Disusun Oleh:
Maulidia (220106210006)
Dengan menyebut nama Allah Swt. yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“MENGUASAI TEORI DAN APLIKASI TEORI MENGELOLA PERUBAHAN DAN
STRES” ini tersusun hingga selesai dengan tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Pendidikan Islam dengan dosen pengampu Bapak
Dr. Muhammad Amin Nur, MA., besar harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat.
Pengertian organisasi telah banyak disampaikan para ahli, tetapi pada dasarnya tidak ada
perbedaan yang prinsip, sehingga dapat saya simpulkan bahwa organisasi merupakan
sarana untuk melakukan kerjasama antara orang-orang dalam rangka mencapai tujuan
bersama, dengan mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.
Pertumbuh kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), sosial, ekonomi,
dan lingkungan menimbulkan permasalahan yang harus dihadapi organisasi menjadi
semakin luas dan kompleks. Permasalahan tersebut terus berkembang sesuai percepatan
perubahan yang terjadi. Situasi yang terjadi menjadikan pembelajaran bahwa
permasalahan tidak tumbuh secara linier, dimana banyak sekali hal-hal yang tidak pernah
diduga sebelumnya. Dengan demikian organisasi dituntut untuk terus-menerus
mempersiapkan dirinya mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
Pengalaman yang dialami berbagai organisasi di Negara maju menunjukkan bahwa
hanya organisasi yang secara konsisten terus meningkatkan dirinya melalui
pengembangan organisasi yang dapat bertahan. Dalam kenyataannya organisasi
seringkali terjadi keadaan yang tidak mengalami pertumbuhan yang disebabkan
keengganan manusia sebagai anggota organisasi untuk mengikuti perubahan, dimana
perubahan dianggap bisa menyebabkan moral disequilibrium (hilangnya keseimbangan
moral). Hal ini mengakibatkan penyakit manusia sebagai anggota masyarakat atau
tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam organisasi sehingga
perlu dilakukan pengembangan organisasi untuk melakukan evaluasi, adaptasi, kaderisasi
dan inovasi.1
Selain itu, kebijakan dan praktik sumber daya manusia harus berubah agar menarik
dan mempertahankan angkatan kerja yang lebih beraneka ragam persaingan berubah.
Ekonomi global, artinya pesaing-pesaing bisa datang dari seberang lautan seolah-olah
seperti datang dari seberang kota. Persaingan meninggi juga berarti organisasi yang
mapan perlu mempertahankan diri terhadap baik pesaing tradisional yang
mengembangkan produk dan jasa baru maupun perusahaan wiraswasta kecil dengan
1
Manahan P. Tampubolon, Change Management: Manajemen Perubahan; Individu, Tim Kerja,
Organisasi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2020), hal. 1
1
2
penawaran yang inovatif. Organisasi yang berhasil merupakan organisasi yang dapat
berubah untuk menanggapi persaingan tersebut.
Dengan demikian semakin cepatnya perubahan dan semakin kompleks persaingan
yang mengharuskan setiap karyawan untuk selalu serius dalam pekerjaannya, hal ini
dapat menyebabkan kejenuhan dan juga tekanan mental yang akhirnya berujung dengan
stres, sebelum stres tersebut dapat mengganggu kinerja dan menurunkan produktivitas
karyawan, maka stres tersebut harus ditangani antara lain dengan mengetahui dan
melakukan manajemen perubahan dan stres.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas maka untuk memudahkan penulis dalam
melakukan penelitian tentang menguasai teori dan aplikasi teori mengelola perubahan dan stress,
maka penulis membuat pertanyaan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana mengelola perubahan dalam sebuah organisasi berdasarkan teori
organisasi?
2. Bagaimana mengelola stres dalam sebuah organisasi berdasarkan teori organisasi?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang terdapat yaitu untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui bagaimana mengelola perubahan dalam sebuah organisasi
berdasarkan teori organisasi.
2. Untuk mengetahui bagaimana mengelola stres dalam sebuah organisasi
berdasarkan teori organisasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Manajemen Perubahan
1. Pengertian Manajemen Perubahan
Manajemen perubahan adalah suatu pendekatan untuk mengubah individu,
tim, dan organisasi kepada kondisi masa depan yang diinginkan. Dalam lingkup
organisasi, perubahan didalamnya dapat menentukan kelangsungan organisasi
tersebut. Fokus dari manajemen ini adalah pada dampak yang lebih luas dari
perubahan, secara khusus pada orang-orang yang terlibat untuk bergerak ke arah
yang baru. Perubahan tersebut bisa saja dari perubahan proses yang sederhana atau
perubahan besar dalam kebijakan dan strategi yang diperlukan untuk mencapai
tujuan.2
Perubahan adalah hal yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi. Perubahan
mengandung makna beralihnya keadaan sebelumnya menjadi keadaan setelahnya.
Perubahan merupakan hal yang cukup sulit dalam perusahaan kecil. Di lain pihak,
perusahaan besar yang melakukan perubahan juga membutuhkan kekuatan yang
besar. Perubahan dalam organisasi merupakan tindakan beralihnya suatu organisasi
dari kondisi yang berlaku saat ini ke kondisi yang akan datang guna meningkatkan
efektivitas.3
Menurut Pidarta, menyatakan bahwa manajemen perubahan adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau manajer dalam menyusun sebuah
perencanaan, koordinasi, pengarahan, kontrol/pengawasan untuk mencapai sasaran
atau tujuan yang dapat menjadikan sebuah organisasi atau lembaga menjadi lebih
baik dari kemarin untuk mencapai tujuan.4 Sehingga secara sederhana dapat ditarik
kesimpulan bahwa Manajemen Perubahan adalah sebuah proses sosial yang
berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain
mengenai perencanaan, pengorganisasian, dan pengaturan untuk menuju sebuah
kemajuan.
Dalam Al-Quran Allah SWT telah menjelaskan mengenai perubahan dalam
surah Ar-Rad’ ayat 11:
........... ّٰللاَ ََل يُغَيِ ُر َما بِقَ ْو ٍم َحتهى يُغَيِ ُر ْوا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ْۗ ْم
ا َِّن ه...............
2
Lilik Indayani dan Sumartik, Manajemen Perubahan, (Sidoarjo: UMSIDA Press, 2019), hal.
15
3
https://sis.binus.ac.id/2016/08/09/mengelola-perubahan-dalam-suatu-organisasi/, diakses
pada tanggal 19 November 2022 pukul 13.00 WIB
4
Pidarta Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. (Jakarta: PT Melton Putra, 1988), hal. 14
4
5
Aan komariah, Kepemimpinan Visioner dan corporate Culture diPerguruan Tinggi. Dalam
Buchari Alma, Corporate University, (Bandung: Alfabeta, 2008)
6
https://sis.binus.ac.id/2016/08/09/mengelola-perubahan-dalam-suatu-organisasi/, diakses
pada tanggal 19 November 2022 pukul 13.00 WIB
5
7
https://samahitawirotama.com/teori-change-management/, diakses pada tanggal 19
November 2022 pukul 14.20
6
Driving forces dan resisting forces ini harus dipilah-pilah menurut tema
yang sama, kemudian diberi skor sesuai dengan ‘magnitude’ masing-masing.
Mulai dari skor satu (lemah) hingga skor lima (kuat). Hasil skor kemungkinan
tidak seimbang di masing – masing sisi. Berikut ini merupakan contoh dari
force field analysis
Lewin juga menjelaskan bahwa perubahan terdiri dari proses unfreezing
(mengenal perlunya perubahan), changing (berusaha untuk menciptakan
kondisi baru), dan refreezing (menggabungkan, menciptakan, dan memelihara
perubahan).
7
8
https://samahitawirotama.com/teori-change-management/, diakses pada tanggal 19 November
2022 pukul 14.20
8
9
https://samahitawirotama.com/teori-change-management/, diakses pada tanggal 19 November
2022 pukul 14.20
9
10
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Edisi ketiga,Cet. 5, Jakarta:Rajawali Press,2016), hal.
246
11
11
Wibowo, Manajemen..., hal .246-247.
13
12
Thomas S. Bateman dan Scott A. Snell, Manajemen Kepemimpinan dan Kerjasama dalam
Dunia yang Kompetitif, (Jakarta: Salemba Empat, 2014) hal. 344
13
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Ed.3-6: Jakarta; Rajawali Pers, 2012), hal.7
14
Moh. Pabundu Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (cet.II;
Jakarta; PT. Bumi Aksara,2008), hal.14.
15
Thomas S. Bateman dan Scott A. Snell, Manajemen Kepemimpinan dan Kerjasama dalam
Dunia yang Kompetitif, hal. 344
15
16
Wibowo,Manajemen, hal.308.
16
17
Wibowo, Manajemen......hal.312-313.
18
Nurul Habibah, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi Karyawan di PT. Pelita Abadi
Sejahtera. (Program Studi Magister Manajemen Universitas Padjadjaran, 2009), hal: 4
19
Anwar, Prilaku dan Budaya Organisasi. (Bandung : PT Refika Aditama, 2008), hal: 6-7
17
b. Menurut Michael
Perilaku Organisasi Page 5 Stress merupakan suatu respon adaptif,
dimoderasi oleh perbedaan individu yang merupakan konsekuensi dari setiap
tindakan, situasi, peristiwa dan yang menempatkan tuntutan khusus terhadap
seseorang.
Dengan dua definisi di atas tentunya kita sulit memahami tentang stress yang
sebenarnya. Pada dasarnya stress merupakan sebuah tekanan yang terjadi pada diri
seorang individu baik itu berupa beban pekerjaan dan lainnya dan membuat individu
tersebut merasa terbebani dan keberatan untuk menyelesaikan berbagai
kewajibannya.
Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stress yang terlalu berat dapat mengancam dan
menghambat kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan, karenanya
secara umum stress sering diterapkan sebagai tekanan umum terhadap perasaan
hidup manusia. Dalam konteks organisasi, stress yang sering dialami diri para
pekerja dapat berkembang berupa gejala tekanan sebagai faktor pengganggu
terhadap prestasi kerja mereka. Para pekerja yang mengalami gejala stress terlihat
menjadi nerveus, khawatir, mudah marah, sulit santai, tidak koopratif, bahkan
ditingkat yang lebih akut dapat melarikan diri pada kecanduan minuman keras atau
menggunakan obat-obatan terlarang. Pada gilirannya stress juga dapat menimbulkan
gangguan fisik akibat berubahnya tubuh bagian dalam sebagai reaksi stress.
Gangguan fisik tersebut dapat bersifat jangka pendek, namun juga bersifat jangka
panjang, seperti gangguan pencernaan dan gangguan usus. Apabila stress tersebut
tidak kunjung tertanggulangi dengan baik dan berlangsung dalam periode yang
relatif lama, maka dapat memicu penyakit jantung, ginjal pembuluh darah, dan
bagian-bagian lain dari organ tubuh manusia. Oleh karena itu factor stress dalam
pekerjaan – baik di dalam atau di luar pekerjaan perlu ditiadakan serendah mungkin
agar para pekerja mampu menghadapinya tanpa mengalami banyak gangguan.
Kondisi kualitas kerja yang jelek , konflik brkepanjangan antar atasan dan bawahan,
18
20
Rini, 2002. Stress Kerja, 01 November 2007, www.e-psikologi.com. Diakses pada 19
November 2022, pukul: 20.30.
19
21
E. Bahar, Stres dan Kesehatan. Makalah Seminar ”Hipertensi dan Stres serta
Penatalaksanaannya”. Mei 1995. RSUP. Palembang, 1995. Hal: 14-15
22
M. Roan. Terserang Stres. Intisari: Mind, Body, and Soul. Jakarta: PT. Intisari Mediatama,
2005. Hal: 202-211
20
dorongan atau motivasi yang terhambat.23 Adanya hambatan terhadap dorongan atau
motivasi dapat memicu frustasi yang mengarah pada tegangan, atau mengarah
kembali kepada pola penyesuaian diri baru yang lebih baik atau sebaliknya. Dengan
kata lain, pola reaksi dan sikap para pekerja dalam menghadapi suatu frustasi akan
berbeda satu dengan yang lainnya, namun pada prinsipnya pola-pola tersebut
hanyalah merupakan bentuk-bentuk kompromi atau pelarian diri dari apa yang
diinginkan dengan apa yang dicapai. Adanya reaksi terhadap frustasi ke dalam
bentuk kompromi adalah sesuatu yang wajar, namun apabila pola reaksi tersebut
menjadi pola pelarian diri menjadi kebiasaan dalam menghadapi segala jenis
persoalan, maka hal tersebut dapat dianggap mengarah pada suatu bentuk
penyimpangan.
Bentuk Pola-pola pelarian penyesuaian tersebut dapat dibagi kedalam 5
kategori, yaitu :24
a. Bentuk pelarian dengan menolak realitas, yaitu suatu penyesuaian dengan
menekan sumber stress. Hal ini dikenal juga dengan istilah represi, yaitu hal-
hal yang tidak sesuai dengan norma dan realitas dicoba ditekan agar hilang
dari kesadaran, namun emosi tersebut tidak dapat terus menerus ditekan,
mungkin dapat terbenam sejenak, tetapi akan muncul kembali pada saat yang
lain dalam bentuk perilaku yang lain pula.
b. Pelarian dengan mendistorsi realitas, yang sering dikemas dalam modus
rasionalisasi, proyeksi, segresi, pengalihan, dan pelampiasan. Rasionalisasi
adalah memberikan motif palsu sebagai pengganti motif lain yang terlalu
menyakitkan untuk diterima. Sementara, proyeksi adalah suatu mekanisme
pemindahan aspek-aspek negative atau kekurangan pada diri seorang pekerja
yang dialihkan kepada individu yang lain agar terbebas dari beban tekanan.
Adapun segregasi adalah suatu keadaan dimana para pekerja memiliki
beberapa pendirian yang saing bertentangan, namun tetap dilaksanakan untuk
mencapai tujuannya secara terpisah. Sedangkan pola pengalihan merupakan
mekanisme pemindahan aspek-aspek negative yang dinyatakan secara verbal
sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk mencapai tujuan atau memuaskan
kebutuhan. Misalnya, dengan mengkritsi prosedur kerja baru sebagai
23
Suryani, L. K. Atasi Masalah dengan Kemampuan Spiritual Anda: Maag-Migren-
StresDepresi-Trauma. Intisari Seri Psikologi. Jakarta: PT Intisari Mediatama, 2004.
24
Stephen Robbins P dan A Judge Timothy. Perilaku Organisasi Edisi Keduabelas. (Jakarta:
Salemba empat, 2004).
22
yang lebih baik dalam aspek lain. Melalui sublimasi, para pekerja
mengalihkan tujuan mereka kea rah lain yang memiliki arti dan maksud yang
setara dengan tujuan sebelumnya, atau bahkan mencapai kinerja yang lebih
baik dalam aspek yang lain. Adapun identifikasi adalah proses
mengidentikan diri seorang pekerja terhadap model rekan kerja lain yang
memiliki tingkat kinerja yang jauh lebih baik, agar dapat mengatasi berbagai
kekurangan yang dimiliki dirinya. Semua pola-pola kompromi dan pelarian
tersebut memilki keunikan dan kekhasan masing-masing, namun pada
prinsipnya melalui pola-pola pilihan yang tersedia, para pekerja memiliki
kesempatan untuk melindungi struktur egonya, baik karena rasa malu
maupun rasa bersalah dan perasaan negative lain yang berkecamuk dari suatu
rasa terancam dan serangan atau rasa terpojok akibat adanya suatu kegagalan
dalam bekerja.
d. Dampak Terjadinya Stress
Berbagai tekanan dan gangguan dalam sebuah organisasi tentunya pasti
sangat sering terjadi. Hal inilah yang perlu dihindari agar kinerja kerja tidak
terganggu. Semua bisa diatasi asalkan dapat mengindikasikan masalah yang kita
hadapi itu sendiri. Semakin seseorang mendapatkan tekanan di luar batas dari
kemampuan dirinya sendiri tentunya akan mengalami stress pula yang cukup berat
dan sangat mengganggu kerja otak termasuk dengan daya ingat.
Dampak dan akibat dari stress itu sendiri dalam buku Organizational
Behavior (Robbin), dikelompokkan menjadi tiga gejala, yaitu gejala fisiologis,
psikologis, dan perilaku:25
a. Gejala Fisiologis, meliputi sakit kepala, tekanan darah tinggi, dan sakit
jantung
b. Gejala Psikologis, meliputi kecemasan, depresi, dan menurunnya tingkat
kepuasan kerja
c. Gejala Perilaku, meliputi perubahan produktivitas, kemangkiran dan
perputaran karyawan.
Ada lima jenis konsekuensi dampak stress yang potensial menurut T. Cox
sebagai berikut :
25
Sunarti. Ketahanan Keluarga, Manajemen Stres, Serta Pemenuhan Fungsi Ekonomi, dan
Fungsi Sosialisasi Keluarga Korban Kerusuhan Aceh. Vol 29. No. 1, 2005. Hal. 44- 49
24
1) Dampak subjektif
Kecemasan,agresi, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan
kesabaran, rendah diri, gugup, dan merasa kesepian.
2) Dampak perilaku
Kecenderungan mendapatkan kecelakaan, alkoholik, penyalahgunaan obat-
obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan berlebihan, merokok
berlebihan, perilaku yang mengikuti kata hati, ketawa, dan gugup.
3) Dampak kognitif
Kemampuan mengambil keputusan yang jelas, konsentrasi yang buruk,
rentang perhatian yang pendek, sangat peka terhadap kritik, dan rintangan
mental.
4) Dampak fisiologis
Meningkatnya kadar gula, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah,
kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya pupil mata, dan tubuh panas
dingin.
5) Dampak organisasi
Keabsenan, pergantian karyawan, rendah produktivitasnya, keterasingan dari
rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keikatan dan kesetiaan
terhadap organisasi.
Tidak selamanya stress berdampak negatif, ada beberapa dampak positif dari
stress, yaitu:
a) Mendorong orang berpikir kreatif
b) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
c) Membuat tubuh menjadi lebih fit
d) Membantu memecahkan masalah
e) Pemulihan
Semua gejala-gejala yang disebutkan di atas tentu sangat membuat
ketidaknyamanan setiap orang. Ingin rasanya untuk terhindar dari segala tekanan
stress yang dialaminya. Bahkan sampai pada tingkatan stress yang tinggi dalam
gejala psikologis, seseorang bisa berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Tekanan yang
dirasa sudah cukup beratlah yang membuat dampak seperti itu.
5. Mengatasi Stress dalam Organisasi
Dalam proses manajemen, jika para manager ingin meningkatkan motivasi
para pekerja mereka, maka mereka harus berupaya menghilangkan hambatan-
25
hambatan sekaligus menyediakan jalan bagi para pekerja dalam upaya mencapai
tujuan organisasi. Sebagai contoh, jika seorang pekerja ditempatkan pada suatu
proyek tertentu dan ia dimotivasi untuk mengerjakan proyek tersebut dengan baik,
maka dukungan anggaran dan sumber daya lain dibutuhkan perlu disediakan untuk
mencegah terjadinya frustasi. Dalam konteks ini tentu saja bukan berarti semua
tantangan yang dihadapi dihilangkan, akan tetapi dukungan tetap diberikan secara
proporsional yang memungkinkan proyek tersebut dapat diimplementasikan dengan
tetap menantang dan keberhasilan tercapai. Dalam hal ini terdapat pula model
hubungan stress dan kinerja yang menggambarkan bahwa stress juga dapat menjadi
faktor positif dalam memacu kinerja. Jika stress tidak ada, biasanya tantangan kerja
juga tidak ada, sehingga akhirnya capaian kinerja kemudian menjadi menurun. Maka
sejalan dengan meningkatnya stress seyogyanya kinerja cenderung naik, diamana
dengan stress para pekerja terbantu untuk mengarahkan segala sumber daya mereka
untuk memenuhi kebutuhan kerja. Dengan perkataan terbantu untuk mengarahkan
segala sumber daya.26
mereka untuk memenuhi kebutuhan kerja. Dengan perkataan lain adalah
suatu rangsangan yang sehat jika para pekerja didorong untuk menanggapi tantangan
pekerjaan. Pemberian bobot dan porsi stress secara terhadap sampai mencapai titik
stabil akan sejalan dengan porsi pencapaian kinerja, akan tetapi apabila terjadi stress
tambahan yang melampaui titik stabil dan keseimbangan maka cenderung tidak akan
menghasilkan perbaikan kinerja. Dengan kata lain. Kinerja akan segera menurun jika
bobot stress terlalu besar yang akan mengganggu pada pelaksanaan pekerjaan Dalam
hal ini para pekerja kehilangan kemampuan untuk mengendalikan stress, sehingga
berdampak pada kecepatan kerja dan akurasi hasil kerja.
Disamping banyak cara lain untuk mengatasi stres secara individual, namun
secara organisasional konseling untuk menanggulangi permasalahan emosional para
pekerja dapat dilembagakan secara formal kedalam organisasi. Konseling yang
dimaksud bertujuan untuk memperbaiki dan memelihara kesehatan mental para
pekerja secara menyeluruh. Yaitu berupa bimbingan dan penyuluhan serta
pembahasan berbagai masalah emosional para pekerja, sehingga para pekerja
terbantu untuk mengatasi masalahnya dengan lebih baik. Konseling adalah suatu
pertukaran gagasan antara dua orang manusia, yakni antara konselor dan konselee
26
Puspitawati. Stress, Gender dan Keluarga: (Konsep dan Realita di Indonesia. PT IPB Press.
Bogor, 2005). Hal: 25-27
26
melalui suatu cara komunikasi. Dalam hal ini spesialis konselor dapat dilatih untuk
memahami dan mengatasi persoalan para pekerja dalam rangka membantu
organisasi untuk bertindak lebih manusiawi dan memperhatikan masalah yang
dihadapi para pekerja. Tujuan umum konseling adalah membantu para pekerja
mengembangkan kesehatan mental mereka kearah yang lebih baik, sehingga rasa
percaya diri, pemahaman, pengendalian diri, dan kemampuan untuk bekerja secara
efektif dapat berkembang. Kegunaan konseling dapat dipetik manfaatnya, antara lain
adalah sebagai berikut :27
a. Konseling dipandang sebagai nasehat, dimana konselor membuat
pertimbangan mengenai masalah para pekerja yang dibimbing, kemudian
merancang tindakan yang akan dilakukan.
b. Sebagai dukungan untuk menentramkan hati, dalam hal ini konselor
memberikan dorongan bagi para pekerja untuk menghadapi persoalan dan
rasa percaya diri dengan pemahaman yang jernih dan tindakan yang tepat.
Namun adakalanya ketentraman hati ini dapat hilang begitu saja, jika para
pekerja dihadapkan kepada masalah lagi, sehingga penentraman hati harus
digunakan secara lebih hati-hati agar tidak mengecilkan arti persoalan para
pekerja yang tengah dihadapi.
c. Sebagai komunikasi, yaitu menemukan masalah emosional para pekerja
sehubungan dengan diberlakukannya kebijakan perusahaan yang perlu
dikomunikasikan dan diterjemahkan kepada pimpinan puncak, dan begitu
pula sebaliknya. Dalam hal ini konselor membantu menerjemahkan aktivitas
bisnis dalam konteks keorganisasian terhadap para pekerja sebagaimana
mereka acap memperbincangkan masalah tersebut diantara mereka.
1) Pengenduran ketegangan emosional, yaitu pelampiasan rasa emosi dan
frutrasi para pekerja dengan menceritakan kepada konselor sebagai proses
katarsis emosional. Jika para pekerja dapat menceritakan persoalan
mereka yang didengarkan oleh konselor dengan penuh simpatik, maka
dapat diharapkan ketegangan emosi para pekerja akan menurun. Pada
gilirannya mereka akan lebih santai dan ucapan mereka akan lebih
terkendali, masuk akal dan rasional. Pengenduran ini merupakan tahapan
antara untuk menghilangkan beban mental dalam menemukan pemecahan,
27
Jhon Suprihanto. Perilaku Organisasional, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi YKPN, 2005), p. 63-64
27
28
Margiati Lulus, Stress Kerja: Latar Belakang Dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, (Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga, 1999), Hal: 71
28
29
Puspita Sari.“Strategi Manajemen Stres Kerja pada Karyawan Melalui
Pendekatan Individual, Organisasional dan Dukungan Sosial,” Managemen Insight, Vol. 9
no 1 2014, Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu, 2014, hal: 18-20
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Manajemen perubahan adalah suatu pendekatan untuk mengubah individu, tim,
dan organisasi kepada kondisi masa depan yang diinginkan. Dalam lingkup
organisasi, perubahan didalamnya dapat menentukan kelangsungan organisasi
tersebut. Menurut mindtools.com fokus dari manajemen ini adalah pada dampak
yang lebih luas dari perubahan, secara khusus pada orang-orang yang terlibat
untuk bergerak ke arah yang baru. Perubahan 15 tersebut bisa saja dari
perubahan proses yang sederhana atau perubahan besar dalam kebijakan dan
strategi yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Perubahan adalah hal yang biasa terjadi dalam sebuah organisasi.
Perubahan mengandung makna beralihnya keadaan sebelumnya menjadi
keadaan setelahnya. Perubahan merupakan hal yang cukup sulit dalam
perusahaan kecil. Di lain pihak, perusahaan besar yang melakukan perubahan
juga membutuhkan kekuatan yang besar. Perubahan dalam organisasi
merupakan tindakan beralihnya suatu organisasi dari kondisi yang berlaku saat
ini ke kondisi yang akan datang guna meningkatkan efektivitas.
Menurut Pidarta, menyatakan bahwa manajemen perubahan adalah suatu
usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau manajer dalam menyusun
sebuah perencanaan, koordinasi, pengarahan, kontrol/pengawasan untuk
mencapai sasaran atau tujuan yang dapat menjadikan sebuah organisasi atau
lembaga menjadi lebih baik dari kemarin untuk mencapai tujuan.30 Sehingga
secara sederhana dapat ditarik kesimpulan bahwa Manajemen Perubahan adalah
sebuah proses sosial yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan
bantuan manusia lain mengenai perencanaan, pengorganisasian, dan pengaturan
untuk menuju sebuah kemajuan.
2. Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses
pikiran, dan kondisi fisik seseorang. Stress yang terlalu berat dapat mengancam
dan menghambat kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan,
karenanya secara umum stress sering diterapkan sebagai tekanan umum
terhadap perasaan hidup manusia. Dalam konteks organisasi, stress yang sering
30
Pidarta Made. Manajemen Pendidikan Indonesia. (Jakarta: PT Melton Putra, 1988), hal. 14
33
dialami diri para pekerja dapat berkembang berupa gejala tekanan sebagai faktor
pengganggu terhadap prestasi kerja mereka. Para pekerja yang mengalami
gejala stress terlihat menjadi nerveus, khawatir, mudah marah, sulit santai, tidak
koopratif, bahkan ditingkat yang lebih akut dapat melarikan diri pada kecanduan
minuman keras atau menggunakan obat-obatan terlarang. Pada gilirannya stress
juga dapat menimbulkan gangguan fisik akibat berubahnya tubuh bagian dalam
sebagai reaksi stress. Gangguan fisik tersebut dapat bersifat jangka pendek,
namun juga bersifat jangka panjang, seperti gangguan pencernaan dan gangguan
usus. Apabila stress tersebut tidak kunjung tertanggulangi dengan baik dan
berlangsung dalam periode yang relatif lama, maka dapat memicu penyakit
jantung, ginjal pembuluh darah, dan bagian-bagian lain dari organ tubuh
manusia. Oleh karena itu factor stress dalam pekerjaan – baik di dalam atau di
luar pekerjaan perlu ditiadakan serendah mungkin agar para pekerja mampu
menghadapinya tanpa mengalami banyak gangguan. Kondisi kualitas kerja yang
jelek, konflik brkepanjangan antar atasan dan bawahan, peristiwa traumatic,
bahkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam dapat menimbulkan depresi
sampai bunuh diri
34
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Prilaku dan Budaya Organisasi. (Bandung : PT Refika Aditama, 2008)
Bahar, E., Stres dan Kesehatan. Makalah Seminar ”Hipertensi dan Stres serta
Penatalaksanaannya”. Mei 1995. RSUP. Palembang, 1995
Habibah, Nurul, Pengaruh Stres Kerja Terhadap Motivasi Karyawan di PT. Pelita Abadi
Sejahtera. (Program Studi Magister Manajemen Universitas Padjadjaran, 2009)
https://samahitawirotama.com/teori-change-management/, diakses pada tanggal 19
November 2022 pukul14.20
https://samahitawirotama.com/teori-change-management/, diakses pada tanggal 19
November 2022 pukul14.20
https://samahitawirotama.com/teori-change-management/, diakses pada tanggal 19
November 2022 pukul14.20
https://sis.binus.ac.id/2016/08/09/mengelola-perubahan-dalam-suatu-organisasi/, diakses
pada tanggal 19 November 2022 pukul 13.00 WIB
https://sis.binus.ac.id/2016/08/09/mengelola-perubahan-dalam-suatu-organisasi/, diakses
pada tanggal 19 November 2022 pukul 13.00 WIB
Indayani, Lilik dan Sumartik, Manajemen Perubahan, (Sidoarjo: UMSIDA Press, 2019)
komariah, Aan , Kepemimpinan Visioner dan corporate Culture diPerguruan Tinggi. Dalam
Buchari Alma, Corporate University, (Bandung: Alfabeta, 2008)
Lulus, Margiati, Stress Kerja: Latar Belakang Dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, (Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, 1999)
Made. Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia. (Jakarta: PT Melton Putra, 1988)
Pabundu, Moh. Tika, Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan, (cet.II;
Jakarta; PT. Bumi Aksara,2008), hal.14.
Puspitawati. Stress, Gender dan Keluarga: (Konsep dan Realita di Indonesia. PT IPB Press.
Bogor, 2005)
Rini, 2002. Stress Kerja, 01 November 2007, www.e-psikologi.com. Diakses pada 19
November 2022, pukul: 20.30.
Roan, M. Terserang Stres. Intisari: Mind, Body, and Soul. Jakarta: PT. Intisari Mediatama,
2005
Robbins P, Stephen dan A Judge Timothy. Perilaku Organisasi Edisi Keduabelas. (Jakarta:
Salemba empat, 2004).
S, Thomas, Bateman dan Scott A. Snell, Manajemen Kepemimpinan dan Kerjasama dalam
Dunia yang Kompetitif, (Jakarta: Salemba Empat, 2014)
Sari. Puspita, “Strategi Manajemen Stres Kerja pada Karyawan Melalui Pendekatan
Individual, Organisasional dan Dukungan Sosial,” Managemen Insight, Vol. 9 no
1 2014, Fakultas Ekonomi Universitas Bengkulu, 2014
35
Sunarti. Ketahanan Keluarga, Manajemen Stres, Serta Pemenuhan Fungsi Ekonomi, dan
Fungsi Sosialisasi Keluarga Korban Kerusuhan Aceh. Vol 29. No. 1, 2005
Suprihanto, Jhon. Perilaku Organisasional, (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
YKPN, 2005)
Suryani, L. K. Atasi Masalah dengan Kemampuan Spiritual Anda: Maag-Migren
StresDepresi-Trauma. Intisari Seri Psikologi. Jakarta: PT Intisari Mediatama, 2004.
Tampubolon, Manahan P. Change Management: Manajemen Perubahan; Individu, Tim
Kerja, Organisasi, (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2020)
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Ed.3-6: Jakarta; Rajawali Pers, 2012)
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Edisi ketiga,Cet. 5, Jakarta:Rajawali Press,2016)