Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

JUDUL :
INOVASI PENDIDIKAN ISLAM
MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN MUTU
TERPADU PENDIDIKAN ISLAM

Tugas Mata Kuliah


INOVASI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

( Dosen Pengampu : Dr. MOHAMMAD AL-FARABI, M.Ag)

Makalah ini dipresentasikan pada mata kuliah Inovasi Dalam Pendidikan Islam

Pemakalah:
Candra Kirana, S.Pd
NIM :3003194013

SEMESTER II / PEDI B NON REGULER

PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN-SUMATERA UTARA
2021

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis ucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.

Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada beliau Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umatnya dari jaman jahiliah menuju jaman yang penuh cahaya, yakni "Islam" yang
senantiasa di ridhoi Allah SWT.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
maka dengan penuh santun dan hormat penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak dosen dan teman-teman yang telah membantu penulis.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari
berbagai pihak untuk menyempurnakan makalah yang sederhana ini.

Akhir kata,penulis mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekhilafan. Semoga makalah ini
dapat menambah khasanah atau cakrawala pemikiran penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juli 2021

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................................5

B. Rumusan Masalah....................................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………….….6

A. Manajemen Mutu Terpadu.......................................................................................................3

1. Pengertian Manajemen Terpadu...............................................................................................3

2. Unsur Utama manajemen Mutu Terpadu.................................................................................4

B. Implementasi manajemen Terpadu...........................................................................................12

PENUTUP....................................................................................................................................13

A. Kesimpulan..............................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Permasalahan utama pendidikan Indonesia dewasa ini adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang, jenis, dan satuan pendidikan termasuk di dalamnya
pendidikan Islam. Pada era reformasi pendidikan Islam menghadapi dua masalah, yaitu:
Tuntutan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap kualitas pendidikan Islam, dan tidak
relevannya pendidikan Islam dengan tuntutan kebutuhan pembangunan masyarakat.
Berbagai data menunjukkan bahwa pendidikan pada beberapa tahun terakhir masih
belum menunjukkan perubahan yang menggembirakan meskipun tidak dapat dipungkiri
terdapat beberapa sekolah/madrasah menunjukkan peningkatan mutu pendidikan yang cukup
menggembirakan. Beberapa siswa dari kota-kota besar di Indonesia berhasil meraih medali
Olimpiade Sains Internasional. 1
Lahmuddin Lubis dalam Bafhadal (2003) mengklasifikasikan penyebab utama
rendahnya mutu pendidikan di Indonesia ke dalam tiga bentuk. Pertama, pendekatan yang
digunakan lebih terfokus kepada input-output dan sangat kurang perhatian pada proses.
Kedua, pendidikan dilakukan secara birokratik sentralistik; dalam hal tertentu sentralistik
masih perlu tetapi pada era otonomi daerah, pendekatan desentralistik lebih dominan. Ketiga,
peran warga sekolah, khususnya guru, masyarakat dan orangtua siswa/mahasiswa sangat
kurang.
Mutu menjadi hal yang sangat penting dalam pendidikan. Kita semua mengakui, saat
ini memang ada masalah dalam sistem pendidikan. Lulusan sekolah menengah atau
perguruan tinggi tidak siap memenuhi kebutuhan masyarakat. Masalah ini berakibat bagi
masyarakat. Para peserta didik yang tidak siap jadi warga negara yang bertanggung jawab
dan produktif itu, akhirnya hanya jadi beban masyarakat. Para peserta didik yang seperti itu
adalah produk sistem pendidikan yang tidak terfokus pada mutu. Terkait dengan uraian di
atas, perlu diberikan batasan definisi terhadap pendidikan. Pendidikan sendiri dapat dilihat
sebagai suatu proses dan sebagai suatu lembaga yang menawarkan program pembelajaran.
Sebagai suatu proses, pendidikan merupakan usaha memberikan bimbingan dan pembinaan

1 Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu, 1999

4
terhadap potensi setiap individu anak yang sedang mengalami perkembangan untuk mencapai
kedewasaan yang optimal.
Dalam konteks ini pendidikan dapat berlangsung seumur hidup dalam berbagai situasi,
baik dengan keteladanan, pembiasaan, bimbingan, pengarahan, pembelajaran, pelatihan,
hukuman, pujian, dan lain-lain. Sedangkan sebagai lembaga, pendidikan dapat berlangsung di
rumah tangga dan lembaga masyarakat (pendidikan luar sekolah) dan pendidikan yang
berlangsung di sekolah sebagai organisasi pendidikan formal.

B.     Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1.      Apa Yang Dimaksud Dengan Manajemen Mutu Terpadu?
2.      Bagaimana Mengimplementasikan Manajemen Mutu Terpadu Dalam Lembaga Pendidikan?

C.    TujuanPenulisan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah:
1.      Mengetahui Pengertian Dari Manajemen Mutu Terpadu.
2.      Menjelaskan Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Pada Lembaga Pendidikan?

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. MANAJEMEN MUTU TERPADU


1. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau TQM sudah muncul di
daratan Amerika dan Jepang dan akhirnya Koji Kobayashi, salah satu CEO of NEC,
diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan TQM, yang dia lakukan pada saat
memberikan pidato pada pemberian penghargaan Deming prize di tahun 1950. Banyak
perusahaan Jepang yang memperoleh sukses global karena memasarkan produk yang
sangat bermutu. Perusahaan/organisasi yang ingin mengikuti perlombaan/ bersaing
untuk meraih laba/manfaat tidak ada jalan lain kecuali harus menerapkan Total Quality
Management.2
Manajemen mutu terpadu atau bahasa krennya Total Quality Management ialah
suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan
daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungannya. Manajemen mutu terpadu merupakan suatu pendekatan
pengendalian mutu melalui pertumbuhan partisipasi karyawan.
Manajemen mutu terpadu merupakan mekanisme formal dan dilembagakan
yang bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada
partisipasi dan kreatifitas di antara karyawan. Setiap gugus juga bertindak sebagai
mekanisme pemantau yang membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya dan dalam memantau kesempatan, bersifat proaktif, tidak menunggu
bergerak kalau persoalan timbul dan tidak menghentikan kegiatannya kalau suatu
persoalan telah ditemukan dan dipecahkan.3
Manajemen mutu terpadu diartikan sebagai perpaduan semua fungsi dari suatu
perusahaan ke dalam falsafat holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktifitas, dan pengertian, serta kepuasan pelanggan. Manajemen mutu
terpadu merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai setrategi
usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota
organisasi.

2 M. Atho Mundzar, pendekatan studi islam, dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998

3 Ibid

6
Total Quality Management (TQM) adalah pendekatan manajemen pada suatu
organisasi, berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan
sumber daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan
pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya
manusianya) dan masyarakat TQM juga diterjemahkan sebagai pendekatan berorientasi
pelanggan yang memperkenalkan perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan
terus menerus terhadap proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. 4
Proses TQM memiliki input yang spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan
pelanggan), mentransformasi (memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi
barang atau jasa yang pada gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan
(output). Tujuan utama Total Quality Management adalah perbaikan mutu pelayanan
secara terus-menerus. Dengan demikian, juga Quality Management sendiri yang harus
dilaksanakan secara terus-menerus.
Kemudian dalam bidang pendidikan ada pendapat yang menyatakan bahwa
manajemen mutu terpadu memungkinkan memberi peluang untuk perbaikan mutu
sekolah menuju sekolah efektif. Sekolah efektif adalah sekolah yang berhasil mencapai
tujuannya. Sekolah efektif pada intinya adalah pembelajaran yang efektif. Ada dua
sistem pendekatan dalam memahami manajemen mutu terpadu dalam menuju sekolah
efektif. Pertama adalah pendekatan sistem yaitu suatu sistem pendekatan yang
mempercepat perbaikkan dan berkelanjutan yang berhubungan langsung dengan peserta
didik. Kedua adalah pendekatan sistem langsung dan terlibat aktif dalam pengambilan
keputusan dan manjemen sekolah.
a) Konsep Total Quality Management
Konsep TQM ini memerlukan komitmen semua anggota organisasi terhadap
perbaikan seluruh aspek manajemen organisasi. Pada dasarnya, konsep Total Quality
Management mengandung tiga unsur yaitu :
1) Strategi nilai pelanggan
Nilai pelanggan adalah manfaat yang dapat diperoleh pelanggan atas penggunaan
barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan dan pengorbanan pelanggan untuk
memperolehnya. Strategi ini merupakan perencanaan bisnis untuk memberikan

4 jemari Mardapi, Peningkatan kualitas pendidikan melalui akreditasi sekolah yang memberdayakan
masyarakat.

7
nilai bagi pelanggan termasuk karakteristik produk, cara penyampaian,
pelayanan, dan sebagainya.

2) Sistem organisasional
Sistem organisasional berfokus pada penyediaan nilai bagi pelanggan. Sistem ini
mencakup tenaga kerja, material, mesin/teknologi proses, metode operasi dan
pelaksanaan kerja, aliran proses kerja, arus informasi, dan pembuatan keputusan.
3) Perbaikan kualitas berkelanjutan
Perbaikan kualitas diperlukan untuk menghadapi lingkungan eksternal yang
selalu berubah, terutama perubahan selera pelanggan. Konsep ini menuntut
adanya komitmen untuk melakukan pengujian kualitas produk secara kontinu.
Dengan perbaikan kualitas produk secara kontinu, akan dapat memuaskan
pelanggan.
b) Prinsip-prinsip Total Quality Management:
Menurut Hensler dan Brunell (1993) dalam Edward sallis, ada empat prinsip utama
dalam TQM yakni:5
1) Kepuasan pelanggan, konsep mengenai kualitas dan pelanggan diperluas. Kualitas
tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu, tetapi
kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Kebutuhan pelanggan diusahakan
untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan dan
ketepatan waktu. Kualitas yang dihasilkan suatu perusahaan sama dengan nilai
(value) yang diberikan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para pelanggan.
2) Respek terhadap setiap orang, setiap karyawan dipandang sebgai individu yang
memiliki talenta dan kereativitas tersendiri danunik. Dengan demikian karyawan
merupakan sumber dayaorganisasi yang paling bernilai. Sehingga setiap orang
dalamorganisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untukterlibat dan
berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
c) Manajemen berdasarkan fakta,
setiap keputusan harusberdasarkan data, bukan sekedar pada perasaan (feeling). Konsep
pokoknya adalah 1). Prioritisasi (prioritization) yakni suatu konsepbahwa perbaikan
tidak dapat dilakukan pada semua aspek padasaat yang bersamaan, mengingat
keterbatasan sumber daya yangada.oleh karena itu dengan menggunakan data maka
5 Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004

8
manajemendan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya padasituasi tertentu
yang vital. 2). Variasi (variation) variabilitas kinerjamanusia. Data statistik dapat
memberikan gambaran mengenaivariabilitas yang merupakan bagian yang wajar dari
setiap sistemorganisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasildari
setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan6.
d) Perbaikan berkesinambungan, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara
sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang berlaku
disini adalah siklu PDCA(plan-do-chek-act) yang terdiri dari langkah-langkah
perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasilpelaksanaan rencana, dan
tindakan korektif terhadap hasil yangdiperoleh.
e) Manfaat Total Quality Managemen 
Total Quality Management memberikan jaminan bagi pelanggan, bahwa organisasi
mempunyai tanggung jawab tentang kualitas dan mampu menyediakan produk dan jasa
yang sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan mereka. Sebuah Organisasi yang memahami
mengapa mereka memperkenalkan Total QualityManagementdapat menerapkan suatu
system yang fleksibel yang cocok bagi mereka sendiri dan menyadari manfaat serta
keefektifan yang dihasilkan oleh Total Quality Management.
2. Unsur Utama Manajemen Mutu Terpadu
Berdasarkan pada beberapa pengertian manajemen mutu terpadu tersebut, maka dapat
dijelaskan beberapa karakteristik atau unsur utama manajemen mutu terpadu sebagai
berikut di bawah ini. 7
a) Berfokus pada yang dilayani. Karakteristik ini pada mulanya menekankan bahwa bagi
organisasi non profit keberhasilan akan terlihat dari organisasi tersebut dalam
melaksanakan tugas pokoknya dalam memberikan pelayanan umum dan melaksa-
nakan pembangunan yang dapt diukur dengan mengacu pada suatu standar tertentu
yang telah ditetapkan. Tolak ukur itu ternyata tidak seluruhnya benar.
Dalam kenyataannya standar tertentu itu mungkin cocok untuk satu lingkungan
msyarakat, namun tidak cocok untuk lingkungan masyarakat yang lain. Misalnya
dalam pelaksanan wajib belajar, di masyarakat elite yang cukup terdidik terutama di
perkotaan, pelayanan cukup dilakukan di sekolah, karena anggota masyarakat selalu

6 Frietz R Tambunan (2004); “Mega Tragedi Pendidikan Nasional”, Kompas : 16 Juni 2004
7 Mochtar Bochori, “Pendidikan Islam Indonesia : Problema masa kini dan persfektif masa depan,
“dalam muntaha Azhari

9
berusaha untuk menyekolahkan anak-anaknya dengan memilih sekolah yang
kualitasnya sesuai dengan keinginan dan harapannya. Berbeda dengan daerah
pedesaan yang terpencil dan terasing termasuk desa tertinggal di perkotaan,
pemberian pelayanan umum harus dilakukan dengan mendatangi anggota masyarakat
agar menyekolahkan anak-anaknya.
b) Obsesi pada kualitas. Dalam orgnisasi yang menerapkan manajemen mutu terpadu,
pelanggan internal dan ekternal yang menentukan kualitas. Dengan kualitas yang
ditetapkan tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa
yang telah ditentukan. Hal ini berarti bahwa semua karyawan pada setiap level harus
berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan persepektif ” bagai-
mana kita dapat melakukannya dengan lebih baik.
Bila suatu organisasi terobsesi dengan kualitas, maka berlaku prinsip good enough is
never good enough. Karakteristik ini harus diwujudkan oleh pemimpin atau manajer
dalam semua fungsi manajemen mulai dari aktif dalam merumuskan perencanaan
yang berorientasi pada kualitas, kemudian aktif pula membagi pembidangan kerja
dan mengatur penempatan personel agar pelaksanaan pekerjaan mampu
menghasilkan sesuatu yang berkualitas.
c) Pendekatan ilmiah. Pendekatn ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan
manajemen mutu terpadu, terutama untuk merancang pekerjaan dan dalam proses
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan
yang dirancang tersebut. Misalnya dalam mengolah data dilakukan penghitungan
dengan statistik, demikian pula dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dengan
menggunakan media dan sarana bertehnologi tinggi.
d) Komitmen jangka panjang. Manajemen mutu terpadu merupakan suatu paradigma
baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu dibutuhkan budaya perusahaan yang
baru pula. Oleh karena itu komitmen jangka panjang sangat penting guna
mengadakan perubahan budaya agar penerapan manajemen mutu terpadu dapat
berjalan dengan sukses. Dalam organisasi pendidikan manajemen mutu terpadu
konsep peningkatan kualitas melalui kreativitas, inisiatif dan inovasi dalam
pembelajaran sangat penting dalam jangka panjang. Dengan demikian komitmen
jangka panjang adalah merupakan karakter yang harus diimplementasikan dalam
lingkungan organisasi pendidikan atau sekolah.
e) Kerjasama tim. Pemberdayaan sumberdaya manusia dapat dilakukan melalui
penggunaan dan pengembangan cara bekerja dalam kelompok, agar antar personal
10
dengan personal yang lainnya bekerja dengan cara saling menunjang, saling isi
mengisi atau saling melengkapi kekurangan atau kelemahan-kelemahan masing-
masing. Dengan bekerja di dalam tim kerja secara efektif, berarti produktifitas dan
kualitas kerja dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dibandingkan dengan cara dan
hasil kerja individual.
f) Perbaikan sistem secara berkesinambungan. Setiap produk dan atau jasa dihasilkan
dengan memnafaatkan proses-proses tertentu di dalam suatu sistem atau lingkungan.
Oleh karena itu, sistem yang ada perlu diperbaiki secar terus menerus agar kualitas
yang dihasilkan dapat makin meningkat.
g) Pendidikan dan pelatihan. Dalam organisasi yang menerapkan manajemen mutu
terpadu pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang fundamental. Setiap orang
diharapkan dan didorong untuk terus belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa
belajar merupakan proses yang tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia.
Dengan belajar setiap orang dalam perusahaan dapat meningkatkan keteram-pilan
teknis dan keahlian profesionalnya.
h) Kebebasan yang terkendali. Dalam manajemen mutu terpadu keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
merupakan unsur yang sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat
meningkatkan rasa memiliki dan tanggungjawab karyawan terhadap keputusan yang
telah dibuat.
i) Kesatuan Tujuan. Supaya manajemen mutu terpadu dapat diterapkan dengan baik,
maka perusahaan harus memiliki kesatuan tujuan. Dengan demikian, setiap usaha
dapat diarahkan kepada tujuan yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak
berarti bahwa harus selalu ada persetujuan atau kesepakatan antara pihak manajemen
dan karyawan, misalnya mengenai upah dan kondisi kerja.
j) Adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan merupakan hal yang penting dalam penerapan manjemen mutu terpadu.
Keterlibtan karyawan membawa dua manfaat utama. Pertama akan memungkinkan
meningkatkan hasil. Kedua keterlibatan karyawan juga meningkatkan rasa memiliki
dan tanggungjawab atas keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus
melaksanakannya. Dikaitkan dalam dunia pendidika, maka sisini Sekolah
diibaratkan sebagai perusahaan yang memiliki pelanggan primer, sekunder, dan
tertier. Pelanggan primer sekolah adalah adalah siswa, pelanggar sekunder adalah
orang tua, dan pelanggar tertier adalah pemerintah dan masyarakat (Usman. 2006.
11
Kebutuhan pelanggan harus dipuaskan dari segala aspek, termasuk juga harga,
keamanan, dan ketepatan waktu. Oleh karena itu aktivitasnya harus dikoordinasikan
untuk memuaskan para pelanggan. Kualitas yang dihasilkan oleh suatu peruasahaan
sama dengan nilai yang diberikan dalam rangka peningkatan kualitas hidup
pelanggan, semakin tinggi nilai yang diberikan maka semakin besar pula kepuasan
pelanggan

B. IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU PADA LEMBAGA


PENDIDIKAN ISLAM
Bahwa untuk dapat berhasilnya implementasi manajemen mutu terpadu
disekolah, maka harus dimulai dari atas atau pimpinan, yang tergambar dari perilaku
dan tindakan pemimpin sebagai berikut: 8
1) menyenang-kan pelanggan melalui peretmuan, diskusi, daftar pertanyaan, dan
sebagainya,
2) membentu fasilitator yang akan memasyarakatakan program dan mengarahkan
kelompok pengarah dalam pengembangan program peningkatan mutu,
3) membentuk kelompok pengarah peningakatan mutu yang mendorong dan
menunjang proses peningakatan mutu,
4) menunjuk koordinator peningakatan mutu yang membantu dan mengarahkan
tim kerja dalam menemukan pemecahan masalah,
5) menyelengarakan seminar manajemen untuk mengevaluasi kemajuan,
6) menganalisis dan mendiagnosis situasi yang sedang berkembang,
7) menggunakan atau mencoba model-model yang telah diterapkan oleh lembaga
lain,
8) menggunakan konsultan dari luar walaupun tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya sebagaimana pada perusahaan,
9) meningkatkan latihan yang mengarah pada mutu yang diutamakan dalam
perubahan budaya.
10) menyebarluaskan pengertian mutu kepada seluruh individu dalam lembaga
pendidikan agar semua terlibat dalam proses peningakatan buaya,

8 Mujamul Qomar, Manajemen pendidikan islam, Jakarta : erlangga, 2007

12
11) mengukur biaya dari mutu, termasuk menghitung kerugian yang diakibatkan
oleh penurunan jumlah siswa baru, drop out, reputasi yang menurun, kehilangan
kesempatan, dan sebagainya,
12) menerapkan alat dan teknik melalui pengembangan kelompok kerja efektif, dan
mengevaluasi program pada setiap periode tertentu agar program pada setiap
periode tertentu sebagaimana direnca-nakan tidak mengalami kegagalan.
Manajemen mutu terpadu sebagai konsep manajemen modern adalah berusaha
untuk memberikan respon secara tepat terhadap setiap perubahan yang ada baik yang
didorong oleh kekuatan ekternal maupun internal sekolah. Sebagai organisasi modern,
lembaga pendidikan sekolah, universitas, akademi, institut harus mengetahui dan
memahami pentingnya mengupayakan lulusan pendidikan yang bermutu.
Pendidikan harus benar-benar menyadari perlunya untuk mengejar mutu dan
mengusahakannya terhadap murid murid. Ada banyak faktor yang mempengaruhi mutu
pendidikan, sperti pemeliharaan gedung, guru-guru, nilai moral tinggi, hasil ujian yang
unggul, dukungan orang tua, bisnis dan masyarakat, penerapan teknologi, kekuatan
kepemimpinan, pemeliharaan dan perhatian terhadap pelajar, dan pada intinya ialah
kurikulum yang tepat sekaligus bermutu tinggi. Manajemen mutu terpadu dalam
pendidikan merupakan bentuk pengendalian mutu yang disempurnakan. Filosofy dari
manjemen mutu terpadu ini adalah terciptanya budaya kerja dari seluruh personel yang
terlibat dalam pengadaan dan penyajian jasa pendidikan yang dijiwai oleh motivasi dan
sikap untuk memenuhi dan memuaskan harapan pelanggan (peserta didik). 9
Dalam rangka memenuhi harapan pelanggan pendidikan ini, pengelola sekolah
secara bertahap dan terus menerus memperbaiki kualitas lulusannya dengan didukung
oleh kurikulum yang bermutu serta kepemimpinan yang kuat dari pihak pimpinan serta
pembagian tanggungjawab untuk mencapai mutu. Sekolah yang efektif selalu responsif
dan adaptif terhadap perkembangan lingkungan yang kompleks. Hal penting yang perlu
mendapatkan perhatian utama adalah masalah layanan pembelajaran. Layanan
pembelajaran diarahkan pada penyampaian materi pelajaran. Guru harus betul-betul
penyampaian materi. Karena hal ini menimbulkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari
siswa atau kewibawaan guru. Sebagai seorang pendidik yang profesional, guru

9 Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah , Model dan aplikasi, Jakarta : PT. Gramedia Wdiasarana
Indonesia 2003

13
hendaknya dapat menjadi teladan bagi masyarakat luas, lebih khusus bagi para anak
didiknya. Manajemen pembelajaran yang baik menentukan baik buruknya
pembelajaran, bagaimana seorang guru menggunakan metode yang tepat, penyediaan
alat belajar yang cukup, dan suasana kelas yang kondusif saat proses belajar mengajar.
Itu semua sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar Pembelajaran pada
dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam proses belajar
sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar yang sesuai dengan apa yang
diharapkan.10
Jadi, dari semua uraian diatas manajemen pembelajaran yang baik menentukan
baik buruknya pembelajaran, bagaimana seorang guru menggunakan metode yang
tepat, penyediaan alat belajar yang cukup, dan suasana kelas yang kondusif saat proses
belajar mengajar. Itu semua sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam
proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar yang sesuai dengan
apa yang diharapkan.
Kemudian Usman (2006) menjelaskan bahwa dalam implementasi manajemen
mutu terpadu tersebut agar dapat terlaksana secara efektif maka ada beberapa prinsip
yang harus dipegang oleh manajer atau pimpinan terutama organisasi dalam bidang
pendidikan. Prinsip-prinsip yang dimaksudkan adalah:
1)   Kepuasan pelanggan.
2)   Respek terhadap setiap orang
3)   Manajemen berdasarkan fakta
4)   Perbaikan secara terus menerus.
Mutu tidak hanya bermakna sebagai kesesuaian dengan spesifiksi tertentu saja,
tetapi mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pendidikan adalah pelayanan jasa.
Sekolah harus memberikan pelayanan jasa sebaik-baiknya kepada pelanggannya.
Pelanggan sekolah meliputi pelanggan internal dan ekternal sekolah. Pelanggan
eksternal sekolah adalah orang tua siswa, pemerintah dan masyarakat termasuk komite
sekolah. Pelanggan internal sekolah adalah siswa, guru, dan staf tata usaha.11
Kemudian dalam rangka menjaga mutu sekolah, maka setiap personel dipandang
memiliki potensi, sebagai aset organisasi, karena itu setiap orang diperlakukan dengan

10 Thomas B. Santoso (2001), “ Manajemen Sekolah di Masa Kini (1)”,


11 Rohiat, Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktek, Bandung: PT. Refika Aditama, 2009

14
baik diberikan kesempatan untuk berprestasi, berkarier, dan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan.
Hambatan dalam peningkatan kualitas Hal penting yang perlu diperhatian dalam
mengimplementasikan TQM adalah hambatan-hambatan yang mungkin akan ditemui.
Menurut Deming, ada “tujuh penyakit yang mematikan” sebagai hambatan dalam
peningkatan kualitas, empat yang paling mematikan yaitu:
1. Kurang konstannya tujuan, sehingga organisasi terhambat untuk mengadopsi kualitas
sebagai manajemen;
2. Adanya pemikiran jangka pendek;
3. Adanya evaluasi individual yang hanya dilakukan melalui skala pertimbangan atau
laporan tahunan; dan
4. Adanya ‘Job Hope’ (mengharapkan jabatan).
Deming juga mengutarakan penyebab gagalnya kualitas dalam pendidikan disebabkan
oleh sumber-sumber pendidikan itu sendiri, termasuk design kurikulum, gedung
sekolah/madrasah yang kurang terawat, lingkungan kerja yang buruk, system dan prosedur
yang tidak sesuai, penjadwalan yang tidak memadai, kurangnya sumber-sumber yang penting
dan pengembangan staf yang tidak memadai.Kegagalan TQM dapat juga diakibatkan oleh
usaha pelaksanaan yang setengah hati dan harapan-harapan yang tidak realistis, ada pula
beberapa kesalahan yang secara umum dilakukan pada saat organisasi memulai inisitaif
perbaikan kualitas.
Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain:
1. Delegasi dan kepemimpinan yang tidak baik dari menejemen senior.
2. Team mania.
3. Proses penyebarluasan (deployment)
4. Menggunakan pendekatan yang terbatas dan dogmatis.
5. Harapan yang terlalu berlebihan6.Empowering yang bersifat premature.

a) Strategi pelaksanaan di tingkat sekolah/madrasah


Dalam rangka mengimplementasikan konsep manajemen peningkatan mutu yang berbasis
sekolah/madrasah ini, maka melalui partisipasi aktif dan dinamis dari orang tua, siswa,
guru dan staf lainnya termasuk institusi yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan
sekolah/madrasah harus melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut :

15
 Penyusunan basis data dan profil sekolah/madrasah lebih presentatif, akurat, valid dan
secara sistimatis menyangkut berbagai aspek akademis, administratif (siswa, guru,
staf), dan keuangan.
 Melakukan evaluasi diri (self assesment) utnuk menganalisa kekuatan dan kelemahan
mengenai sumber daya sekolah/madrasah, personil sekolah/madrasah, kinerja dalam
mengembangkan dan mencapai target kurikulum dan hasil-hasil yang dicapai siswa
berkaitan dengan aspek-aspek intelektual dan keterampilan, maupun aspek lainnya.
 Berdasarkan analisis tersebut sekolah/madrasah harus mengidentifikasikan kebutuhan
sekolah/madrasah dan merumuskan visi, misi, dan tujuan dalam rangka menyajikan
nasional yang akan dicapai. Hal penting yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
identifikasi kebutuhan dan perumusan visi, misi dan tujuan adalah bagaimana siswa
belajar, penyediaan sumber daya dan pengeloaan kurikulum termasuk indikator
pencapaian peningkatan mutu tersebut.
 Berangkat dari visi, misi dan tujuan peningkatan mutu tersebut sekolah/madrasah
bersama-sama dengan masyarakatnya merencanakan dan menyusun program jangka
panjang atau jangka pendek (tahunan termasuk anggarannnya). Program tersebut
memuat sejumlah program aktivitas yang akan dilaksanakan sesuai dengan kebijakan
nasional yang telah ditetapkan dan harus memperhitungkan kunci pokok dari strategi
perencanaan tahun itu dan tahun-tahun yang akan datang. Perencanaan program
sekolah/madrasah ini harus mencakup indikator atau target mutu apa yang akan
dicapai dalam tahun tersebut sebagai proses peningkatan mutu pendidikan (misalnya
kenaikan NEM rata-rata dalam prosentase tertentu, perolehan prestasi dalam bidang
keterampilan, olah raga, dsb). Program sekolah/madrasah yang disusun bersama-sama
antara sekolah/madrasah, orang tua dan masyarakat ini sifatnya unik dan
dimungkinkan berbeda antara satu sekolah/madrasah dan sekolah/madrasah lainnya
sesuai dengan pelayanan mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
Karena fokus kita dalam mengimplementasian konsep manajemen ini adalah mutu
siswa, maka program yang disusun harus mendukung pengembangan kurikulum
dengan memperhatikan kurikulum nasional yang telah ditetapkan, langkah untuk
menyampaikannya di dalam proses pembelajaran dan siapa yang akan
menyampaikannya.
 Dua aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan ini adalah kondisi alamiah
total sumber daya yang tersedia dan prioritas untuk melaksankan program. Oleh

16
karena itu, sehubungan dengan keterbatasan sumber daya dimungkinkan bahwa
program tertentu lebih penting dari program lainnya dalam memenuhi kebutuhan
siswa untuk belajar. Kondisi ini mendorong sekolah/madrasah untuk menentukan
skala prioritas dalam melaksanakan program tersebut. Seringkali prioritas ini
dikaitkan dengan pengadaan peralatan bukan kepada output pembelajaran. Oleh
karena itu dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen tersebut sekolah/madrasah
harus membuat skala prioritas yang mengacu kepada program-program pembelajaran
bagi siswa. Sementara persetujuan dari proses pendanaan harus bukan semata-mata
berdasarkan pertimbangan keuangan melainkan harus merefleksikan kebijakan dan
prioritas tersebut. Anggaran harus jelas terkait dengan program yang mendukung
pencapaian target mutu. Hal ini memungkinkan terjadinya perubahan pada
perencanaan sebelum sejumlah program dan pendanaan disetujui atau ditetapkan.
 Prioritas seringkali tidak dapat dicapai dalam rangka waktu satu tahun program
sekolah/madrasah, oleh karena itu sekolah/madrasah harus membuat strategi
perencanaan dan pengembangan jangka panjang melalui identifikasi kunci kebijakan
dan prioritas. Perencanaan jangka panjang ini dapat dinyatakan sebagai strategi
pelaksanaan perencanaan yang harus memenuhi tujuan esensial, yaitu : (i) mampu
mengidentifikasi perubahan pokok di sekolah/madrasah sebagai hasil dari kontribusi
berbagai program sekolah/madrasah dalam periode satu tahun, dan (ii) keberadaan
dan kondisi natural dari strategi perencanaan tersebut harus menyakinkan guru dan
staf lain yang berkepentingan (yang seringkali merasakan tertekan karena perubahan
tersebut dirasakan harus melaksanakan total dan segera) bahwa walaupun perubahan
besardiperlukan dan direncanakan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa,
tetapi mereka disediakan waktu yang representatif untuk melaksanakannya, sementara
urutan dan logika pengembangan juga telah disesuaikan. Aspek penting dari strategi
perencanaan ini adalah program dapat dikaji ulang untuk setiap periode tertentu dan
perubahan mungkin saja dilakukan untuk penyesuaian program di dalam kerangka
acuan perencanaan dan waktunya.
Melakukan monitoring dan evaluasi untuk menyakinkan apakah program yang telah
direncanakan dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan, apakah tujuan telah tercapai,
dan sejauh mana pencapaiannya. Karena fokus kita adalah mutu siswa, maka kegiatan
monitoring dan evaluasi harus memenuhi kebutuhan untuk mengetahui proses dan
hasil belajar siswa. Secara keseluruhan tujuan dan kegiatan monitoring dan evaluasi
ini adalah untuk meneliti efektifitas dan efisiensi dari program sekolah/madrasah dan
17
kebijakan yang terkait dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Seringkali
evaluasi tidak selalu bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu, oleh karenanya selain
hasil evaluasi juga diperlukan informasi lain yang akan dipergunakan untuk
pembuatan keputusan selanjutnya dalam perencanaan dan pelaksanaan program di
masa mendatang. Demikian aktifitas tersebut terus menerus dilakukan sehingga
merupakan suatu proses peningkatan mutuyangberkelanjutan.
C. Peningkatan Mutu Pendidikan berbasis Madrasah
Bervariasinya kebutuhan siswa akan belajar, beragamnya kebutuhan guru dan staff
lain dalam pengembangan profesionalnya, berbedanya lingkungan sekolah/madrasah satu
dengan lainnya dan ditambah dengan harapan orang tua/masyarakat akan pendidikan yang
bermutu bagi anak dan tuntutan dunia usaha untuk memperoleh tenaga bermutu,
berdampak kepada keharusan bagi setiap individu terutama pimpinan kelompok harus
mampu merespon dan mengapresiasikan kondisi tersebut di dalam proses pengambilan
keputusan. Ini memberi keyakinan bahwa di dalam proses pengambilan keputusan untuk
peningkatan mutu pendidikan mungkin dapat dipergunakan berbagai teori, perspektif dan
kerangka acuan (framework) dengan melibatkan berbagai kelompok masyarakat terutama
yang memiliki kepedulian kepada pendidikan.
Karena sekolah/madrasah berada pada pada bagian terdepan dari pada proses
pendidikan, maka diskusi ini memberi konsekwensi bahwa sekolah/madrasah harus
menjadi bagian utama di dalam proses pembuatan keputusan dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan. Sementara, masyarakat dituntut partisipasinya agar lebih memahami
pendidikan, sedangkan pemerintah pusat berperan sebagai pendukung dalam hal
menentukan kerangka dasar kebijakan pendidikan.
Strategi ini berbeda dengan konsep mengenai pengelolaan sekolah/madrasah yang
selama ini kita kenal. Dalam sistem lama, birokrasi pusat sangat mendominasi proses
pengambilan atau pembuatan keputusan pendidikan, yang bukan hanya kebijakan bersifat
makro saja tetapi lebih jauh kepada hal-hal yang bersifat mikro Sementara sekolah/madrasah
cenderung hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut yang belum tentu sesuai dengan
kebutuhan belajar siswa, lingkungan Sekolah/madrasah,dan harapan orang tua.
yang menjadi kebutuhan sekolah/madrasah dengan kebijakan yang harus dilaksanakan
di dalam proses peningkatan mutu pendidikan. Fenomena pemberian kemandirian kepada
sekolah/madrasah ini memperlihatkan suatu perubahan cara berpikir dari yang bersifat
rasional, normatif dan pendekatan preskriptif di dalam pengambilan keputusan pandidikan
kepada suatu kesadaran akan kompleksnya pengambilan keputusan di dalam sistem

18
pendidikan dan organisasi yang mungkin tidak dapat diapresiasiakan secara utuh oleh
birokrat pusat. Hal inilah yang kemudian mendorong munculnya pemikiran untuk beralih
kepada konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah/madrasah sebagai
pendekatan baru di Indonesia, yang merupakan bagian dari desentralisasi pendidikan yang
tengah dikembangkan.

Konsep ini diperkenalkan oleh teori effective school yang lebih memfokuskan diri
pada perbaikan proses pendidikan (Edmond, 1979). Beberapa indikator yang
menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain sebagai berikut; (i)
lingkungan sekolah/madrasah yang aman dan tertib, (ii) sekolah/madrasah memilki misi
dan target mutu yang ingin dicapai, (iii) sekolah/madrasah memiliki kepemimpinan yang
kuat, (iv) adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah/madrasah (kepala
sekolah/madrasah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (v) adanya
pengembangan staf sekolah/madrasah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi)
adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan
administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan/perbaikan mutu, dan (vii)
adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid/masyarakat.
Pengembangan konsep manajemen ini didesain untuk meningkatkan kemampuan
sekolah/madrasah dan masyarakat dalam mengelola perubahan pendidikan kaitannya
dengan tujuan keseluruhan, kebijakan, strategi perencanaan, inisiatif kurikulum yang
telah ditentukan olehpemerintahdanotoritaspendidikan.
Pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen
sekolah/madrasah; kepala sekolah/madrasah, guru dan tenaga/staf administrasi termasuk
orang tua dan masyarakat dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai
pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan
sekolah/madrasah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan sistem informasi
yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan kepada keberhasilan
sekolah/madrasah untuk menyiapkan pendidikan yang berkualitas/bermutu bagi
masyarakat.

Dalam pengimplementasian konsep ini, sekolah/madrasah memiliki tanggung jawab


untuk mengelola dirinya berkaitan dengan permasalahan administrasi, keuangan dan fungsi
setiap personel sekolah/madrasah di dalam kerangka arah dan kebijakan yang telah
dirumuskan oleh pemerintah. Bersama-sama dengan orang tua dan masyarakat,
sekolah/madrasah harus membuat keputusan, mengatur skala prioritas disamping harus

19
menyediakan lingkungan kerja yang lebih profesional bagi guru, dan meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan serta keyakinan masyarakat tentang
sekolah/madrasah/pendidikan.
Kepala sekolah/madrasah harus tampil sebagai koordinator dari sejumlah orang yang
mewakili berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat sekolah/madrasah dan
secara profesional harus terlibat dalam setiap proses perubahan di sekolah/madrasah melalui
penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total dengan menciptakan kompetisi dan
penghargaan di dalam sekolah/madrasah itu sendiri maupun sekolah/madrasah lain.Ada
empat hal yang terkait dengan prinsip-prinsip pengelolaan kualitas total yaitu; (i) perhatian
harus ditekankan kepada proses dengan terus-menerus mengumandangkan peningkatan mutu,
(ii) kualitas/mutu harus ditentukan oleh pengguna jasa sekolah/madrasah, (iii) prestasi harus
diperoleh melalui pemahaman visi bukan dengan pemaksaan aturan, (iv) sekolah/madrasah
harus menghasilkan siswa yang memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, sikap arief
bijaksana, karakter, dan memiliki kematangan emosional.Sistem kompetisi tersebut akan
mendorong sekolah/madrasah untuk terus meningkatkan diri, sedangkan penghargaan akan
dapat memberikan motivasi dan meningkatkan kepercayaan diri setiap personel
sekolah/madrasah, khususnya siswa.
Jadi sekolah/madrasah harus mengontrol semua semberdaya termasuk sumber daya
manusia yang ada, dan lebih lanjut harus menggunakan secara lebih efisien sumber daya
tersebut untuk hal-hal yang bermanfaat bagi peningkatan mutu khususnya.

    

20
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1. Manajemen Mutu Terpadu(TQM) adalah suatu sistem manajemen yang mendayagunakan
sumber – sumber kualitas yang ada dalam organisasi melalui tahapan – tahapan manajemen
secara terkendali untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggan secara efektif dan
efisien.
2. Implementasi TQM pada lembaga Islam dikatakan berhasil jika dapat ditemukan ciri – ciri
sebagai berikut :
a) Tingkat konsistensi dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.
b) Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain
masyarakat yang dilayani semakin berkurang.
c) Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat
d) Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang
tanpa diketahui sebab –sebabnya.
e) Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat,
sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian
pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
f) Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.
g) Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau
cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang
3. Manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) merupakan sebuah model
yang pragmatis yang berfokus pada layanan pelanggan. Manajemen mutu terpadu
dalam pendidikan dikembangkan guna mencapai keluaran lulusan atau (output)
bahkan outcome yang memuaskan pelanggan pendidikan. Prinsip-prinsip kunci dalam
manajemen mutu terpadu pendidikan adalah kepemimpinan, metode dan perangkat
ilmiah, pemecahan masalah melalui kerjasama tim, iklim organisasi, dan pendidikan
serta latihan.
4. Manajemen mutu terpadu di lembaga pendidikan merupakan bentuk pengendalian
mutu yang disempurnakan. Filosofy dari manjemen mutu terpadu ini adalah
terciptanya budaya kerja dari seluruh personel yang terlibat dalam pengadaan dan
penyajian jasa pendidikan yang dijiwai oleh motivasi dan sikap untuk memenuhi dan

21
memuaskan harapan pelanggan (peserta didik). Dalam rangka memenuhi harapan
pelanggan pendidikan ini, pengelola sekolah secara bertahap dan terus menerus
memperbaiki kualitas lulusannya dengan didukung oleh kurikulum yang bermutu.
5. Dalam rangka pelaksanaan konsep manajemen ini, strategi yang dapat dilaksanakan
oleh sekolah/madrasah antara lain meliputi evaluasi diri untuk menganalisa kekuatan
dan kelemahan sekolah/madrasah. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut
sekolah/madrasah bersama-sama orang tua dan masyarakat menentukan visi dan misi
sekolah/madrasah dalam peningkatan mutu pendidikan atau merumuskan mutu yang
diharapkan dan dilanjutkan dengan penyusunan rencana program sekolah/madrasah
termasuk pembiayaannya, dengan mengacu kepada skala prioritas dan kebijakan
nasional sesuai dengan kondisi sekolah/madrasah dan sumber daya yang tersedia.
Dalam penyusunan program, sekolah/madrasah harus menetapkan indikator atau
target mutu yang akan dicapai. Kegiatan yang tak kalah pentingnya adalah melakukan
monitoring dan evaluasi program yang telah direncanakan sesuai dengan
pendanaannya untuk melihat ketercapaian visi, misi dan tujuan yang telah ditetapkan
sesuai dengan kebijakan nasional dan target mutu yang dicapai serta melaporkan
hasilnyakepadamasyarakatdanpemerintah.

22
DAFTAR PUSTAKA

M. Atho Mundzar, pendekatan studi islam, dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1998

Mochtar Bochori, “Pendidikan Islam Indonesia : Problema masa kini dan persfektif
masa depan, “dalam muntaha Azhari

Mujamul Qomar, Manajemen pendidikan islam, Jakarta : erlangga, 2007

Nurkholis, Manajemen Berbasis Sekolah , Model dan aplikasi, Jakarta : PT. Gramedia
Wdiasarana Indonesia , 2003

Rohiat, Manajemen Sekolah, Teori Dasar dan Praktek, Bandung: PT. Refika Aditama,
2009

Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004

Zubaedi, Guru Faktor Utama Suksesnya Kurikulum Berbasis Kompetensi. Media


Indonesia, 11 Juni 2003

jemari Mardapi, Peningkatan kualitas pendidikan melalui akreditasi sekolah yang


memberdayakan masyarakat.

A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Mizan, 1998

Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Menyukseskan MBS dan KBK,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005

Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: PT.Logos Wacana Ilmu,


1999

Frietz R Tambunan (2004); “Mega Tragedi Pendidikan Nasional”, Kompas : 16 Juni


2004

23

Anda mungkin juga menyukai