Anda di halaman 1dari 7

CRITICAL BOOK REVIEW ( CBR )

Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam


Dosen Pengampu : Dr. Budiman, MA

Oleh :
SYAWALUDDIN AHMAD HARAHAP
NIM. 3003204004

SEMESTER I
PEDI - A NON REGULER

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
Identitas Reviewer : Syawaluddin Ahmad Harahap
Data Identitas Buku

Nama Pengarang : Dr. Budiman, MA


Judul Buku : Dimensi Spiritual Pendidik Dalam Pemikiran Pendidikan
Islam Relevansi Spiritual Dalam Perwujudan Kompetensi
Kepribadian Guru
Tahun Terbit : 2020

Tempat Terbit : Medan. CV. Merdeka Kreasi Group

Tebal Buku : 216 Halaman

A. Ringkasan Deskripsi Jurnal


1. Eksistensi Spiritualitas Guru Dalam Perspektif Pendidiakan. Spiritual
berasal dari kata spirit yang mempunyai banyak arti, S baik dalam bentuk
kata benda maupun kata kerja. Beberapa arti spiritual dalam bentuk kata
benda yaitu; jiwa, sukma, roh, semangat."" Jadi kata spiritual sebagai
suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan dalam membangkitkan
semangat atau bagaimana seseorang benar benar memperhatikan jiwa
dalam kehidupannya, Istilah yang digunakan untuk "spiritualitas" adalah
rühaniyyah (bahasa Arab), ma nawiyyah (bahasa Persia), atau berbagai
turunannya." Ruhaniyyah diambil dari kata al-rüh. Kata ma'náwiyyah
berarti makna yang mengandung konotasi kebatinan, hakiki, sebagai
lawan dari yang kasatmata dan juga rüh, yaitu berkaitan dengan suatu
kenyataan yang lebih tinggi daripada realitas yang bersifat material dan
kejiwaan serta berkaitan pula secara langsung dengan realitas ilahi.
Spiritualitas merupakan sesuatu yang lain dari fisik dan bentuknya
berbeda dengan bentuk fisik. Menurut al-Ghazali, spiritualitas diwakili
oleh berfungsinya secara tepat term al-rüh, al-qalb, al-nafs, al-'aql dalam
diri manusia yang semuanya merupakan sinonim.
2. Kompetensi Kepribadian Guru Dalam Perspektif Pendidikan Islam.
Istilah kepribadian dalam studi ke-Islaman dikenal dengan kata al-
syakhsiyyah yang berasal dari kata syakhs yang berarti "pribadi". Kata
itu kemudian diberi ya nisbah, sehingga menjadi kata benda buatan
(masdarşinä'iy) syakhşiyyah yang berarti "kepribadian". Kata
syakhşiyyah telah banyak digunakan untuk menggambarkan dan menilai
kepribadian individu. Sebutan syakhşiyyah al-muslim memiliki arti
kepribadian orang Islam. Ini menunjukkan bahwa kata syakhşiyyah telah
menjadi kesepakatan umum untuk dijadikan sebagai padanan dari
personality. Yusuf Murad, menyebut dua istilah yang terkait dengan
kepribadian. Pertama, istilah syakhşiyyah al-'iniyah atau syakhşiyyahal
zatiyyah untuk mendeskripsikan kepribadian yang tampak dari perspektif
diri sendiri; Kedua, istilah syakhşiyyah al-maudū'iyah atau syakhşiyyah
al-khalq, untuk mendeskripsikan kepribadian yang tampak dari perspektif
orang lain. Sebab kepribadian individu menjadi objek (maudu)
penggambaran. Kepribadian dalam psikologi didikan Islam yaitu kondisi
lahir dan batin manusia yang meliputi keinginan, minat, kecenderungan
dan pikiran. Baik yang terwujud dalam suatu tingkah laku nyata, maupun
yang hanya terpendam di dalam batin dan tidak teraktualisasi dalam
suatu tingkah laku nyata. Kepribadian itu bersifat dinamis, berubah ubah
dikarenakan pengaruh lingkungan, pengalaman hidup, ataupun
pendidikan.
3. Relevansi Spiritualitas Dalam Pembinaan Kompetensi Kepribadian Guru
Pendidikan Islam. Ketinggian spiritualitas dapat dicapai melalui
implementasi tugas-tugas pendidikan Islam yang senantiasa bersambung
(kontinu) dan tanpa batas. Hal ini karena hakikat pendidikan Islam
merupakan proses tanpa akhir sejalan dengan ketentuan yang berlaku
umum sebagai ketetapan Allah swt dan RasulNya. Pendidikan yang
terus-menerus dikenal dengan "min al-mahdi ild al-lahd" (dari buaian
sampai ke liang lahat) atau dalam istilah lain "long life education"
(pendidikan sepanjang hayat dikandung badan). Demikian juga sifat
dinamis (berkembang), progresif (maju ke depan secara bertahap) dan
inovatif (menemukan hal-hal baru), mengikuti kebutuhan peserta didik
dalam arti luas, yang menjadi tugas lembaga pendidikan Islam. Menurut
Majid Irsan al-Kayläni," tugas pendidikan Islam pada hakikatnya
tertumpu pada dua aspek, yaitu pendidikan tauhid dan pendidikan
pengembangan tabiat (kebiasaan) peserta didik. Pertama, pendidikan
tauhid dilakukan dengan pemberian pemahaman terhadap dua kalimat
syahadat, pemahaman akidah, ketundukan, kepatuhan dan keikhlasan
menjalankan Islam serta menghindarkan diri dari segala bentuk
kemusyrikan. Kedua, pendidikan pengembangan tabiat peserta didik
adalah upaya pengembangan kebiasaan peserta didik agar mampu
memenuhi tujuan penciptaannya, yaitu beribadah kepada Allah swt.
sebab kesempurnaan manusia dapat dicapai melalui peribadatan, baik
beribadah yang berhubungan dengan pencipta (ta'abbudi) maupun ibadah
yang berhubungan dengan ketundukan dan kepatuhan kepada Allah swt,
setelah memahami hukum-hukum alam dan hukum-hukum sosial
kemasyarakatan. Fungsi spiritualitas guru pendidikan Islam dapat dilihat
dari kemampuannya dalam pengembangan potensi akal (al-aq).
pengembangan dan pengendalian potensi fitrah (al-fitrah), pengendalian
potensi kalbu (al-qlab), pengendalian potensi nafsu (al-nafs) dan
pengenalan potensi ruh (al-rüh). Sebagai pendidik, guru pendidikan Islam
menampilkan din dalam pengembangan dan pengendalian dimensi
al-'aql. Hal itu dapat dilakukan melalui: Pertama; menyusun bahan
pelajaran yang dapat mengarahkan peserta didik mengembangkan potensi
akalnya. Bahan pelajaran yang didesain oleh guru pendidikan Islam,
berkaitan dengan penggunaan indera secara empiris untuk memberikan
pengetahuan tentang kekuasaan Allah swt. berdasarkan dalil akliah dan
selanjutnya memperkenalkan dalil nakliah. Sehingga sebagai perancang
pembelajaran, guru pendidikan Islam merancang dan mempersiapkan
pembelajaran yang dapat menghidupkan nalar religius dalam
berargumentasi, menganalogi dan menarik suatu kesimpulan. Kedua;
sebagai pengelola pembelajaran, guru pendidikan Islam menggunakan
alat-alat pembelajaran, menyediakan kondisi-kondisi yang
memungkinkan bekerja dan belajar serta membantu peserta didik untuk
mengembangkan potensi intelegensi atau kecerdasan dan minat belajar.
B. Analisis Buku
a. Kelebihan
1. Kaya dengan Teori
2. Referensinya Jelas, serta isi pembahasan yang panjang
3. Memiliki kekuatan data buku yang kuat akan kebenarannya

b. Kekurangan
1. Sulit dipahami dikarenkan memiliki bahasa yang tinggi/ilmiah
2. Pada halaman 70 dan 74 penulisan kurang rapi, disebabkan garis
pembatas footnote sangat dekat dan bahkan sampai terkena bacaan yang
ada diatasnya.

C. Bandingan
Penulis : Rumadani Sagala
Judul : “Pendidikan Spiritual Keagamaan ( Dalam Teori dan
Praktik”
Penerbit : Suka-Press Tahun 2018 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tebal Buku : 303 Halaman
Dalam buku ini memiliki penjelasan yang konkrit dan lebih mudah
dipahami untuk kalangan Mahasiswa. Karena didalamnya memiliki
penjelasan yang tidak banyak bahasa yang sulit dipahami. Dan didalam buku
ini, memili sub bab yang banyak sehingga kita akan kaya akan teori dan
memiliki wawasan yang luas setelah membaca buku ini. Dan didalam buku
ini juga banyak halaman atau buku ini sangat tebal.
D. Kesimpulan
Pada Kritik buku ini, reviewer dapat menyimpulkan, Eksistensi
spiritualitas guru dalam perspektif pendidikan Islam adalah aktualisasi daya-
daya nafsäniah (al-'aql, al-qalb dan al-nafs) dan rūhāniah (al-rūh dan al-
fihrah) pada berbagai aktivitas pendidikan dan pembelajaran. Guru
pendidikan Islam akan memiliki spiritualitas dengan mengamalkan ajaran
Islam secara baik dan benar. Konsep spiritualitas guru pendidikan Islam
sesungguhnya didasarkan pada paham tauhid yang diimplementasikan
melalui proses pendidikan Islam (ta'lim, tarbiyah, ta'dīb dan tadris).
Perwujudan spiritualitas dalam diri seorang guru adalah eksistensi aspek
nafsăniah (akal, kalbu, nafsu) dan rūhāniah (ruh dan fitrah) yang terbina dan
dapat dilihat dari karakteristiknya dalam pengembangan potensi akal,
pengembangan dan pengendalian potensi fitrah, pengendalian potensi al-qalb,
pengendalian potensi al nafs dan pengenalan potensi al-ruh yang memiliki
integralitas antara ilmiah, žikriah dan amaliah dalam pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab pendidikan. Kompetensi kepribadian guru adalah integrasi
potensi nafsāniah (akal, kalbu, nafsu) dan rühāniah (ruh dan fitrah) yang
tampil melalui tingkah laku dominan dalam pelaksanaan pendidikan.
Karakteristik kompetensi kepribadian guru pendidikan Islam dalam lingkup
pendidikan makro yaitu; menjadi model bagi peserta didik,
mengimplementasikan konsep ulü al-albāb, memiliki fleksibilitas kognitif dan
keterbukaan psikologis, memiliki sifat penyayang bersikap lemah lembut,
memiliki sifat pemaaf, memberi pujian bersikap tawadu, bersikap bijaksana,
memberi kemudahan.
E. Referensi

Budiman. 2020. Dimensi Spiritual Pendidik Dalam Pemikiran Pendidikan


Islam Relevansi Spiritualitas Dalam Perwujudan Kompetensi Kepribadian
Guru. Medan : CV Merdeka Kreasi Group

Sagala, Rumadani. 2018. Pendidikan Spiritual Keagamaan ( Dalam Teori


dan Praktik, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Suka-Press

Anda mungkin juga menyukai