OLEH:
UNTUNG
0001.03.50.2022
PROGRAM PASCASARJANA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
melakukan pemenuhan pada aspek input dan output saja, namun yang lebih
mengajar dan proses monitoring dan evaluasi deengan catatan bahwa proses
kuantitas guru, kurikulum dan sarana fisik dan fasilitasnya. Sebagai lingkaran
setan dimana posisi sekolah berada dalam sebuah problem yang bersifat casual
dan peminat kurang, demikian seterusnya berputar bagai lingkaran setan. Dan
yang lebih ironis lagi jika selalu terjadi rebutan jabatan, tidak mau di pimpin,
dan sifatnya selalu ingin memimpin, egois selalu ingin menang sendiri, walau
pendidikan Islam.1
1
Amrullah Aziz, Peningkatan mutu Pendidikan, (Jurnal Studi Islam, 2015): h. 1-13.
Olehnya itu, dalam rangka menjaga, meningkatkan dan
menyeluruh atau total atau terpadu, sehingga lahirlah konsep Total Quality
Pendidikan meski pada mulanya konsep ini berasal dari dunia industri atau
bidang Pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
Pendidikan?
saat ini?
BAB II
PEMBAHASAN
Manajemen Mutu Terpadu (selanjutnya disebut MMT). Berikut ini tiga pengertian
dari sekian banyak yang dideskripsikan dari penulis MMT. Pengertian yang
pertama dan kedua adalah pengertian MMT di bidang bisnis, sedangkan pengertian
yang ketiga adalah pengertian MMT yang ditulis oleh Edward Sallis dalam
pelanggan”.2
Ketiga, Sallis mendifinisikan: “MMT adalah falsafah dan metode yang membantu
2
Sutarto Hp, Manajemen Mutu Terpadu – Teori dan Penerapan di Lembaga Pendidikan, (Yogyakarta
: UNY Press, 2015), h. 1.
3
Sallis E., Total Quality Management in Education, (London: Kogan Page Ltd, 2002), h. 9.
B. SEJARAH PERKEMBANGAN MANAJEMEN MUTU TERPADU
Dunia ke II, Amerika dan sekutu menurut Marshall Plan (Perjanjian Dunia),
Eisen Hower mengutus banyak ahli manajemen mutu untuk berangkat ke Jepang
dan salah satunya adalah Edward Deming. Keberhasilan Deming dan kawan-
sekutu Amerika seperti Inggris dan Perancis dan juga negara-negara di Asia, seperti
Singapura. Saat ini manajemen kontemporer ini sudah dipelajari di banyak negara.4
keterlibatan dalam tim dan kontribusi dalam rantai proses produksi atau jasa guna
budaya mutu bagi semua pihak di organisasi dengan berpegang pada prinsip
4
Loc.cit. h.9.
Sallis dalam terjemahan Ahmad A. Riyadi (2007, 163) mendeskripsikan ada
19 perbedaan karakteristik antara institusi yang menganut MMT dan institusi yang
1. Fokus Pelanggan
arah mutu produk/jasa ditujukan. Hal ini berlaku untuk pelanggan eksternal maupun
diharapkan.
2. Obsesi Mutu
Dalam seting MMT, pelanggan eksternal dan internal adalah penentu mutu.
Dengan mutu yang tertentu tersebut, institusi harus berobsesi untuk memenuhi
bahkan melampaui standar mutu yang ditentukan tersebut. Ini artinya semua
individu di institusi pada semua level melakukan tugas dan kewajiban masing-
masing dan berupaya bagaimana dapat bekerja lebih baik. Ketika institusi terobsesi
dengan mutu maka mereka akan bersemboyan: “good enough is never good
enough”.
3. Pendekatan Ilmiah
Dalam penerapan MMT biasanya MMT merupakan hal yang baru, sehingga hal
dan pemberdayaan untuk mampu menerapkan MMT. Semua upaya ini memang
merupakan hal utama dan penting, tetapi belum cukup. Hal lain yang penting dalam
dikumpulkan data dan informasi kinerja institusi, dianalisis, dan disimpulkan yang
seminar atau mendapat saran dari staf sering gagal dalam menerapkan model
“falsafah” kerja yang memerlukan perubahan budaya baru dari seluruh organisasi.
5. Kerja tim
untuk meningkatkan daya saing. Namun hal ini justru merugikan organisasi dalam
MMT membangun kerja tim antar departemen, kemitraan juga dibangun dengan
sebagai pelanggan.
sedemikian pula sehingga dapat dihasilkan produk/jasa dengan mutu yang terbaik.
Lingkungan yang dirancang tersebut adalah bagian dari satu sistim yang harus
7. PendidikandanPelatihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan hal yang esensial dalam MMT karena
hal ini merupakan cara peningkatan karyawan selaras dengan prinsip peningkatan
mereka menjadi karyawan yang cerdas, terampil, dan mempunyai semangat bekerja
yang tinggi.
8. Kebebasan yang Terkendali
adalah salah satu cara pemberdayaan. Hal ini juga menumbuhkan rasa memiliki
9. KesatuanTujuan
maksimum dengan gaji yang seminimum mungkin agar biaya produksi menjadi
berharap jam kerja yang minimum, fasilitas dengan kompensasi dan gaji yang
tinggi. Dalam seting MMT, perselisihan ini harus dikompromikan, organisasi harus
mengupayakan segala daya dan upaya secara total untuk membangun kesatuan
keputusan. Pertama, keputusan menjadi lebih baik karena lebih banyak individu
terlibat di dalamnya. Hal ini tentu harus simultan diimbangi dengan peningkatan
MMT adalah suatu filosofi dan sistem untuk terus meningkatkan layanan
secara global akan menjadi institusi dan bisnis yang non-kompetitif. Keadaan non-
kompetitif ini dapat diatasi manakala warga negara atau institusi tersebut menjadi
maupun internalnya.
pendidikan.
5
Loc.cit. h. 12-20.
3. Mendorong lingkungan belajar yang menggembirakan dan menantang
Sekolah atau perguruan tinggi yang menganut MMT, tim mutu dan individu
never good enough” atau cukup baik adalah tidak pernah cukup. Berikut elemen
apapun status mereka, posisi atau peran mereka adalah menejer di bidangnya
masing-masing. Ini artinya semua individu dalam organisasi baik manajer maupun
pelanggan/klien utamanya yang dalam konteks sekolah dalah siswa. Untuk itu
MMT dapat menjadi model menejemen pilihan untuk merealisasi anjuran di atas.
Secara umum cara terbaik untuk memulai adalah mengenalkan MMT kepada
warga organisasi oleh orang yang memahami (kalau dapat ahli/konsultan) yang
b. Membangun komitmen yang jelas dari dewan sekolah, pengawas, dan kepala
Komite Pengarah Peningkatan Mutu (relevan ajaran MMT nomor 10) yang ada di
atas pertanyaan ini - Apakah sekolah memiliki pernyataan misi yang jelas, berfokus
pada klien, dan memfungsikan divisi dan /atau departemen untuk menerjemahkan
mengajar Bahasa Indonesia secara rinci dibidangnya, Guru IPA fokus berat pada
siswa mulai untuk melihat bahwa belajar bahasa Indonesia sebatas pada teori saja
diinginkan siswa mempelajari cabang ilmu pada sampai tataran aplikasi, maka
guru/staf yang mereka awasi.Tim gabungan antar departemen dapat mengatasi ini
termotivasi dan peningkatan mutu dapat dicapai. Jika tidak, MMT akan mengalami
Ketiga hal di atas adalah tindakan dukungan yang sangat kritis diperlukan.
Jika administrator dan supervisor “tidak” memenuhi ketiga hal di atas dengan baik,
maka tugas tim peningkatan mutu dapat gagal dan hal ini berarti karena
“kelemahan sistem” yang masih terjebak pada hirarkhi dan tidak mengoptimalkan
“kerja tim”.
Evaluasi
yang menghasilkan ketakutan dan mematikan inisiatif. Anggota staf fokus untuk
melakukan apa pun yang membuat asal bos senang (ABS). Namun, bila tim
peningkatan mutu diberdayakan, diberikan kesempatan untuk menjadi ahli dan
/atau menggunakan tenaga ahli, yang memadai akan menghasilkan semangat dan
dengan dana dan waktu. Tim berfungsi terbaik jika anggota tim diberi pemahaman
dan wewenang untuk membuat keputusan. Setiap Dinas Pendidikan dan sekolah
harus merumuskan dan melaksanakan tujuan peningkatan mutu dan fokus yang
(PBM) mengikuti urutan: Rencanakan => Ajarkan => Ujikan. Guru biasanya
menggunakan kurva normal untuk membenarkan fakta bahwa banyak siswa gagal
untuk belajar pada tingkat tertinggi. Dalam pendekatan MMT urutan PBM yang
untuk memastikan siswa memahami materi pembelajaran, bila ada siswa yang
belum menguasasi (master) maka perlu remidi atau pengajaran ulang dengan
beberapa cara atau gaya yang berbeda. Bisa jadi remidi pengajaran dapat diulang
lebih dari sekali. Sementara itu siswa yang telah menguasai materi pembelajaran
meupakan juga ajaran dasar dari proses MMT. Perlu menjadi perhatian bahwa
pengukuran adalah kagiatan sangat penting dalam langkah yang diberi tanda **
dari siklus ini (3 dan 5). Sebagai contoh, seorang guru mengajar praktek di bengkel
las akan menggunakan alat bantu komputer, maka ia dapat melakukan percobaan
dan 5 (ujian) dan data hasil pengukuran ini diplot dalam sebuah diagram pencar
PBM yang akan datang perlu dirancang kembali sesuai analisis data yang ditemuan
sehingga diperoleh rancangan PDCA yang baru. Manajemen berbasis data hasil
MMT
sangat esensial dari sekolah dalam upaya sadar menyiapkan lulusannya untuk
secara terpisah, yang penting adalah siswa harus sampai pada tahapan
melaksanakan (Do) tidak hanya sekedar belajar teori dan bila berhasil akan
Teacher” menawarkan cetak biru yang sangat baik untuk implementasi MMT di
kelas dalam konteks sensitivitas hubungan antar manusia yang mendalam. Juga,
hubungan antar tim dengan manajemen dan warga sekolah, antar anggota tim
simpati dan empati sesuai dengan prinsip partisipasi membantu semua warga
sekolah.
MMT dan
b. Gunakan saran dari konsultan dan/atau dari sekolah yang telah berhasil
Hasi penelitian terkait Penerapan Manajemen Mutu Terpadu saat ini dapat
hambatan dalam budaya kerja, unjuk kerja dari guru dan karyawan
6
Loc.cit. h.10-15
7
Sarmono, Anne, Achmad Supriyanto, and Agus Timan, Penerapan Manajemen Mutu Terpadu Pada
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Internal, (JAMP: Jurnal Administrasi Dan Manajemen Pendidikan 3.1,
2020), h. 38-51.
sangat mempengaruhi. Tidak perlu dipungkiri bahwa budaya kerja,
unjuk kerja dan disiplin pegawai negeri sipil di negara kita ini sangat
pendidikan.8
periode satu tahunan. Siklus SPMI terdiri atas tujuh langkah atau
8
Ulil Albab, Perencanaan Pendidikan dalam Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan Islam, (Jurnal
Pancar (Pendidik Anak cerdas dan Pintar) 5.1 2021), h. 119-126.
ken-dala: menyediakan tenaga yang expertdi bidang penjaminan
meminta masukan dari para auditor, dari pimpinan fakultas dan prodi
International OrganizationforStandar-dization(ISO),menerapkan
9
Ahmad Sulaiman dan Udik Budi Wibowo, Implementasi sistem penjaminan mutu internal Sebagai
upaya meningkatkan mutu pendidikan di Universitas Gadjah Mada, (Jurnal Akuntabilitas Manajemen
Pendidikan 4.1, 2016) h. 17-32.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
lanjut.
faktor pendukung yang sekaligus diwaktu bersamaan juga menjadi kendala. Untuk
Internal.
B. SARAN
Makalah ini disusun berdasarkan hasil bacaan penulis dari beberapa buku
yang sebagian besarnya menjadi referensi dari makalah ini. Karena minim
referensi, penulis makalah ini tentu sangat meyarankan kepada para pembaca untuk
menambah referensi bacaanya diluar makalah ini. Penulis dengan lapang hati
bersifat terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca utamanya dari
Muslim Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
E. Sallis, 2002, Total Quality Management in Education, London: Kogan Page Ltd.
Hp. Sutarto, 2015, Manajemen Mutu Terpadu – Teori dan Penerapan di Lembaga
Pendidikan, Yogyakarta : UNY Press.