Disusun oleh:
Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu
kritikdan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Kami berterima kasih kepada semuanya semoga allah SWT meridhoi segala usaha
kami dan selalu memberi kemudahan kepada kami semua.aamiin
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................................l
Kata pengantar ...................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang masalah ................................................................................... .4
Rumusan masalah.............................................................................................4
Tujuan makalah................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Supervisi Pendidikan........................................................................................
Prinsip-Prinsip Supervisi.....................................................................................................
Kegunaan Supervisi.............................................................................................................
Teknik praktis Pembinaan Guru dalam Kegiatan Supervisi................................................
Program Supervisi Manajerial dan Akademik.....................................................................
Proses Pelaksanaan Supervisi Pendidikan...........................................................................
Implementasi Program Supervisi Di Sekolah......................................................................
Saran .......................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut lembaga
pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan arus perkembangan tersebut. Lulusan
suatu sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada. Personil sekolah yang
memadai kemampuannya menjadi perhatian utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara
personil yang ada, guru mempunyai peranan yang penting dalam menentukan kualitas
pendidikan. Karena itu guru yang profesional sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan
sistematis dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah
dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun
material) yang perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan.
Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi
pendidikan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para
guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara
efektif. Proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan
memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan
jawaban yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan guru pada
umumnya.
Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi. Salah satu usaha
untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan
komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus
agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2000:1). Pelaksanaan
supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat
memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan
berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan
pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik.
Self evaluation merupakan salah satu kunci pelayanan supervisi karena dengan self
evaluation supervisor dan guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing
sehingga dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan tersebut
secara terus menerus.
Fungsi utama supervisi adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran serta
pembinaan pembelajaran sehingga terus dilakukan perbaikan pembelajaran (Sahertian,
2000:131). Supervisi bertujuan mengembangkan situasi kegiatan pembelajaran yang lebih
baik ditujukan pada pencapaian tujuan pendidikan sekolah, membimbing pengalaman
mengajar guru, menggunakan alat pembelajaran yang modern, dan membantu guru dalam
menilai kemajuan peserta didik. Purwanto (2003:86-87) mengemukakan fungsi supervisi
menyangkut dalam bidang kepemimpinan, hubungan kemanusiaan, pembinaan proses
kelompok, administrasi personil, dan bidang evaluasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji adalah tentang program
implementasi supervisi di sekolah.
.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep supervisi pendidikan?
2. Bagaimana proses pelaksanaan supervisi pendidikan?
3. Bagaimana teknik pembinaan guru dalam kegiatan supervisi?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep supervisi pendidikan
2. Mengetahui proses pelaksanaan supervisi pendidikan
3. Mengetahui teknik pembinaan guru dalam kegiatan supervisi
BAB II
PEMBAHASAN
B. Prinsip-Prinsip Supervisi
Pelaksanaan supervisi memperhatikan prinsip-prinsip yang menjadi acuan agar dapat
mencapai tujuan. Djajadisastra (1976) mengemukakan prinsip supervisi adalah prinsip
fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental adalah supervisi dipandang sebagai
bagian dari keseluruhan proses pendidikan yang tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan
nasional Indonesia yakni Pancasila. Supervisi pendidikan haruslah menggunakan prinsip-
prinsip sila pertama sampai sila kelima Pancasila. Prinsip fundamental ini haruslah menjiwai
kegiatan supervisi. Prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman
praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis ini dibagi lagi menjadi prinsip positif dan
negatif.
Agar supervisi tersebut dapat dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-prinsip
supervisi yaitu yang harus dipedomani dalam suatu aktivitas supervisi.
Depdikbud (1986) mengemukakan prinsip-prinsip supervisi adalah:
1. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru,
2. Hubungan antar guru dengan supervisor didasarkan atas kerabat kerja,
3. Supervisor ditunjang sifat keteladanan dan terbuka,
4. Dilakukan secara terus menerus,
5. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada,
6. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal dan vertikal baik
di tingkat pusat maupun daerah.
Tahalele (1979) juga mengemukakan bahwa prinsip supervisi digolongkan menjadi prinsip
positif dan negatif. Prinsip positif berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik dalam
pelaksanaan supervisi, sementara prinsip negatif berisi anjuran untuk meninggalkan sesuatu
yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya pencapaian tujuan pendidikan. Adapun prinsip-
prinsip positif supervisi menurut Tahalele (1979) adalah:
1) Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen.
Sistematis, maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah berikutnya secara runtut.
Objektif maksudnya apa adanya, tidak mencari-cari atau mengarang-ngarang. Menggunakan
instrumen, maksudnya, dalam melaksanakan supervisi pembelajaran harus ada instrumen
pengamatan yang dijadikan sebagai panduan,
2) Kooperatif, artinya terdapat kerja sama yang baik antara supervisor dan guru,
3) Konstruktif, artinya dalam melaksanakan supervisi, hendaknya mengarah kepada
perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapun perbaikannya,
4) Realistik, sesuai dengan keadaan, tidak terlalu idealistik,
5) Progresif, artinya dilaksanakannya maju selangkah demi selangkah namun tetap mantap,
6) Inovatif, yang berarti mengikhtiarkan pembaruan dan berusaha menemukan hal-hal baru
dalam supervisi,
7) Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru,
8) Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengevaluasi diri mereka
sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas kekurangannya.
Adapun prinsip-prinsip negatif supervisi menurut Tahalele (1979) adalah:
1) Supervisi tidak boleh dilaksanakan dengan otoriter,
2) Supervisi tidak boleh mencari-cari kesalahan guru,
3) Supervisi tidak boleh dilaksanakan berdasarkan tingginya pangkat,
4) Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil,
5) Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pembelajaran,
6) Supervisi tidak boleh merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan guru,
7) Supervisi tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil dalam mengajar
sehingga membelokkan maksud supervisor,
8) Supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.
C. Kegunaan Supervisi
Kegunaan supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam
meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak
layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar
diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha supervisi profesional guru
akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud, 1986).
Secara umum supervisi memiliki kegunaan untuk memberikan bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Wiles, 1987), melalui usaha
peningkatan profesional mengajar (Depdikbud, 1975); menilai kemampuan guru sebagai
pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan
perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk
diperbaiki sendiri (Nawawi, 1983).
Berdasarkan uraian di atas maka supervisi bertujuan sebagai berikut:
a) Memperbaiki proses belajar mengajar,
b) Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui supervisi profesional,
c) Yang melakukan supervisi adalah supervisor,
d) Sasaran supervisi tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada kaitannya atau dalam
rangka memberikan layanan supervisi kepada guru,
e) Secara jangka panjang maksud supervisi tersebut adalah memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan pendidikan.
Supervisi berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan
guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan
sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif,
memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar,
memberikan pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan
pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru (Briggs, 1938). Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan fungsi supervisi adalah menumbuhkan iklim bagi
perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru
dalam wujud layanan profesional.
Keterangan:
Garis horizontal = Derajat komitmen,
Garis vertikal = Derajat abstraksi.
Guru yang memiliki derajat abstraksi rendah dan derajat komitmen tinggi (Kuadran II guru
kerjanya tak berfokus) atau guru yang memiliki derajat abstraksi yang tinggi namun
komitmennya rendah (Kuadran III guru yang pengamat analitik) pendekatan supervisi yang
cocok adalah kolaboratif. Supervisor berkolaborasi dengan guru. Kegiatan supervisor adalah
mempresentasikan persepsinya mengenai sesuatu yang menjadi sasaran supervisi,
menanyakan guru mengenai persepsinya terhadap sasaran supervisi, mendengarkan guru,
mengajukan alternatif pemecahan masalah, bernegosiasi dengan guru.
Guru yang memiliki derajat abstraksi rendah dan derajat komitmen rendah (Kuadran I guru
yang drop out) pendekatan supervis yang tepat adalah direktif. Supervisor banyak
mengarahkan guru. Kegiatannya menginformasikan, mengarahkan, menjadi model,
menetapkan patokan tingkah laku, dan menilai serta menggunakan insentif sosial dan
material.
Guru yang memiliki derajat abstraksi tinggi dan juga derajat komitmen tinggi (Kuadran IV
guru profesional) pendekatan supervisi yang tepat adalah nondirektif. Yang dilakukan
supervisor adalah mendengarkan, memperhatikan dan mendiskusikan dengan guru,
membangkitkan kesadaran sendiri, bertanya dan mengklarifikasi pengalaman guru.
Implementasi kemampuan professional guru mutlak diperlukan sejalan diberlakukannya
otonomi daerah, khsususnya bidang pendidikan. Kemampuan professional guru akan
terwujud apabila guru memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam mengelola
interaksi belajar-mengajar pada tataran mikro, dan memiliki kontribusi terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan pada tataran makro.
Upaya peningkatan profesional guru dapat melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan
supervisi pengajaran perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas
sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif dan efisien. Pelaksanaan supervisi baik oleh kepala sekolah dan
pengawas menggunakan lembar pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam peningkatan kinerja guru. Untuk mensupervisi guru digunakan lembar observasi yang
berupa Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).
Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai kewajiban membimbing dan
membina guru dan staf lainnya. Pembinaan dan bimbingan guru akan berpengaruh besar
terhadap kelangsungan dan kelancaran proses belajar mengajar.
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor tersebut adalah memberi bimbingan dan
pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan tehnis
penyelenggara dan pengembangan pendidikan, pengajaran, yang berupa perbaikan program
pengajaran dan kegiatan-kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi
belajar-mengajar yang baik (Hartati Sukirman, 1999:45).
3. Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil
pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran evaluasi
supervisi ditujukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi.
Hasil dari evaluasi supervisi akan dijadikan pedoman untuk menyusun program perencanan
berikutnya. Soetopo dan Soemanto (1984: 84-85) mengemukakan evaluasi berpedoman pada
tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan tujuan
sekolah.
Banyak ahli supervisi yang mengemukakan tiga langkah supervisi, yaitu pertemuan
pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan (Burhanuddin
dkk, 2007:36). Di bawah ini diuraikan tentang tiga langkah tersebut.
1) Tahap Pertemuan Pendahuluan
Supervisi dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, bukan kebutuhan kepala sekolah atau
supervisor. Untuk itu pada tahap pertemuan pendahuluan kepala sekolah (supervisor)
membicarakan kemampuan mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-
aspeknya, kemudian disepakati bersama oleh guru dan supervisor. Pelaksanaan supervisi
pada tahap pendahuluan ini membutuhkan kiat supervisor dalam menciptakan suasana yang
menyenangkan, suasana kekeluargaan, kesejawatan, dan kehangatan.
Guru tidak merasa takut atau tertekan sehingga guru mau dan berani mengungkapkan
permasalahan dan kebutuhan dalam mengajar di kelas. Kalau guru belum berani
mengungkapkan permasalahan mengajar yang dihadapinya, maka supervisor diharapkan
mampu memancing pembicaraan guru dengan pertanyaan yang baik. Demikian seterusnya
sampai terjadi komunikasi yang baik antara supervisor dan guru. Kalau guru sudah
mengungkapkan apa yang ingin dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan
maka disepakati bersama menjadi semacam kontrak antara guru dan supervisor. Kontrak
inilah yang menjadi pusat perhatian dalam tahap observasi kelas dan pertemuan balikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, permasalahan yang sering dihadapi guru dalam
mengajar dibedakan menjadi dua, yaitu guru kurang menguasai keterampilan dasar mengajar
sehingga proses belajar siswa di kelas masih belum optimal dan kurangnya kepercayaan dan
kesadaran mengenai diri sendiri dari pihak guru (Burhanuddin dkk, 2007:37). Kedua
permasalahan tersebut bisa dijadikan materi pembicaraan pada tahap pertemuan pendahuluan.
Kegiatan di dalam tahap pendahuluan yaitu:
a. Supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka,
b. Supervisor mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup
tujuan pembelajaran, bahan, kegiatan belajar mengajar, serta alat evaluasinya,
c. Supervisor mereview komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar,
d. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan
digunakan,
e. Supervisor dan guru mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara
penggunaannya, serta data yang akan dijaring. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati
bersama.
2) Tahap Observasi Kelas (Observasi Guru yang sedang Mengajar)
Observasi kelas merupakan langkah kedua dalam tahapan supervisi. Observasi kelas sangat
perlu dilakukan oleh supervisor. Neagley dan Evan dalam Mantja (1998) mengemukakan
bahwa observasi dan kunjungan kelas yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah
tulang punggung supervisi. Pada tahap ini guru megajar di kelas dengan menerapkan
komponen-komponen ketrampilan yang telah disepakati pada pertemuan pendahuluan.
Supervisor mengobservasi guru dengan menggunakan instrumen observasi yang telah
disepakati bersama. Disamping itu supervisor juga merekam secara objektif tingkah laku guru
dalam mengajar, tingkah laku siswa dalam belajar, dan interaksi guru-siswa dalam proses
pembelajaran.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ini yaitu:
a) Catatan observasi harus lengkap, supaya analisisnya tepat,
b) Objek observasi harus terfokus pada aspek ketrampilan tertentu,
c) Selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-
komentar yang letaknya terpisah dengan hasil rekamaan observasi,
d) Kalau ada kata-kata guru yang mengganggu proses belajar mengajar juga perlu dicatat
oleh supervisor,
e) Supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi guru tidak gelisah tetapi
berpenampilan secara wajar.
3) Tahap Pertemuan Balikan
Pada tahap ini supervisor dan guru mengadakan pertemuan yang membahas hasil observasi
mengajar guru. Supervisor menyajikan data apa adanya kepada guru. Sebelumnya guru
diminta menilai penampilannya. Kemudian dicari pemecahan masalahnya. Secara rinci
kegiatan supervisor dan guru dapat ditelaah pada paparan berikut ini:
a) Supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama
mengajar. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan,
b) Supervisor mereview tujuan pembelajaran,
c) Supervisor mereviuw tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar,
d) Supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan
perhatian utama. Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena
keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang dianggapkan kurang
berhasil,
e) Menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh
supervisor, kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya,
secara bersama-sama,
f) Menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya,
g) Menanyakan perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai,
h) Menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai,
i) Menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang baik berupa dorongan untuk
meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar
yang telah dilakukan) maupun ketrampilan-ketrampilan yang perlu disempurnakan.
1. Supervisi pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh supervisor
(pengawas atau kepala sekolah) untuk memantau dan mengarahkan seluruh perangkat
pendidikan (guru, staf, maupun murid) agar dapat mencapai tujuan pendidikan dengan baik.
2. Prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi pendidikan antara lain ilmiah, demokratis,
kooperatif, konstruktif, dan kreatif.
3. Supervisi pendidikan dapat dilakukan dengan cara kunjungan kelas secara berencana,
pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru, rapat antara supervisor dengan para guru di
sekolah, kunjungan antarkelas atau antasekolah, serta pertemuan-pertemuan di kelompok
kerja.
4. Dalam pelaksanaan supervisi perlu pemahaman dan keterampilan yang profesional.
Porfesional dalam mengorganisasi guru, menguasi teknik-teknik supervisi, dan memiliki
perilaku etik yang baik dengan pendekatan ilmiah, artistik, dan klinis. Disamping itu ada juga
pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif,
dan behavioral. Pendekatan yang muncul yaitu nondirektif, kolaboratif, dan direktif.
DAFTAR PUSTAKA
Udik Budi Wibowo, Profesionalisme kepala sekolah, FIP IKIP yogyakarta, 1994
Hartati Sukirman DKK, 1999, Administrasi dan supervisi pendidikan, FIP IKIP Yogyakarta
Suaidinmath, penerapan supervisi akademik, 2010. (online)
(http://suaidinmath.wordpress.com/2010/04/18/penerapan-supervisi-akademik-dalam-
pengembangan-ktsp/) diakses tanggal 17 Mei 2012
Zulkarnaini , Program Supervisi Akademik dan Manajerial Pengawasan Sekolah,
2010. http://defachry.wordpress.com/2010/02/28/51/
Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran Konsep, Pendekatan, dan
Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang.
Djajadisastra, J. 1976. Pengantar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Mantja, W. 1998. Supervisi Akademik (Supervisi Pembelajaran). Makalah disajikan pada
Pelatihan Kepala Sekolah Menengah Umum, di Surabaya tanggal 26 Oktober – 14 Nopember
1998. 1986.
Nawawi, H. 1988. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Haji Masagung.
Purwanto, M. N. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sahertian, P. A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM. 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis
Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.
BAB II
Pembahasan
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA