonesia, agar lulusan perguruan tinggi di Indonesia mampu
bersaing di pasar tenaga kerja global pada tahun 2020 dan seterusnya . Patut
dicatat bahwa pengetahuan yang dapat diaplikaasikan dalam sistem industry
akan menjadi sumber daya nasional yang paling efektif untuk membawa
bangsa Indonesia menuju kemajuan dan mampu berkompetisi dengan bangsa
lain di dunia. Lulusan perguruan tinggi di Indonesia perlu dibekali juga
dengan beberapa kemampuan tambahan seperti bekerja sama dan berinteraksi
dengan oranglain. Berkomunikasi, berpikir berdasarkan logika, solusi masalah
14
dan pembuatan keputusan, melihat sesuatu secara komprehensif dalam
konteks sistem, pengendalian diri, dan lain-lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Massachussets.
Kemenade, E.V. and Paul Garre. 2000. Teach What You Preach-Higher
Education and Business: Partners and Route to Quality. Quality Progress Vol.
Milwaukee. Wisconsin.
Milwaukee, Wisconsin
16