Dosen pengampu :
Disusun Oleh
MPI – 1 / SEMESTER IV
2023
KATA PENGANTAR
Penulis merasa bersyukur telah dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“ SEJARAH DAN TOKOH PEMIKIR MUTU PENDIDIKAN” Penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. Makmur Syukri, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Mutu Pendidikan, yang telah memberikan kesempatan dan membimbing penulis
untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Juga terima kasih diucapkan kepada rekan-rekan
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dan kelemahan pada makalah
ini. Oleh karenanya, penulis berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca dapat
menjadi acuan perbaikan kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca dan bagi penulis sendiri khususnya.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
A. Kesimpulan..................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan yang terus berkembang menuntut negara untuk siap dalam
mengembangkan kebijakan yang dinamis. Tantangan global menunjukkan bahwa
Indonesia sebagai anggota dunia harus mampu mengatasi berbagai tantangan yang
timbul akibat perkembangan globalisasi. Perkembangan teknologi informasi
memerlukan upaya yang besar untuk menyaring pengaruh-pengaruh luar yang
merugikan bagi negara kita. Oleh karena itu, pendidikan harus dijadikan sebagai
motor penggerak penguatan bangsa Indonesia, sehingga dapat tercermin dalam
budaya pendidikan Indonesia. Perkembangan teknologi memerlukan peningkatan
mutu pendidikan dalam berbagai aspek. Peningkatan ini berkaitan dengan proses
pendidikan, khususnya dari input, proses dan output. Salah satu kriteria perbaikan
tersebut adalah peningkatan kemampuan pengelolaan yang baik. Apabila
pengelolaannya dilakukan dengan baik maka lembaga pendidikan apapun, termasuk
lembaga pendidikan, dapat menghasilkan kinerja dan hasil kerja yang berkualitas.
Sebaliknya jika manajemen dibangun tanpa memperhatikan mutu, maka kecil
kemungkinan suatu sekolah atau lembaga pendidikan akan maju dan berkembang.
Meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia tidaklah mudah
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Penghargaan dan medali emas dan perak merupakan bukti penekanan pada
kualitas. Sebelum adanya pergerakan kualitas, dimana tidak ada persaingan, produsen
tidak memberikan kesempatan kepada pelanggan untuk memilih. Pelanggan tidak
mempunyai hak untuk menuntut kualitas atau harapan layanan yang lebih baik.
Kualitas layanan badan publik belum dievaluasi. Pengguna hanya mengutamakan apa
yang penting agar produk itu ada dan dapat digunakan. Penjaminan mutu dan
manajemen mutu terpadu kemudian dikenal di Barat, meskipun gagasan mutu
awalnya dikembangkan pada tahun 1930-an dan 1940-an di Amerika Serikat, oleh W.
Edwards Deming. Deming adalah seorang ahli statistik Amerika dan memegang gelar
doktor di bidang fisika. Deming lahir pada tahun 1900 dan meninggal pada tahun
1993. Pengaruhnya sebagai pakar manajemen sejak awal sudah dikenal luas di
Amerika Serikat, namun bakat dan keahliannya baru diakui pada tahun 1950. diterima
di Jepang. Dia adalah orang yang sangat berpengaruh dalam gerakan kualitas. Deming
mengemukakan idenya pada tahun 1930an ketika dia menyadari bahwa metode proses
industri berubah dan memakan waktu dan uang.1
1
Hanun Asrohah, “MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN Government of Indonesia (GoI) and Islamic Development
Bank (IDB),” Government of Indonesia (GoI) and Islamic Development Bank (IDB) (2015): 139,
http://repository.uinsby.ac.id/id/eprint/600.
3
Yayasan Manajemen Mutu Eropa, yang didirikan oleh 14 perusahaan besar
Eropa, termasuk Volkswagen, BT dan Phillips, telah menjadi kekuatan pendorong
utama dalam pengembangan budaya mutu baru. Era ini adalah masa ketika suatu
organisasi mengelola kualitas secara strategis dengan menerapkan langkah-langkah
strategis untuk pengendalian kualitas dan manajemen kualitas produk. Manajemen
mutu strategis memerlukan perencanaan strategis yang memungkinkan terbentuknya
prioritas jangka panjang dan perubahan kelembagaan berdasarkan pertimbangan yang
masuk akal, karena melalui strategi, organisasi dapat memanfaatkan peluang baru.
4
antara bisnis dan lembaga pendidikan, telah mendekatkan pendidikan dan bisnis dan
membuat konsep industri menjadi lebih dapat diterima.2
3
Nyoman Widiani, “Progresivisme Peningkatan Mutu Pendidikan Terhadap Siswa (Analisis Sejarah Periode
Pendidikan Di Indonesia),” PINTU: Pusat Penjaminan Mutu 1, no. 1 (2020): 70–78,
https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/index.php/jurnalmutu/article/view/901.
5
pendidikan dikatakan bermutu apabila seluruh komponen pendidikan hadir
berpartisipasi dalam proses pendidikannya sendiri. Hal ini tidak terjadi secara
kebetulan melainkan melalui proses perencanaan yang matang. Dalam proses
pendidikan yang berkualitas, diperlukan peran serta berbagai faktor input yang
berbeda seperti bahan ajar (kognitif, emosional atau psikomotor), metodologi
(bervariasi tergantung kemampuan, dll), keterampilan guru), fasilitas sekolah,
dukungan administrasi. , SARPRAS, sumber daya lainnya, serta menciptakan suasana
yang kondusif.4
4
Yusri A Boko, “Total Quality Management: Pendekatan Sejarah Dan Konsep Mutu Pendidikan,” Foramadiahi:
Jurnal Kajian Pendidikan dan Keislaman 13, no. 2 (2021): 215.
6
suasana pembelajaran yang kondusif, kurikulum yang baik, kegiatan pembelajaran
yang menarik dan proses pendidikan yang kreatif.5
Pola Pendidikan pada masa Khalifah Abu Bakar pada umumnya masih seperti
pola pendidikan masa Nabi Muhammad baik dari segi materi pendidikan maupun
lembaga pendidikan. Menurut Prof. Mahmud Yunus di dalam buku Sejarah
Pendidikan Islami, Materi pendidikan Islami yang diajarkan pada masa Khulafaur
Rasyidin sebelum masa pemerintahan Umar bin Khatab, khususnya untuk pendidikan
dasar adalah membaca dan menulis, membaca dan menghafal al Qur’an, serta
mempelajari pokok-pokok ajaran Islam seperti cara wudhu, sholat dan sebagainya.
Pokok-pokok ajaran Islam yang diajarkan dapat dibagi dalambeberapa kategori materi
pendidikan, yaitu
1. Materi Pendidikan Tauhid, Tauhid adalah menjadikan Allāh sebagai
satu satunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya.
2. Materi Pendidikan Akhlak, Pendidikan akhlak adalah proses
pembinaan budi pekerti anak sehingga menjadi budi pekerti yang mulia.
Pendidikan akhlak memiliki peran yang sangat penting.
3. Materi Pendidikan Ibadah, seperti wudhu’, shalat, doa, dzikir, puasa,
zakat dan haji.
Pusat pendidikan pada masa Khalifah Abu Bakar adalah di Madinah dan
tenaga pendidiknya adalah para Sahabat Nabi. Selain keberadaan Masjid dan Shuffah
sebagai tempat pendidikan yang telah ada sejak masa Nabi Muhammad, umat Islam
mendirikan Kuttab sebagai tempat belajar membaca dan menulis, yang mendukung
fungsi Masjid yang semakin kompleks. Masjid pada waktu itu berfungsi sebagai
tempat shalat berjamaah, membaca dan mempelajari alQur’an, tempat mendiskusikan
5
Yayah Chairiyah, “Sejarah Perkembangan Sistem Pendidikan Madrasah Sebagai Lembaga Pendidikan Islam,”
MA’ALIM: Jurnal Pendidikan Islam 2, no. 01 (2021): 48–60.
7
masalah berbagai masalah keumatan, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan
Islam.6
6
Amalia Nurhanisah Gultom, “Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin,” EDU-RILIGIA:
Jurnal Ilmu Pendidikan Islam dan Keagamaan 6, no. 2 (2022): 167–180.
8
tiga menteri tersebut ditandatanganioleh tiga orang menteri, yaitu Menteri Agama,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Dalam Negeri. Nomor 6 Tahun
1975, Nomor 037/ U/ 1975, dan Nomor 36 Tahun 1975 tentang Peningkatan Mutu
Pendidikan Pada Madrasah. SKB tiga Menteri ini ditandatangani di Jakarta oleh 3
orang menteri, yaitu: Dr. H. A. Mukti Ali (Menteri Agama), Dr. Syarief Thajeb
(Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), dan H. Amir Machmud (Menteri Dalam
Negeri) pada tanggal 24 Maret 1975. Surat Keputusan Bersama (SKB) tersebut
berlaku untuk madrasah dan semua jenjang baik negeri maupun swasta,baik madrasah
dalam lingkungan pondok pesantren maupun di luar pondok. SKB tersebut bertujuan
untuk meningkatkan mutu pendidikan madrasah agar sejajar dengan sekolah umum. 7
Pendidikan yang bermutu saat ini merupakan kebutuhan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Maju mundurnya suatu bangsa atau negara sangat
tergantung pada pendidikan bangsa tersebut.1 Suatu bangsa atau negara dikatakan
berperadaban tinggi apabila bangsa tersebut memberikan perhatian yang besar
terhadap pendidikan Upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas harus dilakukan,
sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 pada pasal 31 tentang sistem pendidikan
nasional. Tujuan akhir pendidikan nasional secara umum adalah meningkatkan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, seperti yang tercantum dalam UU No.
20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Sisdiknas) BAB II pasal 3
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Di era globalisasi yang semakin luas, setiap bangsa perlu meningkatkan daya
saingnya dalam berbagai bidang terutama sumber daya manusianya. Agar mampu
bersaing setiap orang dituntut untuk mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam rangka menjawab tantangan yang semakin berat lembaga
7
Miftahul Huda, “Perkembangan Pendidikan Islam Di Indonesia Dan Upaya Penguatannya Dalam Sistem
Pendidikan Nasional,” Journal of Islamic Education Research 1, no. 02 (2020): 39–53.
9
pendidikan harus melakukan perubahan yang signifikan, dalam rangka mencetak
sumber daya manusia yang mampu menjawab setiap perubahan. Banyak hal yang
menjadi permasalahan dan tantangan dunia pendidikan termasuk
10
sini sudah terlihat sangat jelas bahwasanya orang tua memiliki peranan aktif dalam
Pendidikan anak karena pendidikan disekolah tidak akan maksimal jika diikuti oleh
Pendidikan dukungan yang dilakukan di rumah dan tentunya keluargalah yang
menjadi acuan utama dalam hal tersebut.
Fasilitas tersebut tidak hanya terkait mengenai adanya guru les privat bagi
anak, fasilitas yang lain dapat berupa memberikan ruangan khusus kepada anak untuk
belajar atau mengerjakan tugas ketika dirumah, yang mana dengan adanya ruangan
khusus bagi anak ketika belajar atau mengerjakan tugas tersebut dapat membuat
tingkat fokus serta semangat anak akan semakin bertambah. Menurut Mudijino (2006)
mengemukakan bahwasanya dengan adanya lingkungan yang aman, tentram, tertib,
serta indah maka semangat dan motivasi belajar pun dapat bertambah, yang mana
menurut penyataan diatas dengan disediakannya sarana serta prasarana yang akan
menunjang kegiatan belajar maka anak akan lebih merasa nyaman untuk belajar
walaupun tidak berada dalam lingkungan sekolah.9
9
Ratih Amilia, Dita Dwi Andini, and Agung Setyawan, “Pentingnya Peranan Orang Tua Dalam Perkembangan
Pendidikan Anak Kelas IV SD KEBUN 1,” Journal of Education, Psychology and Counseling ISSN (Online): 2716 -
4446 Pentingnya 4, no. 2 (2022): 171–178.
11
C. Tokoh dan Pemikirannya Tentang Mutu Pendidikan
10
Mohamad Ali, “Pemikiran Pendidikan Islam Ahmad Syafii Maarif,” Profetika: Jurnal Studi Islam 17, no. 02
(2017): 1–14.
12
Model Pemgembangan Mutu Pendidikan Dalam Perspektif Philip. B. Crosby
Philip Crosby berpandangan bahwa mutu itu gratis, menurut iaterlalu banyak
pemborosan dalam sistem saat mengupayakan peningkatan mutu. Philip Crosby juga
berpendapat bahwa semua hal seperti kesalahan, kegagalan, pemborosan, dan
penundaan waktu dapat dihilangkan jika institusi memiliki kemauan untuk itu. Kedua
hal ini merupakan gagasan tanpa cacatnya yang kontroversial (zero defect). Jika
pendapat Crosby ditarik dalam dunia pendidikan, sangat bermanfaat untuk
peningkatan mutu pendidikan dengan menghilangkan kegagalan pelajar oleh sebagian
institusi. Crosby bersama para guru secara ekstra berupaya bahwa tanpa cacat dapat
diwujudkan walaupun sangat sulit. Philip B. Crosby menyatakan bahwa mutu adalah
kesesuaian terhadap persyaratan atau keunggulan yang di-publikasikannya, seperti
jam tahan air, sepatu yang awet, atau dokter yang ahli. Pendekatannya adalah top-
down.11
11
Kata Kunci, Model Pengembangan, and Mutu Pendidikan, “E-ISSN: 2656-7121” 2, no. 1 (2020): 41–56.
12
Zaenal Abidin, “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Karakter Berbasis Agama, Budaya, Dan Sosiologi,”
Al-Afkar 4, no. 1 (2021): 181–202.
13
Menurut Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani
Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani mendefinisikan pendidikan Islam
adalah proses mengubah tingkah laku individu, pada kehidupan pribadi, masyarakat,
dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai
profesi di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.
Pendidikan Islam seperti di atas mengandung arti menekankan kepada
perubahantingkah laku, dari yang buruk kepada yang baik, melalui proses pengajaran.
Perubahantingkah laku itu bukan saja meliputi kesalehan individu, tetapi juga
kesalehan sosial.Kesalehan ini harus terwujud secara nyata dalam kehidupan
manusia.13
13
Nurjali Nurjali and Kemas Imron Rosadi, “Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Al-Qur’an Dan Hadits Dalam
Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam: Manajemen, Guru, Lingkungan,” Jurnal Ilmu Manajemen Terapan 3, no.
1 (2021): 20–37.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
lembaga pendidikan Islam yang modern bisa dilihat dari tampilan fisik dan
akademiknya, madrasah telah memiliki sarana prasarana yang lengkap sebagai
pendukung pengembangan keilmuan (proses pembelajaran), tenaga pendidik yang
mumpuni sesuai dengan keilmuannya (mapelnya), tenaga kependidikan yang baik
serta pendukung lainnya. Madrasah juga memiliki visi, misi dan tujuan lembaga yang
harus dipertimbangkan dalam pengembangan kurikulum
B. Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan terkait materi
Supervisi Pendidikan dan dapat mengambil sisi positif dari materi yang telah
disampaikan. Kami sebagai pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, sehingga kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang mendukung
adanya perbaikan penulisan makalah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohamad. “Pemikiran Pendidikan Islam Ahmad Syafii Maarif.” Profetika: Jurnal Studi
Islam 17, no. 02 (2017): 1–14.
Amilia, Ratih, Dita Dwi Andini, and Agung Setyawan. “Pentingnya Peranan Orang Tua
Dalam Perkembangan Pendidikan Anak Kelas IV SD KEBUN 1.” Journal of Education,
Psychology and Counseling ISSN (Online): 2716 - 4446 Pentingnya 4, no. 2 (2022):
171–178.
Boko, Yusri A. “Total Quality Management: Pendekatan Sejarah Dan Konsep Mutu
Pendidikan.” Foramadiahi: Jurnal Kajian Pendidikan dan Keislaman 13, no. 2 (2021):
215.
Kunci, Kata, Model Pengembangan, and Mutu Pendidikan. “E-ISSN: 2656-7121” 2, no. 1
(2020): 41–56.
Nurjali, Nurjali, and Kemas Imron Rosadi. “Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Al-Qur’an
Dan Hadits Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam: Manajemen, Guru,
Lingkungan.” Jurnal Ilmu Manajemen Terapan 3, no. 1 (2021): 20–37.
16
Widiani, Nyoman. “Progresivisme Peningkatan Mutu Pendidikan Terhadap Siswa (Analisis
Sejarah Periode Pendidikan Di Indonesia).” PINTU: Pusat Penjaminan Mutu 1, no. 1
(2020): 70–78.
https://stahnmpukuturan.ac.id/jurnal/index.php/jurnalmutu/article/view/901.
17