Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN

TOTAL QUALITY MANAJEMEN


TQM

Makalah ini di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Manajemen Mutu
Pendidikan Islam” Program Pascasarjana Magister
Pendidikan Islam Semester Tiga

DISUSUN OLEH :
ANDI NURUL MUHAIMIN
MUH WAHYU SULFAJRI
ILHAM TOMPUNU
RAHMAN

DOSEN PENGAMPU
Dr. AMIRAH, S.Ag., M.Si

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Puji syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan

kehadirat Allah Swt. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas kelompok yang diberikan pada kami, pada mata kuliah manajemen mutu

pendidikan Islam dengan judul Total Quality Manajemen

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu yang telah memberikan

ilmunya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang kami buat. Makalah

ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah ini. Dalam penulisan makalah ini

kami menyadari bahwa hasil pekerjaan kami masih jauh dari kesempurnaan. Baik dalam hal

penulisan maupun pembahasan materi.

karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang diberikan pada kami

untuk membantu perbaikan makalah ini ke depannya.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat.

Makassar, 10 Desember 2023


Penyusun,

Kelompok Satu

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................... i

KATA PENGANTAR. ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakekat Total Quality Managemen (TQM) ............................... 7


B. Ruang Lingkup Total Quality Managemen (TQM) ................... 10
C. Aktivasi Pelaksanaan TQM Pada Lembaga Pendidikan ............ 12
D. Manfaat Implementasi Total Quality Managemen..................... 18

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 20
B. Saran .......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kondisi dunia yang semakin maju dan berkembang menuntut adanya persiapan yang

matang bagi semua manusia untuk masuk di dalamnya. Berbagai tantangan dunia telah

memberikan sinyal bahwa Indonesia sebagai anggota dunia harus mampu menghadapi

berbagai tantangan yang muncul sebagai akibat dari perkembangan zaman dan globalisasi

yang sementara berjalan. Selain globalisasi, perkembangan teknologi informasi juga

menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia, tanpa ada upaya yang baik untuk memfilter

dengan baik maka Indonesia akan terbawa dengan arus globalisasi tanpa arah. Oleh sebab

itu, pendidikan perlu dijadikan kekuatan untuk membentengi manusia Indonesia dengan

kualitas iman takwa serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan zaman yang

ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin menuntut

peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai aspek. Peningkatan tersebut tidak hanya

pada satu aspek saja, akan tetapi mencakup segala aspek yang berkaitan dalam proses

pendidikan mulai dari masukan (input), proses dan keluaran (output). Salah satu tolak ukur

peningkatan tersebut ada pada perbaikan aspek manajemen yang baik. Apabila manajemen

sudah diterapkan dengan baik maka institusi apa pun termasuk institusi pendidikan akan

mampu menghasilkan kinerja dan hasil karya yang bermutu. Menurut Fattah, manajemen

mempunyai peran atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan

motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). 1 Hal ini menunjukkan bahwa

manajemen memiliki peran penting untuk mengantarkan kemajuan organisasi.

1
Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001).
h.l 11

4
Oleh karena itu, persoalan manajemen perlu mendapat perhatian karena memberikan

implikasi pada peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. Dalam dunia bisnis dan industri

dikenal istilah Total Quality Management (TQM) yang kemudian diadopsi dalam dunia

pendidikan. Istilah Total Quality Management (TQM) dapat ditelusuri kembali pada awal

tahun 1920-an yakni ketika teori statistik pertama kali diterapkan dalam kontrol kualitas

produk. Konsep TQM kemudian dikembangkan di Jepang pada tahun 1940-an oleh

beberapa sarjana kenamaan dari Amerika Serikat seperti Deming, Juran, dan Feigenbaum.

Hingga saat ini sudah banyak dari para ahli yang menjelaskan mengenai TQM dan

bagaimana langkah-langkah dalam menerapkannya pada suatu lembaga pendidikan.2 Ada

yang tetap menggunakan istilah yang sama yaitu Total Quality Management (TQM), ada

pula yang melakukan penyesuaian dengan istilah Total Quality Education (TQE). Apa pun

istilah yang digunakan namun ujung dari penerapan istilah tersebut adalah peningkatan

kualitas atau aspek mutu yang semakin baik dari pengelolaan sebuah institusi baik bisnis,

industri maupun juga pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hakikat Total Quality Mangement?

2. Bagaimana Ruang Lingkup Total Quality Management?

3. Bagaimana Aktivasi Pelaksanaan TQM pada lembaga Pendidikan?

4. Bagaimana Manfaat Implementasi Total Qualitty Management dalam Pendidikan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk Menganalisis Hakikat Total Quality Mangement

2. Untuk Menganalisis Ruang Lingkup Total Quality Management

3. Untuk Menganalisis Aktivasi Pelaksanaan TQM pada lembaga Pendidikan

2
Wahyu Septiadi, “Tinjauan Total Quality Management (TQM) Pada Lembaga Pendidikan Islam”,
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol 4 No. 1 (2019), h. 37

5
4. Untuk Menganalisis Manfaat Implementasi Total Qualitty Management Dalam

Pendidikan

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Total Quality Mangement (TQM)

Menurut Zaire dan Simintiras mendefinisikan Total Quality Management (TQM)

sebagai suatu kombinasi dari proses sosio-teknis menuju melakukan hal yang benar

(eksternal), semuanya benar (internal) pertama kali dan sepanjang waktu, dengan

kelayakan ekonomi dipertimbangkan pada setiap tahap dari setiap proses. Menurutnya

Total Quality Management (TQM) didasarkan pada pencarian akan kemajuan dan

peningkatan berkelanjutan dalam bidang biaya, keandalan, kualitas, efisiensi inovatif, dan

efektivitas bisnis.3 Sejalan dengan itu Pfau menyatakan bahwa Total Quality Management

(TQM) adalah pendekatan untuk terus meningkatkan kualitas barang dan jasa yang

diberikan melalui partisipasi semua tingkatan dan fungsi organisasi. 4 Dari beberapa

pengertian Total Quality Management (TQM) yang telah dikemukakan tersebut mengaju

pada peningkatan dalam berbagai bidang terkhusus dalam pengorganisasian segala

aktivitas yang mampu meningkat mutu dan daya saing. Pfau menyatakan bahwa Total

Quality Management (TQM) adalah pendekatan untuk terus meningkatkan kualitas barang

dan jasa yang diberikan melalui partisipasi semua tingkatan dan fungsi organisasi. Dari

beberapa pengertian Total Quality Management (TQM yang telah dikemukakan tersebut

mengaju pada peningkatan dalam berbagai bidang terkhusus dalam pengorganisasian

segala aktivitas yang mampu meningkat mutu dan daya saing.

Berbagai pengertian tentang Total Quality Management (TQM), termasuk Omachonu

dan Ros menyebutkan bahwa “Total Quality Management (TQM) is The integratif of all

3
Zaire, M. dan Simintiras, A.C., Tautan Penjualan dalam Rantai Pelanggan-Pemasok; Produktivitas,
Vol. 32, No. 3 (1991): h. 34.
4
Pfau, L.D., “TQM Memberi Perusahaan Cara untuk Meningkatkan Posisi di Pasar Global”,Teknik
Industri, Vol. 21 No. 4 (1989), h. 77-78.

7
functions and procesess within an organization in order to achieve continous improvement

of The quality of goods and service”. Manajemen mutu adalah integrasi semua fungsi dan

proses dalam organisasi dalam upaya mencapai perbaikan kualitas secara berkelanjutan.

Konsep mutu dalam pengaturan kualitas terintegrasi adalah budaya organisasi. Pengertian

bukan hanya sistem, melainkan menjadi kebiasaan yang dianut dalam sebuah institusi atau

organisasi. Mutu juga bukan hanya sekedar program lembaga atau organisasi. Mutu bukan

sekedar mimpi dan hiasan yang terpampang dalam gedung mewah, mutu adalah

kepribadian seluruh anggota organisasi. Total Quality Management (TQM) merupakan

intervensi total yang dikemas secara menarik yang membuat organisasi bertahan setiap

waktu. Manajemen mutu terpadu merupakan transformasi dari manajemen kualitas kontrol

yang memadukan faktor manusia dengan faktor sistem sebagai perpaduan teknik dan

mekanik”. Husaini juga beranggapan bahwa manajemen pendidikan merupakan sebuah

karya cipta atau ilmu seni mengatur SDM pendidikan dalam merealisasikan kondisi belajar

dan proses interaksi belajar murid dan guru secara giat mengeksplorasikan kemampuan

dirinya untuk mempunyai kekuatan.5

Manajemen yang bertumpu pada pemenuhan kebutuhan pelanggan dan perbaikan yang

berkesinambungan adalah Manajemen Mutu Terpadu (MTM) atau dikenal dengan istilah

Total Quality Management (TQM). Dalam pengertian lain, Santosa menyatakan bahwa

Total Quality Management (TQM) merupakan sistem manajemen yang mengangkat

kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan

melibatkan seluruh anggota organisasi. Penerapan Total Quality Management (TQM) di

sekolah sangat tepat, karena Total Quality Management (TQM) sebagai suatu sistem, Total

Quality Management (TQM) tidak hanya mengurangi masalah pendidikan, tetapi sekaligus

5
Hasbi Idra, dkk., “Manajemen Mutu Terpadu Dalam Perspektif Pendidikan Islam”, Jurnal
Pendidikan Islam, h. 146.

8
sebagai model yang mengutamakan perbaikan berkelanjutan, Total Quality Management

(TQM) menawarkan filosofi, metode, dan strategi baru perbaikan mutu pendidikan. 6

Adapun Menurut Edward Sallis manajemen mutu terpadu dalam pendidikan adalah sebuah

filosofi tentang perbaikan terus menerus, yang dapat memberikan seperangkat alat praksis

kepada setiap institusi pendidikan dalam memenuhi kebutuhan, keinginan, dan harapan

para pelanggannya saat ini dan untuk masa yang akan datang.7

Sedangkan manajemen mutu terpadu dalam pendidikan menurut Husaini Usman adalah

budaya peningkatan mutu pendidikan secara terus menerus, fokus pada pelanggan sekolah

demi kepuasan jangka panjangnya dan partisipasi warga sekolah, keluarga, masyarakat dan

pemerintah. 8 Mengacu pada konsep tersebut di atas, dapat diketahui bahwa manajemen

mutu terpadu yang disesuaikan dengan sifat dasar sekolah sebagai organisasi jasa

kemanusiaan melalui pengembangan pembelajaran yang berkualitas untuk melahirkan

lulusan yang sesuai dengan harapan orang tua, masyarakat dan pelanggan pendidikan

lainnya. Maka dalam hal ini mutu pendidikan dipahami suatu proses yang melibatkan

pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus

menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai dan pengurangan pekerjaan

tersisa dan pengerjaan kembali Untuk itu setidaknya ada empat unsur penting yang perlu

diperhatikan dalam memahami hakikat mutu terpadu dalam pendidikan (total quality in

education). Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan yaitu kepuasan pelanggan

pendidikan ini berarti mengantisipasi kebutuhan pelanggan masa datang,

6
Abdul Rachman Saleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa; Visi misi aksi (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), h. 12
7
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, Manajemen Mutu Pendidikan (Yogyakarta:
IRCiSoD, 2006), h. 73.
8
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, Dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h.
158.

9
mengambil risiko dan mengembangkan produk serta melayani pelanggan yang

tidak pernah mereka lihat namun mereka suka atau membutuhkan hasil pendidikan.

2. Perbaikan terus menerus yaitu melakukan suatu tindakan pengejaran atas mutu,

prosesnya harus secara terus menerus diperbaiki dengan diubah, ditambah,

dikembangkan dan dimurnikan.

3. Pembagian tanggung jawab dan pemberdayaan karyawan sekolah yaitu

pemberdayaan karyawan sangat penting dalam perbaikan mutu suatu sekolah. Oleh

karena itu perlu adanya pembagian tanggung jawab sesama karyawan sekolah

sesuai dengan posisinya masing-masing. Para guru dan karyawan perlu

diberdayakan sepenuhnya dengan memberikan tanggung jawab dan keterampilan

dalam rangka pencapaian kinerja sekolah yang tinggi, produktif, serta berkualitas.

4. Pengurangan sisa pekerjaan dan pekerjaan ulang.

B. Ruang Lingkup Total Quality Mangement (TQM)

Ruang lingkup TQM dalam meningkatkan mutu pendidikan, berkaitan dengan tata

kelola pendidikan atau manajemen pendidikan adalah sebagai berikut :

1. Manajemen Kesiswaan

Adalah proses pengelolaan siswa mulai dari penerimaan siswa sampai kelulusannya

untuk pencapaian tujuan secara efisien dan efektif. Manajemen kesiswaan meliputi9: a)

Rekrutmen dan seleksi, b) Orientasi, c) Pengelompokan siswa, d) Bimbingan dan

konseling, e) Tata tertib siswa, f) OSIS, g) Kenaikan kelas, h) Mutasi.

2. Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Manajemen pendidik dan tenaga kependidikan merupakan proses pengelolaan sumber

daya manusia terdapat pada lembaga organisasi pendidikan, yang berbentuk tindakan-

9
Munifah, Manajemen Pendidikan (Kediri: STAIN Kediri Press, 2009), h. 141–143.

10
tindakan yang berupa perencanaan, perekrutan, seleksi, penempatan, kompetensi,

penghargaan, pengembangan, pemberhentian pendidikan tenaga kependidikan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 10


Konsep manajemen tenaga

kependidikan adalah tenaga kewiraan bertugas menyelenggarakan kegiatan mengajar,

melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, data memberikan pelayanan teknis dalam

bidang pendidikan. Adapun komponen dari manajemen ini adalah sebagai berikut 11 : a)

Penyusunan formasi, b) Pengadaan pegawai, c) Kenaikan pangkat, d) Pembinaan dan

pengembangan karir pegawai, d) Ketatalaksanaan tenaga kependidikan. Sedangkan

dimensi kegiatan manajemen kependidikan adalah a) Rekruitmen, b) Penempatan, c)

Pengembangan, d) Pengawasan atau evaluasi.

3. Manajemen Sarana dan Prasarana

Manajemen sarana dan prasarana adalah segenap proses pengadaan dan pendayagunaan

sarana dan prasarana lembaga pendidikan agar dapat mendukung tercapainya tujuan

pendidikan secara tepat guna dan tepat sasaran.12 Manajemen sarana dan prasarana meliputi

langkah-langkah : a) perencanaan, b) pengadaan, c) pengaturan, d) penggunaan, dan e)

penghapusan.13

4. Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah suatu proses usaha (kerjasama) dalam suatu organisasi,

meliputi proses yang sistematis dan terkoordinasi yang mengatur dan memperlancar

pencapaian tujuan pengajaran di sekolah secara efektif dan efisien. Manajemen kurikulum

menyangkut perencanaan kurikulum, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum. Kurikulum

10
Jauharotul Muniroh, “Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan DI Madrasah Aliyah Negeri
Kota Yogyakarta”, Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, Vol. 5 No. 2, (September,
2017), h. 164-165
11
Muhammad Mustari, Manajemen Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 213–214.
12
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Kencana, 2010), h. 40.
13
Barnawi dan M. Arifin, Manajemen Sara Prasarana Sekolah (Yogyakarta: Ar Russ Media, 2012), h.
41.

11
merupakan seperangkat rencana dan penataan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran,

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk

mencapai produktivitas pendidikan.14

C. Aktivasi Pelaksanaan TQM pada lembaga Pendidikan

Secara teoretik, penerapan konsep Total Quality Management (TQM) dalam dunia pendidikan

khususnya lembaga pendidikan ini dapat diimplementasikan dengan beberapa fase teoretik

sebagaimana klasifikasi yang Goetsch dan Davis (1994), yaitu fase persiapan, fase perencanaan,

dan fase pelaksanaan.15

1. Fase Persiapan

Fase ini terdiri dari 10 langkah, yang mana sebelum langkah pertama dimulai, syarat utama

yang harus dipenuhi adalah adanya komitmen penuh dari manajemen puncak atas waktu dan

sumber daya yang dibutuhkan. Langkah-langkahnya antara lain:

a. Membentuk Total Quality Steering Committee (SC). Pimpinan puncak menunjuk staf

terdekat (bawahan langsungnya) untuk menjadi anggota steering committee (SC),

kemudian ia sendiri menjadi ketuanya.

b. Membentuk Tim. Steering Committee perlu mengadakan suatu sesi pembentukan tim

sebelum memulai kegiatan TQM. Biasanya, langkah ini membutuhkan konsultan. Kalau

dalam pendidikan, perlu didatangkan dari luar seorang konsultan pendidikan. Lebih baik

sesi ini dilakukan di luar lembaga pendidikan. Agar bisa lebih fokus melakukan

pembahasan tanpa mengganggu proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).

c. Pelatihan TQM. SC (Steering Commitee) membutuhkan pelatihan yang berkaitan dengan

filosofi, teknik dan alat-alat TQM sebelum memulai aktifitas TQM. Dalam pelatihan ini,

14
Teguh Triwiyahto, Manajemen Kurikulum Dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 23
15
Fandy Tjiptono dan Anastasia Diana, Total Quality Management (Yogyakarta: Andi Offset, 2003), h.
67

12
perlu mendatangkan pula seorang konsultan. Kemudian pada jangka panjangnya, juga

diadakan pelatihan yang serupa sebagai follow up dari pelatihan yang pertama.

d. Menyusun Pernyataan Visi dan Prinsip sebagai Pedoman. Usaha yang pertama dalam TQM

adalah penyusunan visi organisasi dan pedoman operasi organisasi.

e. Menyusun Tujuan Umum. SC menyusun tujuan umum dari organisasi (perusahaan atau

sekolah) berdasarkan pernyataan visi yang telah ditetapkan.

f. Komunikasi dan Publikasi. Pemimpin puncak dan SC perlu mengkomunikasikan setiap

informasi mengenai visi dan misi, prinsip-prinsip sebagai pedoman, tujuan dan konsep

TQM.

g. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan. SC harus secara obyektif mengidentifikasi kekuatan

dan kelemahan organisasi. Ini sangat penting untuk mencari pendekatan terbaik dalam

pelaksanaan TQM dan bisa untuk menyoroti kekurangan-kekurangan yang harus

diperbaiki. Kemudian melakukan perbaikan-perbaikan strategis ke depannya.

h. Identifikasi Pendukung dan Penolak. Langkah ini di dorong dan bisa dilakukan bersamaan

dengan langkah identifikasi kelemahan dan kekuatan atau sesudahnya. Di sini, SC

mengidentifikasi orang-orang kunci yang mungkin menjadi penolak dan pendukung TQM.

Terutama untuk anggota penolak TQM, ini dimungkinkan terjadi, karena ada kemungkinan

orang tersebut belum paham dan siap dengan konsep TQM yang telah dijalankan. Dalam

hal ini perlu dicari akar permasalahannya dan diadakan langkah-langkah untuk

meminimalisirnya.

i. Memperkirakan Sikap Karyawan. Dengan bantuan personalia atau konsultan luar, SC perlu

berusaha memperkirakan sikap karyawan pada saat ini. Pimpinan perlu memberikan

judgment yang obyektif. Jika itu sudah dilakukan, akan dapat diketahui apakah TQM

berjalan atau tidak.

13
j. Mengukur Kepuasan Pelanggan. SC perlu berusaha mendapatkan umpan balik obyektif

dari para pelanggan guna menentukan tingkat kepuasan mereka. Survai kepada pelanggan

sebaiknya dilakukan secara acak.

2. Fase Perencanaan

Dalam fase ini ada empat (4) langkah yang harus dijalani secara sistematis. Karena

semuanya membentuk sistem yang saling mempengaruhi. Adapun langkah-langkahnya adalah:

a. Merencanakan pendekatan implementasi, kemudian menggunakan siklus PDCA (Plan –

Do – Check – Adjust). Pada langkah ini, SC merencanakan implementasi TQM. Langkah

ini bersifat terus-menerus, karena pada saat aktivitas pembelajaran berlangsung, informasi–

informasi umpan balik akan dikembalikan pada langkah ini untuk melakukan perbaikan,

penyesuaian, dan sebagainya.

b. Identifikasi Proyek. SC bertanggung jawab untuk memilih proyek atau program kegiatan

awal TQM, yang didasarkan pada kekuatan dan kelemahan perusahaan, personil yang

terlibat, visi dan tujuan, dan kemungkinan keberhasilannya.

c. Komposisi Tim. Steering Committee membentuk komposisi tim-tim yang akan

melaksanakan program TQM tersebut.

d. Pelatihan Tim. Sebelum tim yang baru terbentuk untuk melaksanakan tugasnya, mareka

harus dilatih terlebih dahulu. Pelatihan yang diberikan harus mencakup dasar-dasar TQM

dan instrumen yang sesuai untuk melaksanakan program kegiatan yang akan mereka

laksanakan.

3. Fase Pelaksanaan

Penggiatan Tim. Steering Committee memberikan bimbingan kepada setiap tim dan

mengaktifkan mereka. Masing-masing tim menggunakan teknik TQM yang telah mereka

pelajari. Mereka menggunakan siklus Plan-DO-Check-Action sebagai model proses TQM.

14
a. Umpan Balik Kepada Steering Committee. Masing-masing tim memberikan informasi

umpan balik dari pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal. Survai formal

pelanggan perlu dilakukan setiap tahun. Data yang diperoleh mengenai kepuasan

pelanggan dikumpulkan dan diproses secara berkesinambungan.

b. Umpan balik dari Karyawan. Setiap tim yang berada di bawah kontrol SC secara periodik

memantau sikap dan kepuasan karyawan yang ada dibawahnya. Kemudian mengadakan

komunikasi intensif dengan steering committee.

c. Memodifikasi Infrastruktur. Umpan balik yang diperoleh dari langkah-langkah di atas (dari

tim proyek, pelanggan dan karyawan) akan dijadikan dasar oleh steering committee untuk

melakukan perubahan yang diperlukan dalam infrastruktur lembaga pendidikan.

Kemudian pada tataran praktis, implementasi dari konsep teoretis di atas dapat dikembangkan

dalam konteks lembaga pendidikan. Kadang-kadang, terjadi kesulitan ketika menerapkan

konsep TQM yang memang dari awalnya berasal dari dunia bisnis perusahaan. Oleh karena

itu, Edward Sallis memberikan langkah-langkah yang sangat bermanfaat bagi pengelola

pendidikan untuk dapat mengimplemantasikan konsep tersebut dalam sebuah lembaga

pendidikan. Adapun langkah-langkahnya antara lain sebagai berikut:16

a. Kepemimpinan dan komitmen mutu harus datang dari atas. Seluruh tokoh mutu

menekankan bahwa tanpa dukungan dari manajemen senior, maka sebuah inisiatif mutu

tidak akan bertahan hidup. Kepala sekolah harus menunjukkan komitmen yang kuat dan

selalu memotivasi supervisor lainnya agar selalu berupaya keras dan serius dalam

meningkatkan mutu ini.

b. Menggembirakan pelanggan adalah tujuan TQM. Hal ini dapat dicapai dengan usaha yang

terus-menerus untuk mencapai tujuan pelanggan, baik eksternal maupun internal.

16
Edward Sallis, Total Quality Management in Education, Manajemen Mutu Pendidikan (Yogyakarta :
Ircisod, 2012), h. 245-253

15
Kemudian pandangan dari orang yang tidak bergabung di institusi juga dikumpulkan.

Informasi dari konsultasi ini harus disusun dan di analisis kemudian digunakan ketika

membuat keputusan. Menunjuk fasilitator mutu. Fasilitator mutu harus menyampaikan

perkembangan mutu langsung kepada kepala sekolah. Tanggung jawab fasilitator adalah

mempublikasikan program dan memimpin kelompok pengendali mutu dalam

mengembangkan program mutu.

c. Membentuk kelompok pengendali mutu. Kelompok ini harus merepresentasikan perhatian-

perhatian kunci dan harus merupakan representasi dari tim manajemen senior. Perannya

adalah untuk mengarahkan dan mendorong proses peningkatan mutu. Ia adalah

pengembang ide sekaligus inisiator proyek.

d. Menunjuk koordinator mutu. Dalam setiap inisiatif dibutuhkan orang-orang yang memiliki

waktu untuk melatih dan menasehati orang-orang lain. Koordinator tidak mengerjakan

seluruh proyek mutu. Perannya adalah untuk membantu dan membimbing tim dalam

menemukan cara baru dalam menangani dan memecahkan masalah.

e. Mengadakan seminar manajemen senior untuk mengevaluasi program. Pelatihan khusus

dalam pendekatan strategis terhadap mutu mungkin dibutuhkan. Hal itu dikarenakan

mereka perlu memberi contoh pada tim dalam memajukan institusi.

f. Menganalisa dan mendiagnosa situasi yang ada. Proses ini tidak bisa diremehkan, karena

ia sangat menentukan seluruh proses mutu. Seluruh institusi perlu menjelaskan di mana

posisinya dan mana arah yang mereka tuju.

g. Menggunakan contoh-contoh yang sudah berkembang di tempat lain. Ini bisa berupa

adaptasi dari salah satu “guru” mutu atau seorang tokoh pendidikan khusus atau yang

mengadaptasi pola (TQM) yang diterapkan di tempat lain untuk kemudian diambil sisi

positifnya dan bisa diterapkan di sekolah yang dipimpin.

16
h. Memperkerjakan konsultan eksternal. Langkah ini sangat baik dilakukan, terutama jika

ingin mencapai tingkat standar mutu internasional, semacam ISO. Akan tetapi biayanya

cenderung mahal, hanya sekolah yang dengan sumber dana memadai yang bisa melakukan

itu.

i. Memprakarsai pelatihan mutu bagi para staf. Pelatihan adalah tahap implementasi awal

yang sangat penting. Oleh karena itu setiap orang perlu dilatih dasar-dasar (TQM). Staf

membutuhkan pengetahuan tentang beberapa alat kunci yang mencakup tim kerja, metode

evaluasi, pemecahan masalah, dan teknik pembuatan keputusan.

j. Mengkomunikasikan pesan mutu. Strategi, relevansi dan keuntungan (TQM) harus

dikomunikasikan secara efektif. Program jangka panjang harus dirancang secara jelas. Staf

harus mendapatkan informasi atau laporan secara reguler melalui surat kabar atau jurnal.

k. Mengukur biaya mutu. Mengetahui biaya dalam implementasi program mutu merupakan

hal yang penting. Demikian juga dengan biaya pengabaian mutu. Biaya tersebut bias

muncul dari berkurangnya jumlah pendaftar, kegagalan murid, kerusakan reputasi dan

sebagainya. Pengujian terhadap biaya pengabaian mutu itu juga perlu dilakukan, agar di

satu sisi tetap berpegang pada program mutu, di sisi lain juga ada kontrol terhadap biaya

yang dikeluarkan.

l. Mengevaluasi program dalam interval yang teratur. Evaluasi teratur harus menjadi bagian

yang integral dalam program mutu. Evaluasi itu harus dilakukan enam bulan sekali secara

teratur dan hasil dari evaluasi itu benar-benar dijadikan bahan pertimbangan berjalannya

program selanjutnya.

Untuk melaksanakan suatu manajemen mutu terpadu perlu ada sebuah strategi yang akan

merancang operasionalisasinya. Proses perencanaan strategis dalam konteks pendidikan tidak

jauh berbeda dengan apa yang biasanya digunakan dalam dunia industri dan komersial.

Perencanaan strategis memungkinkan formulasi prioritas jangka panjang dan perubahan

17
institusional berdasarkan pertimbangan rasional. Sekolah harus mampu membuat analisis

tentang perencanaan strategis untuk selanjutnya menerapkan manajemen mutu terpadu (TQM)

dalam dunia pendidikan dengan berbagai tantangan dan peluang yang ada harus mampu

merumuskan perencanaan strategis untuk dapat menerapkan manajemen mutu yang baik dalam

menghasilkan lulusan yang berkualitas yang berawal dari proses pendidikan yang bermutu.

D. Manfaat Implementasi Total Qualitty Management

dalam Pendidikan Yang baru dalam perkembangan ilmu manajemen modern apalagi

pendidikan yang diselenggarakan oleh negara-negara yang sudah maju. Hal ini seiring dengan

apa yang dikatakan oleh Sallis sebagaimana yang dikutip oleh Syafaruddin bahwa gerakan

mutu yang intinya bertumpu pada pengejaran mutu, bukanlah hal yang baru. Adapun beberapa

manfaat mengimplementasikan Total Quality Management dalam dunia pendidikan adalah

berikut ini:

1. organisasi sekolah dan memberikan jalan atau arah bagi perubahan menuju kemajuan.

2. Menolong kita untuk bekerja sebagai teman dalam kelompok kerja bukan sebagai

musuh.

3. Mengupayakan suatu program yang akan mengusahakan bukan hanya penanganan satu

aspek saja dari pendidikan.

4. Meningkatkan partisipasi setiap orang yang terlibat dalam penyelenggaraan sekolah

dan usaha masyarakat perguruan atau sekolah.

5. Mengarahkan para orang tua dan pelajar-pelajar untuk membuat saran- saran untuk

memajukan keadaan sekolah.

6. Mengarahkan adanya pihak yang terkait yang bertanggungjawab dalam membuat

standar mutu pendidikan bagi sekolah.

18
7. Menjadikan sikap proaktif daripada bersikap reaktif terhadap sesuatu yang

mempengaruhi sekolah.

Sehubungan dengan manfaat implementasi TQM dalam pendidikan maka perlu diingat

bahwa dalam manajemen mutu terpadu dalam pendidikan harus menempatkan pelanggan dan

produk sebagai perhatian utama. Oleh karena itu perlunya pengembangan kurikulum secara

terus menerus berdasarkan kebutuhan masyarakat yang selalu berkembang. Hal ini tentu terkait

dengan apa sebenarnya pelanggan dan apa produk dalam manajemen mutu terpadu. Di mana

pelanggan utama pendidikan adalah peserta didik yang menerima pelayanan pendidikan dan

latihan, sedangkan produknya adalah peluang pembelajaran yang harus tercapai keperluan

yang elemennya adalah kurikulum dan sumber daya pembelajaran.17

17
Rasmi, “Peningkatan Mutu Dan Profil Lembaga Pendidikan Dalam Perspektif Total Quality
Management (TQM)”, Jurnal Al-Ta’dib, Vol . 7 No. 1 (Januari, 2014), h. 58-59

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Total Quality Managemen adalah Generalisasi Sistem Informasi Manajemen Pada

lembaga pendidikan yang merupakan kombinasi antara sumber daya manusia dan sumber

daya teknologi untuk memilih, menyimpan, atau mengolah dan mengambil kembali data

dalam rangka mendukung kembali proses pengambilan keputusan pada lembaga

pendidikan.

Dengan memanfaatkan Total Quality Managemen (TQM) dalam meningkatkan kualitas

baik secara sistematis yaitu dengan berbagai macam dimensi yang telah diaplikasikan

melalui TQM dalam Sistem Informasi Manajemen pendidikan.

Dengan adanya Total Quality Managemen dalam Sistem Informasi Manajemen pada

lembaga pendidikan, maka tercapai tujuan peningkatan kinerja lembaga pendidikan baik

dalam ruang lingkup peningkatan mutu pendidikan atau dalam aktivasi lembaga pendidikan

sehingga tercapai tujuan adanya kualitas, produktifitas dan profitabilitas dalam dunia

pendidikan.

Total Quality Management adalah Generalisasi Sistem Informasi Manajemen Pada

lembaga pendidikan yang merupakan kombinasi antara sumber daya manusia dan sumber

daya teknologi untuk memilih, menyimpan, atau mengolah dan mengambil kembali data

dalam rangka mendukung kembali proses pengambilan keputusan pada lembaga

pendidikan.

Pada lembaga pendidikan perlu adanya TQM. memanfaatkan Total Quality Managemen

(TQM) dalam meningkatkan kualitas secara sistematis yaitu dengan berbagai macam

20
dimensi yang telah diaplikasikan melalui TQM dalam Sistem Informasi Managemen

pendidikan.

Dengan adanya Total Quality Managemen dalam Sistem Informasi Managemen pada

lembaga pendidikan, maka tercapai tujuan peningkatan kinerja lembaga pendidikan baik

dalam ruang lingkup peningkatan mutu pendidikan atau dalam aktivasi lembaga pendidikan

sehingga tercapai tujuan adanya kualitas, produktifitas dan profitabilitas dalam dunia

pendidikan.

B. Saran

Dari pembahasan di atas, penulis menyadari bahwa makalah di atas masih belum

sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran dari pembaca sekalian agar

penulis bisa memperbaiki kesalahan. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M dan Barnawi, 2012, Manajemen Sarana Prasarana Sekolah, Yogyakarta : Ar


Russ Media

Bungin, Burhan, 2010, Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : Kencana

Diana, Anastasia dan Fandy Tjiptono, 2003, Total Quality Management, Yogyakarta : Andi
Offset

Fatah, Nanang, 2001, Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya

Hasbi, Indra, Manajemen Mutu Terpadu Dalam Perspektif Pendidikan Islam, Jurnal
Pendidikan Islam

Munifah, 2009, Manajemen Pendidikan, Kediri : STAIN Kediri Press

Muniroh, Jauharotul, 2017, “Manajemen Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Madrasah

Aliyah Kota Yogyakarta, Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan, Vol. 5 No. 2

Mustari, Muhammad, 2014, Manajemen Pendidikan, Jakarta : Rajawali Pers

Prau, 1989, TQM Memberi Perusahaan Cara Untuk Meningkatkan Posisi.

Rasmi, 2014, Peningkatan Mutu dan Profil Lembaga Pendidikan Dalam Perspektif Total
Quality Management (TPQ), Jurnal Al-Ta’dib Vol. 7 No. 1

Saleh, Abdul Rachman, 2004, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa Visi Misi Aksi,
Jakarta : Raja Grafindo Persada

Sallis, Edward, 2006, Total Quality Management In Education, Manajemen Mutu


Pendidikan, Yogyakarta : Ircisod

Sumuntiras, Zaire M, 1991, Tautan Penjualan Dalam Rantai Pelanggan Pemasok,


Produktivitas, Vol 32. No. 3

Triwiyanto, Teguh, 2015, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta :Bumi Aksara

Usman, Husaini, 2006, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta : Bumi
Aksara

22

Anda mungkin juga menyukai