Anda di halaman 1dari 32

RESUME JURNAL PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN

MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR


GURU
Tugas ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas ujian akhir semester pada mata

kuliah supervisi dan Pengawasan Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Faizah, M.Pd

Disusun oleh :

M. Naufal Arkan (112001820000122)

Siti Nur Cahya (11200182000057)

Annisa Nirwana (11200182000067)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan resume ini. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Laporan resume buku yang berjudul “
Resume Jurnal Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap
Kinerja Mengajar Guru” ini dibuat untuk memenuhi Ujian Akhir Semester pada mata kuliah
Supervisi Pendidikan Semester 5 Kelas B Program Manajemen Pendidikan. Penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat dalam
pembuatan makalah ini, yaitu :

1. Dr. Hj. Faizah, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Supervisi Pendidikan yang
telah membimbing penyusun sehingga laporan resume buku ini dapat diselesaikan.
2. Para penulis dan penerbit dan referensi yang penyusun kutip sehingga penulisan laporan
resume ini dapat terselesaikan.
3. Rekan-rekan kelas 5B Manajemen Pendidikan yang telah membantu kelancaran
penyelesaian makalah ini.

Bogor, 4 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

RESUME JURNAL PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI


BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU .............................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
IDENTITAS JURNAL ......................................................................................................................... iv
A. Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
Berdasarkan dari data jurnal yang diambil menentukan point sebagai berikut : ........................ 13
Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru ..................................... 14
Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru ....................................... 14
IDENTITAS JURNAL ........................................................................................................................ 17
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 18
B. Kajian Pustaka............................................................................................................................. 22
1. Supervisi Kepala Sekolah ........................................................................................................ 22
2. Metode ...................................................................................................................................... 23
3. Hasil dan Pembahasan ............................................................................................................. 24
4. Kesimpulan dan Saran ............................................................................................................ 26
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ................................................................................................ 27
A. KELEBIHAN ........................................................................................................................... 27
B. KEKURANGAN ...................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 28

iii
IDENTITAS JURNAL
Judul : Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Terhadap

Kinerja Mengajar Guru

Jumlah : 19 Halaman

Tahun Terbit : 2015

Pengarang : Edi Rismawan

Tujuan Penelitian : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Gambaran Supervisi Kepala Sekolah


2. Gambaran Motivasi Berprestasi Guru
3. Gambaran Kinerja Mengajar Guru
4. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Motivasi Berprestasi Guru
5. Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru
6. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru
7. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru
terhadap Kinerja Mengajar Guru.

Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

iv
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kunci untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang
unggul. Oleh karena itu, profesi guru menjadi sangat menentukan sebagai ujung tombak
pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan unggul. Untuk
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul, pemerintah sebagai
regulator mempunyai kewajiban untuk mencetak para guru yang berkualitas. Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal 5 Ayat 1 menjelaskan bahwa tugas
utama Guru adalah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah serta tugas tambahan yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah. kemudian pasal 6 menyebutkan kewajiban Guru dalam
melaksanakan tugas adalah:
a. Merencanakan pembelajaran/bimbingan, melaksanakan pembelajaran/ bimbingan
yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran/ bimbingan, serta
melaksanakan pembelajaran/perbaikan dan pengayaan
b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
c. Bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas pertimbangan jenis kelamin, agama,
suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang – undangan, hukum, dan kode etik Guru,
serta nilai agama dan etika
e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Ciri utama dari berhasilnya membentuk guru yang berkualitas dan unggul dengan kata
lain profesional di bidangnya adalah terwujudnya pendidikan yang bermutu. Operasionalnya
dapat kita lihat pada Business Core sistem pendidikan nasional, yaitu kegiatan belajar
mengajar atau pembelajaran. Dengan demikian, kinerja mengajar guru di sekolah akan
sangat menentukan terhadap terwujudnya pendidikan nasional yang bermutu. Namun sampai
saat ini, kinerja mengajar guru di Indonesia masih belum mencapai pada taraf yang
memuaskan walaupun berbagai program telah pemerintah gulirkan. Hal ini dapat dilihat dari

1
data Bappenas menyebutkan bahwa hasil survey yang dilakukan oleh UNESCO untuk
kualitas kinerja guru di Indonesia berada pada level 14 dari 14 negara berkembang. Hal ini
menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru di Indonesia masih belum sesuai dengan yang
dicita-citakan. Dengan kata lain, sebagian guru di Negara kita belum optimal melaksanakan
kinerja mengajarnya sesuai dengan yang diharapkan.

Keadaan seperti ini juga terjadi di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD
TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, yaitu tempat peneliti melakukan
penelitian. Berdasarkan data hasil supervisi tahunan dari pengawas TK dan SD
menunjukkan bahwa kinerja mengajar guru masih harus lebih ditingkatkan lagi, baik dari
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian terhadap
peserta didik. Walaupun demikian, masih banyak guru SD Negeri di Lingkungan Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung
yang kinerja mengajarnya patut diapresiasi.

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru. Vroom mengemukakan bahwa
suggested that performance is a function of ability and motivation as depicted in the
formula: Performance = ƒ (ability × motivation). The effects of ability and motivation on
performance are not additive but multiplicative. People need both ability and motivation to
perform well, and if either ability or motivation is zero there will be no effective
performance. “ Mengemukakan bahwa kinerja merupakan fungsi dari kemampuan dan
motivasi seperti yang digambarkan dalam rumus: Kinerja = ƒ (kemampuan × motivasi).
Pengaruh kemampuan dan motivasi terhadap kinerja tidak bersifat aditif melainkan
multiplikatif. Orang membutuhkan kemampuan dan motivasi untuk bekerja dengan baik,
dan jika salah satu kemampuan atau motivasi adalah nol maka tidak akan ada kinerja yang
efektif.” Sedangkan Fauza (2010) menjelaskan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi
kinerja guru adalah tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim
yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan
kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala sekolah”

Dapat disimpulkan dari pendapat diatas bahwasannya kinerja guru adalah hasil dari
pekerjaan guru tersebut. Dimana dalam proses pekerjaan itu, guru harus memiliki
kemampuan dan motivasi agar bisa menjalankan pekerjaannya dengan baik. Disamping itu

2
terdapat faktor yang membuat guru semakin bersemangat dalam melakukan pekerjaannya,
seperti tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran guna pengawas yang memberikan
arahan jika guru tersebut terdapat kesalahan dalam mengajar, iklim yang kondusif guna
kenyamanan tempat kerja, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, dan lain
sebagainya.

Dari sekian banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja mengajar guru di sekolah
adalah supervisi dan motivasi. Menurut Engkoswara dan Komariah, supervisi dapat berarti
pengawasan yang dilakukan oleh orang yang ahli/profesional dalam bidangnya sehingga
dapat memberikan perbaikan dan peningkatan/pembinaan agar pembelajaran dapat
dilakukan dengan baik dan berkualitas. Sedangkan pengertian motivasi menurut Luthan
menjelaskan bahwa Motivation is a process that starts with physiological and psychological
deficiency or need that activates a behavior or a drive that is aimed at goal or
incentive.Thus, the key to understanding the process of motivation lies in the meaning of,
and relationship among, need, drives, and incentives. “Motivasi adalah proses yang dimulai
dengan kekurangan atau kebutuhan fisiologis dan psikologis yang mengaktifkan perilaku
atau dorongan yang ditujukan pada tujuan atau insentif. Dengan demikian, kunci untuk
memahami proses motivasi terletak pada makna, dan hubungan antara, kebutuhan,
dorongan, dan insentif.” Kepala sekolah sebagai pimpinan langsung di sekolah, tentunya
sangat mengetahui situasi dan kondisi sekolah yang sebenarnya. Selain itu, kepala sekolah
juga mengetahui kekurangan dan kelebihan para guru. Oleh karena itu, kepala sekolah
mempunyai kewajiban untuk melakukan supervisi terhadap para guru yang berada di
sekolahnya tanpa terkecuali.

Supervisi kepala sekolah sangatlah penting untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja
mengajar guru. Seorang kepala sekolah harus benar-benar memahami dan melaksanakan
fungsi supervisi dengan benar dan tepat di sekolah yang dia pimpin. Adapun fungsi supervisi
pendidikan menurut Engkoswara dan Komariah, terdiri dari (1) fungsi penelitian, (2) fungsi
penilaian, (3) fungsi perbaikan, dan (4) fungsi pengembangan. Selain faktor eksternal seperti
supervisi kepala sekolah, faktor internal yang ada pada diri seorang guru seperti adanya
motivasi berprestasi sangat menentukan terhadap peningkatan kinerja mengajar guru.
Konsep motivasi berprestasi merupakan teori kebutuhan yang dikemukakan oleh David

3
McClelland dan rekan-rekannya. Teori ini menjelaskan tiga jenis kebutuhan manusia, yaitu:
kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), kebutuhan untuk kekuasaan (need for
power), dan kebutuhan untuk afiliasi (need for affiliation). McClelland, menjelaskan bahwa
“when a need is strong in a person, its effect is to motivate her to use behavior leading to its
satisfaction. For example, a worker with a high n Ach would set challenging goal, work
hard to achieve the goals, and use skills and abilities to achieve them”. “ketika suatu
kebutuhan kuat dalam diri seseorang, efeknya adalah memotivasi dia untuk menggunakan
perilaku yang mengarah pada kepuasannya. Misalnya, seorang pekerja yang memiliki
harapan tinggi akan menetapkan tujuan yang menantang, bekerja keras untuk mencapai
tujuan, dan menggunakan keterampilan dan kemampuan untuk mencapainya.”

Apabila penjelasan McClelland tersebut dikaitkan dengan sosok seorang guru, maka
karakteristik seseorang guru yang mempunyai motivasi berprestasi di antaranya adalah:

1. Dengan pekerjaan yang menantang untuk menciptakan pembelajaran yang efektif


2. Bekerja keras untuk meningkatkan pembelajaran yang bermakna, dan
3. Senantiasa meningkatkan keterampilan juga kemampuan supaya proses pembelajaran
berjalan dengan baik.

Paparan di atas tentunya menarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam kaitannya dengan
kinerja mengajar guru di lapangan yang selama ini menjadi perhatian berbagai pihak, yang
dalam kenyataannya belum berbanding lurus dengan apa yang diharapkan. Faktor supervisi
kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru merupakan dua faktor yang menarik untuk
dikaji lebih dalam lagi, kaitannya dengan kinerja mengajar guru. Oleh karena itu, peneliti
sangat tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam judul: “Pengaruh
Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru
di Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung”

Dalam Webster New School and Office Dictionary (Suharsaputra, 2010:144) “kinerja
merupakan terjemahan dari kata “performance” (job performance). Secara etimologis
performance berasal dari kata “to perfom” yang berarti menampilkan atau melaksanakan”.
Selanjutnya Suharsaputra (2010:145) mengemukakan definisi kinerja yaitu “suatu
kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai untuk
memperoleh hasil kerja yang optimal”. Menurut Supardi (2013: 47) menjelaskan bahwa

4
“kinerja adalah hasil kerja yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu organisasi untuk
mencapai tujuan berdasarkan atas standarisasi atau ukuran dan waktu yang disesuaikan
dengan jenis pekerjaannya dan sesuai dengan norma dan etika yang telah ditetapkan”.
Menurut Suwatno dan Priansa (2011:196) menjelaskan bahwa “Kinerja atau prestasi kerja
merupakan hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku , dalam kurun waktu
tertentu, berkenaan dengan pekerjaan serta perilaku dan tindakannya”. Sedangkan menurut
Moeherino (2009:61) menjelaskan bahwa kinerja atau performance dapat disimpulkan
sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi baik secara kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dengan kewenangan dan tugas
tanggung jawab masing – masing, dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal , tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Kaitannya dengan guru, menurut Supardi ”kinerja guru merupakan kemampuan seorang
guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di madrasah dan bertanggung jawab atas
peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik”.
Suharsaputra menjelaskan bahwa pada hakikatnya kinerja guru adalah perilaku yang
dihasilkan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar ketika
mengajar di depan kelas, sesuai dengan kriteria tertentu. Sedangkan Rasto dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa “kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja guru dalam
mengelola pembelajaran sebagai realisasi kongkrit dari kompetensi yang dimilikinya
berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dalam disimpulkan kinerja mengajar guru
diartikan sebagai penampilan kerja seorang guru dalam pembelajaran sebagai realisasi dari
kompetensi yang dimilikinya untuk memperoleh hasil belajar peserta didik yang optimal.

Vroom mengemukakan bahwa Suggested that performance is a function of ability and


motivation as depicted in the formula: Performance = ƒ (ability × motivation). The effects of
ability and motivation on performance are not additive but multiplicative. People need both
ability and motivation to perform well, and if either ability or motivation is zero there will
be no effective performance. “ Mengemukakan bahwa kinerja merupakan fungsi dari
kemampuan dan motivasi seperti yang digambarkan dalam rumus: Kinerja = ƒ (kemampuan
× motivasi). Pengaruh kemampuan dan motivasi terhadap kinerja tidak bersifat aditif

5
melainkan multiplikatif. Orang membutuhkan kemampuan dan motivasi untuk bekerja
dengan baik, dan jika salah satu kemampuan atau motivasi adalah nol maka tidak akan ada
kinerja yang efektif.” Hal tersebut berarti bahwa kinerja merupakan fungsi dari kemampuan
dan motivasi seperti digambarkan dalam rumus: Kinerja= f (kemampuan x motivasi). Efek
dari kemampuan dan motivasi bukan merupakan penjumlahan, akan tetapi merupakan
perkalian. Orang-orang butuh kemampuan ataupun motivasi mempunyai kinerja yang baik.
Jika kemampuan atau motivasi bernilai nol, maka kinerja tidak akan efektif. Jadi pendapat
Vroom ini menjelaskan bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh faktor kemampuan dan
motivasi. Kedua faktor inilah yang akan menentukan baik buruknya kinerja seseorang.

Amstrong, mengemukakan bahwa A formula for performance was originated by


Blumberg and Pringle. Their equation was: Performance = individual attributes × work
effort × organizational support. “Formula untuk kinerja berasal dari Blumberg dan Pringle.
Persamaan mereka adalah: Kinerja = atribut individu × usaha kerja × dukungan organisasi“
Hal ini berarti bahwa sebuah rumus kinerja diperkenalkan oleh Blumberg dan Pringle.
Rumus mereka adalah Kinerja = Individual atribut x usaha kerja x dukungan organisasi.
Apabila kita peratikan dengan seksama, maka motivasi masuk pada faktor individual atribut,
sedangkan supervisi kepala sekolah masuk pada faktor dukungan organisasi.

Menurut Supardi (2013: 52) menyebutkan bahwa banyak faktor dan variabel yang
mempengaruhi kinerja guru. Faktor-faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri yaitu faktor
individu dan faktor psikologis, dan juga dapat berasal dari luar atau faktor situasional.
Sedangkan Fauza (2010) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru
adalah tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim yang
kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan kepala
sekolah, jaminan kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala sekolah.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka di antara faktor yang dapat mempengaruhi
kinerja mengajar guru adalah supervisi kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru.
Apabila kepala sekolah melaksanakan supervisi dengan baik sesuai dengan asa, tujuan,
fungsi, dan teknik yang benar, maka para guru akan merasa nyaman. Perasaan nyaman
dengan suasana yang kondusif dan bersahabat inilah yang akan dapat meningkatkan

6
motivasi guru. Apabila guru sudah termotivasi, maka kinerja mengajarnya pun akan
meningkat.

Menurut Sa’ud, seorang guru dalam proses belajar mengajar, minimal harus memiliki
empat kemampuan, yakni (1) kemampuan merencanakan proses belajar mengajar, (2)
melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar, (3) menilai kemajuan
proses belajar mengajar, dan (4) menguasai bahan pelajaran. Sementara itu Mulyasa (2013:
103) menyebutkan bahwa “kinerja guru dalam pembelajaran berkaitan dengan kemampuan
guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran, baik yang berkaitan
dengan proses maupun hasilnya”. Adapun indikator kinerja guru yaitu (1) menguasai bahan
(2) mengelola proses belajar mengajar (3) mengelola kelas (4) menggunakan media atau
sumber belajar (5) menguasai landasan pendidikan (6) merencanakan program pengajaran
(7) memimpin kelas (8) mengelola interaksi belajar mengajar (9) melakukan penilaian hasil
belajar siswa (10) menggunakan berbagai metode dalam pembelajaran (11) memahami dan
melaksanakan fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan (12) memahami dan
menyelenggarakan administrasi sekolah (13) serta memahami dan dapat menafsirkan hasil-
hasil penelitian untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

Engkoswara dan Komariah (2011: 228) mengemukakan bahwa “supervisi pendidikan


dikenal dengan sebutan “instructional supervision” atau “i” dipandang sebagai kegiatan yang
ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran”.
Sedangkan Danim dan Khairil menjelaskan bahwa secara etimologi, istilah supervisi berasal
dari bahasa inggris “supervision” yang berarti pengawasan. Pelaku atau pelaksananya
disebut supervisor dan orang yang disupervisi disebut subjek supervisi atau supervisee.
Selanjutnya Engkoswara dan Komariah menjelaskan bahwa secara morfologi, “supervisi”
terdiri dari dua kata yaitu “super” yang berarti atas atau lebih dan “visi” mempunyai arti
lihat, pandang, tilik, atau awasi.

Pengertian supervisi pendidikan menurut Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan


adalah bimbingan profesional bagi guru – guru. Bimbingan profesional yang dimaksud
adalah segala usaha yang memberikan kesempatan bagi guru – guru untuk berkembang
secara profesional, sehingga mereka lebih maju lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya,
yaitu memperbaiki dan meningkatkan proses belajar murid – murid. Kaitannya dengan orang

7
yang menjadi supervisor pendidikan, maka Dasrizal (2009: 10) menjelaskan bahwa
“supervisi adalah serangkaian usaha pemberian bantuan kepada guru dalam bentuk layanan
profesional yang diberikan oleh supervisor (pengawas sekolah, kepala sekolah, dan Pembina
lainnya) guna meningkatkan mutu proses dan hasil belajar mengajar”. Suhardan,
menyebutkan bahwa “supervisi dari semula yang berorientasi pada perbaikan fasilitas
mengajar di dalam kelas berdasarkan instruksi atasan, berubah ke arah penyediaan kondisi
dan situasi kegiatan akademik yang menguntungkan guru yang akan mengajar dan murid
yang akan belajar. Selanjutnya Sutisna mengatakan bahwa pemahaman supervisi telah
berubah dan bergeser ke arah yang lebih luas, ke arah menciptakan kondisi-kondisi esensial
di sekolah agar tercipta budaya sekolah yang merangsang terjadinya semangat mengajar
yang bermutu. Semua guru merasa termotivasi untuk meningkatkan semangat kerja dalam
suasana “Learning Organization”, karena iklimnya memungkinkan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa supervisi kepala
sekolah merupakan suatu bentuk layanan, bimbingan, bantuan, dan pengawasan yang
dilakukan oleh kepala sekolah untuk mengembangankan, memperbaiki, dan peningkatan
kualitas mengajar guru.

Adapun asas – asas supervisi yaitu sebagai berikut:

1. supervisi pendidikan adalah bagian terpadu dari program pendidikan. Supervisi ini
memperlakukan manusia sebagai manusia seutuhnya, baik sebagai manusia
perseorangan, sosial, ataupun mahluk ciptaan tuhan
2. tujuan supervisi pendidikan adalah meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dalam
rangka mencapai tujuan pendidikan nasional
3. pelaksanaan supervisi pendidikan hendaknya dilaksanakan secara musyawarah,
saling menghormati, bersedia menerima pendapat orang lain dan berani menyatakan
pendapat sendiri
4. supervisi pendidikan hendaknya memperhatikan kesejahteraan personal pendidikan
yang meliputi pemenuhan kebutuhan perseorangan dan sosialnya
5. supervisi pendidikan hendaknya dilaksanakan oleh orang yang telah mendapat
pendidikan dan latihan dalam bidang supervisi.

8
Adapun tujuan adanya supervisi pendidikan menurut Ametembun (Tim Dosen Jurusan
Administrasi Pendidikan sebagai berikut:

1. Membina kepala sekolah dan guru-guru untuk lebih memahami tujuan pendidikan
yang sebenarnya dan peranan sekolah mencapai tujuan itu
2. Memperbesar kesanggupan kepala sekolah dan guru-guru untuk mempersiapkan
peserta didiknya menjadi anggota masyarakat yang efektif
3. Membantu kepala sekolah dan guru mengadakan diagnosis secara kritis terhadap
aktivitas-aktivitasnya dan kesulitan belajar mengajar, serta menolong mereka
merencanakan perbaikan-perbaikan
4. Meningkatkan kesadaran kepala sekolah dan guru-guru serta warga sekolah lainnya
terhadap tata kerja yang demokratis dan kooperatif, serta memperbesar kesediaan
untuk tolong menolong
5. Memperbesar ambisi guru – guru untuk meningkatkan mutu layanannya secara
maksimal dalam bidang profesinya (keahlian) meningkatkan “achievement motive”
6. Membantu pimpinan sekolah untuk mempopulerkan sekolah kepada masyarakat
dalam mengembangkan program-program pendidikan
7. Membantu kepala sekolah dan guru-guru untuk dapat mengevaluasi aktivitasnya
dalam konteks tujuan – tujuan aktivitas perkembangan peserta didik
8. Mengembangkan esprit de corps, guru-guru, yaitu adanya rasa kesatuan dan
persatuan (kolegialitas) antar guru.

Adapun fungsi supervisi pendidikan menurut Engkoswara dan Komariah, meliputi:

1. Fungsi Penelitian (Research)


Bahwa supervisor tidak bekerja atas prasangka, tetapi menempuh prosedur yang
tepat seperti merumuskan dulu masalah apa yang dihadapi personil, mengumpulkan
data untuk mendapat informasi yang valid tentang suatu permasalahan yang
bersangkut paut dengan masalah itu, pengolahan data, penarikan kesimpulan, sebagai
bahan untuk mengambil keputusan tentang suatu permasalahan.
2. Fungsi Penilaian (Evaluation)

9
Kesimpulan hasil penelitian dijadikan bahan evaluasi apakah objek penelitian
tersebut memiliki kekuatan, kelemahan, dan menemukan solusi yang tepat untuk
memutuskan suatu masalah.
3. Fungsi Perbaikan (Improvement)
Apabila hasil penelitian menunjukkan terdapat kekurangan-kekurangan yang harus
segera ditangani, maka supervisor melakukan langkah-langkah strategis dan
operasional sebagai upaya melakukan perbaikan – perbaikan.
4. Fungsi Pengembangan (Development)
Dua kondisi yang dihadapi supervisor adalah kekurangan-kekurangan dan prestasi
yang dimiliki personil. Kekurangannya dilakukan perbaikan dan prestasi yang
ditunjukan guru perlu mendapat pengakuan dan pengembangan.

Engkoswara dan Komariah menjelaskan bahwa beberapa teknik yang dapat digunakan
supervisor pendidikan antara lain:

1. Kunjungan sekolah (school visit) bermanfaat untuk mengetahui situasi dan kondisi
sekolah secara kuantitatif dan kualitatif
2. Kunjungan kelas (class visit) atau observasi kelas bermanfaat untuk dapat
memperoleh gambaran tentang kegiatan belajar mengajar di kelas
3. Kunjungan antar kelas/sekolah (intervisitation) supervisor memvasilitasi guru untuk
saling mengunjungi antar kelas atau antar sekolah. Tujuannya agar guru mengetahui
pengalaman guru lain atau sekolah lain yang lebih efektif dalam perbaikan dan
peningkatan pembelajaran Dalam pertemuan ini dilakukan dialog mengenai inovasi-
inovasi atau hal-hal yang menarik dari isi kunjungan
4. Pertemuan pribadi (individual conference) setelah melakukan observasi kelas,
supervisor melakukan pertemuan pribadi berupa percakapan, dialog, atau tukar
pikiran tentang temuan-temuan observasi.
5. Rapat guru. saat supervisor menemukan beberapa permasalahan yang sama dihadapi
hampir seluruh guru, maka sangat tidak efektif bila dilakukan pembicaraan
individual, maka bisa dibahas dalam rapat guru

10
6. Penerbitan buletin profesional. supervisor dapat menjadi penggagas pembuatan
buletin supervisi sebagai wahana supervisor dan guru – guru mengembangkan
profesinya dengan media tulisan
7. Penataran. penataran yang dilakukan supervisor atau pihak lain untuk
mengembangkan profesionalisme guru harus dimanfaatkan dan ditindaklanjuti
supervisor sebagai upaya pelayanan profesional.

Seorang kepala sekolah tentunya harus benar-benar memahami asas, tujuan, fungsi, dan
teknik supervisi dengan baik, supaya dalam implementasinya tepat sasaran. Dalam penelitian
ini yang dijadikan indikator dari supervisi kepala sekolah yaitu:

1. Melaksanakan penelitian
2. Melaksanakan penilaian
3. Melaksanakan perbaikan
4. Melaksanakan pengembangan.

Berbagai hal yang biasanya terkandung dalam berbagai definisi tentang motivasi
antara lain adalah keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dorongan, dan insentif
(Siagian, 2004: 142). Gibson et al (2000: 127) menjelaskan bahwa “motivation is the
concept we use when we describe the forces acting on or within an individual to initiate
and direct behavior”. Hal ini berarti bahwa motivasi adalah sebuah konsep yang
menggambarkan kekuatan kerja pada diri seseorang untuk menginisiasi prilaku secara
langsung. Apabila motivasi dikaitkan dengan suatu pekerjaan, maka Gibson et al (2000)
menyebutkan bahwa “motivation are significant contributors to exceptional
performance”. Hal ini berarti bahwa motivasi berkontribusi signifikan terhadap kinerja
yang sangat baik (luar biasa).

motivasi berprestasi guru dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai suatu
kebutuhan kuat pada diri seorang guru, yang memotivasinya untuk sukses dan berprestasi
yang tercermin dalam penampilan kerjanya (kinerja).

Chung dan Megginson (Gomes, 2001: 180) menyebutkan bahwa motivasi melibatkan
banyak faktor, antara lain:

11
1. Faktor individual, meliputi kebutuhan (need), tujuan (goal), sikap (attitude), dan
kemampuan (abilities).

2. Faktor organisasional, meliputi pembayaran gaji (pay), keamanan pekerjaan (job


security), sesama pekerja (co-work), pengawasan (supervision), pujian (praise) dan
pekerjaan itu sendiri (job self).

Begitu pula Luthan (2011: 157) menyebutkan bahwa in a system sense,


motivation consists of these three interacting and interdependent element (1) need. Need
are created whenever there is a physiological or phychological imbalance, (2) drive. With
a few exception, drive or motive (the term are often usd interchangeably), are set up to
alleviate need. A physiological drive can be simply define is a deficiency with direction.
Physiological and psychological drive are action oriented and provide an energizing
thrust toward reaching an incentive. (3) incentive. Et the end of motivation cycle is the
incentive, define as anything that will alleviate a need and reduce a drive. Thus, attaining
an incentive will tend to restore physiological or psychological balance and will reduce or
cut off the drive.

Chung dan Megginson menjelaskan bahwa faktor individu dan organisasional


dapat mempengaruhi motivasi seseorang. Dalam faktor organisasional terdapat supervisi.
Supervisi yang dilakukan kepala sekolah terhadap para guru akan dapat menjadi salah
satu elemen pendorong bagi para guru untuk dapat meningkatkan kinerjanya. Tentu saja
supervisi yang dilakukan adalah benar dan tepat, sehingga para guru merasa nyaman,
terbantu, dan terlayani kebutuhannya, sehingga para guru akan lebih bersemangat dalam
bekerja

Suarni (Darma, 2007:117) merinci ciri-ciri individu yang memiliki motivasi


berprestasi tinggi yaitu: (1) kemauan keras untuk berusaha mencapai keberhasilan, (2)
berorientasi pada keberhasilan, (3) inovatif dan kreatif, (4) bertanggungjawab, (5)
mengantisipasi kemungkinan terjadinya kegagalan.

Dalam penelitian ini yang menjadi indikator motivasi berprestasi guru adalah
(1) suka akan tantangan, (2) bekerja keras, dan (3) menggunakan

12
kemampuan/keterampilan untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini, rumusan
hipotesis dinyatakan dalam pernyataan-pernyataan berikut ini:

1. Supervisi Kepala Sekolah (X) berpengaruh positif terhadap Motivasi


Berprestasi Guru (Y1);

2. Motivasi Berprestasi Guru (Y1) berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar


Guru (Y2);

3. Supervisi Kepala Sekolah (X) berpengaruh positif terhadap Kinerja Mengajar


Guru (Y2);

4. Supervisi Kepala Sekolah (X) dan Motivasi Berprestasi Guru (Y1) berpengaruh
positif terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y2).

Berdasarkan dari data jurnal yang diambil menentukan point sebagai


berikut :
1. Supervisi Kepala Sekolah Berpengaruh terhadap Motivasi Berprestasi Guru.
2. Motivasi Berprestasi Guru Berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru.
3. Supervisi Kepala Sekolah Berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru.
4. Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru Secara Bersama –
Sama Berpengaruh terhadap Kinerja Mengajar Guru.

Supervisi Kepala Sekolah yang merupakan faktor organisasional tentunya


merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong tumbuhnya motivasi bagi
seorang guru. Faktor pendorong dari dalam diri seorang guru tentunya sangat
penting, namun demikian, rangsangan dari luar pun akan bisa menjadi sangat
penting pula untuk bisa terus meningkatkan motivasi berprestasi bagi guru.

Pemahaman kepala sekolah tentang supervisi haruslah baik. Supervisi bukan


hanya melihat bagaimana guru membuat perencanaan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaaran. Namun,
lebih luas lagi, melalui kegiatan supervisi harus dapat menciptakan kondisi yang
kondisif di sekolah, sehingga para guru akan merasa termotivasi untuk
meningkatkan semangat kerja.

13
Dalam upaya menciptakan kondisi yang kondusif, para kepala sekolah dalam
melaksanakan kegiatan supervisi hendaknya memperhatikan asas-asas supervisi.

Pengaruh Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru


Engkoswara dan Komariah (2010: 213), mengemukakan bahwa berdasarkan
jenisnya motivasi dibagi menjadi dua bagian yaitu (1) motivasi instrinsik, motivasi
instrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan adanya faktor pendorong dari
dalam individu, (2) motivasi ekstrinsik, motivasi ekstrinsik adalah materi yang
keberadaannya disebabkan karena pengaruh rangsangan dari luar.

Dengan demikian, Motivasi Berprestasi Guru merupakan faktor intrinsik, yaitu


faktor pendorong yang tumbuh dan timbul dari dalam diri guru tersebut, seprti suka akan
hal yang menantang, bekerja keras untuk mencapai suatu tujuan, dan menggunakan
seluruh kemampuan dan keterampilan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya.

Tumbuhnya motivasi berprestasi pada diri seorang guru tentunya akan menjadi
modal penting terhadap meningkatnya Kinerja Mengajar Guru. Seorang guru yang
memiliki motivasi berprestasi akan senantiasa berusaha dan berjuang untuk untuk
menghadapi berbagai tantangan yang ada, bekerja keras dalam mencapai tujuan, dan
menggunakan seluruh kemampuan untuk mencapai keberhasilan.

Dalam kegiatan belajar mengajar tentunya membutuhkan berbagai fasilitas


pendukung, bukan tidak mungkin guru akan merasa terhambat bila fasilitas pendukung
tersebut tidak tersedia. Namun bila guru tersebut memiliki motivasi berprestasi, maka
kurangnya fasilitas pendukung dalam pembelajaran bukanlah menjadi soal, tetapi dia
akan menjadikan hal tersebut sebagai suatu tantangan yang harus ditaklukan. Dia akan
bekerja keras memunculkan kreativitas dan inovasi dalam pembelajaran dan juga akan
menggunakan seluruh kemampuannya untuk dapat menciptakan pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan bagi peserta didik.

Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru


Adanya pengaruh Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru sesuai
dengan pendapat Engkoswara dan Komariah (2011: 229) yang menyebutkan bahwa

14
“supervisi dapat berarti pengawasan yang dilakukan oleh orang yang ahli/profesional
dalam bidangnya sehingga dapat memberikan perbaikan dan peningkatan/pembinaan agar
pembelajaran dapat dilakukan dengan baik dan berkualitas”. Senada dengan pendapat
tersebut, Suhardan (2010: 36) mengemukakan bahwa “supervisi adalah pengawasan
profesional dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan
tentang bidang kerjanya, memahami tentang pembelajaran lebih mendalam dari sekedar
pengawas biasa”. Pendapat di atas sangatlah jelas bahwa supervisi yang dilakukan kepala
sekolah sangatlah berperan penting untuk meningkatkan Kinerja Mengajar Guru
sebagaimana pendapat Dasrizal (2009) yang mengatakan bahwa pelaksanaan supervisi
pengajaran perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah
bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya
secara efektif dan efisien.

Demikian juga dengan pelaksanaan perbaikan, baik melalui observasi kelas


(class visit) maupun individual conference. Seorang kepala sekolah yang baik tentunya
akan menjadikan kegiatan supervisi sebagai upaya menciptakan kondisi sosial yang
nyaman bagi para guru. sebagaimana pendapat Sutisna (Suhardan: 2010:200) yang
mengatakan bahwa pemahaman supervisi telah berubah dan bergeser ke arah yang lebih
luas, ke arah menciptakan kondisi-kondisi esensial di sekolah agar tercipta budaya
sekolah yang merangsang terjadinya semangat mengajar yang bermutu. Semua guru
merasa termotivasi untuk meningkatkan semangat kerja dalam suasana “Learning
Organization”, karena iklimnya memungkinkan.

Pelaksanaan observasi kelas (class visit) maupun individual conference yang rutin
dengan memberikan rasa aman dan nyaman bagi para guru, tentunya ini yang sangat
diharapkan. Karena dengan sendirinya para guru akan termotivasi untuk memperbaiki
setiap kekurangan dan berusaha untuk senantiasa mengembangkan kemampuan dan
keterampilan dalam upaya untuk meningkatkan kinerja mengajarnya di sekolah.

Amstrong dan Baron (Wibowo, 2007: 74-75) menjelaskan bahwa faktor-faktor


yang mempengaruhi kinerja adalah sebagai berikut (1) personal factor, ditunjukkan oleh
tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu; (2)
leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang

15
dilakukan manajer dan team leader; (3) team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan
yang diberikan oleh rekan sekerja; (4) system factors, ditunjukkan oleh adanya sistem
kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi; (5) contextual/Situational factors,
ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan
eksternal.

Berdasarkan pendapat Amstrong dan Baron di atas, maka Supervisi Kepala


Sekolah merupakan Leadership factor dan Motivasi Berprestasi Guru merupakan
Personal factor. Kedua faktor ini tentunya sangat penting untuk meningkatkan Kinerja
Mengajar Guru. Lebih detail Hersey, Blanchard, dan Johnson (Wibowo, 2007: 75-76)
menjelaskan bahwa ada tujuh faktor yang mempengaruhi kinerja dan dirumuskan dengan
akronim ACHIEVE. (1) A - Ability (knowledge dan skill); (2) C - Clarity (understanding
atau role perception); (3) H - Help (organizational support); (4) I - Incentive (motivation
atau willingness; (5) E – Evaluation (coaching dan performance feedback); (6) V –
Validity (valid dan legal personnel practices); (7) E – Environment (environmental fit).
Begitu pula Fauza (2010) menjelaskan bahwa “faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
guru adalah tingkat pendidikan guru, supervisi pengajaran, program penataran, iklim
yang kondusif, sarana dan prasarana, kondisi fisik dan mental guru, gaya kepemimpinan
kepala sekolah, jaminan kesejahteraan, dan kemampuan manajerial kepala sekolah”.

Merujuk kepada pendapat tersebut sangatlah jelas bahwa Kinerja Mengajar Guru
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik eksternal seperti Supervisi Kepala Sekolah
maupun internal seperti Motivasi Berprestasi Guru.

16
IDENTITAS JURNAL
Judul : Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Kinerja Guru

Terhadap Kepuasan Kerja Guru di SMK ADB Invest se-Kota Surabaya

Jumlah : 12 Halaman

Tahun Terbit : 2014

Pengarang : Muahmmad Ali Rifaldi dan Erny Roesminingsih

Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif

17
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu pilar bangsa yang mempunyai peran strategis untuk
membangun karakter suatu bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Diperlukan proses pendidikan yang memadai untuk menunjang terwujudnya
harapan mulia tersebut. Namun hasil dari proses pendidikan tidak dapat langsung seketika
dirasakan, tetapi membutuhkan waktu yang panjang, sepanjang hayat, dan menyentuh semua
sendi kehidupan di masyarakat, hingga menjadi jati diri untuk kemajuan, keadilan dan
kemakmuran bangsa. Sebagaimana yang tertuang dalam Undang – Undang No.20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa: Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Undang – Undang No.20 tahun 2003 di atas merupakan salah satu usaha pemerintah untuk
memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu cara efektif untuk meningkatkan
mutu pendidikan adalah melalui peran kepala sekolah dan guru. Kepala sekolah dan guru
memiliki peran strategis dalam pelaksanaan pendidikan, karena kepala sekolah dan guru
secara langsung berinteraksi dengan murid ketika proses belajar mengajar berlangsung.
Maka dari itu, seorang kepala sekolah perlu membimbimbing, membina serta mengarahkan
dengan baik kepada para guru, salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan adanya
supervisi kepala sekolah kepada para guru. Menurut Baktinia (Tesis, 2012:127) terdapat
pengaruh positif dan signifikan dari supervisi kepala sekolah dan kepuasan kerja guru secara
bersama-sama terhadap hasil belajar siswa sebesar 76,06%, sehingga dapat diartikan bahwa
kepala sekolah bersama guru saling bekerja sama untuk meningkatkan hasil belajar peserta
didik. Selain itu menurut Pidarta, guru yang baik tanpa diatur oleh kepala sekolah yang
kurang baik belum tentu dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Begitu pula
halnya dengan kepala sekolah yang baik tetapi guru kurang baik.
Akan tetapi, kondisi nyata di lapangan masih jauh dari harapan, sebagaimana pada harian
kompas tanggal 6 Juli 2009 diberitakan bahwa Direktur Tenaga Kependidikan Dirjen
Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas Surya Dharma mengakui
kenyataan bahwa pemilihan kepala sekolah di Indonesia masih belum berdasarkan

18
kompetensi dan profesionalisme. Surya menyatakan bahwa ”Masih banyak yang
berdasarkan disukai atau tidak disukai petinggi setempat. Meski demikian, sudah ada
perbaikan dalam rekrutmen karena telah ada aturannya. Padahal setiap kepala sekolah yang
ditunjuk haruslah memenuhi standar kompetensi kepala sekolah sesuai Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.13/2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kepala sekolah yang
sebenarnya kurang memenuhi standar kompetensi seorang kepala sekolah termasuk pada
kompetensi supervisi seorang kepala sekolah. Selain itu menurut Semiawan (dalam Imron,
2011:9-10):
Pertama, sistem supervisi kurang memadai. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
(1) supervisi yang masih menegaskan aspek administratif dan mengabaikan aspek
profesional (2) tatap muka antar supervisor dan guru sangat sedikit (3) supervisor banyak
yang sudah lama tidak mengajar, sehingga banyak dibutuhkan bekal tambahan agar dapat
mengikuti perkembangan baru (4) pada umumnya masih menggunakan jalur searah, dari
atas ke bawah (5) potensi guru sebagai supervisor kurang dimanfaatkan.
Kedua, sikap mental kurang sehat dari supervisor. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut: (1) hubungan profesional yang kaku dan kurang akrab akibat sikap otoriter
supervisor; sehingga guru takut bersikap terbuka kepada supervisor, (2) banyak supervisor
dan guru sudah merasa berpengalaman, sehingga tidak merasa perlu untuk belajar lagi, (3)
supervisor dan guru cepat merasa puas dengan hasil belajar siswa. Pernyataan Semiawan
diatas menekankan pada aspek teknis tentang kelemahan-kelemahan terjadi dalam kegiatan
supervisi yang menitik beratkan pada sistem supervisi kurang memadai dan sikap mental
kurang sehat dari supervisor.
Pada harian kompasiana.com pada tanggal 23 Agustus 2012 diberitakan bahwa, sekolah
menengah kejuruan yang menyandang ADB INVEST (Asian Development Bank, Indonesia
Vocational Education Strengthening) adalah wujud kebijakan pokok Direktorat Pembinaan
SMK (Dir PSMK) yang mengacu pada tujuan strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan yaitu tersedianya dan terjangkaunya layanan pendidikan menengah kejuruan
yang bermutu, relevan dan berkesetaraan di semua Provinsi wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia baik level Kabupaten, dan Kota. Pada saat awal pengembangan SMK
ADB INVEST sangat bervariasi sehingga strategi pengembangan yang dibutuhkan juga

19
berbeda perlu dilakukan up grade dari “biasa” menjadi “luar biasa” dengan melakukan
peningkatan di berbagai komponen antara lain sarana prasarana, proses pembelajaran, SDM,
hubungan industri, kewirausahaan, serta kurikulum dan penilaian. Dengan demikian kelak
diharapkan SMK tersebut dapat terus berkembang dan maju kemudian menjadi SMK yang
dapat dijadikan benchmark bagi SMK di wilayah tersebut.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program SMK ADB INVEST. Terutama
bagi setiap personil yang bekerja di dalam sekolah-sekolah tersebut, seperti halnya guru
yang secara langsung berhadapan dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
Banyak tuntutan yang diberikan kepada guru agar dapat menjalankan kewajibannya dengan
baik mengingat tinggi rendahnya kualitas sekolah tergantung pada baik buruknya kepuasan
kerja guru. Peran guru akan berjalan lebih baik apabila didukung dengan pelaksanaan
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah secara tepat. Selain itu dukungan motivasi
kerja guru yang tinggi juga memiliki kontribusi yang diharapkan dapat mengkondisikan
kepuasan kerja guru untuk dapat menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang pendidik
dengan baik. Guru yang memiliki kepuasan kerja cenderung akan menampakkan sikap yang
positif.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap beberapa guru di SMK ADB Invest Se-Kota
Surabaya yaitu di: SMKN1 Surabaya, SMKN2 Surabaya dan SMKN5 Surabaya pada
tanggal 30 April 2014, menyatakan bahwa guru cenderung memiliki kepuasan kerja dalam
menjalankan tugasnya, hal ini disebabkan antara lain:
1. Tersedianya sarana dan prasarana mengajar yang memadai
2. Jenjang karir yang baik
3. Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah dapat membantu
mengembangkan kompetensi guru dan membantu pada saat guru mengalami
kesulitan dalam menjalankan tugas
4. Terdapat komunikasi yang baik antara kepala sekolah dan guru
5. Guru dapat menyelesaikan tugas dengan sebaik mungkin yang memungkinkan guru
memiliki motivasi kerja yang tinggi.

Banyak upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk mengkondisikan guru agar dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, tidak hanya melalui pemberian penataran, pelatihan
maupun memperoleh kesempatan untuk belajar lagi, melainkan perlu juga memperhatikan

20
dari segi yang lain seperti pemberian supervisi dan motivasi kerja terhadap guru secara tepat.
Menurut jurnal penelitian Aslan (2012:2) supervisi akademik berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja guru, serta berdampak pada pencapaian kompetensi
siswa. Besarnya pengaruh langsung supervisi akademik terhadap kepuasan kerja guru adalah
sebesar 13,3%, pengaruh terhadap pencapaian kompetensi siswa sebesar 35,9% serta
kepuasan kerja guru berpengaruh sebesar 26,4% terhadap pencapaian kompetensi siswa.

Glickman,et al menyatakan bahwa “We can think of the supervision as the glue of a
successful school”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa kita dapat beranggapan bahwa
sebuah pengawasan dapat menjadi salah satu penentu dari sekolah yang berhasil. Menurut
Wibowo (2007:299) setiap orang mengharapkan kepuasan dari tempatnya bekerja, kepuasan
kerja tersebut akan mempengaruhi produktivitas yang sangat diharapkan oleh manajer. Jika
harapan guru sesuai dengan imbalan yang diberikan oleh kepala sekolah, maka kepuasan
kerja pada guru akan dapat dikondisikan dengan baik. Imbalan disini bukan hanya segi
material seperti kenaikan gaji, tunjangan atau honor tetapi dapat berbentuk dukungan moril
seperti perhatian dan bimbingan supervisi kepala sekolah, komunikasi yang baik antara guru
dengan kepala sekolah, dorongan/motivasi kerja oleh kepala sekolah.

Kepuasan kerja juga penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh
kepuasan kerja tidak akan pernah mencapai kematangan psikologis, dan pada gilirannya
akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai semangat
kerja rendah, cepat lelah dan bosan, emosinya tidak stabil, sering absen dan melakukan
kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus dilakukan. Sedangkan
haryawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya mempunyai catatan kehadiran dan
perputaran yang lebih baik, kurang aktip dalam kegiatan serikat karyawan, dan (kadang-
kadang) berprestasi kerja lebih baik dari pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan
kerja.

Setiap lembaga pendidikan memiliki keinginan untuk menciptakan kepuasan kerja


pegawai disamping kontribusi yang telah diberikan dalam melaksanakan tugasnya dengan
baik pada masing-masing bidang untuk mengkondisikan suasana yang harmonis didalam
sebuah organisasi dan menciptakan hubungan timbal balik yang positif antara organisasi
dengan orang-orang yang bekerja didalamnya. Sekolah Menengah Kejuruan atau yang

21
disebut (SMK) merupakan suatu lembaga pendidikan yang merupakan bagian dari sistem
pendidikan yang mempersiapkan seseorang agar lebih mampu berkerja pada suatu kelompok
pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang bidang perkerjaan lainnya yang
mempunyai peranan penting didalam menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM).

B. Kajian Pustaka
1. Supervisi Kepala Sekolah
Menurut Better (dalam, buku Makawimbang) A supervisor is any person who is
given authority and responsibility for planning and controlling the work of the grup by
close contact. Pendapat tersebut memiliki arti “ bahwa seorang supervisor adalah
seseorang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam merencanakan dan
mengendalikan pekerjaan sekelompok orang secara langsung“. Menurut Neagley dan
Evans (1980:82): The supervisory role of the principals in the small district is very
important. As the educational leader of the school, the individual building principal is
directly responsible to the chief administrator in administration and supervision. At least
half of the principal’s time should be planned for teacher conferences, classroom
visitations, action research, curriculum development and other supervisory activites.
Pendapat diatas mengemukakan bahwa “ peran pengawasan sangat penting, terutama
dalam penggunaan waktu seorang supervisor dalam mengadakan kunjungan kelas,
penelitian tindakan kelas, pengembangan kurikulum dan aktivitas supervisi lainnya.
Sebagai pemimpin pendidikan di sekolah, kepala sekolah merupakan seorang individu
yang bertanggung jawab langsung kepada kepala pemerintah dalam administrasi dan
pengawasan. Setidaknya setengah dari waktu kepala sekolah harus direncanakan untuk
melakukan kegiatan supervisi.”
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan supervisi kepala sekolah adalah
seseorang yang memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam merencanakan dan
mengendalikan sekelompok orang didalam lembaga tersebut. Pengawasan yang
dilakukan oleh kepala sekolah bisa dilakukan dengan mengadakan kunjungan kelas,
pengembangan kurikulum, dan aktivitas supervisi lainnya. Kepala sekolah merupakan
seorang individu yang bertanggung jawab langsung dalam kegiatan administrasi dan
pengawasan.

22
1. Motivasi Kerja Guru
Menurut Sergiovanni (dalam Bafadal, 1992:70) motivasi kerja merupakan suatu
keinginan (desire) dan kemauan (willingnees) seseorang dalam bertindak, mengambil
keputusan, dan menggunakan seluruh kemampuan psikis, sosial, dan kekuatan fisiknya
dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja guru merupakan suatu keadaan atau
kondisi yang menggerakan, mendorong atau merangsang seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuannya.
2. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja adalah suatu ukuran proses pembangunan iklim manusia yang
berkelanjutan dalam suatu organisasi.
Menurut Suhardan Kepuasan kerja guru tampak pada kegiatan mengajar yang
sungguh-sungguh. Kegiatan yang sungguh-sungguh diketahui dari langkah mengajar
yang: (1) Memberi penjelasan dengan contoh, (2) Mengatasi kesulitan pemahaman anak,
(3) Mengerjakan tugas latihan dalam lembar kerjal, (4) Memberi feed back,
(5)Pengembangan bahan yang diterangkan menurut kemampuan anak masing-masing, (6)
Menilai/uji prestasi/uji kompetensi, (7) Follow up dengan pekerjaan atau tugas-tugas baru
yang sesuai. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja guru merupakan suatu
perasaan yang memiliki makna menyenangkan atas diri guru yang berhubungan dengan
pekerjaannya.
Guru, karyawan merupakan aset sekolah yang sangat berharga dan harus dikelola dengan
baik oleh sekolah agar dapat memberikan kontribusi yang optimal.

2. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif yang terdapat 3 variabel. Yaitu
Supervisi Kepala Sekolah (X1), dan Motivasi Kerja Guru (X2), dan Kepuasan Kerja Guru
(Y). Populasi dalam penelitian ini adalah guru SMK ADB INVEST Se-Kota Surabaya yang
berjumlah 475 guru. Dalam penelitian ini sebelum angket disebarkan ke lapangan, terlebih
dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk mengetahui validitas instrumen
penelitian ini, peneliti menggunakan analisis korelasi Product Moment sedangkan untuk uji
reliabilitasnya menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Perhitungan reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan program SPSS Versi 17 dengan sub program reliability cronbach.

23
Seluruh proses pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik for windows
SPSS versi 17.

3. Hasil dan Pembahasan


1. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kerja Guru
Hasil pada penelitian ini dapat penulis simpulkan dapat dikatakan bahwa kegiatan
supervisi kepala sekolah kepada para guru berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja guru. Artinya apabila kegiatan supervisi dilakukan oleh kepala
sekolah maka dapat meningkatkan kepuasan kerja guru dan begitu juga sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Wiles & Bondi, Supervision is
complex role in professional education. with an all-important mission of improving the
learning experience for students, that role remains constant despite changes in schools.
Dengan kata lain supervisi memiliki peran yang kompleks dalam membangun
pendidikan menjadi profesional dengan misi untuk meningkatkanp engalaman
belajar/kualitas belajar bagi siswa meskipun perubahan disekolah terjadi karena proses
supervisi yang dilakukan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berpengaruhnya supervisi kepala sekolah terhadap
kepuasan kerja guru menunjukkan bahwa apabila supervisi kepala sekolah dilaksanakan
akan memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan kepuasan kerja guru. Di sini
terdapat kecocokan antara hasil penelitian dengan teori yang ada. Dengan kata lain hasil
penelitian ini mendukung teori yang sudah ada.
2. Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kepuasan Kerja Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui besarnya nilai taraf signifikan (sig)
variabel motivasi kerja guru (X2) adalah 0,000 < taraf kepercayaan 0,05 (α = 5%). Nilai
signifikansi ini lebih kecil dari pada nilai alpha 0,05 dengan demikian Ho2 ditolak dan
Ha2 diterima. Adapun nilai t-hitung pada variabel motivasi kerja guru adalah 4,641
dengan taraf signifikan 0%.
Motivasi kerja guru berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan
kerja guru. Artinya apabila motivasi kerja guru dapat dilaksanakan dengan baik maka
dapat meningkatkan kepuasan kerja guru dan begitu juga sebaliknya.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Kreitner & Kinicki (dalam,
Wibowo, 2007:307) motivasi memiliki hubungan positif dengan kepuasan kerja dengan

24
tingkat hubungan yang “moderate”. Adanya motivasi kerja terlihat pada usahanya untuk
terus meningkatkan kemampuannya, menyelesaikan tugas-tugasnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa berpengaruhnya motivasi kerja guru terhadap
kepuasan kerja guru menunjukkan bahwa apabila motivasi kerja guru tinggi akan
memberikan kontribusi nyata terhadap peningkatan kepuasan kerja guru. Di sini
terdapat kecocokan antara hasil penelitian dengan teori yang ada. Dengan kata lain hasil
penelitian ini mendukung teori yang sudah ada.
3. Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Terhadap Kepuasan Kerja
Guru
Berdasarkan hasil uji hipotesis nilai taraf signifikan (sig) regresi linier berganda
(variabel bebas supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru, serta variabel terikat
kepuasan kerja guru) adalah 0,000 < taraf kepercayaan 0,05 (α = 5%). Nilai signifikansi
ini lebih kecil dari pada nilai alpha 0,05 dengan demikian Ho3 ditolak dan Ha3 diterima.
Adapun nilai F-hitung sebesar 53,593 dengan taraf signifikan 0%.
Jadi dapat dikatakan bahwa supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja guru. Artinya apabila
supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja guru dapat dilaksanakan secara bersama-
sama maka dapat meningkatkan kepuasan kerja guru dan begitu juga sebaliknya.

25
4. Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, penulis dapat menarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh yang signifikan dari supervisi kepala sekolah terhadap kepuasan
kerja guru di SMK ADB INVEST Se-Kota Surabaya
2. Terdapat pengaruh yang signifikan dari motivasi kerja guru terhadap kepuasan kerja
guru di SMK ADB INVEST Se-Kota Surabaya
3. Terdapat pengaruh yang signifikan dari supervisi kepala sekolah dan motivasi kerja
guru secara bersama – sama terhadap kepuasan kerja guru di SMK ADB INVEST
Se-Kota Surabaya

Saran yang peneliti berikan kepada pihak sekolah adalah sebagai berikut:

1. Kepala sekolah dalam menjalankan kegiatan observasi kelas, mengembangkan


prosedur pengajaran dan mendemonstrasikan keterampilan pengajaran memiliki
porsi yang berbeda dan cenderung tidak sama, sehingga terdapat beberapa guru yang
kurang terbantu melalui kegiatan supervisi. Sebaiknya kepala sekolah dalam
melaksanakan program supervisi dilakukan secara merata, agar Bapak/Ibu guru
merasa terbantu dalam menyelesaikan kesulitan tugas-tugasnya sebagai pendidik.
2. Hendaknya Bapak/Ibu guru menempatkan nilai kepuasaan pada ruang lingkup hasil
kerja yang baik bukan pada subyektifitas yang tidak mengarah pada produktivitas,
agar dapat menunjang sikap positif terhadap program-program supervisi yang
dilakukan oleh kepala sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga
kepuasan kerja guru senantiasa stabil bahkan meningkat karena supervisi yang
dilakukan kepala sekolah merupakan kebutuhan bagi para guru.

26
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
A. KELEBIHAN
1. Bahasa yang digunakan mudah dipahami
2. Penulis banyak memberikan sumber – sumber bahasa Inggris
3. Disetiap opini yang dituliskan oleh peneliti dicantumkan pula dengan teorinya,
sehingga penelitian ini benar benar merujuk pada teori
4. Halaman pada jurnal tidak terlalu banyak. Sehingga penulis tidak bosan
membacanya.

B. KEKURANGAN
1. Penulis kurang mencantumkan tujuan penelitian

27
DAFTAR PUSTAKA
As’ad, Mochammad. 2004. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Anonim. 2006. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Arika, Yovita. 2012. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Sangat Rendah,


(Online),(http://nasional.kompas.com/read/2012/04/17/12214022/Indeks.Pembangunan.Manusia.
Indonesia.Sangat.Rendah, diakses pada tanggal 12 November 2012 pukul 18:45 WIB)

Aslan, Alimin. (2012).Pengaruh supervisi akademik terhadap kinerja guru dan pencapaian
kompetensi siswa disekolah menengah atas (SMA) kabupaten ogan komeing ilit
(OKI),(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=alimin%20aslan%20&source=web&cd=13&
cad=rja&ved=0CGgQFjAM&url=http%3A%2F%2Fblog.binadarma.ac.id%2Fwiwinagustian%2
Fwpcontent%2Fuploads%2F2012%2F11%2Fjurnalalimin.pdf&ei=woJCUdqLJof4rQePnYHIDg
&usg=AFQjCNGh820E34q3rfuByCG6eZwPMUSmHA&bv=bv.43828540,d.bmk,

Bafadal, Ibrahim.1992.Supervisi Pengajaran:Teori dan Aplikasinya Dalam Membina Profesional


Guru.Jakarta:Bumi Aksara

Davis, Keith dan Newstrom, 2000, Perilaku Dalam Organisasi, Edisi ketujuh. Alih Bahasa:
Dharma, Agus. Jakarta: Erlangga,.

Draper&smith. 1992. Analisis Regresi Terapan Edisi Kedua (terjemahan). Jakarta:PT Gramedia
Pustaka Utama.

Glickman, C.D., Gordon, S.P., dan Gordon, J.M. 2009. The Basic Guide toSupervision and
Instructional Leadership. Second Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana

Sulistiami. 2011. Pengaruh Iklim Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja

Dosen Universitas PGRI ADIBUANA Surabaya. Tesis. Surabaya. Program Pascasarjana


Universitas Negeri Surabaya.

28

Anda mungkin juga menyukai