Anda di halaman 1dari 38

GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH

DALAM PENINGKATAN MUTU TENAGA PENDIDIK


DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI 8 BENER MERIAH

PROPOSAL TESIS

Diajukan Memenuhui Persyaratan Mencapai Gelar Magister


Dalam Bidang Manajemen Pendidikan

Program Studi : Manajemen Pendidikan Islam

Oleh :

YASNAINI
Nim. 2021530012

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
1443 H/2022 M
DAFRAT ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL JUDUL.......................................................................


PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... i
DAFATAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
E. Definisi Operasional.............................................................................. 8
F. Kajian Terdahulu................................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 13


A. Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah.................................................. 13
1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah............................ 13
2. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan................................................ 14
B. Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik........................................................ 19
1. Pengertian Pendidik dan Tenaga Pendidik.......................................... 19
2. Fungsi Pendidik dan Tenaga Kependidikan........................................ 22
3. Mutu Tenaga Pendidik........................................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 26


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian........................................................... 26
B. Lokasi Penelitian................................................................................... 27
C. Subjek Penelitian.................................................................................. 28
D. Metode Pengumpulan Data................................................................... 28
E. Teknik Analisis Data............................................................................. 31
F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data..................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia yang selalu ingin berkembang dan berubah. Pendidikan

mutlak ada dan selalu diperlukan selama ada kehidupan. Hal ini senada

dengan batasan resmi mengenai pendidikan, yaitu usaha yang dijalankan

dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku

manusia ke arah yang diinginkan.

Pendidikan yang berkualitas menjadi dambaan masyarakat, bangsa

dan negara. Namun pendidikan di Indonesia khususnya masih belum

sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Kondisi pendidikan di

Indonesia khususnya masih belum sepenuhnya dapat memenuhi perbaikan

mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.1

Upaya peningkatan mutu pendidik dan daya saing sumber daya

manusia Indonesia perlu senantiasa memperhatikan perubahan masyarakat dan

dinamika global. Untuk itu, pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan

upaya pemenuhannya merupakan hal penting dan mendesak untuk dilakukan.

Ketentuan Standar Nasional Pendidikan yang diatur dalam peraturan

pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, telah diubah pertama kaliterkait

penyempurnaan kurikulum, yaitu dengan terbitnya peraturan pemerintah

Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor

1
Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah (Yogyakarta: FIP- UNY,
2017), h. 27.
1
2

19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan. Perubahan kedua atas

peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 perlu dilakukan karena ketentuan

terkait dengan Ujian Nasional, kurikulum pendidikan anak usia dini, dan

akreditas memerlukan penyesuaian atas terbagi tantangan baru.2

Menurut undang-undang guru dan dosen Bab IV bagian kesatu

pasal 8, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat

pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. UU No. 14 tahun 2005 tentang

dosen dan guru mengemukakan, guru adalah pendidik professional. Untuk itu

seorang guru dituntut memilki standar kompetensi tertentu, yaitu pedagogik,

kepribadian, sosial, dan professional, agar dapat dikatakan profesional.3

Tuntutan tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional menjadi

suatu keharusan pada era global, informasi dan reformasi pendidikan ini.

Indikator perubahan sekarang yang dapat diamati adalah sebagian tenaga

pendidik meningkatkan upaya profesionalnya dengan pengembangan serta

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, lembaga pendidikan

telah menerapkan kurikulum berbasis kompetensi, mulai dan sudah berbenah

menuju manajemen peningkatan mutu, yang memberikan otonomi yang luas

pada tingkat madrasah.

Di pandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik dalam

masyarakat indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang dapat

2
Pearaturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003.
3
Undang-Undang Guru dan Dosen, UU RI No. 14 Tahun. 2005.
3

dimanfaatkan dalam proses pembelajaran berkembang amat pesat. Hal ini

terbukti bahwa dalam proses pembelajaran yang diperankan oleh pendidik

tidak dapat digunakan oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa

seluruhny dihilangkan sebagai pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya.4

Kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan pada

era yang serba modern seperti sekarang ini tentunya tidak akan lahir dalam

waktu yang cepat tetapi merupakan proses yang didalamnya diperlukan

program pendidikan yang diarahkan pada persiapan dan pengembangan

kualitas pendidik dan kependidikan yang sesuai dengan transformasi sosial

yang sangat cepat. Pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan yang

berkualitas itu mutlak memerlukan manajemen yang baik agar terarah. Untuk

itu diperlukan peran pendidik dan tenaga kependidikan yang kompeten yaitu

memiliki pengetahuan (knowledge-based worker) dan memiliki keterampilan

(multiskilling worker) sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan

lingkungan. Dalam peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan

menuntut sumber daya (pimpinan, guru, dan tenaga administrasi) memiliki

kemampuan profesional dan integritas dalam mengelola pendidikan.

Realita saat ini, kondisi pendidikan di Indonesia masih belum

sesuai dengan harapan. Menurut data UNESCO dalam Global Education

Monitoring (GEM) Report 2016, Indonesia menempati posisi ke-10 dari 14

negara berkembang dalam hal mutu pendidikan, dan menempati posisi ke-14

dari 14 negara berkembang di dunia dalam hal kualitas guru (padahal kualitas

4
Tim dosen Administrasi Pendidikan Universits Pendidikan Indonesia, Manajemen
Pendidikan, (Bandung:Alfabeta, 2015), h, 229.
4

guru merupakan komponen penting dalam pendidikan). Mutu pendidikan

inilah yang masih menjadi permasalahan di Indonesia. Lebih khusus, 75%

madrasah di seluruh Indonesia masih belum mampu mencapai standar

minimal dalam hal layanan pendidikan.

Menurut data The Learning Curve Pearson tahun 2014 sebuah

lembaga pemeringkatan pendidikan dunia, memaparkan bahwa Indonesia

menduduki posisi akhir dalam mutu pendidikan di seluruh dunia. Posisi

Indonesia ini. menjadi yang terburuk, dengan menempati posisi 40 dari 40

negara.5 Dengan kondisi demikian, maka seorang kepala madrasah diharapkan

lebih berkompeten dalam mengemban tugas manajerialnya, sekaligus sebagai

administrator dan supervisor pendidikan, terutama dalam perencanaan,

pengkoordinasian, dan pengevaluasian. Dalam upaya peningkatan mutu

pendidikan, tenaga pendidik dan kependidikan adalah aspek utama yang

mutlak perlu diperhatikan. Tenaga pendidik dan kependidikan merupakan

sumber daya yang terlibat langsung dalam proses pendidikan, ia terlibat dalam

pengelolaan kelembagaan, pengelolaan proses kegiatan belajar mengajar,

pengambilan keputusan dalam lembaga, penggelolaan program, serta ikut

serta dalam hal monitoring dan evaluasi kelembagaan.6

Berdasarkan hasil observasi awal dengan kepala Madrasah MIN 8

Kabupaten Bener Meriah peneliti menemukan beberapa permasalahan yaitu:

(1) dalam meningkatkan kualitas dan kinerja tenaga pendidik di MIN 8 Bener

5
Rosalina Ginting dan Titik Haryati, “Kepemimpinan dan Konteks Peningkatan Mutu
Pendidikan,” Jurnal Ilmiah CIVIS, Vol. 2 No. 2, Juli 2012, h. 13.
6
The Learning Curve Pearson Sebuah lembaga pemeringkatan pendidikan dunia, Journal
Scrib, 2018, h. 123.
5

Meriah kepala sekolah cenderung menggunakan gaya kepemimpinan yang

otoriter. Hal ini menyebabkan banyak inovasi-inovasi yang ada pada guru

tidak bisa dijalankan secara tuntas secara terprogram. (2) ketika dalam

mengambil keputusan dan kebijakan tidak dilakukan secara demokratis

sehingga menyebabkan banyak kebijakan-kebijakan yang terkait dalam

peningkatan mutu pendidik dan tenaga pendidik bertolak belakang dengan

harapan guru-guru MIN 8 Bener Meriah ini.

Kepala madrasah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan

pendidikan melalui upaya menggerakkan seluruh warga madrasah ke arah

pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini kepala

madrasah bertugas melaksanakan fungsi kepemimpinan madrasah, baik fungsi

yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan

iklim serta budaya madrasah yang konduktif bagi terlaksananya proses belajar

mengajar yang produktif, efektif, dan efisien.7

Dalam upaya untuk mencapai mutu madrasah yang diinginkan,

idealnya sebuah madrasah harus mampu memenuhi standar kebutuhan

minimal madrasah yang termasuk dalam kategori bermutu. Salah satunya

adalah kemampuan manajerial yang baik dari kepala madrasah.8

7
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretis dan
Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018), h. 93.
8
Rosalina Ginting dan Titik Haryati, “Kepemimpinan dan Konteks Peningkatan Mutu
Pendidikan,” (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018), h. 13.
6

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti ingin membuat

penilitian dengan judul “Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam

Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik di MIN 8 Bener Meriah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam peningkatan

mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener Meriah?

2. Bagaimana teknik peningkatan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener

Meriah?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan

kepala madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN

8 Bener Meriah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam

peningkatan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener Meriah.

2. Untuk menganalisis teknik peningkatan mutu tenaga pendidik di MIN 8

Bener Meriah.
7

3. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi gaya

kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga

pendidik di MIN 8 Bener Meriah.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pelaksanaan, penguatan,

dalam peningkatan mutu tenaga pendidik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktik hasil penelitian manfaat, terutama:

a) Bagi kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah sebagai masukan

informasi dalam merumuskan kebijakan yang berkaitan tentang gaya

kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik.

b) Bagi kepala Madrasah Ibtidaiyah Negeri 8 Bener Meriah sebagai informasi

dalam penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berkaitan

perbaikan pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu tenaga pendidik.

c) Bagi peneliti lain sebagai bahan informasi mengenai perencanaaan,

pelaksanaan dan evaluasi dalam pembentukan karakter siswa.

d) Bagi penulis mengembangkan ilmu pengetahuan yang dimiliki terutama dalam

bidang manajemen pendidikan serta untuk meneliti secara mendalam

mengenai tentang gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam peningkatan

mutu tenaga pendidik.


8

E. Defenisi Operasional

1. Gaya Kepemimpinan Kepala Madarasah

Gaya kepemimpinan kepala madrasah yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah cara kepala madrasah untuk mempengaruhi pendidik dan tenaga

pendidik yang ada disekolah dengan bentuk pola tingkah laku atau kepribadian.

2. Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik

Peningkatan mutu tenaga pendidik yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah peningkatan mutu pada bidang kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian

dan profesional pada tenaga pendidik.

F. Kajian Terdahulu

Kajian terdahulu yang relevan dengan Gaya Kepemimpinan Kepala

Madrasah dalam Peningkatan Kinerja Tenaga Pendidik di MIN 8 Bener Meriah

adalah sebagai berikut :

Nana Surya Permana dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan

Mutu Tenaga Pendidik Dengan Kompetensi dan Sertifikasi Guru”. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis kompetensi dan sertifikasi guru

dalam upaya peningkatan mutu tenaga pendidik (guru) di sekolah. Adanya

kompetensi dan sertifikasi yang baik bagi seorang guru akan mampu

meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. dalam penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif, dengan menggunakan analisis korelasi dan

regresi sebagai alat analisis data, serta menggunakan angket sebagai alat

pengumpulan data. Penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri di


9

Jakarta Timur, DKI Jakarta, Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kompetensi dan sertifikasi guru memiliki hubungan yang tinggi terhadap

peningkatan mutu tenaga pendidik (guru) di sekolah. Seorang guru yang memiliki

mutu yang baik menunjukkan memiliki kompetensi dan sertifikasi sebagai sebagai

seorang tenaga pendidik. Oleh karena itu untuk meningkatkan mutu seorang guru

membutuhkan berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas diri guru salah

satunya dengan meningkatkan kualitas kompetensi dan sertifikasi guru.9

Tuti Herawati dalam penelitiannya yang berjudul “Manajemen

Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di MIN 1 Kapuas”

Penelitian ini dilatar belakangi kondisi yang ada pada MIN 1 Kapuas , dimana

MIN 1 Kapuas merupakan satu-satunya sekolah di Kapuas yang memiliki dua unit

sekolah dengan jumlah siswa lebih dari 1000 siswa dengan hanya satu kepala

manajemen, di samping itu MIN 1 Kapuas kuga mampu bersaing dengan sekolah

lain dan menunjukan prestasi yang mengagumkan sehingga menarik untuk

dilakukan penelitian bagaiman manajemen peningkatan mutu Pendidikan yang

ada di MIN 1 Kapuas sehingga mampu bersaing dengan hanya dipimpin oleh satu

kepala madrasah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian yang dilaksanakan dalam peningkatan mututenga

pendidik dan tenaga kependidikant di MIN 1 Kapuas . Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis kualitatif deskriptif. Tempat

penelitian MIN 1 Kapuas , dengan subjek penelitian adalah kepala sekolah, waka
9
Nana Surya Permana. Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik Dengan Kompetensi dan
Sertifikasi Guru. (STUDIA DIDAKTIKA: Jurnal Ilmiah Bidang Pendidikan Vol. 11, No. 1, 2017,
ISSN 1978-8169), h. 4.
10

kurikulum dan guru. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan teknik

observasi, wawancara dan dokumentasi, kemudian teknik analisis data dilakukan

dengan empat tahap yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan

verivikasi data sedangkan teknik pengabsahan data dilakukan dengan derajat

kepercayaan (credibility), ketergantungan (dependability), dan kepastian

(confirmability).

Hasil penelitian adalah: 1) Perencanaan peningkatan mutu pendidik dan

tenaga kependidikan di MIN 1 Kapuas berorientasi untuk meningkatkan

pencapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan secara maksimal, dengan

program peningkatan kualifikasi pendidikan guru kejenjang S-2 dan kejenjang S-1

untuk tenaga kependidkan. Peningkatan kapasitas guru, melalui program

sertivikasi, kegiatan IHT, Pengembangan SPMI (Sistem Penjamin Mutu Internal),

IHT Pengembangan RPP Keterampilan, Pembuatan Video belajar dan Belajar

bersama, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), Pengembangan Penilaian

berbasis TIK, Bimtek Pembelajaran dan penilaian soal HOTS, Supervisi,

Pendalaman IT, dan Pembinaan Personal Pendidik/ Kependidikan. Sedangkan

untuk tenaga kependidikan peningkatan kapasitas dilakukan dengan program

Bimtek EMIS, praktek asesmen bimtek simpatika, bimtek keuangan, Pendalaman

IT, dan Pembinaan Personal Pendidik/ Kependidikan. Dari hasil perencanaan

peningkatan mutu pendidik dan pendidikan tiga tahun terakhir semua guru telah

memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi yang disarankan oleh pemerintah.

2) Pelaksanaan peningkatan mutu pendidik dan kependidikan diselengarakan oleh

MIN 1 Kapuas dan kementerian agama kabupaten Kapuas yang disesuaikan


11

dengan regulasi dan agenda sesuai perencanan yang telah disusun oleh MIN 1

Kapuas dan pihak kementerian agama Kabupaten Kapuas. 3) Pengendalian

peningkatan mutu pendidik dan kependidikan dilakukan kepala MIN 1 Kapuas

dengan menerapkan tiga tahapan yaitu, pemantauan, penilaian dan pelaporan

kinerja pendidik dan kependidikan yang tertuang dalam Sasaran Kinerja Pegawai

(SKP) yang dilakukan setiap akhir tahun. Dari jumlah keseluruhan guru yang

tersertifikasi menunjukan hasil yang baik.10

Tri Ratna Subayi dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Kepala

Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Kasus Di Mi Ma’arif

Mayak)”. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis peran kepala madrasah

sebagai manager dalam peningkatan mutu pendidikan di MI Ma’arif Mayak

Tonatan (2) Menganalisis peran kepala madrasah sebagai administrator guna

meningkatkan mutu pendidikan di MI Ma’arif Mayak Tonatan (3) Menganalisis

peran kepala madrasah sebagai supervisor dalam peningkatan mutu pendidikan di

MI Ma’arif Mayak Tonatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Peran kepala madrasah sebagai

manager dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Ma’arif Mayak Tonatan.

Pertama, penyusunan program pengembangan mutu tenaga pendidik dan

kependidikan yang dilakukan oleh kepala madrasah di MI Ma’arif Mayak

Tonatan, kedua pengkoordinasian pelaksanaan program pengembangan mutu

tenaga pendidik dan kependidikan yang dilakukan oleh kepala madrasah di MI

Ma’arif Mayak Tonatan, dan ketiga, evaluasi pelaksanaan program

10
Tuti Herawati. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan di
MIN 1 Kapuas. Tesis. (Pascasarjana IAIN Palangka Raya 2020), h. 75.
12

pengembangan mutu tenaga pendidik dan kependidikan yang dilakukan oleh

kepala madrasah di MI Ma’arif Mayak Tonatan. (2) Peran kepala madrasah

sebagai administrator dalam meningkatkan mutu pendidikan di MI Ma’arif Mayak

Tonatan yaitu merencanakan dalam pengelolaan kurikulum yang digunakan di

madrasah, pengelolaan sarana dan prasarana meliputi masjid, ruang perpustakaan,

ruang komputer. Serta menyusun struktur organisasi madrasah, dan administrasi

keuangan.(3) Peran kepala madrasah sebagai supervisor dalam meningkatkan

mutu pendidikan di MI Ma’arif Mayak yaitu pelaksanaan supervisi kepala

madrasah di MI Ma’arif Mayak Tonatan Ponorogo dilaksanakan melalui tiga

tahap yaitu pada perencanaan supervisi, pelaksanaan supervisi dan evaluasi

supervisi.11

11
Tri Ratna Subayi. Peran Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
(Studi Kasus Di Mi Ma’arif Mayak). Tesis. (. (Pascasarjana IAIN Ponorogo 2020), h. 97.
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah

1. Pengertian Gaya Kepemimpinan Kepala Madrasah

Secara etimologi kepemimpinan berasal dari kata dasar “pimpin”

(lead) berarti bimbing atau tuntun.12 Kepemimpinan sendiri adalah ilmu dan

seni mempengaruhi orang atau kelompok untuk bertindak seperti yang

diharapkan dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Gaya kepemimpinan (Leadership Style), yakni pemimpin yang

menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap keterampilan dan

sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bersikap,

berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi

orang untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda–beda atas dasar

motivasi, kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Gaya

kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin melaksanakan fungsi

kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang berusaha

dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar.13

Menurut James, bahwa gaya kepemimpinan adalah berbagai pola

tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan

mempengaruhi pekerja. Sedangkan menurut Tompubolon, gaya

12
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumberdaya Menusia, Bumi Aksara (Jakarta : Pustaka
Media Press, 2016), h. 167.
13
Regina Aditya Reza, Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Sinar Sentosa Perkasa Banjarnegara, (Jurnal Ekonomi Riset,
Vol.3, No.3, mEI 2017, ISSN: 2474-0655,), h. 12.
13
14

kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari

falsafah, ketrampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin

ketika ia mencoba untuk mempengaruhi kinerja bawahannya.14

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwasannya

gaya kepemimpinan kepala madrasah merupakan cara kepala madrasah untuk

mempengaruhi dan memotivasi pendidik dan tenaga pendidik yang ada

disekolah agar mau berkontribusi dengan kinerja yang baik untuk keberhasilan

visi dan misi sekolah.

2. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

a. Gaya kepemiminan otokratis

Istilah otokrasi berasal dari bahasa yunani. Istilah otokratis berasal

dari dua kata yaitu: autos dan kratos. Autos berarti sendiri atau diri pribadi,

kratos adalah kekuasaan atau kekuatan.Otokrasi adalah suatu bentuk

pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang oleh satu orang.Jadi

otokratis berarti berkuasa sendiri secara mutlak (centre of authority).15

Kepemimpinan otokratis merupakan kepemimpinan yang dilakukan oleh

seorang pemimpin dengan prilaku otoriter.

Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian adalah gaya

pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil

14
Biatna Tampubolon.Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan dan Faktor EtosKerja
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Organisasi. (Jurnal Standarisasi ” ISSN 19-9001-2001”,, No. 9),
h. 107.
15
Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi, Alih Bahasa: Budi Supriyanto, (Jakarta:
Indeks, 2016), h. 120.
15

dari dirinya sendiri secara penuh.16 Segala pembagian tugas dan tanggung

jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para

bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.

1) Indikator Gaya Kepemimpinan Otokratis

a) Mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus

dipatuhi,

b) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,

c) berambisi untuk merajai situasi,

d) Setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,

e) Bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana

dan tindakan yang akan dilakukan,

f) Semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas

pertimbangan pribadi,

g) Adanya sikap eksklusivisme,

h) Selalu ingin berkuasa secara absolut,

i) Sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, Pemimpin

ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.17

2) Kelebihan Gaya Kepemimpinan Otokratis

a) Keputusan akan dapat diambil dengan cepat karena mutlak hak

pemimpin.

b) Mudah dilakukan pengawasan.

16
Malayu Hasibuan, Manajemen Sumberdaya Manusia, (Jakarta Media Pustaka Press,
20018), h. 171.
17
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2008), h. 303.
16

c) Tujuan lebih mudah dicapai, karena hanya mengadopsi kepentingan

satu orang.

d) Dengan alasan yang sama, tidak pernah terjadi konflik kepentingan

dalam organisasi.

3) Kekuranga Gaya Kepemimpinan Otokratis

a) Anggota organisasi tidak bisa berinovasi, minim kreasi.

b) Anggota organisasi tidak bisa menyampaikan pendapatnya dan tidak

memiliki posisi tawar dalam pengambilan keputusan.

c) Pemimpin terlalu berkuasa, sehingga biasanya sering terjadi abuse of

power.

b. Gaya kepemimpinan Demokratis

Tipe kepemimpinan demokratis adalah kebalikan dari pemimpin

otoriter. Disini pemimpin ikut berbaur dan berada ditengah-tengah

anggotanya. Hubungan yang tercipta juga tidaklah kaku seperti majikan

dengan bawahan, melainkan seperti saudara sendiri.Pemimpin selalu

memperhatikan kebutuhan kelompoknya dan mempertimbangkan

kesanggupan kelompok dalam mengerjakan tugas. Pemimpin juga mau

menerima masukan dan saran dari bawahannya.18

1) Indikator Gaya Kepemimpinan Demokratis

a) Wewenang pimpinan tidak mutlak

b) Terdapat pelimpahan sebagian wewenang kepada bawahan

18
Malayu Hasibuan, Teori Dan Praktek Kepemimpinan, (Jakarta :Rineka Cipta, 2016) h,
40
17

c) Keputusan atau Kebijakan dibuat bersama antara pimpinan dan

bawahan

d) Komunikasi berlangsung timbal balik

e) Pengawasan dilakukan secara wajar

f) Prakarsa datang dari pimpinan maupun bawahan

g) Penyaluran aspirasi bawahan secara luas

h) Tugas diberikan bersifat permintaan

i) Pujian dan kritik seimbang

j) Pimpinan mendorong prestasi bawahan

k) Kesetiaan bawahan secara wajar

l) Memperhatikan perasaan bawahan

m) Suasana saling percaya, menghormati dan menghargai19

2) Kelebihan Gaya Kepemimpinan Demokratis

a) Hubungan antara pemimpin dan bawahan harmonis dan tidak kaku

b) Keputusan dan kebijaksanaan diambil melalui diskusi sehingga

bawahan akan merasa dihargai dan dibutuhkan peranannya

c) Mengembangkan daya kreatif dari bawahan karena dapat mengajukan

pendapat dan saran

d) Bawahan akan merasa percaya diri dan nyaman sehingga bisa

mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk menyelesaikan tugasnya

e) Tidak mudah lahir kubu oposisi karena pemimpin dan bawahan sejalan

3) Kelemahan Gaya Kepemimpinan Demokratis


19
Sentot Imam Wahjono, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Salemba Empat :2018), h.172.
18

a) Proses pengambilan keputusan akan berlangsung lama karena diambil

secara musyawarah

b) Sulitnya dalam pencapaian kata mufakat karna pendapat setiap orang jelas

berbeda

c) Akan memicu konflik apabila keputusan yang diambil tidak sesuai dan

apabila ego masing-masing anggota tinggi

c. Gaya Kepemimpinan Karismatik

Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki energi dan daya tarik

yang luar biasa untuk dapat mempengaruhi orang lain, maka tidaklah heran

apabila memiliki pengikut atau masa yang jumlahnya besar. Sifat kharismatik

yang dimiliki adalah karunia dari tuhan. Pemimpin kharismatik bisa dilihat

dari cara mereka berbicara, berjalan maupun bertindak.20

1) Kelemahan Gaya Kepemimpinan Karismatik

a) Dapat mengkomunikasikan visi dan misi secara jelas

b) Dapat membangkitkan semangat bawahan untuk bekerja lebih giat.

c) Bisa mendapatkan pengikut dengan masa yang besar karena sifatnya

yang berkharisma sehingga bisa dipercaya.

d) Menyadari kelebihannya dengan baik sehingga bisa memanfaatkannya

semaksimal mungkin.

2) Kelebihan Gaya Kepemimpinan Karismatik

20
Mila Badriyah, Kepemimpinan dan Manajemen Sumber Daya Manusia,
(Bandung :Pustaka setia, 2018), h. 56.
19

a) Para pemimpin kharismatik mudah mengambil keputusan yang

beresiko.

b) Pemimpin kharismatik cenderung memiliki khayalan bahwa apa yang

dilakukan pasti benar karena pengikutnya sudah terlanjur percaya

c) Ketergantungan yang tinggi sehingga regenerasi untuk pemimpin yang

berkompeten sulit.

B. Peningkatan Mutu Tenaga Pendidik

1. Pengertian Pendidik dan Tenaga Pendidik

Seorang pendidik adalah salah satu faktor yang paling menetukan

keberhasilan proses belajar mengajar , karena itu pendidik tidak saja mendidik

melainkan juga berfungsi sebagai orang dewasa yang dengan kepropesionalannya

dapat memindahkan ilmu pengetahuan (transferof knowledge) atau penyalur ilmu

pengetahuan (transmitter of knowledge) yang dikuasai kepada anak didik.

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat terutama bagi pendidikan pada perguruan tinggi.21

Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah satuan

pendidikan. Pendidik atau guru memiliki peran dan posisi strategis serta

tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan proses pendidikan itu sendiri.

Pendidik atau guru merupakan ujung tombak tujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa serta kurikulum system pendidikan nasional yang ada. Oleh karena itu,
21
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2013 Bab IX Pasal 29 ayat 2.
20

tanpa sosok pendidik Peran sentral guru atau pendidik adalah pemegang proses

pembelajaran. Posisi tersebut secara tidak langsung mengharuskan pendidik atau

guru memiliki beberapa kualifikasi dan kemampuan khusus sesuai dengan

perannya. 22

Pendidik merupakan salah satu komponen penting dalam sebuah satuan

pendidikan. Pendidik atau guru memiliki peran dan posisi strategis serta

tanggung jawab yang besar terhadap keberhasilan proses pendidikan itu sendiri.

Pendidik atau guru merupakan ujung tombak tujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa serta kurikulum sistem pendidikan nasional.

Tenaga kependidikan adalah tenaga-tenaga (personil) yang

berkecimpung di dalam lembaga atauorganisasi pendidikan yang memiliki

wawasan pendidikan dan melakukan kegiatan pelaksanaan pendidikan (mikro

atau makro) atau penyelenggaraan pendidikan.23

Berdasarkan Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan

Nasional) Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI pasal 39 ayat : 1) Tenaga

Kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,

pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada

satuan pendidikan. 2) Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil belajar,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi.

22
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2018),
h. 7.
23
Husaini Usman, Manajemen: Teori, Paktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2016), h. 540- 541.
21

Pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut

guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen. 4)

Ketentuan mengenai guru pada ayat diatur dengan undang-undang sendiri.24

Dapat disimpulkan bahwa tenaga kependidikan merupakan tenaga

profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan mengatur para

pendidik menjadi efektif dan efesien, mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar pesesrta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

unutuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian ,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sedangkan tenaga kependidikan merupakan tenaga yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan,

pengawasan, pelayanan, teknis untuk penunjang proses pendidikan pada satuan

pen menganalisis data diperlukan sekali untuk menyelesaikan masalah dalam

peningkatan mutu. Partisipasi semua unsur organisasi termasuk dalam kaitan ini

unsur yang ada di madrasah untuk digerakan agar mereka memiliki motivasi dan

kinerja yang tinggi dalam mencapai tujuan kepuasan pelanggan atau masyarakat.

Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari

seluruh anggota sekolah.

24
Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Nomor 20 Tahun 2003,
Bab XI pasal 39 ayat (1) dan (2).
22

2. Tugas Fungsi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Menurut UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

pasal 39 ayat 2, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,

melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Secara khusus tugas dan fungsi tenaga pendidik (guru dan dosen) didasarkan pada

Undang-Undang No 14 Tahun 2007, yaitu sebagai agen pembelajaran untuk

meningkatkan mutu pendidikan nasional, pengembang ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni, serta pengabdi kepada masyarakat. 25

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun

2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 171 Pendidik

mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: 26

a. Guru sebagai pendidik profesional mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.

b. Dosen sebagai pendidik profesional dan ilmuwan mentransformasikan,

mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, pada

jenjang pendidikan tinggi

25
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2.
26
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010.
23

c. Konselor sebagai pendidik professional memberikan pelayanan konseling

kepada peserta didik di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi

d. Pamong belajar sebagai pendidik professional mendidik, membimbing,

mengajar, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, dan

mengembangkan model program pembelajaran, alat pembelajaran, dan

pengelolaan pembelajaran pada jalur pendidikan nonformal.

e. Widyaiswara sebagai pendidik professional mendidik, mengajar, dan melatih

peserta didik pada program pendidikan dan pelatihan prajabatan dan/atau dalam

jabatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau pemerintah daerah

f. Tutor sebagai pendidik professional memberikan bantuan belajar kepada

peserta didik dalam proses pembelajaran jarak jauh dan/atau pembelajaran tatap

muka pada satuan pendidikan jalur formal dan nonformal

3. Mutu Tenaga Pendidik

Dalam PP No 19 Tahun 2005 pasal 2 (1) bahwa: “Standar Nasional

pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga pendidik

dan kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian

pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala”.27

Standar pendidik dan tenaga kependidikan dalam SNP pasal 28 (1)

bahwa: “Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai

agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk

27
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 19 Tahun 2005 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
24

mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Sedangkan ayat (2) menjelaskan

bahwa: “kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat

pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan

dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku”. Adapun pada ayat (3) menjelaskan bahwa:

“kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”.

Standar yang dimaksud adalah suatu kriteria yang telah dikembangkan

dan ditetapkan berdasarkan atas sumber, prosedur, dan manajemen yang efektif.

Sedangkan kriteria adalah sesuatu yang menggambarkan ukuran dan keadaan

yang dikehendaki. Secara konseptual, standar juga dapat berfungsi sebagai alat

untuk menjamin bahwa program-program pendidikan suatu profesi dapat

memberikan kualifikasi kemampuan yang harus dipenuhi oleh calon sebelum

masuk kedalam profesi yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam meningkatkan

mutu tenaga pendidik (guru) harus berdasarkan suatu ukuran yang ditetapkan atau

dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan berperilaku layaknya

seorang guru untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi

dan jenjang pendidikan supaya mutu guru dapat diketahui. Standar kompetensi

tenaga pendidik (guru) bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam

pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam

meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Dengan demikian, kompetensi yang


25

dimiliki oleh setiap tenaga pendidik (guru) akan menunjukkan kualitas guru dalam

mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan

pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Artinya

guru bukan saja harus pandai tetapi tetapi juga pandai mentransfer ilmunya

kepada peserta didik.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yakni “penelitian yang

digunakan untuk meneliti suatu fenomena, peristiwa dan gaya kepemimpinan

kepala madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener

Meriah. Penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena penelitian ini berfokus

pada fenomena yang terjadi secara alamiah dan dianalisis dengan menggunakan

logika berpikir ilmiah, karena instrumen kuncinya adalah peneliti. Penelitian

kualitatif ini sering disebut metode penelitian naturalistik karena dilakukan pada

kondisi alamiah atau yang seseuai dengan keadaan”.28

Jenis penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian yang kerap

digunakan tanpa perhitungan, jenis penelitian kualitatif menggunakan data yang

berdasarkan pada argumen, argumen dalam data penelitian kualitatif bisa

diprensentasikan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, bukan angka sehingga tidak

bisa dihitung akan tetapi dapat disimpulkan dari hasil penelitian tersebut secara

sitematis.

Pendekatan penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono

mengemukakan penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti pada kondisi objek

ilmiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data

dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil

28
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), h. 15.
26
27

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi. 29 Peneliti

menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif deskriptif karena penelitian

ini mengeksplorasi, mendeskripsikan dan memahami gaya kepemimpinan kepala

madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener Meriah.

Pendekatan penelitian ini dengan menggunakan metode yang memanfaatkan data

kualitatif dan dijabarkan secara deskriptif, jenis penelitian ini sering digunakan

untuk menganalisis kejadian, fenomena, peristiwa atau keadaan secara sosial.

Berdasarkan pengertian di atas pendekatan dan jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian kualitatif dengan berfokus pada penomena ataupun

kejadian yang secara ilmiah tentang gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam

meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener Meriah.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MIN 8 Bener Meriah, dengan pertimbangan

dalam pemilihan lokasi penelitian ini lebih kepada sekolah yang secara

terorganisir dan aktif dalam melaksanakan kegiatan peningkatan mutu tenaga

pendidik melalui program-program peningkatan kinerja tenaga pendidik baik

dalam jangka satu semester ataupun dalam jangka waktu 1 tahun. Pertimbangan di

atas diperlukan dalam memperoleh informasi yang utuh dan akurat sehingga dapat

mendiskripsikan secara jelas tentang keadaan yang sebenarnya tentang gaya

kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di

MIN 8 Bener Meriah.

29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), h. 17.
28

C. Subjek Penelitian

Subjek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang dapat

memberikan informasi terkait data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu (1)

Kepala MIN 8 Bener Meriah sebagai informan utama yang memberikan informasi

yang akurat tentang kegiatan kebijakan-kebijakan yang dilakukan dalam

meningkatan mutu tenaga pendidik serta program-program unggulan yang

dilakukan dalam meningkatkan kinerja guru, (2) Wakil Kepala MIN 8 Bener

Meriah yang memberikan informasi yang akurat tentang gaya kepemimpinan

kepala madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik, dan (3) Guru-guru

MIN 8 Bener Meriah dalam memberikan informasi tentang gaya kepemimpinan

kepala madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener

Meriah.

D. Metode Pengumpulan Data

Adapun cara metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan

mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi

atau pengamatan merupakan salah satu teknik penelitian yang sangat penting.

Pengamatan itu digunakan karena berbagai alasan.30 Observasi ini digunakan

untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagaimana

30
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015),
h. 242.
29

gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik

di MIN 8 Bener Meriah.

Observasi ini peneliti mencari dan mengamati beberapa hal antara lain

tentang gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga

pendidik di MIN 8 Bener Meriah yang terdiri dari : (1) program-program yang

telah dibuat kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik, (2)

Strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik (3) Teknik

pelaksanaan program kepala sekolah dalam meningkatkan mutu tenga pendidik di

MIN 8 Bener Meriah.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan dan pewawancara (interviewer) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu.31 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara semi

terstruktur. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat kerangka

dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara

berurutan. Adapun isi kegiatan wawancara ini adalah tentang (1) program-

program apa saja yang telah dibuat oleh kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

tenaga pendidik (2) bagaimana strategi kepala sekolah dalam meningkatkan mutu

tenaga pendidik (3) bagaimana Teknik pelaksanaan program kepala sekolah dalam

meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener Meriah.

31
Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2015), h. 186.
30

Tujuan peneliti menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh data

secara jelas dan secara konkret tentang bagaimana manajemen kinerja guru

berbasis budaya religius dalam membentuk kepribadian siswa. Peneliti

menggunakan metode ini sebagai petunjuk wawancara yang hanya berisi petunjuk

secara garis besar tentang proses dan adapun isi dari wawancara untuk menjaga

agar pokok-pokok yang direncanakan dapat seluruhnya tercakup dan tertuang

pada pokok pembahasan. Pelaksanaan wawancara dan pengurutan pertanyaan

disesuaikan dengan kebutuhan peneliti untuk mendapatkan informasi yang akurat

dan benar terjadi terkait dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah di

buat oleh peneliti.

3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metode penelitian sosial. Dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk gambar, tulisan, dokumen

pertinggal sebelumnya dan yang lain sebagainya.32 Studi dokumen merupakan

pelengkapan dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian

kualitatif. Adapun dokumen yang dimaksud adalah berupa dokumen profil

sekolah, dokumen program-program yang dibuat oleh kepala sekolah dalam

menciptakan sekolah berbasis budaya religius dalam membentuk kepribadian

siswa, aturan-aturan yang dibuat oleh kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja

guru, dan penghargaan yang pernah diraih oleh sekolah tersebut.

32
Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan (Jakarta : Rineka Cipta,
2016), h. 200.
31

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan beberapa dokumen resmi,

berupa arsip tugas kepala sekolah terkait kegiatan manajemen kinerja guru

berbasis budaya religius dalam membentuk kepribadian siswa, seperti peraturan

menteri, data kepala sekolah dan guru, rencana pelaksanaan, standar operasional

prosedur dan lain sebagainya. Selanjutnya, sebagai dokumentasi peneliti memiliki

foto-foto sebagai gambaran kegiatan kepemimpinan kepala madrasah dalam

meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener Meriah.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data merupakan proses menyusun atau mengolah data dengan

tujuan mendapat hasil yang baik. Analisis data ini bersifat induktif karena peneliti

melakukan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh

dari hasil wawancara, observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara

memecahkan, mengklasifikasikan, mengorganisasi, menjabarkan sehingga peneliti

menemukan hal yang penting dan bermakna serta membuat kesimpulan agar

mudah dipahami oleh orang yang membacanya.

Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi yang sudah

dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar,

foto, vidio dan yang lainnya.33 Setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, langkah

berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan

rangkuman yang inti, proses dengan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga

sehinga tetap berada di dalamnya gaya kepemimpinan kepala madrasah dalam

33
Ibid., h. 247.
32

meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener Meriah. Langkah

selanjutnya adalah menyusun dan menyatukannya dalam satu dokumen. Satuan

itu dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Kategori-kategori itu dibuat sambil

melakukan koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan

pemeriksaan keabsahan data. Setelah tahap ini, baru mulai tahap penafsiran data

dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan

metode tertentu yang ada dalam prosedur penelitian kualitatif.

F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data

Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini

untuk menyanggah apa yang telah dituduhkan kepada konsep penelitian secara

kualitatif, yang mengatakan bahwa penelitian ini tidak bersifat ilmiah, tetapi

teknik pemeriksaan ini merupakan bagiaan dari tahapan yang tidak dapat

dipisahkan dari tubuh pengetahuan pada penelitian kualitatif.34

Teknik pemeriksaan keabsahan data pada penelitian kualitatif ini dengan

menggunakan uji kredibiltas, uji trasferabilitas, dan uji konfirmabilitas. Uji

kredibilatas dalam penelitian ini melakukan pencermatan secara terperinci

tentang: (1) gaya kepemimpinan kepala madrasah, (2) gaya kepemimpinan kepala

madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener Meriah. Uji

Trasferabilitas dalam penelitian ini sampai sejauh mana hasil penelitian tersebut

dapat diterapkan pada saat pelaksanaan kegiatan peningkatkan mutu tenaga

pendidik di MIN 8 Bener Meriah, dan seberapa jauh pembaca mendapatkan

34
Hadi Sutrisna, Pemeriksaan Keabsaan Data Penelitian Kualitatif, Journal Ilmu
Pendidikan, (Yogyakarta: Media Press Pubhlising), Edisi 3, Tahun 2018, h. 4.
33

pemahaman yang jelas tentang laporan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

Selanjutnya adalah uji konfirmabilitas adalah suatu proses kriteria pemekrisaan

yang dilakuakan dengan konsep transparansi, dan memberikan kesempatan

kepada pihak lain untuk melakukan penilaian terhadap apa yang dilakukan oleh

kepala madrasah dalam meningkatkan mutu tenaga pendidik di MIN 8 Bener

Meriah.
DAFTAR PUSTAKA

Anton Athoillah, Dasar-Dasar Manajemen, Bandung: Pustaka Setia, 2017.

B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Edisi Revisi, Cetakan


Pertama, Jakarta: Rineka Cipta, 2014.

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: Remaja Rosdakarya, 20016.

---------------, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Serta Suatu Panduan Praktis


Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2018.

Hadiyanto, Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia,


Jakarta: Rineka Cipta, 2014.

Haidara Putra Daulay, Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara, Jakarta:


Asdi Mahasatya, 2019.

Hadi Sutrisna, Pemeriksaan Keabsaan Data Penelitian Kualitatif, Journal Ilmu


Pendidikan, Yogyakarta: Media Press Pubhlising, Edisi 3, Tahun 2018.

Khoirul Ahmadi dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu, Jakarta: Prestasi


Pustakaraya, 2011.

Malayu Hasibuan, Teori Dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta :Rineka Cipta Pres,
2016.

Marno, Islam by Management and Leadership, Jakarta: Lintas Pustaka Publisher,


2017.

Mila Badriyah, Kepemimpinan dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung:


Pustaka setia, 2018.

Lexi J. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,


2016.

Lias Hasibuhan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, Cetakan Pertama,


Jakarta: Gaung Persada, GP Press, 2017.

34
35

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum dan Praktik, Cetakan


Ketujuh, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015.

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, Cet. IV, Bandung:


Remaja Rosdakrya, 2017.

---------------------, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2018.

Regina Aditya Reza, Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Motivasi dan Disiplin Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan PT. Sinar Sentosa Perkasa Banjarnegara,
Jurnal Ekonomi Riset, Vol.3, No.3, 2017.

Rosmiaty Azia, Implementasi Pengembangan Kurikulum, Jurnal Implementasi


Pengembangan Kurikulum, Vol.1, No. 1, 2018.

Siti Halimah, Telaah Kurikulum Nasional, Medan: Perdana Publishing, 2017.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan


R&D, Bandung: Alfabeta. 2013.

Suharsimin Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan, Jakarta : Rineka


Cipta, 2016.

Suparta, Pengantar Teori dan Aplikasi Pengembangan Kurikulum PAI Ed. 1 Cet.
1 Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Esensi Erlangga,
2018.

Soedjiarto, Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta: Kompas


Media Nusantara, 2018.

S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, Cetakan Ke-IV, Bandung: Citra Aditiya


Bakti, 2016.

Tim dosen Administrasi Pendidikan Universits Pendidikan Indonesia, Manajemen


Pendidikan, Bandung:Alfabeta, 2015.
36

Tim JSIT Indonesia, Sekolah Islam Terpadu Konsep dan Aplikasinya, Bandung:
Syaamil Cipta Media 2016.

Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan


Pembelajaran, Ed. 3, Cet. 3, Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Madrasah, Yogyakarta: FIP-


UNY, 2017.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretis dan


Permasalahannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2018.

Yaefuddin, Udin Saud & Novi Resmini, Pembelajaran Terpadu, Bandung : UPI
PRESS 2016.

Anda mungkin juga menyukai