Anda di halaman 1dari 11

MODEL SUPERVISI PENDIDIKAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Supervisi Pendidikan


Dosen Pengampu : Dr. H. Akhirin, M. Ag.

Disusun Oleh :

Ummu Syarifah 201310004508

Emi Naimatul M. 201310004557

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’

(UNISNU) JEPARA

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkah, rahmat, karunia dan
hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa
lami hantarkan kepada junjungan kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW yang kita tunggu-
tunggu syafaatnya di yaumul qiyamah nanti. Amin.

Adapun tujuan disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu materi tugas
kelompok yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam melaksanakan studi
di tingkat perkuliahan semester 6. Adapun judul dari makalah yang kami buat adalah
mengenai “Model Supervisi Pendidikan”

Dalam proses penyusunan makalah ini, kami banyak mendapat bantuan, dukungan,
serta do’a dari berbagai pihak, oleh karena itu izinkanlah didalam kesempatan ini kami
menghanturkan terima kasih dengan penuh rasa hormat serta dengan segala ketulusan hati
kepada : Bapak Dr. H. Akhirin, M. Ag. serta rekan-rekan mahasiswa Universitas Islam
Nahdlatul Ulama Jepara, hingga selesainya makalah ini.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan didalam
penyusunan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan saran maupun kritik
yang kiranya dapat membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberi manfaat khusunya bagi kita semua. Amin ya Robbal’alamin.

Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Jepara, 08 April 2023

(Penyusun)

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Model Supervisi Pendidikan........................................................................................3
a. Model Konvensional (tradisional)...............................................................................3
b. Model Supervisi Ilmiah.................................................................................................4
c. Model Supervisi Klinis..................................................................................................4
d. Model Supervisi Artistik...............................................................................................5
BAB III......................................................................................................................................7
PENUTUP.................................................................................................................................7
A. Kesimpulan....................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu elemen pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam


mencapai tujuan pendidikan adalah supervisi. Dalam dunia pendidikan,
supervisi selalu mengacu kepada kegiatan memperbaiki proses pembelajaran.
Supervisi pendidikan didefinisikan sebagai proses pemberian layanan bantuan
profesional kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas pengelolaan proses pembelajaran secara efektif dan
efisien.1 Dengan adanya pelaksanaan supervisi diharapkan memberi dampak
terhadap terbentuknya sikap professional guru. Sikap professional guru
merupakan hal yang amat penting dalam memelihara dan meningkatkan mutu
pembelajaran, karena selalu berpengaruh pada perilaku dan aktivitas keseharian
guru. Perilaku profesional akan lebih diwujudkan dalam diri guru apabila
institut tempat ia bekerja memberi perhatian lebih banyak pada pembinaan,
pembentukan, dan pengembangan sikap profesional.

Kemerosotan kualitas hasil proses pendidikan selama ini telah menjadi


obsesi para pendidik untuk meningkatkannya. Peningkatan kualitas Pendidikan
memang merupakan pekerjaan rumah yang sampai saat ini belum dapat
terselesaikan walaupun berbagai cara telah dilakukan. Berbagai kebijakan
dicanangkan untuk mengangkat kualitas proses dan hasil pendidikan ini, bahkan
setiap kurikulum diganti untuk menyesuaikan perose dengan kebutuhan
masyarakat. Secara umum, kualitas guru di Indonesia saat ini masih rendah hal
ini dapat dilihat dari hasil uji kompetensi bagi guru yang sudah dilakukan.
Buruknya hasil Ujian Nasional (UN) pada beberapa provinsi juga sebagai salah
satu indikator rendahnya kualitas guru. Padahal hasil ujian nasional para siswa-
siswinya ternyata hasil pemberangusan kejujuran atas perintah Kepala Dinas
Pendidikan, walikota, bupati dan pejabat di atasnya.2

Rendahnya kinerja guru dapat menurunkan mutu pendidikan dan


menghambat tercapainya visi di suatu sekolah. Sekolah yang seperti itu, tidak
1
Ibrahim Bafadal,. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 204), h. 46.
2
Pupuh Fathurrohman & Aa Suryana, Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan Proses Pengajaran, (Cet. 1;
Bandung: Refika Aditama, 2011), h. 143.

1
akan mampu menghasilkan lulusan yang unggul dan memiliki daya saing global
seperti sekarang ini. Oleh karena itu, kinerja guru harus dikelola dengan baik
dan dijaga agar tidak mengalami penurunan. Bahkan, seharusnya selalu
diperhatikan agar mengalami peningkatan secara terus-menerus.

Salah satu perkiraan kemorosotan disebabkan oleh rendahnya kualitas


guru, rendahnya kualitas guru salah satunya disebabkan karena rendahnya
kompetensi sebagian supervisor dalam menerapkan tugasnya. Begitu pentingnya
tugas supervisor dalam peningkatan guru yang berorientasi pada peningkatan
kualitas pembelajaran baik mutu pengelolaan dan pengembagan proses
pembelajaran di sekolah. Supervisor telah ditetapkan sebagai pejabat fungsional
penuh. Konsekuensinya adalah setiap supervisor harus memiliki wawasan dan
kemampuan profesional yang lebih memadai daripada kemampuan profesional
yang dimiliki oleh guru, kepala sekolah, dan seluruh staf sekolah, baik dalam
bidang teknis pendidikan maupun dalam bidang administrasi.3

Kehadiran supervisor di sekolah harus menjadi bagian integral dalam


peningkatan kualitas pendidikan, agar bersama guru, kepala sekolah dan staf
serta sekolah lainnya berkolaborasi membina dan mengembangkan kualitas
pendidikan di sekolah yang bersangkutan seoptimal mungkin sessuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Supervisor atau istilah bagi orang yang
melakukan supervisi adalah seorang yang profesional ketikamenjalankan
tugasnya. Ia bertindak atas dasar kaidah ilmiah untukmeningkatkan mutu
pendidikan, untuk menjalankan supervisi diperlukan kemampuan yang lebih
sehingga dapat melihat dengan tajam permasalahan peningkatan mutu
pendidikan.4
B. Rumusan Masalah

1. Apa saja model supervisi pendidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui model supervisi pendidikan.

BAB II

3
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 200.
4
Muhammad Kristiawan, Yuyun Yuniarsih, Happy Fitria, Nola Refika, Supervisi Pendidikan, (Bandung;
Alfabeta, 2019), h. 3.

2
PEMBAHASAN

A. Model Supervisi Pendidikan


Model berasal dari Bahasa Inggris Modle ,yang bermakna bentuk atau
kerangka sebuah konsep, atau pola. Harjanto(2006)mengartikan model sebagai
kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam
melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain "model" juga diartikan sebagai
barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya,misalnya "globe" merupakan
bentuk dari bumi. Dalam uraian selanjutnya istilah "model" digunakan untuk
menunjukkan pengertian pertama sebagai kerangka proses pemikiran. Sedangkan
"model dasar" dipakai untuk menunjukkan model yang "generik" yang berarti
umum dan mendasar yang dijadikan titik tolak pengembangan model lanjut dalam
artian lebih rumit dan dalam artian lebih baru. Raulerson (dalam Harjanto, 2006)
mengartikan model diartikan sebagai "a set of parts united by some form of
interaction"(artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau
dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi). Contohnya
system tata surya, sistem pencernaan, sistem kekerabatan. Khusus dalam bahasan
ini adalah model yang berkaitan dengan supervisi, lebih tepat menggunakan istilah
acuan yang dipakai dalam melaksanakan supervisi.
Sahertian (2000) membagi model supervisi menjadi empat bentuk yakni :
a. Model Konvensional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada suatu
saat.Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada
sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk
mencari-cari kesalahan. Perilaku supervisi ialah mengadakan inspeksi untuk
mencari kesalahan dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat
memata-matai. Perilaku seperti ini disebut snooper vision(memata-matai).
Sering disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk
mengoreksi kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi "untuk melihat segi-
segi positif dalam hubungan dengan hal-hal yang baik”.
Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari
kesalahan adalah suatu permulaan yang tidak berhasil.Mencari-cari kesalahan
dalam membimbing sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi

3
pendidikan. Akibatnya yang disupervisi merasa tidak puas dan ada dua sikap
yang tampak dalam kinerja yang disupervisi :
1. Acuh tak acuh (masa bodoh).
2. Menantang (agresif).
Praktek mencari- cari kesalahan dan menekan bawahan ini masih tampak
sampai saat ini. Para pengawas datang ke sekolah dan menanyakan mana
satuan pelajaran. Ini salah dan seharusnya begini.Praktek-praktek supervisi
seperti ini adalah cara memberi supervisi yang konvensional. Ini bukan berarti
bahwa tidak boleh menunjukkan kesalahan. Masalahnya ialah bagaimana cara
kita mengkomunikasikan apa yang dimaksudkan sehingga yang disupervisi
menyadari bahwa dia harus memperbaiki kesalahan. Yang disupervisi akan
dengan senang hati melihat dan menerima bahwa ada yang harus diperbaiki.
Caranya harus secara taktis pedagogis atau dengan perkataan lain, memakai
bahasa penerimaan bukan bahasa penolakan.
b. Model Supervisi Ilmiah
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.
2. Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
3. Menggunakan instrumen pengumpulan data.
4. Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau checklist lalu
mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar dosen di kelas. Hasil
penilaian diberikan kepada dosen sebagai balikan terhadap penampilan
mengajar dosen pada semester yang lalu. Data ini berbicara kepada dosen dan
dosen kemudian mengadakan perbaikan. Penggunaan alat perekam data ini
berhubungan erat dengan penilaian. Walaupun demikian, hasil perekam data
secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk melaksanakan supervisi yang
lebih manusiawi.
c. Model Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan pada
peningkatan mengajardengan melalui siklus yang sistematik, dalam
perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang
penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan
dengan cara yang rasional.Supervisi klinis adalah proses membantu dosen
4
memperkecil kesenjangan antara tingkah laku rnengajar yang nyata dengan
tingkah laku mengajar yang ideal.

Adapun ciri-ciri dari supervisi klinis sebagai berikut:


1. Dalam supervisi klinis, bantuan yang diberikan bukan bersifat instruksi
atau memerintah. Tetapi tercipta hubungan manusiawi, sehingga guru-guru
memiliki rasa aman. Dengan timbulnya rasa aman diharapkan adanya
kesediaan untuk menerima perbaikan.
2. Apa yang akan disupervisi itu timbul dari harapan dan dorongan dari guru
sendiri karena dia memang membutuhkan bantuan itu.
3. Satuan tingkah laku mengajar yang dimiliki guru merupakan satuan yang
terintegrasi. Harus dianalisis sehingga terlihat kemampuan apa,
keterampilan apa yang spesifik yang harus diperbaiki.
4. Suasana dalam pemberian supervisi adalah suasana yang penuh
kehangatan, kedekatan dan keterbukaan.
5. Supervisi yang diberikan tidak saja pada keterampilan mengajar tapi juga
mengenai aspek-aspek kepribadian guru, misalnya motivasi terhadap
gairah belajar.
6. Instrumen yang digunakan untuk observasi disusun atas dasar kesepakatan
antara supervisor dan guru.
7. Balikan yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.
8. Dalam percakapan balikan seharusnya datang dari pihak guru lebih dulu,
bukan supervisor.

d. Model Supervisi Artistik


Mengajar adalah suatu pengetahuan (knowledge), mengajar itu suatu
keterampilan (skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas
mengajar , supervisi juga merupakan kegiatan mendidik sehingga dapat
dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan
juga suatu kiat.Supervisi itu menyangkut bekerja untuk orang lain (working
for the others), bekerja dengan orang lain (working with the others), bekerja
melalui orang lain (working through the others). Dalam hubungan bekerja
dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur
utama. Hubungan antar manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk
menerima orang lain sebagaimana adanya. Hubungan itu dapat tercipta bila

5
ada unsur kepercayaan. Saling percaya, saling mengerti,saling menghormati,
saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Supervisi
yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilaksanakan secara berencana dan kontinu.
b. Sistematis dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
c. Menggunakan instrumen pengumpulan data.
d. Ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang rill.5

5
Luk- luk Nur Mufidah, Supervisi Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009) hal. 29-37.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam dunia pendidikan tentunya model supervisi tidak hanyalah satu. Dari
materi yang sudah dipaparkan di atas model supervisi pendidikan ada 4 yaitu:
1. Model Supervisi Konvesional
2. Model Supervisi Ilmiah
3. Model Supervisi Klinis
4. Model Supervisi Artistik
Dari masing- masing model juga memiliki ciri-ciri yang berbeda sesuai dengan
karakteristiknya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, Ibrahim. 2004. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi
Aksara.
Fathurrohman, Pupuh & Aa Suryana. 2011. Supervisi Pendidikan dalam Pengembangan
Proses Pengajaran. Cet. 1; Bandung: Refika Aditama.
Sagala, Syaiful. 2011. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta.
Kristiawan, Muhammad dkk. 2009. Supervisi Pendidikan. Bandung; Alfabeta.
Mufidah, Luk-luk Nur. 2009. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Teras.

Anda mungkin juga menyukai