Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MAKALAH

STUDI TEOLOGI
ISLAM

Mata Kuliah Pendekatan Dalam Pengkajian Islam


( Dosen Pengampuh : Prof. Dr. H. Hasan Asari, MA )

Oleh :

IRSAN MARUHAWA
NIM. 3003204008

PRODI S2 PENDIDIKAN ISLAM


SEMESTER I / PEDI - A NON REGULER

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas
izin dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Shalawat
dan salam penulis mohonkan kepada Allah SWT agar senantiasa tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan kita.

Penulisan makalah berjudul “ Studi Teologi Islam “ bertujuan untuk


memenuhi tugas mata kuliah Pendekatan Dalam Pengkajian Islam. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan
makalah ini pada umumnya dan kepada Dosen Pembimbing Pendekatan Dalam
Pengkajian Islam yaitu Bapak Prof. Dr. H. Hasan Asari, MA.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.
Besar harapan penulis agar pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik
dan saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Medan, Desember 2020

Penulis

Irsan Maruhawa

2
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 1
BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................... 2
A. Pengertian Teologi Islam .................................................................... 2
B. Sejarah Lahirnya Teologi Islam .......................................................... 4
C. Sumber sumber Teologi Islam ............................................................ 6
1. Sumber yang Ideal ........................................................................ 6
2. Sumber Historik ............................................................................ 7
D. Aliran-aliran Teologi Islam ................................................................. 8
a. Aliran Syiah .................................................................................. 8
b. Aliran Khawarij ............................................................................ 10
c. Aliran Jabariyah ............................................................................ 11
d. Aliran Qadariyah .......................................................................... 12
e. Aliran Murjia’ah ........................................................................... 13
f. Aliran Mu’tazilah ......................................................................... 14
g. Aliran As’ariyah ........................................................................... 16
E. Manfaat Teologi Islam ...................................................................... 17

BAB III : PENUTUP ..................................................................................... 18


A. Kesimpulan .......................................................................................... 18
B. Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Teologi sebagaimana
diketahui, membahas ajaran dasar
dari suatu agama. Setiap orang
menyelami seluk beluk agamanya
secara mendalam, perlu mempelajari
teologi yang terdapat dalam agama
yang dianutnya, mempelajari teologi
akan memberi seseorang keyakinan
yang berdasarkan kepada landasan
kuat yang tidak mudah diombang-
ambingkan oleh peredaran zaman.
Dalam Islam teologi itu
disebut juga dengan ‘ilm al-tauhid
‘ilm al-kalam, ajarannya yang
berpatokan pada agama. Teologi
Islam juga disebut sebagai suatu
disiplin ilmu yang tumbuh pada
zaman klasik.
Teologi dikalangan umat Islam ada yang bersifat liberal atau rasional dan ada
pula yang bersifat tradisional. Yang dimaksud dengan teologi rasional adalah
pikiran yang bersifat filosofis dan ilmiah yang muncul dikalangan
pemikiran Islam klasik. Teologi ini juga mempunyai konsep bahwa Tuhan
mengatur alam ini sesuai dengan Sunnatullah, yaitu hukum ciptaan Tuhan.

B. BATASAN MASALAH
1. Apa pengertian dari teologi Islam
2. Apa ruang lingkup teologi Islam
3. Apa sumber-sumber pembahasan teologi Islam
4. Apa metode pembahasan studi teologi Islam
5. Apa manfaat studi teologi Islam

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari teologi Islam
2. Untuk mengetahui apa ruang lingkup teologi Islam
3. Dapat mengetahui sumber-sumber pembahasan teologi Islam
4. Agar dapat mengetahui metode pembahasan studi teologi Islam
5. Agar dapat menngetahui manfaat studi teologi Islam

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teologi Islam
Teologi.1 berasal dari
bahasa Inggris, theos yang berarti
Tuhan, dan logos yang berarti ilmu
atau wacana. Dalam bahasa
Yunani Theologia, yang
mempunyai beberapa pengertian,
yakni ilmu tentang hubungan dunia
ilahi dengan dunia fisik, tentang
hakikat dan kehendak Tuhan,
doktrin atau keyakinan tentang
Tuhan, dan usaha yang sistematis
untuk meyakinkan, menafsirkan dan
membenarkan secara konsisten
keyakinan tentang Tuhan.2 Ahmad
Hanafi menjelaskan dalam
1
Theology; the study of the nature of God and of the foundation of religious belief. Lihat,
AS Hornby, Oxford Advanced Learner‟s Dectionary of Curretn English (New York:
Oxford University Press, 1995), 1237
2
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 1996), 1090.
pengantarnya, bahwa teologi
memiliki banyak dimensi
pengertian, namun secara umum
teologi ialah “the science which
treats of the facts and phenomena of
religion, and the relations between
God and man”, atau ilmu yang
membicarakan kenyataan-
kenyataan dan gejala-gejala agama
dan membicarakan hubungan Tuhan
dan manusia.3 baik dengan jalan
penyelidikan maupun pemikiran
murni, atau dengan jalan wahyu.
Menurut Wiliam l Resse
teologi berasal dari bahasa inggris
yaitu theology yang artinya discours
or reason concerning god (diskursus
atau pemikiran tentang tuhan)
dengan kata ini Reese lebih jauh
mengatakan “ teologi merupakan
disiplin ilmu yang berbicara tentang
kebenaran wahyu serta
independensi filsafat ilmu
pengetahuan. dan gove mengatakan
bahwa teologi merupakan penjelasan
tentang keimanan, perbuatan dan
pengalaman agama secara rasional.4
Sedangkan pengertian
teologi islam secara terminologi

3
Ahmad Hanafi, Theology Islam (Ilmu Kalam) (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), 5-6
4
Abdur Razak dan Rosihan Anwar, ilmu kalam, ( Pustaka Setia Bandung, 2006), hlm.14
terdapat berbagai perbedaan.
Menurut abdurrazak, Teologi islam
adalah ilmu yang membahas aspek
ketuhanan dan segala sesuatu yang
berkait dengan-NYA secara
rasional. Muhammad Abduh :
“ tauhid adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat
yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh disifatkan
kepada-Nya, sifat-sifat yang sma sekali wajib di lenyapkan dari
pada-Nya; juga membahas tentang Rasul-rasul Allah, meyakinkan
keyakinan mereka, meyakinkan apa yang ada pada diri mereka, apa
yang boleh di hubungkan kepada diri mereka dan apa yang
2
terlarang menghubungkanya kepada diri mereka5
Teologi merupakan “ilmu tentang Ketuhanan”, yaitu membicarakan
zat Tuhan dari segala seginya dan hubungannya dengan alam.
Teologi yang bercorak agama dipahami sebagai intellectual
expression of religion, atau keterangan tentang kata-kata agama
yang bersifat pikiran. Karena itu teologi biasanya diikuti dengan
kualifikasi tertentu seperti Teologi Yahudi, Teologi Kristen dan
juga Teologi Islam (Ilm Kalam).6

Teologi sebagaimana
diketahui, membahas ajaran dasar
dari suatu agama. Setiap orang
menyelami seluk beluk agamanya
secara mendalam, perlu
mempelajari teologi yang terdapat
dalam agama yang dianutnya,
mempelajari teologi akan memberi

5
Muhammad Abduh, Risalah tauhid, terj, Firdaus A.N, (Bulan Bintang: Jakarta, 1979) , hlm. 36
6
Ibid,Hal 8
seseorang keyakinan yang
berdasarkan kepada landasan kuat
yang tidak mudah diombang-
ambingkan oleh peredaran zaman.
Dalam istilah Arab ajaran-
ajaran dasar itu disebut Ushul al-
Din dan oleh karena itu buku yang
membahas soal-soal teologi dalam
islam selalu diberi nama kitab
Ushul al-Din oleh nama
pengarangnya. Ajaran-ajaran dasar
disebut ‘Aqa’id atau keyakinan-
keyakinan. Teologi dalam Islam
disebut juga ilmu al-tauhid.
Berdasarkan informasi di
atas, nyatalah persoalan prinsip
yang dibahas dalam ilmu (teologi)
adalah:
1. Esensi Tuhan itu sendiri dengan segenap sifat-sifatnya.
2. Manusia dan seluruh alam, serta hubungannya dengan Tuhan.
3. Hubungan yang mempertalikan antara Tuhan sebagai pencipta dengan
alam sebagai ciptaan-Nya, melalui utusan-utusan atau ajaran-ajaran
tertentu.
Oleh karena itu teologi bersifat
umum, artinya bisa berbagai aliran
kepercayaan atau agama
3
mempergunakannya, baik
kepercayaan yang bersumber dari
wahyu ataupun kepercayaan yang
bersumber dari hasil pemikiran
filosofis, untuk melakukan
penelitian yang mendalam yang
membedakan satu agama dengan
agama lainnya, perlu diberi
kualifikasi terhadap kata teologi itu
sendiri, sehingga dijumpailah istilah
teologi Kristen, teologi Yahudi,
teologi Islam, artinya yang menjdi
pokok perbincangan adalah segala
sesuatu persoalan keyakinan tentang
ketuhanan menurut ajaran Islam.

B. Sejarah Lahirnya Teologi Islam


Setelah Rasulullah S.A.W
wafat beliau tidak mengangkat
seorag pengganti, tidak pula
menentukan cara pemilihan
penggantinya. Karenna itu antara
sahabat Muhajirin dan Ansar terdapat
perselisihan, masing-masing
menghendaki supaya pengganti
Rasul dari pihaknya. Ditengah
kesibukan itu, Umar r.a membaiat
Abubakr r.a menjadi khalifah dan di
ikuti oleh sahaba lainnya.
Sejak itu kaum muslimin
terpcah-pecah menjadi beberapa
partai yang merasa sebagai pihak
yang benar dan hanya calon dari
pada yang menduduki pimpinan
negara. Ditambah lagi dengan
peristiwa terbunuhnya Usma r.a
dalam keadaan gelap.
Pada awal masa Khalifah Ali
bin Abi Tholib, Ali mendapat
tantangan dari pemuka-pemuka yang
ingin pula menjadi khalifah, terutama
Talhah bin Zubeir dari Mekkah yang
mendapat dukungan dari ‘Aisyah.
Tantangan ini pun terselesaikan
dalam pertempuran yang terjadi di
Irak ditahun 656. Talhah bin Zubair
mati terbunuh dan Aisyah
dipulangkan kembali ke Mekah.
            Tantangan selanjutnya datang dari Mu’awiyyah, Gubernur Damaskus dan
keluarga yang dekat dengan Utsman bin Affan. Mereka tidak mau mengakui
kekhalifah Ali bin Abi Tholib bahkan menuduh ikut campur dalam pembunuhan
Utsman. Salah seorang pemuka pemberontakan-pemberontakan di Mesir, yang
datang ke Madinah dan kemudian membunuh Utsman adalah Muhammad bin abu
Bakar, anak angkat dari Ali bin Abi Tholib. Dan Ali bin Abi Tholib tidak
mengambil tindakan keras bahkan Muhammad bin Abu Bakar diangkat menjadi
Gubernur Mesir. 4

            Dalam pertempuran di Siffin tentara Ali bin Abi Tholib dapat mendesak
golongan Mu’aliyyah sehingga golongan tersebut bersedia untuk lari. ketika akan
lari Amr bin Ash, tangan kanan Muawiyyah meminta perdamaian dengan
mengangkat al-Quran ke atas. Qurra dari pihak Ali bin Abi Tholib mendesak
beliau agar mensetujui tawaran tersebut dengan mengadakan arbitrase. Sebagai
pengantar keduannya Amr bin Ash dari pihak Muawiyyah dan Abu Musa al-
Asy’ari dari pihak Ali Ali bin Abi Tholib. Dengan kelicikan Amr bin Ash mampu
mengalahkan perasaan takwa Abu Musa al-Asy’ari. Amr bin Ash membuat
kesepakatan dengan Abu Musa al-Asy’ari bahwa mereka akan menjatuhkan kedua
belah pihak Ali Ali bin Abi Tholib dan Mua’awiyyah. Mengikuti tradisi yang
sudah ada yang tua yang dahulu, Musa pun mengumumkan putusan menjatuhkan
Mu’awiyyah dan Ali Ali bin Abi Tholib, akan pada saat giliran Amr bin Ash, dia
hanya menjatuhkan pihak Ali Ali bin Abi Tholib dan menolak menjatuhkan
Mu’awiyyah.
            Peristiwa ini merugikan Ali Ali bin Abi Tholib dan menguntungkan
Mu’awiyyah. Mu’awiyyah yang sebenarnya hanya menjadi Gubernur
kedudukannya kini naik menjadi Khalifah yang tidak resmi. Tidak mengerankan
kalau keputusan ini di tolak Ali Ali bin Abi Tholib dan tak mau meletakkan
jabatannya sampai dia terbunuh di tahun 661 M.
            Masyarakat memandang Ali bin Abu Tholib telah berbuat salah, dan oleh
karena itu mereka meninggalkan barisannya. Golongan inilah yang disebut
dengan golongan Khawarij yaitu golongan yaitu orang yang keluar dan
memisahkan diri.
            Karena selalu mendapat serangat dari kedua pihak ini yakni Mu’awiyyah
dan Khawarij, Ali Ali bin Abi Tholib terlebih dahulu memusatkan usahanya untuk
menghancurkan kaum khawarij, tetapi setelah kaum khawarij kalah, tentara Ali
Ali bin Abi Tholib terlalu capek untuk meneruskan pertempuran dengan
Muawiyyah. Hingga sampek Ali wafat Muawiyyah tetap berkuasa di Damaskus
dan mendapat mengakuan khalifah pada tahun 661 M.
            Persoalan–persoalan politik yang terjadi membawa kepada timbulnya
5
persoalan teologi. Dalam arti mereka meributkan siapa yang kafir dan siapa yang
tidak kafir, siapa yang keluar islam dan siapa yang masih tetap dalam islam.
            Khawarij memandang Ali Ali bin Abi Tholib, Muawiyyah, dan Abu Musa
al-Asy’ari dan lain-lain yang menerima arbitrase adalah kafir Karena mereka
berempat telah dipandang kafir dalam arti keluar dari agama islam/ murtad maka
mereka harus dibunuh, tetapi sejarah mengatakan bahwa yang dibebani untuk
dibunuh adalah Ali bin Abu Tholib.
Peristiwa itu sontak membuat
anggapan yang berbeda. Terdapat
pihak yang membenarkan
pembunuhan itu, karena sahabat
Ustman r.a kafir dan ada juga yang
berpendapat bahwa yang membunuh
itu kafir. Puncaknya saat terjadi
perang Siffin. Dimana pihak sahabat
Ali r.a dituntut oleh Mu’awiyah agar
melakuakan arbritase. Akan tetapi
dari hal itu bukan keputusan yang
didapat. Akan tetapi menimbulkan
golongan-golongan Jabariyah,
Qadariyah, Mu’tazilah, dan
As’ariyah.7
C.  Sumber – Sumber Teologi Islam
Adapun sumber yang digunakan untuk membangun Ilmu Teologi Islam
menggunakan beberapa sumber, yaitu :
a.   Sumber yang ideal
Sumber ideal adalahAl-Qur’an
dan Al-Hadits yang didalamnya
dapat memuat data yang berkaitan
dengan objek kajian dalam Ilmu
Tauhid. Misalnya, telah dimaklumi
dalam ajaran agama, bahwa semua
amal sholeh yang dilakukan oleh
ketulusan hanya akan diterima oleh
Allah SWT apabila didasari dengan
akidah islam yang benar. Karena
penyimpangan dari akidah yang
benar berarti penyimpangan dari
keimanan yang murni dari Allah.
Dan penyimpangan dari keimanan
7
A.Hanafi, Theology islam (Jakarta : Bulan bintang, 1982), hal.16 -17
berarti kekufuran kepada Allah
SWT. Sedangkan Allah tidak akan
menerima amal baik yang dilakukan
oleh orang kafir, berapapun
banyaknya amal yang dia kerjakan.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

ْ ‫فَيَ ُم‬  ‫ع َْن د ْينِ ِه‬ ‫ يَرْ تَ ِد ْد ِم ْن ُك ْم‬   ‫َو َم ْن‬


‫ت َوه َُو َكافِ ٌ_ر فَأواإل‬
 “Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lau dia mati
dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia
6
dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal
didalamnya.” (QS. Al- Baqoroh : 217)

b. Sumber Historik
Sumber historis adalah
perkembangan pemikiran yang
berkaitan dengan objek kajian ilmu
tauhid, baik yang terdapat dalam
kalangan internal umat islam maupun
pemikiran eksternal yang masuk
kedalam rumah tangga islam. Sebab,
setelah Rasulullah saw wafat, islam
menjadi tersebar, dan ini
memungkinkan umat islam
berkenalan dengan ajaran-ajaran,
atau pemikiran-pemikiran dari luar
islam, misalnya dari Persia dan
Yunani.
Pemikiran yang berkembang dalam kalangan internal umat islam, antara lain:
a). Pelaku dosa besar. Masalah yang muncul, apakah masih dihukumi sebagai
mukmin atau tidak.
b). Al-Quran wahyu Allah. Apakah ia makhluk atau bukan, atau dengan kata lain,
apakah Al-Quran itu qadim atau hudus (baru).
c). Melihat Tuhan Allah. Apakah itu di dunia atau di akhirat, atau di akhirat saja,
dan apakah dengan mata kepala ataukah dengan hati saja.
d). Sifat-sifat Tuhan. Apakah Tuhan memiliki sifat-sifat zati dan sifat af’al
(menurut konsepsi al-sanusi,sifat-sifat ma’nawiyah), ataukah Dia tidak layak
diberi sifat-sifat tersebut.
e)   Kepemimpinan setelah  Rasulullah wafat, apakah ia harus dipegang oleh suku
Qurays saja , atau apakah nabi Muhammad saw meninggalkan wasiat bagi
seseorang dari  ahlul bait untuk memimpin umatnya ataukah tidak atau bahwa
pemimpin itu harus dipilih berdasar musyawarah, atau menurut
keputusan ahlul hall wal aqdi.
f)   Takwil terhadap ayat-ayat mutasyabihat. Apakah diperbolehkan mengadakan
takwil atau tidak. Misalnya:
Janganlah kamu sembah disamping (menyembah) Allah, Tuhan apapun
yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah
7
segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu
dikembalikan. (QS. Al-Qashas : 88)
Pemikiran eksternal yang
masuk kedalam rumah tangga Islam
saat itu, dan melahirkan persoalan
teologi yang berkenaan dengan
perbuatan baik dan buruk. Apakah
Tuhan Allah menciptakan baik dan
yang terbaik saja (al-salah wa al
aslah) untuk manusia? Atau, Tuhan
wajib menciptakan yang baik dan
yang terbaik saja bagi manusia sebab
jika tidak demikian maka Dia tidak
adil (dhalim), dan itu mustahil bagi-
Nya. Pendapat diatas diteruskan
dengan pendapatnya, bahwa Tuhan
tidak menciptakan yang jahat. Jahat
dan buruk, pada hakikatnya, ciptaan
manusia sendiri dan dia harus
bertanggung jawab atas kejahatan
yang dilakukannya. Seperti,
pemikiran dari Zoroaster dan filsafat
Yunani. Ini yang pada saat itu
nampaknya lebih dominan dibanding
dari pemikiran-penikiran lainnya.8

D.  Aliran – Aliran Teologi Islam


a. Aliran syiah
Syiah dalam bahasa Arab artinya ialah pihak, puak, golongan,
kelompok atau pengikut sahabat atau penolong. Pengertian itu kemudian
bergeser mempunyai pengertian tertentu. Setiap kali orang menyebut
syiah, maka asosiasi pikiran orang tertuju kepada syiah-ali, yaitu
kelompok masyarakat yang amat memihak Ali dan dan memuliakannya
beserta keturunannya. Kelompok tersebut lambat laun membangun
dirinya sebagai aliran dalam Islam. Adapun ahl al-bait adalah “family
rumah nabi”. Menurut syiah yang dinamakan ahl bait itu adalah

Fatimah, suaminya Ali bin Abi Tholib, Hasan dan Husein anak
kandungnya, menantu dan cucu-cucu Nabi, sedang isteri-isteri nabi
tidak termasuk Ahl al Bait.
Syiah yang dimaksudkan adalah golongan dalam islam yang
menganggap bahwa Sahabat Ali merupakan orang yang berhak sebagai
8
khallifah ( pemimpin ) pengganti nabi Muhammad S.A.W karena sesuai

8
Ibid, hlm 47-48.
dengan wasiatnya. Sedangakan 3 sahabat yang tergabung dalam khulafa
Arrasyidin adalah pengasab (perampas).

Doktrin-doktrin Syiah
 Kepala negara diangkat dengan persetujuan rakyat melalui lembaga
ahl al-hall wa al-‘aqd.
 Kepala negara atau imam berkuasa seumur hidup, bahkan mereka
meyakini kekuasaan imam mereka ketika ghaib dan baru pada
akhir jaman kembali kepada mereka.
 Kepala negara (imam) sebagai pemegang kekuasaan agama dan politik
berdasarkan petunjuk Allah dan wasiat Nabi.
 Kepala negara memegang otoritas sangat tinggi

Paham ini berpengaruh dalam


masalah-masalah politik, sosial dan
agama. Pertama-tama dicetuskan
sesudah terlepasnya kedudukan
khalifah dari tangan mereka,
berpindah kepada Mu’awiyah.
Kemudian terbunuhnya Husein
dalam perang Karbela, maka timbul
kekhawatiran dari pemimpinn-
pemimpin Syi’ah akan putus asanya
pengikut-pengikut mereka.
Perkembangannya golongan
syiah terbelah menjadi 25 aliran.
Akan tetapi yang masih eksis hingga
sekarang ada 3.
a)      Syiah al-Kisaniyah : Mukhtar bin Abi Ubaid as-Tasaqafy.
b)      Syiah az-zaidiyah : Zaid bin Ali bin Husein.
c)      Syiah Al-Imamiyah : Muhammad al-Mahdi al-Mutadar.9

b. Alirah khawarij
9
Khawarij berasal dari kata kerja kharaja (telah ke luar ) dan mereka
disebut khawarij karena telah keluar dari golongan sahabat Ali
r.a,  Adapun nama –nama lain dari aliran ini syurah, haruriyah,
muhakkimah.
Asal mulanya kaum khawarij adalah orang-orang yang mendukung
Sahabat Ali bin Abi Tholib r.a. akan tetapi, akhirnya mereka membecinya
yang lemah dalam menegakkan kebenaran, mau menerima tahkim yang
sangat mengecewakan. Mereka juga membenci Mu’awiyah karena
melawan sahabat Ali bin Abi Tholib r.a sebagai khalifah yang sah. Mereka
menuntut agar sahabat Ali bin Abi Tholib r.a mengaku bersalah dan
bertobat, jika tidak maka ia akan memukul gong untuk berperang.10
Ajaran pokok firqoh khawarij ialah khalifah, dosa , dan imam. Menurut
mereka khalifah dipilih secara demokrasi melalui pemilihan
bebas.11 Sementara dosa berdasarkan pendapat mereka hanya ada dosa
besar atau kabair   Hal ini bertujuan agar orang Islam yang tidak sejalan
dengan pendiriannya dapat diperangi dan dapat dirampas harta bendanya,
dengan dalih mereka berdosa dan setiap yang berdosa adalah kafir.
Sedangkan iman bagi mereka bukan hanya membenarkan dalam hati,
mengikrarkan dengan lisan, dan amal ibadah menjadi bagian dari iman.
Barang siapa yang aml bil arkan) seperti shalat, zakat, dan lain-lain maka
kafirlah dia ( Ahmad amin, tt, 259)

9
 Sahilun A. Nasir, Teologi Islam, hal. 72
10
Sahilun A. Nasir, Teologi islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2012), cet.II, hal. 121
11
 Syed Amer Ali, Api Islam, terjemah ( Jakarta : Bulan Bintang, tt), hal. 73
Ciri khusus orang khawarij berpandangan yang radikal (kaku) dan
ekstrem,kecuali aliran al-ibadiyah.12 . Sementara aliran Ajaridah kebalikan
dari al-ibadiyah
Tokoh-tokohnya ialah Nafi’ bin Azraq dan Qathar bin Faja’ah, Abu
Tahluf, Najdat ‘Ami, dan Abu Fudaika.13
Doktrin-Doktrin Khawarij
 Khalifah harus dipilih bebas seluruh umat Islam
 Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab
 Dapat dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil
10
dan menjalankan syariat Islam. Ia dijatuhkan bahkan dibunuh apabila
melakukan kedzaliman.
 Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh Ustman
dianggap menyeleweng. Dan khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi
 arbitrase (tahkim), ia dianggap menyeleweng.
 Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asy‟ari juga dianggap
menyeleweng dan telah menjadi kafir.
 Pasukan perang jamal yang melawan Ali kafir.
 Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus
dibunuh dan seseorang muslim dianggap kafir apabila ia tidak mau
membunuh muslim lainnya yang telah dianggap kafir.
 Setiap Muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.
 Seseorang harus menghindar dari pemimpin yang menyeleweng.
 Orang yang baik harus masuk surga dan orang yang jahat masuk ke
neraka.
 Qur‟an adalah makhluk
 Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan

12
Mereka adalah aliran khawarij yang paling moderat, pendapat- pendapatnya kebanyakan benar,
palinng dekat pemikirannya dengan ahlussunah dan paling jauh dari pendapat pendapat yang
radikal ( Lihat Tarikh al-Mazahib al-Islamiyah al-Juz’a al-anwal, Fi al-al-Siyasah Wa
al-‘Aqaid karangan Syaikh Muhammad Zahrah, hal. 85)
13
Sahilun A. Nasir, Teologi Islam, hal. 139.
c. Aliran jabariyah
Firqoh qadariyah  timbul di
Irak. Pemimpin pertamanya adalah
Jaham bin Sofwan. Fatwanya  yang
menarik adalah bahwa manusia tidak
mempunyai daya upaya, tidak ada
ikhtiar dan tidak ada kasab. Ajaran
ini merupakan kebalikan dari firqoh
jabariyah.
Ajaran  jabariyah ini
melampaui batas. Sehingga
mengiktikadkan bahwa tidak berdosa
jika berbuat suatu kejahatan. Hal itu
11
didasari bahwa orang yang mencuri,
itu sudah di  qodrat  dan  iradat-
Nya.  Sebagaian pengikut  Jabariyah
menganggap dirinya telah bersatu
dengan Tuhan. Hal tersebut
menimbulkan ajaran wihdatul
wujud.14
Menurut Harun Nasution,
jabariyah adalah paham yang
menyebutkan bahwa segala
perbuatan manusia telah ditentukan
dari semula oleh Qada dan Qadar
Allah. Maksudnya adalah bahwa
setiap perbuatan yang dikerjakan
oleh manusia tidak berdasarkan
kehendak manusia, tapi diciptakan
oleh Tuhan dan dengan

14
ibid, hlm.143
kehendaknya, disini manusia tidak
mempunyai kebebasan dalam
berbuat, karena tidak memiliki
kemampuan. Ada yang
mengistilahkan bahwa jabariyah
adalah aliran manusia menjadi
wayang dan tuhan sebagai
dalangnya.

Doktrin-doktrin jabbariyah
 Manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa
 Kalam Tuhan adalah makhluk
 Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat
 Surga Neraka tidak kekal

d.   Aliran  qadariyah
Qadariyah berasal dari kata “qodara” yang artinya memutuskan dan
kemampuan dan memiliki kekuatan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu kalam.
Qadariyah adalah nama yang dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan
penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan
perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia dipandang
mempunyai Qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan
bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada Qadar atau
pada Tuhan.
Adapun menurut pengertian terminologi Qodariyyah adalah suatu aliran
yang mempercayai bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh
Tuhan. Aliran ini juga berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi
segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas
12

kehendak sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, qodariyyah merupakan


nama suatu aliran yang memberikan suatu penekanan atas kebebasan dan
kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatannya. Harun Nasution
menegaskan bahwa kaum qodariyyah berasal dari pengertian bahwa manusia
mempunyai qodrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, akan
tetapi bukan berarti manusia terpaksa tunduk paada qodrat Tuhan. Kata qadar
dipergunakan untuk menamakan orang yang mengakui qadar digunakan untuk

kebaikan dan keburukan pada hakekatnya kepada Allah.

Doktrin-doktrin Aliran Qadariyah

 Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan tindakannya sendiri


 Dalam memahami takdir aliran Qadariyah terlalu Liberal
 Aliran Qadariyah mengukur keadilan Allah dengan barometer keadilan
manusia
 Paham ini tidak percaya jika ada takdir dari Allah

e. Aliran murji’ah
Istilah murji’ah  di ambil dari
kata “arja” bermakna memberika
harapan utnuk mandapatkna
kemaafan. Hal ini menjadi dasar
bahwa perbuata maksiat itu tidaklah
merusakkan iman, sebagaima
ketaatan tiada pula bermanfaat jika
disertai oleh kekafiran. Golongan ini
juga menunda tentang hukum orang
mukmin yang berdosa besar dan
belum bertobat sampai matinya,
orang itu belum dapat dihukum
13
sekarang. Ketentutan ditunda atau
dikembalikan kepada Alloh S.W.T di
hari akhir nanti.. Ajaran ini muncul
dengan latar belakang politik.
Sewaktu pusat pemerintahan Islam
pindah ke Damaskus, maka mulai
tampak kurang taatya beragama
kalangan penguasa Bani
Umayyah.  Pendapat orang-
orang murji’ah bahwa seorang
muslim boleh saja shalat di belakang
orang yang saleh ataupun orang
fasiq. Sebab penilaian baik dan buruk
itu terserah Alloh S.W.T soal
tersebut mereka tangguhkan sampai
kiamat. 
Ajaran yang dikenalkan
oleh firqoh murji’ah  bahwa iman
ialah hanya membenarkan dengan
hati saja, atau dengan kata lain iman
ialah makrifat kepada alloh. Hal ini
di dasarkan pada Al-Qur’ann itu
diturunkan dalam bahasa Arab. Iman
yang membenarkan dengan hai saja.
Sedangkan amal perbuatan dengan
anggota badan itu
termasuk tashdiq. Akan tetapi
sebagian golongan murji’ah
berpendapat bahwa iman itu terdiri
dari dua unsure, yaitu membenarkan
dengan hati dan mengikrarkan
dengan lisan.  Kedua itu harus
dilakukan agar orang dapat
bermukmin. Jikalau orang
membenarkan hati dan menyatakan
kebohongan dengan lisan, tidak
dinamakan Mukmin.

f. Aliran mu’tazilah.
Kata Mu’tazilah berasal dari
kata I’tizal yang berarti memisahkan
diri. Sedangkan Mu’tazilah adalah
orang-orang yang memisahkan
diri.15
Pencetus ajaran ini adalah
Washil bin Atho. Ia berguru
pada  ulama yang merupakan  tabi’in
yang terkenal bernama Imam Hasan
al-Basri (w.110 H) yang
menyelenggarakan majelisnya di
kota Basroh. Akan tetapi,
pandangannya bersebrangan tentang
dosa besar.
Suatu hari Imam Hasan al –
Basri ini meerangkang bahwa
seorang Islam yang telah beriman
kepada Alloh S.W.T dan Rasulnya,
kemudian orang itu melakukan dosa
besar, lalu orang itu meninggal
sebelum bertobat, meurut Imam
Hasan al-Basri. Orang itu tetap

15
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), 159
Muslim dan termasuk durhaka. Maka
ia akan dimasukkan  neraka kelak.16
Firqoh mu’tazilah mulanya
berawal dari majelis di sudut masjid
Basrah. Kekuasaan dipegang oleh
Hisyam bin Abdul Malik (101-105 H
dari bani Umayah. Meski firqoh ini
terpecah belah menjadi 22 aliran
namun masih tetap mempunyai lima
prinsip ajaran yang mereka sepakati,
14
yaitu (1) Tauhid. (2). Keadilan (3).
Janji dan ancaman (4).Tempat
diantara dua tempat (5).
Amar  makruf nahi munkar. 
Dalam buku Teologi
Islam karya Sahilun A. Nasir
menyimpulkan kaum mu’tazilah :
1.      Kaum mu’tazilah  terlalu berlebih-berlebihan dalam mghormati dan
mengagungkan akal, sedang akal itu sendiri sering keliru dn slah.
Penghormtan terhadap akal telah menyebabkan sebagaian mereka
berpendapat bahwa gerakan surge dan neraka akan terheti, dan
menyebabkan surge dan neraka itu beserta orang-orang yang ada di
dalamnya menjadi diam dan tenang selam-selamanya. Pada saat diam
itulah penduduk surge menikmati segala macam kelezatan dan penduduk
neraka merasakan segala macam siksa.
2.      Islam adalah agama yang muah dan gampang. Akan tetapi
kaumMu’tazilah telah menyebabkan akidah Islam yang mudah itu menjadi
ruwet dan berbelit-berbelit, yaitu dengan memasukkan filsafat ketuhanan
(lahut) dan alam yang tidak dapat memperjelas ajaran-ajaran Islam,
bahkan membuatnya menjadi kabur.

16
Sahilun A. Nasir, Teologi Islam, hal. 163.
3.      Kaum mu’tazilah  menyelami lauta filsafat untuk mempertahankan
Agama Islam, akan tetapi banyak di antara mereka itu memaki senjata
tersebut untuk menikam diri sendiri atau dengan perkataa lain. Sebagaian
dari mereka tenggelam dalam lautan filsafat itu, mereka kehilangan
pedoman da sesat jalan sampai ada di antara mereka yang menganut
paham reinkarnasi.
4.      Ketika kaum mu’tazilah  membahas masalah kekacauan yang terjadi
pada permulaan Islam, maka kebanyakan mereka membolehkan utnuk
mencela para sahib Nabi. Bahkan mereka telah mencela dan menyerang
para sahabat itu dengan serangan serangan yang sengit yang tidak selaras
dengan riwayat perjuangan mereka.
Tokoh – tokoh
aliran mu’tazilah antara lain Utsman
al- Jahiz (w.255), mengaran kitab al-
Hiwan, Syarif Radhi (w.406 H),
15
mengarang kitab Majaz Al-Qur’an,
Abdul Jabbar bin Ahmad, lebih
dikenal dengan Qadhil Qudhot
mengarang kitab Syarah Ushul al –
Khamsah, Zamakhsyari (w.528 H)
mengarng kitab Tafsir al-
Kasyasyaf, dan Ibnu Abil Haddad
(w.655 H) mengarang kittab Syarah
Nahjul Balghah. 

g.  Aliran As’ariyah
Madzab Asy’ariah adalah
sebuah paham yang dinisbatkan
kepada Abu Hasan al-Asy’ari.
Dulunya al-Asy’ari adalah pengikut
madzhab Mu’tazilah, tetapi pada
perkembangan selanjutnya ia
menolak paham-paham orang
Mu’tazilah dan memisahkan diri dari
pemikiran Mu’tazilah.17
Didirikan Abdul Hasan ali bin
Ismail Al-Asy’ary keturunan dari
Abu Musa al – asy ary, salah seorang
perantara dalam sengketa anntara Ali
dan Muawiyah.  Ia merupakan
pengaut Mu’tazilah, akan tetapi di
kemudian hari beliau mengutarakan
statmen
“Saya tidak lagi memegngi
pendapat-pendapat tersebut saya
harus menolak faham-faham orang
Mu’tazilah dan
menunjukkan  keburukan-keburukn
dan kelemahan-kelemahannya” Ini
disebabkan adanya perpecahan yang
dialami kaum Muslimin yang bisa
menghancurkan mereka kalau tidak
segera diakhiri. Sebagi seorang
muslim yang sangat gairah terhadap
keutuhan kaum muslimin. Beliau
sangat mengkhawatirkan qur’an dan
hadist menjadi kurban paham-paham
kaum Mu’tazilah yang menurut
pedapatnya tidak dapat dibenarkan

17
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Akidah dalam Islam (Jakarta: Logos,1996),
190
karena didasarkan atas pemujaan
akal fikiran.
Corak pemikiran dari aliran ini,
tidak menjauhkan diri dari
pemakaian akal fikiran dan
argumentasi fikiran. Hal itu
digunakan sebagai  bentuk
menguatkan nash yang telah ada.
Tokoh-tokoh yang menganut
aliran as’ariyah antara lain, Abubakr
bin Tayyib (Al –Baqillany),  Abu al-
Maaly bi Abdillah ( Al-Jwainy), Al-
ghazali, dan Abdul Abdillah
Muhammad bin Yusuf ( Assanusyy). 

E. Manfaat Teologi Islam


Teologi Islam merupakan salah
16
satu dari tiga pondasi Islam dan
pemahamanya harus ada dalam diri
manusia yang beriman. Sedangkan
iman itu di nyatakan  pertama nutqun
bil lisan (menyatakan keislam secara
lisan) harus berlandaskan ilmu yang
kuat yang di antaranya adalah ilmu
kalam ini. Kedua, a’malu bil arkan
(melaksanakan keislaman secara
fisik) dengan berlandaskan ilmu
yang hak di antaranya ilmu fiqh.
Ketiga tashdiqu bil
qolbi (membenarkan islam dengan
hatinya). Harus berpangkal dengan
ilmu batin yang benar dan yang
membenarkan adalah ilmu tasawuf.
Dari itu, mempelajari ilmu teologi
sangat penting karena dapat
memberikan landasan kuat bagi
kebenaran keyakina atau
keberagamaan seseorang. Dalam hal
ini menjadi kekuatan keimanan
seseorang muslim.
Aspek lain, ketuhanan
merambah dan mengisi pada
berbagai organisasi tertentu sehingga
menyebabkan timbulnya konflik,
dengan ilmu teologi ini mengkaji
tentang kebenaran tentang ketuhanan
sehingga konflik tersebut dapat di
atasi, dan tidak mendiskriminasikan
antara satu aliran dengan aliran yang
lain.
Akhir-akhir ini, teologi islam
sebagai sebuah kajian , telah banyak
di tulis. Tulisannya bermaksud
mengadvokasi berbagai ketimpangan
berbagai aspek sosial. Dengan
teologi ini di harapkan ketimpangan
sosial yang terjadi dapat tereleminasi
atau kalo mungkin teratasi secara
baik dan benar.18

18
17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
          Teologi merupakan ilmu yang mempempelajari tentang ketuhanan yang
berdasarkan kebenaran wahyu dan atau dengan pemikiran akal. Teologi dalam
islam biasanya disebut juga ilmu kalam, yang memberikan dalil naqli terhadap
adanya Allah SWT.
Teologi islam mulai muncul
pada masa khalifah yang
berhubungan dengan gejola
politik,  selain itu juga karena adanya
perbedaan pemikiran antar imam,
guru dan murid.
Sumber daripada teologi
islam ini adalah al-quran dan juga al-
Hadist, yang menjadi sumber utama
dalam mempelajari dan menganalisis
masalah ketuhanan. Para pemuka
pemuka islam menjadikan al-Quran
dan al-Hadist sebagai penguat dalam
berpendapat.
Salah satu penyebab
munculnya teologi adalah adanya
perbedaan pemikiran. Hingga
muncul beberapa aliran, diantarannya
aliran mu’tazilah, asy’ariyah, al-
maturidiah, as-salafiyah dan aliran
wahabiyah.
Dengan mempelajari teologi
islam secara tidak langsung
keyakinan dan akidah seseorang akan
bertambah. Kebenaran pun akan
ditegakkan.

3.2 Kritik dan Saran


           
Sudah sepantasnya kita sebagai orang Islam mengetahui adanya aliran-
aliran dalam Islam yang dapat membuat cara berpikir kita lebih luas dalam
memahami agama yang kita anut
 Demikan makalah yang
dapat kami berikan, semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Adapun kritik dan saran sangat
membantu demi tercapainya makalah
yang lebih baik.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdur Razak dan Rosihan Anwar, ilmu kalam, ( Pustaka Setia Bandung, 2006)
Ahmad Hanafi, Theology Islam (Ilmu Kalam) (Jakarta: Bulan Bintang, 1974)
Ahmad Hanafi, Theology islam (Jakarta : Bulan bintang, 1982),
Imam Muhammad Abu Zahrah, Aliran Politik dan Akidah dalam Islam (Jakarta:
Logos,1996)

Harun Nasution, Teologi Islam : Aliran Aliran Sejarah Analisa Perbandingan


(Jakarta: UI-Press, 1986)

Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia, 1996)


Muhammad Abduh, Risalah tauhid, terj, Firdaus A.N, (Bulan Bintang: Jakarta,
1979)

Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998)
Theology; the study of the nature of God and of the foundation of religious
belief. Lihat, AS Hornby, Oxford Advanced Learner‟s Dectionary of
Curretn English (New York: Oxford University Press, 1995)

Sahilun A. Nasir, Teologi islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2012)


Syed Amer Ali, Api Islam, terjemah ( Jakarta : Bulan Bintang, tt)

19

Anda mungkin juga menyukai