Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ISU-ISU KONTEMPORER MANAJEMEN MUTU DI DUNIA


PENDIDIKAN ISLAM

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Mutu Pendidikan”

Dosen Pengampu:

Dr. Abdul Malik Karim Amrullah, M.Pd.I

Disusun oleh:

Khalifatunnisa: 22010600011

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MMPI)


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT. yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah dengan judul “Isu-Isu Kontemporer Manajemen
Mutu di Dunia Pendidikan Islam”. Tidak lupa kami ucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi serta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca yang kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 11 Maret 2023

Penyusun

ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
BAB I ..................................................................................................................... iv
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A Latar Belakang.......................................................................................... 1
B Rumusan Masalah .................................................................................... 3
C Tujuan ....................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................... 5
A Potret Manajemen Mutu dalam Menghadapi Tantangan Global ............. 5
B Isu-Isu Kontemporer dalam Pendidikan Islam ......................................... 9
C Arah Kebijakan Pendidikan Islam .......................................................... 14
D Strategi Lembaga Islam dalam Menghadapi Tantangan Global ........... 15
BAB III ................................................................................................................. 18
KESIMPULAN.................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan sarana yang sangat strategis dalam melestarikan
sistem nilai yang berkembang dalam kehidupan. Pekerja intelektual menjadi
pelaku utama dalam meningkatkan produktivitas di dalamnya dan
pengetahuan menjadi sumber utama. Mengakses ke persatuan Eropa untuk
sistem pendidikan Indonesia berarti tantangan baru yaitu perolehan Mutu,
pengelolaan, mobilitas, dan respons yang lebih baik terhadap persyaratan dan
perubahan. Manajemen juga merupakan proses, terdiri atas kegiatan-kegiatan
dalam upaya mencapai tujuan secara efisien.1 Pengelolaan di sekolah
mendorong terwujudnyanya fleksibilitas atau keluwesan-keluwesan kepada
sekolah, dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru,
siswa, kepala sekolah, dan karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh
masyarakat, ilmuan, pengusaha dan sebagainya), untuk meningkatkan mutu
sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Mewujudkan mutu pendidikan dan memberikan pelayanan yang
memuaskan pelanggan bukanlah pekerjaan yang mudah dan membutuhkan
tahapan juga proses yang berkelanjutan. Lembaga pendidikan dikatakan
bermutu apabila mampu memberi layanan sesuai atau bahkan melebihi
harapan guru, karyawan, peserta didik, dan utamanya pihak-pihak lain yang
terkait, seperti orang tua, penyandang dana, pemerintah atau dunia kerja
sebagai pengguna lulusan.2 Untuk memberikan jaminan terahadap mutu,
lembaga pendidikan harus melalukan pengelolaan lembaga yang berorientasi
pada mutu. Mutu pendidikan perlu dikelola dengan tertib dan continue atau
sustainable agar membawa hasil yang memuaskan. Maka diperlukan
manajemen mutu pendidikan.

1
Susilo Surahman, “Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan Islam Menuju Era Society
5.0,” Journal On Teacher Education 3, no. 2 (2022): 170–82.
2
Aisyah Nabila, “Konsepsi Manajemen, Manajemen Mutu, Dan Manajemen Mutu
Pendidikan,” Journal Ability : Journal of Education and Social Analysis 3, no. 1 (2022): 56–63.

1
Meningkatkan mutu lembaga pendidikan demi tercapainya tujuan dan
keberhasilan pendidikan nasional tentu bukanlah perkara yang mudah. Upaya
ini harus benar-benar mendapatkan dukungan sepenuhnya dari berbagai
pihak, agar dalam proses pelaksanaannya tidak tersendat-sendat dan
keberhasilan dapat dicapai dengan mudah. Berbagai partisipasi dari seluruh
elemen terkait pun sangat diperlukan, dalam hal ini ialah pemerintah, warga
sekolah, orang tua siswa, tokoh agama dan seluruh tokoh masyarakat lah yang
harus berperan aktif dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan melalui
kerja sama yang solid.3 Partisipasi mereka sangat dibutuhkan dan
menentukan, serta mendukung upaya peningkatan mutu lembaga pendidikan
di negara ini. Peran aktif dan partisipasi mereka di antaranya adalah proses
penentuan, penataan dan pengaplikasian manajemen yang digunakan dalam
sebuah lembaga pendidikan. Demi meningkatkan mutu lembaga pendidikan,
hal yang tidak boleh diabaikan adalah manajemen yang digunakan. Dan di
sinilah peran-peran stake holders serta share holders sangat menentukan.
Dalam sebuah lembaga pendidikan, manajemen mempunyai tempat
yang penting. Manajemen mutu dalam pelaksanaannya menuntut keterlibatan
secara aktif semua anggota organisasi, mulai dari perencanaan, pengendalian
dan perbaikan dan pengembangan, serta ditujukan kepada semua aktivitas
yang terjadi dalam organisasi. Menurut Stonner manajemen adalah proses
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan
anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk
mencapai sasaran organisasi yang sudah ditetapkan.4
Pengertian tersebut memberi makna bahwa manajemen merupakan
serangkaian kegiatan yang memiliki fungsi merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakan, mengendalikan dan mengembangkan
untuk mencapai suatu tujuan. Mutu mempunyai pengertian yang sangat

3
Ahmad Gunawan, “Pengembangan Manajemen Mutu Madrasah Dalam Meningkatkan
Mutu Lulusan Di Madrasah,” Al-Afkar, Journal For Islamic Studies 5, no. 4 (2022): 298–305,
https://doi.org/10.31943/afkarjournal.v5i4.382.
4
Slamet Sholeh, “ISU-ISU KONTEMPORER PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
ISLAM,” Jurnal Wahana Karya Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika 4, no. 2 (2020): 722–36.
2
beragam. Seiring waktu, konsep mutu semakin berkembang, pada saat
sekarang ini pengertian konsep mutu lebih luas daripada sekedar aktivitas
industri. Pengertian modern dari konsep mutu adalah membangun sistem
kualitas yang modern, yang memiliki ciri: berorientasi pada pelanggan dan
adanya partisifasi aktif dari semua personil.5
Pada kesempatan ini, lembaga pendidikan Islam harus mampu merubah
paradigma baru pendidikan yang berorientasi pada mutu semua aktifitas yang
berinteraksi di dalamnya, seluruhnya mengarah pencapaian pada mutu.
Dalam upaya peningkatan SDM, peranan pendidikan sangat signifikan. Oleh
karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional untuk memfokuskan
peningkatan mutu pendidikan.6 Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada
madrasah yang bermutu, dan madrasah yang bermutu akan menghasilkan
SDM yang bermutu pula. Begitu juga dalam dimensi pendidikan Islam
manajemen telah menjadi sebuah istilah yang tak dapat dihindari demi
tercapainya suatu tujuan. Untuk mencapai tujuannya, maka pendidikan Islam
mesti dan harus mempunyai manajemen yang baik dan terarah.

5
Masduki Ahamad, Manajemen Mutu Pendidikan, ed. Henny Rochimah and Novita Sari,
1st ed. (Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, 2021).
6
MUSTAQIM HASAN et al., “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan Di SMP IT Wahdatul Ummah Kota Metro,” An Naba: Jurnal
Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam 5, no. 2 (2022): 34–54,
https://doi.org/10.51614/annaba.v5i2.156.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penyusun mengidentifikasi
rumusan masalah sebagaimana berikut:
1. Bagaimana Potret Manajemen Mutu Pendidikan dalam Menghadapi
Tantangan Global?
2. Apa saja Isu-Isu Kontemporer dalam Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Arah Kebijakan Pendidikan Islam?
4. Bagaimana Strategi Lembaga Pendidikan Islam dalam Menghadapi
Tantangan Global?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Potret Manajemen Mutu Pendidikan dalam
Menghadapi Tantangan Global
2. Untuk Mengetahui Isu-Isu Kontemporer dalam Pendidikan Islam
3. Untuk Mengetahui Arah Kebijakan Pendidikan Islam
4. Untuk Mengetahui Strategi Lembaga Pendidikan Islam dalam
Menghadapi Tantangan Global

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Potret Manajemen Mutu Pendidikan dalam Menghadapi Tantangan
Global
Globalisasi merupakan suatu kondisi dimana dunia mengalami
penyebarluasan informasi, teknologi dan pemanfaatannya dengan persaingan
dalam berbagai kegiatan untuk semua orang dan bangsa. Oleh karena itu
merupakan kewajiban bagi setiap manusia Indonesia untuk membangun
7
kualitas manajemen mutu pendidikan itu sendiri dalam menghadapi global.
Tantangan memang tidak mudah, tapi akan terbalik jika dilakukan secara
bersama-sama oleh berbagai pihak, terutama pimpinan yang berkomitmen,
memiliki visi untuk masa depan yang kredibel (kredibel karena kejujuran dan
komitmen untuk diri mereka sendiri dan institusi), memiliki upaya besar
untuk mewujudkan visi dan misinya, akseptabilitas dan akuntabilitas
(menerima bawahan dan mempertanggungjawabkan kepemimpinannya),
terampil secara konseptual (menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi),
sosial (mampu) untuk hang out dan memiliki jaringan atau networking yang
luas), dan teknis (agar lebih berwibawa dan tidak terkecoh bawahannya).8
Selain itu globalisasi merupakan proses intergrasi internasional yang
terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek
kebudayaan lainya. Kemajuan infrastuktur transportasi dan telekomunikasi,
merupakan salah satu factor utama dalam globalisasi yang semakin
mendorong saling ketergantungan(interdependesi)ekonomi dan budaya.
Sehingga globalisasi merupakan pemadatan dunia dan permerkayaan
kesadaran dunia secara keseluruhan. Globalisasi mempunyai dampak positif
dan negatif, dampak positif yang ditimbulkan oleh globalisasi diantaranya
adalah: Perubahan tata nilai dan sikap, adanya modernisasi dan globalisasi

7
Niken Ristianah and Toha Ma’sum, “Konsep Manajemen Mutu Pendidikan,” Tabyin:
Jurnal Pendidikan Islam 04, no. 01 (2022): 45–55, http://e-journal.stai-iu.ac.id/index.php/tabyin.
8
A Purwanto et al., “Meningkatkan Kepemimpinan Efektif Dan Manajemen Mutu
Pendidikan Dalam Menghadapi Tantangan Global,” Journal of Information Systems and
Management 02, no. 01 (2022): 1–7,
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=4152231.
5
dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang
semua irasional menjadi rasional. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk
berpikir lebih maju. Tingkat kehidupan yang lebih baik, dibukanya industri
yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih
merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan
taraf hidup masyarakat).9 Namun beberapa dampak negatif sebagai akibat
dari globalisasi diantaranya adalah: Pola hidup konsumtif, perkembangan
industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat
melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi
barang dengan banyak pilihan yang ada, jika hal semacam ini tidak terkontrol
maka bukan tidak mungkin pola hidup konsumtif menjadi keniscayaan. Sikap
individualistik, masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitas. Gaya hidup kebarat-baratan, tidak semua budaya barat baik dan
cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya
asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja,
dan lain-lain. Kesenjangan sosial, apabila dalam suatu komunitas masyarakat
hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan
globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan
individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.10
Maka dapat ditelaah lebih jauh potret global dalam komponen
pendidikan untuk mengatasinya tentu mutu atau kualitas akan menjadi salah
satu acuan, dan disadari bahwa dua hal terpenting yang mempengaruhi
kualitas pendidikan adalah kepemimpinan dan mutu manajemen. Eksistensi
lembaga pendidikan akan dapat terselenggara dan berjalan secara maksimal

9
M S Hijratullah, “Isu-Isu Pada Pendidikan Islam,” Leaderia: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 5, no. 2 (2022): 30–36,
http://publikasipips.ulm.ac.id/index.php/tmkm/article/view/427%0Ahttp://publikasipips.ulm.ac.id/i
ndex.php/tmkm/article/download/427/91.
10
M. Nur Lukman Irawan et al., “Strategi Lembaga Pendidikan Islam Dalam Menjawab
Tantangan Pendidikan Kontemporer” 4, no. 6 (2022): 1349–58.
6
dalam menghadapi persaingan di masa yang akan datang melalui perbaikan
secara terus menerus atas jasa, manusia, produk dan lingkungan.
Manajemen mutu merupakan suatu cara dalam mengelola suatu
organisasi yang bersifat komprehensif dan terintegrasi yang diarahkan dalam
rangka memenuhi kebutuhan pelanggan secara konsisten dan mencapai
peningkatan secara terus menerus dalam setiap aspek aktivitas organisasi.
Selain itu manajemen mutu juga sebagai prosedur proses untuk memperbaiki
kinerja dan meningkatkan mutu kerja dengan menekankan pada penjaminan
proses agar produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar mutu. Konsep
manajemen mutu dalam lembaga pendidikan adalah cara mengelola seluruh
sumber daya pendidikan agar menghasilkan layanan pendidikan yang sesuai
atau bahkan melampaui kebutuhan pelanggan.11 Dalam proses
pengimplementasian manajemen mutu pendidikan diperlukan strategi dasar
agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai sesuai dengan sasaran mutu yang
telah ditetapkan. Selanjutnya menurut Goetsch dan David menyebutkan
definisi kualitas yang diterima secara umum menyangkut elemen-elemen
berikut:
1. Mempertemukan harapan pelanggan (customer).
2. Menyangkut aspek produk, servis, orang, proses dan lingkungan.
3. Kriteria yang selalu berkembang yang berarti bahwa sebuah produk
sekarang berkualitas, tetapi di lain waktu mungkin tidak lagi berkualitas.
Jadi kualitas merupakan sesuatu yang dinamis yang selalu diasosiasikan
dengan produk, servis, orang, proses dan lingkungan.
Prinsipnya bahwa komitmen yang harus dibangun dalam setiap diri
kualitas adalah pemahaman bahwa:12

11
Paulina Agustin and Anne Effane, “Model Pengembangan Peningkatan Mutu Pendidikan
Dan Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah,” Karimah Tauhid 1, no. 6 (2022): 903–7.
12
Dadang Wahyudin, Ujang Cepi Barlian, and Sri Handayani, “Manajemen Penyelarasan
Kurikulum Kursus Dan Pelatihan Operator Mesin Jahit Industri Garmen Dalam Meningkatkan
Mutu Peserta Didik Di Lembaga Kursus Dan Pelatihan (LKP) Dress Making Kota Cimahi Dan
LKP Karya Mandiri Kabupaten Bandung,” JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 5, no. 4 (2022):
1059–68, https://doi.org/10.54371/jiip.v4i5.505.
7
1. Kualitas merupakan kunci ke arah program yang berhasil. Kurang
perhatian terhadap kualitas akan mengakibatkan kegagalan dalam jangka
panjang.
2. Perbaikan-perbaikan kualitas menuntut komitmen manajemen
sepenuhnya untuk dapat berhasil.
3. Perbaikan kualitas adalah kerja keras. Tidak ada jalan pintas atau
perbaikan cepat. Menuntut perbaikan budaya bagi organisasi secara
keseluruhan.
4. Perbaikan kualitas menuntut banyak pelatihan.
5. Perbaikan kualitas menuntut keterlibatan semua karyawan secara aktif
dan komitmen mutlak dari semua manajemen.
Konsep kualitas dalam pengelolaan lembaga pendidikan seharusnya
benar-benar tanggap dan konsisten terhadap kualitas, baik kualitas
manajemen yang dilihat dari proses maupun kualitas kegiatan-kegiatan
pendidikan dan produk pelayanan jasa pendidikan. Manajemen mutu
pendidikan dapat dinyatakan sebagai karakteristik yang harus dipelihara
secara kontinu guna memenuhi kebutuhan dan kemauan pelanggan atau
masyarakat. Tujuan dari manajemen mutu pendidikan adalah:13
1. Untuk memelihara dan meningkatkan kualitas secara berkelanjutan
(sustainable) yang dijalankan secara sistemik untuk memenuhi kebutuhan
stakeholders. Pencapaian ini membutuhkan sebuah manajemen yang
efektif agar tujuan tersebut tidak mengecewakan bagi para pelanggan atau
masyarakat. Karena itu lembaga pendidikan harus mengambil peran aktif
mewujudkan keinginan stakeholders.
2. Memperoleh masukan agar konsep manajemen ini dapat
diimplementasikan dengan mudah dan sesuai dengan kondisi lingkungan
Indonesia yang memiliki keragaman kultul, sosial ekonomi masyarakat
dan kompleksitas geografis.

13
Ibar Adi Permana and Jajat Sudrajat, “Pengelolaan Manajemen Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Mutu Pendidikan,” JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 5, no. 5 (2022):
1479–87, https://doi.org/10.54371/jiip.v5i5.590.
8
3. Menggalang kesadaran bahwa peningkatan mutu manajemen merupakan
tanggung jawab semua komponen masyarakat, dengan fokus peningkatan
mutu yang berkelanjutan pada tataran lembaga pendidikan.
Membangun manajemen mutu pendidikan harus menjadi agenda dan
kerja nyata untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan visi dan misi
baru. Di lingkungan lembaga pendidikan, konsep manajemen mutu
pendidikan secara sederhana dapat dilihat dari perolehan angka hasil ujian
atau bagaimana alumni lembaga pendidikan tersebut dapat mengaplikasikan
perolehan ilmu pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat. Atau dengan kata lain mereka dapat dipercaya menggambarkan
derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuannya meliputi
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Strategi Dasar untuk mencapai
manajemen mutu pendidikan adalah:14
1. Mengidentifikasi kekurangan dan masalah yang ada di lembaga.
2. Mengadopsi filosofis mutu.
3. Secara terus-menerus melakukan usaha-usaha perbaikan mutu.
4. Melibatkan semua orang yang bersangkutan dengan pendidikan.
B. Isu-Isu Kontemporer dalam Pendidikan Islam
Guru besar bidang ilmu pendidikan karakter dan seorang pisikolog
yang berasal dari Cortland University, Thomas Lickona mengemukaan
sepuluh tanda jaman sebagai isyarat kehancuran sebuah bangsa. Tanda-tanda
dimaksud ialah “Remaja bersifat anarki, kurang sopan santun dalam
berbicara, terpengaruh kelompok sosial dalam bertindak kekerasan, tindakan
menganiaya dirisendiri, tidak adanya aturan dan model yang membedakan
baik dan buruk, bersifat pasif dan jumud, kurangnya penghormatan pada
orang tua, sifat acuh dan rasis, kebohongan yang merajalela, ketidak
percayaan antar golongan dan timbul kecurigaan.”15

14
Amiruddin Siahaan et al., “Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta
Didik Amiruddin,” Jurnal Pendidikan Dan Konseling 5, no. 1 (2022): 1707–15.
15
Gunawan et al., “Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Mengembangkan Mutu
Pendidikan,” Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 8, no. 13 (2022): 149–55.
9
Berkaitan dengan pernyataan terkait. Di beberapa sekolah Islam,
materi pelajaran dan metode mengajarnya sebenarnya telah direview agar
lebih responsif terhadap perkembangan norma sikap, ekonomi dan politik
yang berkembang saat ini. Selama beberapa dekade, tidak dipungkiri bahwa
lembaga-lembaga pendidikan Islam telah membuka diri dan mengembangkan
mutu, proses, output dan outcomes pendidikannya.16 Perkembangan ekonomi
secara global maupun nasional mendorong sekolah-sekolah Islam
menempatkan diri mereka sendiri dalam pendidikan modern dan bersaing
dengan sekolah umum. Dalam beberapa hal apa yang telah dilakukan oleh
sekolah-sekolah Islam ini telah memikat para orang tua murid untuk
menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah-sekolah Islam dari pada ke
sekolah umum. Kurikulum juga telah dikembangkan dengan berorientasi pada
“market-oriented” kurikulum.
Hal ini untuk menjamin agar lulusan sekolah-sekolah Islam, dapat
terserap dalam dunia kerja, atau mereka dapat mengembangkan serta
menciptakan lapangan kerja sendiri dan tidak hanya sebagai pencari kerja
belaka (job creator not job seeker). Untuk mengurangi kerusakan yang
mungkin terjadi dengan mereformasi terlalu banyak hal sekaligus, lembaga
pendidikan Islam perlu memiliki orientasi dan tujuan yang jelas. Oleh karena
itu, diperlukan kebijakan yang mengarah pada perbaikan pengelolaan
pendidikan.17
1. Perubahan Pendekatan Pembelajaran
Sekolah pada masa kolonial, yang juga merupakan awal era industri
berkembang, dirancang sematamata untuk menghasilkan lulusan yang
akan bekerja di pabrik dan tempat kerja lainnya. Karena pendidikan
dipandang sebagai transmisi informasi dari guru ke siswa, pembelajaran
hanya terjadi dalam satu arah. Akibatnya, siswa diharapkan untuk
mematuhi instruksi dan tidak mengembangkan kemampuannya untuk

16
Sabariah, “Manajemen Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,” Edukatif :
Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 1 (2021): 116–22, https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.1764.
17
Agustin and Effane, “Model Pengembangan Peningkatan Mutu Pendidikan Dan
Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah.”
10
berpikir kritis. Proses pembelajaran terus menggunakan gaya belajar
khusus ini. Selain itu, kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan
Islam kurang dapat beradaptasi dan mengikuti perkembangan zaman.
Padahal saat ini kita hidup di era milenial yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan, dan sudah
saatnya mengubah mentalitas mahasiswa yang berada pada posisi utama
dalam hal sedang belajar.18
Di lembaga pendidikan Islam, strategi seperti penggunaan aplikasi
pembelajaran, experiential learning, pembelajaran berbasis permainan, dan
strategi serupa lainnya diterapkan. Mengikuti perkembangan zaman bukan
berarti pendidikan Islam harus meninggalkan ciri khasnya sebagai lembaga
pendidikan yang berada di garda terdepan dalam mendidik pribadi-pribadi
yang bertaqwa dan berakhlak mulia yang tidak hanya mampu
memecahkan masalah tetapi juga mampu memberikan solusi dan
keputusan terbaik
2. Perubahan Kurikulum Pendidikan Islam
Kurikulum berasala dari kata Bahasa latin yaitu Criculate, yang
bermakna materi pelajaran. Sedangkan dalam pendapat lain menyatakan
bahwa kurikulum berasal dari kosa kata Bahasa prancis yaitu Courier,
difahami sebagai jalan lintasan pelari olahraga atletik. Kurikulum
merupakan pedoman dan ruang lingkup materi yang digunakan untuk
mengantarkan pendidikan kepada tujuannya, maka kurikulum perlu
dirancang dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang agar
relevan baik di dalam lembaga maupun bagi masyarakat dunia luar.19
Kurikulum direkomendasikan untuk dievaluasi kira-kira setiap dua tahun
sekali. Perubahan kurikulum berfungsi sebagai pelengkap kurikulum yang
datang sebelumnya. Hal ini merupakan bentuk perbaikan pemerintah

18
Rahman Tanjung et al., “Manajemen Mutu Dalam Penyelenggaraan Pendidikan,” Jurnal
Pendidikan Glasser 6, no. 1 (2022): 29, https://doi.org/10.32529/glasser.v6i1.1481.
19
Ilyas Yasin, “Guru Profesional, Mutu Pendidikan Dan Tantangan Pembelajaran,” Ainara
Journal (Jurnal Penelitian Dan PKM Bidang Ilmu Pendidikan) 3, no. 1 (2022): 61–66,
https://doi.org/10.54371/ainj.v3i1.118.
11
dalam mengembangkan kurikulum dengan memperhatikan keseimbangan
antara perkembangan iptek berbasis potensi, dan kebutuhan peserta didik
yang selalu berubah dari waktu ke waktu.
3. Peningkatan Kualitas Pendidik
Pendidikan yang baik dan bermutu tidak mungkin terwujud jika
prosesnya tidak diawali dengan peningkatan kompetensi dan kinerja guru.
Guru memainkan peran yang sangat penting dalam pendidikan, dan tidak
mungkin memiliki pendidikan yang baik dan berkualitas tanpa mereka.
Hal ini ditunjukkan dengan prestasi guru yang tercermin dari hasil ujian
kompetensi guru (UKG) pemerintah yang dilaksanakan di Indonesia. Hal
ini menjadi indikasi bahwa kualitas guru di Indonesia masih menunjukkan
indikasi yang buruk.20 Rendahnya prestasi akademik yang terlihat pada
siswa yang bersekolah di daerah tertentu juga merupakan indikasi
rendahnya kualitas guru di sekolah tersebut. Melihat kondisi tersebut,
perlu dilakukan peningkatan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan
melalui: Rekrutmen yang ketat, akurat, dan bertanggung jawab; Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan; Pengembangan Karir dan
sertifikasi; Terciptanya iklim organisasi dan budaya kerja; peningkatan
kesejahteraan; dan peningkatan manajemen Sumber Daya Manusia di
lembaga pendidikan.
4. Pembinaan Peserta Didik
Peningkatan pembelajaran siswa merupakan hasil dari upaya
manajer untuk mengatur, mengarahkan, dan memantau kemajuan mereka.
Saat membimbing siswa, penting untuk fokus membantu mereka mencapai
potensi penuh mereka sehingga mereka dapat berpartisipasi penuh dalam
kehidupan sosial dan budaya komunitas mereka. Siswa memainkan peran
penting dalam lembaga pendidikan.21 Karena itu, penting untuk membuat

20
Nurhayati et al., “Meningkatkan Mutu Lembaga Pendidikan Islam,” JMPIS: Jurnal
Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial 3, no. 2 (2022): 594–601.
21
Deraman, Mustaqim Pabbajah, and Ratri Nurina Widyanti, “Respons Lembaga
Pendidikan Islam Atas Implementasi Pendidikan Yang Semakin Meningkat,” Al-Iltiza: Jurnal
Pendidikan Agama Islam 7, no. 1 (2022): 156–72.
12
keputusan yang paling tepat tentang apa yang harus diberikan dan
diajarkan. Melalui gagasan Nadiem Anwar Makarim, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI menggemakan konsep pembelajaran yang
mengusung kemandirian dan kebebasan dalam proses pembelajaran.
Konsep pembelajaran ini juga harus mampu menjiwai seluruh aspek
pendidikan Islam agar dapat diimplementasikan dalam proses
pembelajaran. Tujuan dari gerakan kebebasan belajar adalah untuk
membangun lingkungan baru untuk pendidikan, di mana siswa didorong
untuk belajar sendiri dan menemukan informasi yang mereka butuhkan di
dunia.
5. Kompetnsi lulusan
Kompetensi lulusan membekali lulusan dengan kemampuan yang
diperlukan untuk bersaing dengan sukses di era pasar global. Pendidikan
harus mampu membekali peserta didik dengan kemampuan yang
dibutuhkan di abad 21, yang meliputi:22 Kemampuan berpikir kritis,
kepekaan terhadap lingkungan dan permasalahan di masyarakat,
kemampuan kreatif dan inovatif yaitu mampu berpikir untuk menciptakan
banyak peluang dan solusi dari setiap permasalahan, dan kemampuan
berkolaborasi, yang meliputi kemampuan membangun jaringan seluas-
luasnya, kemampuan memimpin dan dipimpin, dan kemampuan bekerja
sama untuk memecahkan masalah. Kemampuan komunikasi yang efektif,
yang memungkinkan untuk mengungkapkan ide dan pemikiran yang sudah
ada di kepala seseorang kepada orang lain.
6. Pengelolaan sarana dan Prasarana
Minimnya sarana dan prasarana, serta tidak efektifnya pengelolaan
aset yang dimiliki merupakan kelemahan utama pendidikan Islam,
meskipun masalah ini jarang terjadi. Hal ini perlu ditanggapi, dan harus
segera diatasi, karena mendukung terselenggaranya pendidikan Islam.

22
Dwi Setyaningsih, “Implementasi Manajemen Strategi Dalam Meningkatkan Mutu
Pendidikan,” Pedagogika 13, no. 01 (2022): 24–34,
https://doi.org/10.37411/pedagogika.v13i1.1221.
13
Penyelesaian bangunan dan infrastruktur yang diperlukan memastikan
bahwa proses pendidikan akan berjalan sesuai rencana.
C. Arah Kebijakan Pendidikan Islam
Agar kita dapat berdiri dengan percaya diri dan menunjukkan kepada
dunia bahwa kita memiliki pendidikan yang kuat, kita memerlukan arah dan
kebijakan reformasi pendidikan, seperti:23
1. Penguatan Institusi Pendidikan. Regulasi dan kebijakan pendidikan
berlaku untuk semua tingkatan kondisi, baik sekarang maupun yang akan
datang, dan yang terpenting telah terbukti memberdayakan dan
mengoptimalkan lembaga pendidikan; dengan memberikan otonomi yang
sangat besar kepada mereka, diharapkan mereka mampu mengatasi
permasalahan yang dihadapi. Tujuan pemberdayaan adalah memberikan
kepercayaan kepada sebanyak mungkin orang untuk mengelola dan
mengatur dirinya sendiri dengan penuh tanggung jawab.
2. kemerdekaan dalam pendidikan. Ketika manajemen pendidikan secara
keseluruhan terkendala, seperti di masa lalu, keragaman lembaga
pendidikan dalam hal jenis dan kekhususan menjadi tidak relevan.
Desentralisasi pendidikan dimaksudkan untuk mewujudkan setiap program
dan penerapannya sesuai dengan ketentuan masing-masing lembaga
pendidikan dan untuk menjamin keberhasilan dan efisiensi pendidikan
3. Tanggung Jawab Pendidikan Untuk dapat menunjukkan aktivitas dan
prestasinya, lembaga dan penyelenggara pendidikan seringkali melupakan
tanggung jawab yang telah diberikan. Agar lebih akuntabel kepada publik,
lembaga pendidikan harus mampu bertindak secara bertanggung jawab
sesuai dengan kebutuhan dan nilai yang telah mereka identifikasi. Selain
menimbulkan biaya besar, kegiatan pendidikan juga harus ditimbang
terhadap hasil mereka, yaitu sejauh mana tujuan tercapai melalui usaha
yang berarti.

23
Sony Kuswandi, Ika Yuniwati, and Novita Aswan, Manajemen Mutu Terpadu Untuk
Pendidikan, ed. Abdul Karim and Janner Simarmata, 1st ed. (Jakarta: Yayasan Kita Menulis,
2021).
14
4. Relevansi Kurikulum Pendidikan. System pendidikan dan kurikulum harus
terus diperbaiki dan di perbaharui terus secara berkesinambungan,
idealnya kurikulum ditinjau dua tahun sekali untuk melihat kesesesuain
dan relevansi, kurikulum haru smemiliki relevansi secara internal dimana
seluruh komponen kurikulum memiliki hubungan dan keterkaitan, mulai
dari tujuan, konten materi, pendekatan, model, metode, alat dan evaluasi
harus saling terkait. Sedangkan relevansi eksternal kurikulum harus
mampu menjawab tantangan zaman.
5. Pemberdayaan Masyarakat sebagai pemangku kepentingan dalam
pendidikan, sekelompok orang yang bekerja sama dan bekerja sama dapat
memberikan dampak yang signifikan.24 Masyarakat harus diberdayakan
secara finansial dan substansial untuk berpartisipasi dalam proses
pendidikan, dan sementara pemerintah harus memberikan dukungan untuk
sistem pendidikan, masyarakat juga untuk mengambil bagian dalam
organisasi pendidikan dan untuk mengawasi sistem pendidikan semua. di
sekitarnya.
D. Strategi Lembaga Pendidikan Islam
Manajemen strategis melibatkan pengamatan dan penilaian lingkungan
eksternal untuk peluang dan bahaya, serta lingkungan internal untuk kekuatan
dan kelemahan, yang mungkin berguna di masa depan untuk bisnis melalui
penerapan analisis SWOT elemen strategis. Lembaga-lembaga yang ditugasi
memajukan strategi pendidikan Islam harus terus memperhatikan maksud dan
tujuan agama, serta pertumbuhan dan penyempurnaan nilai-nilai intinya,
dengan mempertimbangkan pendapat-pendapat tersebut di atas. Namun,
walaupun pendidikan Islam memiliki pelindung moral dan mental, harus tetap
kuat dan tidak apriori terhadap tren pendidikan yang dibawa oleh globalisasi.
Untuk mencapai hal tersebut, penulis menyuguhkan empat pandangan strategi
yang tawarkan oleh Sirozi: strategi substantif, bottom-up, deregulasi, dan
kolaboratif
24
Titi Susilowati, Sutaryat Trisnamansyah, and Cahya Syaodih, “Manajemen Pendidikan
Inklusi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan,” JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 5, no. 3
(2022): 920–28, https://doi.org/10.54371/jiip.v5i3.513.
15
1. Strategi Substantive.
Dalam rangka memberikan pelayanan mulai dari pendidikan dasar hingga
pendidikan tinggi, pendidikan Islam harus menyediakan paket layanan
pendidikan yang lengkap. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, teknik
penyajian dan program pendidikan harus mampu mengakomodasi semua
bagian kemampuan siswa, meliputi ranah emosional (sikap), kognitif
(pengetahuan), dan ranah psikomotor (keterampilan). Jika penyajian dan
program pendidikannya menganut konsep UNESCO, maka proses
pembelajaran meliputi lima kompetensi yaitu learning to know
(mendapatkan pengetahuan), learning to do (mendapatkan kemampuan
untuk melakukan sesuatu), learning to be (menjadi diri sendiri), learning
to live together. bersama (mendapatkan kemampuan untuk hidup bersama
orang lain), dan belajar mengenal Tuhan (belajar untuk dapat percaya
kepada Tuhan).25 Jika semua komponen dan kompetensi ini diberikan
secara terpadu, bukan lagi mimpi bahwa lulusan lembaga pendidikan Islam
akan mampu menyeimbangkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan
gagasan mereka dalam mengejar aktualisasi diri.
2. Strategi Bottom-up.
Lembaga pendidikan Islam harus dimulai dari dasar. Ide dan rancangan
program dan lembaga pendidikan Islam harus disesuaikan dengan bakat,
lingkungan dan struktur masyarakat, dan tidak dipaksakan dari atas. Proses
perencanaan, penyelenggaraan, dan pengembangan lembaga pendidikan
Islam harus melibatkan masyarakat luas dan memperhatikan kondisi,
kemampuan, dan kebutuhan aktual penghuninya. Strategi ini diperlukan
agar lembaga pendidikan Islam tidak terkesan menjadi bagian dari rezim
manajemen, dan agar tidak ada lagi yang perlu dilakukan dengan strategi
tertentu yang akan dihilangkan karena ketidaksenangan kita terhadap
pengelola dan lembaga yang sebelumnya hanya membuat jejak kaki dan
jejak kaki orang lain. Agar memiliki rasa kepedulian, rasa memiliki
25
Syamsiah Depalina Mahrani, Siti Meutia Sari, “Manajemen Mutu Pendidikan Pondok
Pesantren Miftahus Sa’adah Lampung Selatan,” Attractive : Innovative Education Journal 4, no. 1
(2022): 1–12.
16
(atribusi), dan tanggung jawab, seluruh bagian lembaga dan masyarakat
luas harus dilibatkan (tanggung jawab). Dengan demikian, lembaga
pendidikan Islam tidak dipandang sebagai komoditas eksotik atau barang
antik oleh masyarakat di sekitarnya karena keberadaannya sangat
mengakar kuat di tengah masyarakat.26 Lembaga-lembaga Islam secara
serius mengembangkan gagasan pendidikan berbasis masyarakat dan
membentuk serta memberdayakan komite sekolah, yang dikenal sebagai
majlis madrasah, sebagai elemen penting dari proses adopsi strategi dari
bawah ke atas. Badan-badan ini tidak hanya perlu ditata melalui caracara
demokratis untuk menumbuhkan lembaga-lembaga pendidikan, tetapi juga
agar dapat berkembang menjadi organisasi-organisasi yang benar-benar
otonom dan efektif.
3. Strategi Deregulatory.
Institusi Pendidikan Islam sebisa bisa jadi buat tidak begitu terikat oleh
ketentuan yang terpusat yang sentralistik. sebisa bisa jadi dibutuhkan
ketentuan kebijakan spesial dari Departemen Agama ataupun jajaran
pemerintah wilayah supaya tidak terkesan liar, yang membuat lembaga-
lembaga Islam leluasa berkreasi, berinovasi serta berimprovisasi, dan
program- program yang cocok dengannya bisa dibesarkan. Kebebasan ini
dibutuhkan buat menjadikan institusi pembelajaran Islam selaku lembaga
pembelajaran alternatif. Dengan kata lain, bukan peniru, melainkan
lembaga pendidikan pelopor dengan karakteristik khas serta keunggulan
yang unik.
4. Strategi Cooperative.
Untuk memanfaatkan semua potensi dan sumber daya organisasi, lembaga
pendidikan Islam harus dikelola dengan gaya manajemen yang
menekankan persatuan dan kolaborasi, bukan upaya yang terputusputus.
Sumber daya yang dimiliki harus dimaksimalkan dan dimanfaatkan untuk
memajukan lembaga pendidikan dengan merangkul rekomendasi dan
26
Ihan Imtihan, Anis Zohriah, and Umi Kultsum, “Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Karakter,” JPDSH: Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial Humaniora 1, no. 9 (2022):
1979–94.
17
masukan dari dalam dan luar organisasi. Pada masa sekarang, lembaga
pendidikan Islam harus menginisiasi pembangunan dan pengembangan
jaringan kerjasama dan kemitraan baik dari dalam maupun luar pendidikan
Islam. Jaringan ini bertujuan untuk membangun institusi sektor atau proses
pembelajaran, meningkatkan sumber daya manusia, dan meningkatkan
kualitas infrastruktur dan fasilitas.27 Sebagai salah satu bentuk tanggung
jawab pendidikan dalam mendukung dan mengantarkan lulusannya
menuju kesuksesan, lembaga pendidikan juga harus mampu
mengkoordinir lulusan dan alumni. Namun, kebutuhan jaringan alumni
yang kuat tidak akan menjadi faktor dalam pengembangan lembaga
pendidikan Islam. Apalagi kerjasama yang berdampak positif bagi
perkembangan kedua belah pihak akan meningkatkan pendapatan lembaga
pendidikan Islam. Lembaga pendidikan Islam harus mengambil inisiatif
untuk memilih tujuan mereka sendiri dan memiliki akal dalam memperluas
akses mereka ke sumber daya keuangan yang dapat diakses, seperti sektor
keagamaan dan yayasan yang mengaturnya.

27
Mualimul Huda, “Analisis Faktor Kinerja Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan
Madrasah,” Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 5, no. 01 (2022): 1,
https://doi.org/10.30868/im.v5i01.2083.
18
BAB III
KESIMPULAN

Globalisasi merupakan era dimana transparansi dan persaingan dalam


berbagai aktivitas yang tidak pandang bulu harus dihadapi oleh orang-orang yang
memiliki komitmen, bersih, sehat, disiplin, hormat menghormati, patriotisme dan
masa depan yang jelas, semangat, motivasi, etos kerja, pengetahuan, teknologi,
seni dan etika profesi dan mempertahankan budaya utama yaitu acountability dan
responsibility.
Selanjutnya isu kontemporer dalam Islam merupakan suatu pengaruh dari
perubahan-perubahan peradaban yang menghasilkan suatu kebiasaan atau dikenal
dengan budaya. Dalam pembaharuan Isu-isu kontemporer pendidikan Islam ini
menjadi sebuah pertimbangan dalam memperbaiki keadaan. Perubahan budaya
yang semakin hari harus semakin membawa kita kepada kebaikan. Di mana dalam
dunia pendidikan meliputi pengembangan kurikulum, peningkatan kualitas
pendidik, peningkatan mutu dalam pembelajaran, penganggaran, pengelolaan
sarana dan prasarana, dan pembinaan kesiswaan.
Kebijakan pengembangan mutu pendidikan Islam dalam perspektif sumber daya
dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kompetensi guru secara professional,
terencana, terukur, dan continue sesuai visi dan tujuan dari lembaga pendidikan. Selain
itu, melakukan perubahan paradigma kepemimpinan, dimana gaya kepemimpinan
lembaga pendidikan Islam dari bersifat ekslusif ke inklusif, yakni gaya kepemimpinan
yang terbuka terhadap dinamika perubahan global. Sehingga, kebijakan pengembangan
sumber daya kepala sekolah difokuskan pada penguasaan keterampilan, yakni: technical
skills, interpersonal skills, dan conceptual skills.
Strategi peningkatan manajemen mutu dalam pendidikan adalah suatu
kesatuan rencana yang dirancang secara berkelanjutan oleh
lembaga pendidikan (sekolah) dengan tujuan meningkatkan pengelolaan
lembaga pendidikan (sekolah) secara lebih efektif, efisien, dan berkeadilan untuk
mewujudkan mutu atau keunggulan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, Paulina, and Anne Effane. “Model Pengembangan Peningkatan Mutu


Pendidikan Dan Manajemen Pendidikan Mutu Berbasis Sekolah.” Karimah
Tauhid 1, no. 6 (2022): 903–7.
Ahamad, Masduki. Manajemen Mutu Pendidikan. Edited by Henny Rochimah
and Novita Sari. 1st ed. Pasuruan: CV. Penerbit Qiara Media, 2021.
Deraman, Mustaqim Pabbajah, and Ratri Nurina Widyanti. “Respons Lembaga
Pendidikan Islam Atas Implementasi Pendidikan Yang Semakin Meningkat.”
Al-Iltiza: Jurnal Pendidikan Agama Islam 7, no. 1 (2022): 156–72.
Gunawan, Ahmad. “Pengembangan Manajemen Mutu Madrasah Dalam
Meningkatkan Mutu Lulusan Di Madrasah.” Al-Afkar, Journal For Islamic
Studies 5, no. 4 (2022): 298–305.
https://doi.org/10.31943/afkarjournal.v5i4.382.
Gunawan, Noviawati, Nuryadin, Ulpah Nupusiah, Yudi Saputra, and Yayat
Hidayat. “Pengelolaan Sumber Daya Manusia Dalam Mengembangkan Mutu
Pendidikan.” Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 8, no. 13 (2022): 149–55.
HASAN, MUSTAQIM, Andi Warisno, Nasruddin Harahap, and Nurul Hidayati
Murtafiah. “Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Dalam Meningkatkan
Mutu Lulusan Di SMP IT Wahdatul Ummah Kota Metro.” An Naba: Jurnal
Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Islam 5, no. 2 (2022): 34–54.
https://doi.org/10.51614/annaba.v5i2.156.
Hijratullah, M S. “Isu-Isu Pada Pendidikan Islam.” Leaderia: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 5, no. 2 (2022): 30–36.
http://publikasipips.ulm.ac.id/index.php/tmkm/article/view/427%0Ahttp://pu
blikasipips.ulm.ac.id/index.php/tmkm/article/download/427/91.
Huda, Mualimul. “Analisis Faktor Kinerja Guru Untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan Madrasah.” Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan
Islam 5, no. 01 (2022): 1. https://doi.org/10.30868/im.v5i01.2083.
Imtihan, Ihan, Anis Zohriah, and Umi Kultsum. “Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan Karakter.” JPDSH: Jurnal Pendidikan Dasar Dan Sosial
Humaniora 1, no. 9 (2022): 1979–94.
Irawan, M. Nur Lukman, Ahmad Yasir, Anita, and Shohib Hasan. “Strategi
Lembaga Pendidikan Islam Dalam Menjawab Tantangan Pendidikan
Kontemporer” 4, no. 6 (2022): 1349–58.
Kuswandi, Sony, Ika Yuniwati, and Novita Aswan. Manajemen Mutu Terpadu
Untuk Pendidikan. Edited by Abdul Karim and Janner Simarmata. 1st ed.
20
Jakarta: Yayasan Kita Menulis, 2021.
Mahrani, Siti Meutia Sari, Syamsiah Depalina. “Manajemen Mutu Pendidikan
Pondok Pesantren Miftahus Sa’adah Lampung Selatan.” Attractive :
Innovative Education Journal 4, no. 1 (2022): 1–12.
Nabila, Aisyah. “Konsepsi Manajemen, Manajemen Mutu, Dan Manajemen Mutu
Pendidikan.” Journal Ability : Journal of Education and Social Analysis 3,
no. 1 (2022): 56–63.
Nurhayati, M Nasir, Abdul Mukti, A Safri, and Lias Hasibuan. “Meningkatkan
Mutu Lembaga Pendidikan Islam.” JMPIS: Jurnal Manajemen Pendidikan
Dan Ilmu Sosial 3, no. 2 (2022): 594–601.
Permana, Ibar Adi, and Jajat Sudrajat. “Pengelolaan Manajemen Dalam Upaya
Meningkatkan Kualitas Mutu Pendidikan.” JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan 5, no. 5 (2022): 1479–87. https://doi.org/10.54371/jiip.v5i5.590.
Purwanto, A, Agung Sutiadi, Defa Fadiah, Puspita Sari, Masduki Asbari, and
Dewiana Novitasari. “Meningkatkan Kepemimpinan Efektif Dan Manajemen
Mutu Pendidikan Dalam Menghadapi Tantangan Global.” Journal of
Information Systems and Management 02, no. 01 (2022): 1–7.
https://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=4152231.
Ristianah, Niken, and Toha Ma’sum. “Konsep Manajemen Mutu Pendidikan.”
Tabyin: Jurnal Pendidikan Islam 04, no. 01 (2022): 45–55. http://e-
journal.stai-iu.ac.id/index.php/tabyin.
Sabariah. “Manajemen Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.”
Edukatif : Jurnal Ilmu Pendidikan 4, no. 1 (2021): 116–22.
https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i1.1764.
Setyaningsih, Dwi. “Implementasi Manajemen Strategi Dalam Meningkatkan
Mutu Pendidikan.” Pedagogika 13, no. 01 (2022): 24–34.
https://doi.org/10.37411/pedagogika.v13i1.1221.
Sholeh, Slamet. “ISU-ISU KONTEMPORER PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
ISLAM.” Jurnal Wahana Karya Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika 4,
no. 2 (2020): 722–36.
Siahaan, Amiruddin, Aldi Bayu Anggara, Intan Ramadani, and Zainur
Rozzaqiyah. “Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Manajemen Peserta
Didik Amiruddin.” Jurnal Pendidikan Dan Konseling 5, no. 1 (2022): 1707–
15.
Surahman, Susilo. “Implementasi Manajemen Mutu Pendidikan Islam Menuju Era
Society 5.0.” Journal On Teacher Education 3, no. 2 (2022): 170–82.
Susilowati, Titi, Sutaryat Trisnamansyah, and Cahya Syaodih. “Manajemen

21
Pendidikan Inklusi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan.” JIIP - Jurnal
Ilmiah Ilmu Pendidikan 5, no. 3 (2022): 920–28.
https://doi.org/10.54371/jiip.v5i3.513.
Tanjung, Rahman, Yuli Supriani, Annisa Mayasari, and Opan Arifudin.
“Manajemen Mutu Dalam Penyelenggaraan Pendidikan.” Jurnal Pendidikan
Glasser 6, no. 1 (2022): 29. https://doi.org/10.32529/glasser.v6i1.1481.
Wahyudin, Dadang, Ujang Cepi Barlian, and Sri Handayani. “Manajemen
Penyelarasan Kurikulum Kursus Dan Pelatihan Operator Mesin Jahit Industri
Garmen Dalam Meningkatkan Mutu Peserta Didik Di Lembaga Kursus Dan
Pelatihan (LKP) Dress Making Kota Cimahi Dan LKP Karya Mandiri
Kabupaten Bandung.” JIIP - Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan 5, no. 4 (2022):
1059–68. https://doi.org/10.54371/jiip.v4i5.505.
Yasin, Ilyas. “Guru Profesional, Mutu Pendidikan Dan Tantangan Pembelajaran.”
Ainara Journal (Jurnal Penelitian Dan PKM Bidang Ilmu Pendidikan) 3, no.
1 (2022): 61–66. https://doi.org/10.54371/ainj.v3i1.118.

22

Anda mungkin juga menyukai