Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Mulyadi, M.Pd.I
Disusun Oleh:
Rihlatuz Zakiyah (210101210027)
Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam merampungka n
makalah ini.
Penulis mengharapkan adanya makalah ini dapat memberikan Ilmu baru kepada teman-
teman semua dan dapat dijadikan salah satu rujukan sebagai bahan bacaan untuk dipelajari lebih
lanjut. Penulis mengharapkan adanya saran dan kritik terhadap makalah ini agar sekiranya bisa
diperbaiki sehingga menjadi bahan bacaan yang sempurna.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................1
C. Tujuan .....................................................................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan ialah faktor yang amat penting bagi suatu perusahaan, lembaga atau
organisasi khususnya yang bergerak dibidang jasa tak terkecuali pada sektor pendidikan.
Dimana hal ini fisik produk berupa layanan administrasi dan pembelajaran yang
ditawarkan biasanya ditunjang dengan berbagai macam keunikan produk. Adapun inti
produk yang dimaksud biasanya merupakan suatu jasa tertentu.
Pada aspek implementatif tentang konsep mutu, diharapkan agar setiap satuan
pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu
pendidikan.1 Oleh karena itu, manajemen kualitas kelembagaan pendidikan pada
hakikatnya bertujuan untuk mengintegrasikan semua fungsi organisasi yang berfokus pada
pemenuhan keinginan dan kebutuhan stakeholder dan tujuan penyelenggaraan pendidikan
sesuai tupoksi masing-masing.
Dengan demikian kualitas pendidikan bukanlah suatu wadah yang berdiri sendiri
tetapi merupakan suatu kesatuan yang saling berhubungan dan terkait sebagai suatu proses
dalam sebuah sistem, bila membicarakan masalah kualitas pendidikan maka tidak akan
terlepas dari tiga unsur pendidikan yaitu, masukan, proses, dan lulusan. Keberadaan lulusa n
lembaga pendidikan merupakan SDM yang menjadi subjek dan objek pembangunan yang
perlu ditingkatkan kualitasnya melalui jalur pendidikan dalam fungsi, proses, dan
aktifitasnya yang bermuara pada pencapaian tujuan pendidikan nasional. 2
Pendidikan sebagai salah satu sektor pelayanan publik pemerintah, tidak luput dari
berbagai kritikan masyarakat yang menginginkan perubahan bersifat signifikan dan
mendesak, janji pemerintah terhadap setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu belum terbukti.3
Sebagai jawaban atas tantangan ini, pemerintah telah mengeluarkan berbagai
peraturan yang menyangkut Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan didalam sektor
pendidikan SPM didalamnya merupakan tolak ukur kinerja pelayanan pendidikan yang
1
diselenggarakan daerah untuk menjamin kualitas pelayanan sektor pendidikan kepada
masyarakat dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. 4
Implikasi yang terjadi baik di sektor pusat maupun daerah sebagai lembaga
penyelenggara pada sektor pendidikan sebagaimana tertuang pada peraturan SPM,
memiliki fungsi ganda. Fungsi-fungsi tersebut diharapkan dapat memenuhi tujuan interna l
kelembagaan dan fungsi sosial yang memberikan pelayanan maksimal kepada seluruh
stakeholder pengguna dalam rangka ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.5 Untuk
menjamin keberlangsungan fungsi- fungsi tersebut, maka diperlukan suatu konsep dan
kebijakan operasional peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan jasa pendidikan
tak terkecuali pendidikan Islam melalui berbagai pendekatan dan metode manajeria l
didalamnya
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Mutu Layanan Pada Pendidikan Agama Islam?
2. Bagaimana Model Mutu Layanan Yang Ada Pada Pendidikan Agama Islam?
c. Tujuan
1. Untuk Memahami Maksud Mutu Layanan Pada Pendidikan Agama Islam.
2. Untuk Mengetahui Beragam Model Mutu Layanan Yang Ada Pada Pendidikan
Agama Islam.
4 Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 129a/U/2004 tentang Stand ar Pelayanan Minimal Bidang
Pendidikan
5 Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional,,, hal. 1
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mutu Layanan Pendidikan Agama Islam
Berbicara tentang mutu layanan pendidikan agama islam tidak dapat dipisahkan
dari kajian kualitas pelayanan (mutu layanan) yang ada pada teori-teori manajeme n
mutu yang telah berkembang disektor industri maupun pemasaran yang kemudian
dapat diadaptasi pada sektor manejemen mutu di dunia pendidikan dengan beragam
satuan pendidikan di dalamnya meliputi keberadaan pelayanan yang diberikan oleh
suatu instansi maupun perorangan sesuai dengan tupoksinya masing- masing
Oleh karena itu, satuan pendidikan hendaknya memahami perkembangan
manajemen sistem industri modern agar mampu mendesain, menerapkan,
mengendalikan, dan meningkatkan kinerja sistem pendidikan yang memenuhi
kebutuhan yang sama dengan kebutuhan manajemen sistem industri modern.
Kata kualitas / mutu mengandung beragam definisi dan makna, orang yang
berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat
kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja
yang nampak berbeda, Mutu / kualitas biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut:
1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelangga
2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan
3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah. (misalnya sesuatu dianggap
bermutu saat ini mungkin akan dianggap kurang bermutu pada masa mendatang). 6
Mengutip konsep yang ada dalam teori pemasaran, Kotler.7 memberika n
definisi Pelayanan sebagai bentuk dari setiap tindakan atau kegiatan yang dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan
tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak
dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan demi tercapainya kepuasan
pada pelanggan itu sendiri.
6 Rinda Hedwig dan Gerradus Polla, Model Sistem Penjaminan Mutu dan Proses Penerapannya di Perguruan
tTinggi (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), hal. 2
7 Philip Kotler, 2002. Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian .
3
Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat,
sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf
tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih
sering. Pada sektor pendidikan memungkinkan munculnya kepuasan yang dapat dilihat
dari indikator loyalitas yang ditunjukkan oleh pelanggan atau pemerhati pendidikan
khususnya peserta didik, orang tua peserta didik, stakeholder, dan satuan pendidikan
lanjutan diatasnya.
Dalam konteks dunia pendidikan, bagaimana cara mewujudkan pendidikan
yang bermutu, manusia di dalamnya berupa (pimpinan, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, peserta didik, wali peserta didik, komite, dan stakeholder di pandang
dari kacamata Manajemen Mutu Terpadu / TQM (Total Quality Manajemen) adalah
pelanggan yang harus menjadi pusat perhatian dalam memenuhi semua kebutuhan dan
keinginannya termasuk dalam segi pelayanannya dan kepuasan untuk peserta didik
khususnya terletak pada layanan dalam proses yang sedang berlangsung dan hasil
pendidikannya ketika telah tuntas.
Pelayanan berhubungan dengan kualitas produk yang berupa barang dan atau
jasa. Untuk meningkatkan kualitas produk telah dikembangkan konsep Total Quality
Management. Adapun untuk meningkatkan kualitas pelayanan (service) telah
dikembangkan konsep Total Quality Service.
Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan perlu diidentifikasikan "Sia pa
pelanggan kita sebenarnya? Selain itu, juga perlu diidentifikasikan "Apa kebutuhan
pelanggan kita sebenarnya". Setelah ter-identifikasi selanjutnya dapat diterapkan jenis-
jenis pelayanan di suatu organisasi atau unit organisasi. Hasil identifikasi jenis jenis
pelayanan dalam suatu organisasi sangat bermanfaat pada upaya peningkatan kualitas
pelayanan menuju pelayanan prima.
Tujuan dari Total Quality Service adalah mewujudkan tercapainya kepuasan
pelanggan, memberikan tanggung jawab kepada setiap orang dan melakukan perbaikan
pelayanan secara berkesinambungan, pada konteks dunia pendidikan, pelanggan di
dalamnya tidak lain adalah pimpinan lembaga, tenaga pendidik, tenaga kependidikan,
peserta didik, wali peserta didik, komite, dan stakeholder serta sekolah lanjutan
4
diatasnya yang mempunyai kualifikasi tertentu dalam seleksi calon peserta didik baru,
siswa baru maupun mahasiswa baru.
Konsep Total Quality Service menurut Tjipto.8 terdiri dari empat bidang:
1. Berfokus pada pelanggan
2. Keterlibatan pegawai secara menyeluruh
3. System pengukuran
4. Perbaikan dan kesinambungan
Jika mutu pendidikan ingin dicapai maka pimpinan, tenaga pendidik, tenaga
kependidikan, peserta didik, komite, masyarakat, stakeholder, serta jenjang satuan
pendidikan lanjutannya dituntut untuk bekerjasama demi mewujudkan tujuan
pendidikan yang bermutu tersebut, sehingga dalam konsep mutu di suatu Instansi
pendidikan akan kita dapatkan skematikanya sebagai berikut:
5
Flowchart tersebut menjelaskan bahwasanya layanan yang bermutu dapat
tercapai dengan terpenuhi beragam harapan yang menjadi permintaan pelanggan pada
sektor pendidikan dengan adanya penerapan pelayanan yang relevan dan dapat diamati
dari pemunculan loyalitas yang diberikan oleh si pelanggan.
Pelanggan pendidikan termasuk juga pendidikan Islam ada dua aspek, yaitu
pelanggan internal dan eksternal. Pelanggan internal adalah kepala sekolah, guru dan
staf kependidikan lainnya. Pelanggan eksternal ada tiga kelompok, yaitu pelangga n
eksternal primer, pelanggan sekunder, dan pelanggan tersier. Pelangan eksternal primer
adalah peserta didik. Pelanggan eksternal sekunder adalah orang tua dan para
pemimpin pemerintahan. Pelanggan eksternal tersier adalah pasar kerja dan
masyarakat luas.12 Lebih rinci lagi dapat kita ketahui sebagai berikut:
12 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah; Teori, Model dan Aplikasi,.(Jakarta; Grasindo, 2003), hal. 70
6
1. Suatu tipe atau desain
2. Suatu deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualis as i
sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamati;
3. Suatu sistem asumsi-asumsi, data-data dan interferensi- interferensi yang dipakai
untuk menggambarkan secara sistematis suatu obyek atau peristiwa
4. Suatu desain yang disederhanakan dari suatu sistem kerja, suatu terjemahan realitas
yang disederhanaka
5. Suatu deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner
6. Penyajian yang diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk
aslinya.13
Dari ilustrasi pemahaman tentang model diatas dapat penulis jabarkan
bahwasanya Model Mutu Layanan Pendidikan Agama Islam adalah tak ubahnya
sebagai kerangka konseptual suatu pedoman yang didesain secara sederhana dalam
pemenuhan beragam harapan yang menjadi permintaan pelanggan pada sektor
pendidikan dengan adanya penerapan pelayanan yang relevan dan dapat diamati
dari pemunculan loyalitas yang diberikan oleh si pelanggan khususnya pelangga n
di sektor Pendidikan Agama Islam
Model Mutu Layanan PAI yang bisa penulis tawarkan untuk diketahui
adalah adanya pemetaan layanan pada beberapa jenjang sektor penyedia mutu
layanan pada Pendidikan Agama Islam diantaranya sebagai berikut:
a. Sektor Layanan Nasional dan Institusional
Konsep desain pedoman mutu layanan PAI telah diberikan rambu-
rambu oleh Kemenag dengan diberlakukannya kebijakan-kebijakan yang di
dalamnya dituntut untuk terpenuhinya mutu layanan pendidikan agama islam
dimulai dari sektor nasional hingga institusional yang dikembangkan lebih
rinci lagi oleh para praktisi pendidikan tentang penerapannya pada sektor
Instruksional.Mutu layanan Pendidikan Agama Islam yang ditawarkan oleh
kemenag telah nampak melalui beberapa kebijakannya sebagai berikut.14
13 Syaiful Sagala, 2006, Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfaeta, hal. 175
14 https://pendis.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=strategipendis#.Ul3PzNKcvLo
7
Kementerian Agama RI di tahun 2010-2014 menetapkan 5 kebijakan
yaitu : (1) peningkatan kualitas kehidupan beragama; (2) peningkatan kualitas
kerukunan umat beragama; (3) peningkatan kualitas raudhatul athfal,
madrasah, perguruan tinggi agama, pendidikan agama, dan pendidikan
keagamaan; (4) peningkatan kualitas penyelenggaraan ibadah haji, dan (5)
perwujudan tata kelola kepemerintahan yang bersih dan berwibawa.
8
10. Upayakan tidak ada pemaksaan dari luar.
11. Mengurangi angka-angka kuota dengan penerapan kepemimpinan.
12. Hilangkan penghalang yang dapat menghilangkan kebanggaan hasil keja
guru dan siswa.
13. Adanya program mengadakan metode dan teknik baru pengembangan diri.
14. Pengelola harus dapat memberikan kesempatan pada semua pihak agar
mereka dapat mengambil peranan dalam pencapaian kualitas. 15
b. Sektor Layanan Instruksional
Layanan Instruksional atau pembelajaran pada suatu instansi pendidikan
ditingkat sekolah khususnya memungkinkan untuk terus berkembang dan
ditingkatkan melalui beberapa cara, diantaranya dengan jalan:
1. Meningkatkan ukuran prestasi akademik melalui ujian nasional atau ujian
daerah yang menyangkut kompetensi dan pengetahuan, memperbaiki tes
bakat (Scholastic Aptitude Test), sertifikasi kompetensi dan profil
portofolio (portofolio profile),
2. Membentuk kelompok sebaya untuk meningkatkan gairah pembelajaran
melalui belajar secara kooperatif (cooperative learning),
3. Menciptakan kesempatan belajar baru di sekolah dengan mengubah jam
sekolah menjadi pusat belajar sepanjang hari dan tetap membuka sekolah
pada jam -jam libur,
4. Meningkatkan pemahaman dan penghargaan belajar melalui penguasaan
materi (mastery learning) dan penghargaan atas pencapaian prestasi
akademik,
5. Membantu siswa memperoleh pekerjaan dengan menawarkan kursus-
kursus yang berkaitan dengan keterampilan memperoleh pekerjaan,
bertindak sebagai sumber kontak informal tenaga kerja, membimb ing
siswa menilai pekerjaan-pekerjaan, membimbing siswa membuat daftar
riwayatr hidupnya dan mengembangkan portofolio pencarian pekerjaan.16
15 B. Suryo Subroto, Manajemen Pendidikan Di Sekolah (Jakarta; Rieneka Cipta, 2008) Cet 2. Hal 199
16 Nurkholis, Ibid, Hal. 78-79
9
Model mutu layanan pada sektor Instruksional pendidikan agama Islam
merupakan fase mutu layanan yang diberikan atau diterapkan dalam suatu proses
pembelajaran yang disertai dengan keberadaan model / metode / strategi
pembelajaran yang dapat untuk terus dikembangkan, mulai dari awal perencanaan,
pelakasanaan hingga evaluasi atau penilaian dari adanya pembelajaran yang ingin
diberikan oleh tenaga pendidik terhadap peserta didiknya, hal ini dapat diadaptasi
dari sistem belajar yang ditawarkan oleh Dikti melalui websitenya dengan
penjelasan sebagai berikut17
17
10
Eksplorasi meliputi kemampuan sistem dalam menyediakan simulas i,
permainan, dan eksperimen virtual. Elaborasi merupakan upaya untuk
mendalami materi/mata pelajaran melalui penugasan analisis, penyelesaia n
masalah, penyelenggaraan diskusi baik sinkron maupun asinkron, dan
penugasan membaca/menulis blog/jurnal.
Konfirmasi meliputi kemampuan sistem dalam menghubungkan pembelajar
dan pengajar baik melalui e-mail, forum diskusi, tanya jawab, dan umpan balik
terhadap tugas, latihan, dan ujian.
11
Menurut Muhaimin18 ada sejumlah peran yang harus dilakukan oleh pengampu
Program Studi Pendidikan Agama Islam, yaitu: menjadi pusat pengembangan pendidikan
agama Islam yang mampu mengantisipasi dampak era globalisasi terhadap perilaku, sikap
mental dan budaya masyarakat setempat; dan memberikan kontribusi yang lebih besar
terhadap pengembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam di daerah setempat.
Dalam kaitannya dengan pengembangan Prodi Pendidikan Agama Islam, perlu
memperhatikan aspek perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
makin pesat. Kedudukan Program Studi Pendidikan Agama Islam selama ini adalah
tumbuh dan berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat. Oleh sebab itu, kontribusi positif
dan signifikansi terhadap kehidupan masyarakat merupakan orientasi yang perlu
diutamakan.
.
18Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum hingga
Redifinisi Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Penerbit Nuansa, 2003), hal. 299.
12
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Mutu layanan Pendidikan Agama Islam dapat tercapai dengan terpenuhinya
beragam harapan yang menjadi permintaan pelanggan pada sektor pendidikan agama islam
yakni pimpinan, tenaga pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, wali peserta didik,
komite, dan stakeholder serta jenjang pendidikan lanjutannya dengan adanya penerapan
pelayanan yang relevan dan dapat diamati dari pemunculan loyalitas yang diberikan oleh
si pelanggan.
Model mutu layanan pendidikan agama Islam nampak secara hirarki ditinjau dari
adanya layanan mutu secara nasional dan institusional yang dapat kita ketahui dari adanya
kebijakan yang ditawarkan oleh kemenag selaku pemerintah pusat yang menaungi
lembaga-lembaga institusional pendidikan Islam dan dikembangkan lebih rinci lagi pada
sektor instruksional yang didalamnya berhubungan dengan keberlangsungan proses
pembelajaran pendidikan agama Islam dan tidak terlepas dari pemenuhan metode-metode
maupun pendekatan-pendekatan serta strategi-strategi relevan yang memungkinkan untuk
tercapainya mutu layanan pada pendidikan agama Islam.
13
DAFTAR PUSTAKA
14