Anda di halaman 1dari 18

APLIKASI PRAKTIS SUPERVISI PENDIDIKAN DI SEKOLAH

Disusun oleh:

Arifah dyah wardani 19250026


Abdillah faturohman 19250047

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
TAHUN AJARAN : 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu nabi muhammad
SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,oleh karena itu
kritikdan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Kami berterima kasih kepada semuanya semoga allah SWT meridhoi segala usaha
kami dan selalu memberi kemudahan kepada kami semua.aamiin
DAFTAR ISI

Halaman Judul.....................................................................................................................l
Kata pengantar ...................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang masalah ................................................................................... .4

Rumusan masalah.............................................................................................4

Tujuan makalah................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Supervisi Pendidikan........................................................................................
Prinsip-Prinsip Supervisi.....................................................................................................
Kegunaan Supervisi.............................................................................................................
Teknik praktis Pembinaan Guru dalam Kegiatan Supervisi................................................
Program Supervisi Manajerial dan Akademik.....................................................................
Proses Pelaksanaan Supervisi Pendidikan...........................................................................
Implementasi Program Supervisi Di Sekolah......................................................................

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ............................................................................................................9

Saran .......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut lembaga
pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan arus perkembangan tersebut. Lulusan
suatu sekolah harus sesuai dengan tuntutan perkembangan yang ada. Personil sekolah yang
memadai kemampuannya menjadi perhatian utama bagi setiap lembaga pendidikan. Diantara
personil yang ada, guru mempunyai peranan yang penting dalam menentukan kualitas
pendidikan. Karena itu guru yang profesional sangat dibutuhkan oleh setiap sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah memerlukan pendidikan profesional dan
sistematis dalam mencapai sasarannya. Efektivitas kegiatan kependidikan di suatu sekolah
dipengaruhi banyaknya variabel (baik yang menyangkut aspek personal, operasional, maupun
material) yang perlu mendapatkan pembinaan dan pengembangan secara berkelanjutan.
Proses pembinaan dan pengembangan keseluruhan situasi merupakan kajian supervisi
pendidikan.
Kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah memiliki kewajiban membina kemampuan para
guru. Dengan kata lain kepala sekolah hendaknya dapat melaksanakan supervisi secara
efektif. Proses pelaksanaan supervisi yang melibatkan guru sejak tahap perencanaan
memungkinkan guru mengetahui manfaat supervisi bagi dirinya. Supervisi merupakan
jawaban yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan guru pada
umumnya.
Kepala sekolah diharapkan memahami dan mampu melaksanakan supervisi. Salah satu usaha
untuk meningkatkan kualitas guru ialah melalui proses pembelajaran dan guru merupakan
komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus
agar dapat melaksanakan fungsinya secara profesional (Sahertian, 2000:1). Pelaksanaan
supervisi yang diasumsikan merupakan pelayanan pembinaan guru diharapkan dapat
memajukan dan mengembangkan pengajaran agar guru dapat mengajar dengan baik dan
berdampak pada belajar siswa. Supervisi berfungsi membantu guru dalam mempersiapkan
pelajaran dengan mengkoordinasi teori dengan praktik.
Self evaluation merupakan salah satu kunci pelayanan supervisi karena dengan self
evaluation supervisor dan guru dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing
sehingga dimungkinkan akan memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan tersebut
secara terus menerus.
Fungsi utama supervisi adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran serta
pembinaan pembelajaran sehingga terus dilakukan perbaikan pembelajaran (Sahertian,
2000:131). Supervisi bertujuan mengembangkan situasi kegiatan pembelajaran yang lebih
baik ditujukan pada pencapaian tujuan pendidikan sekolah, membimbing pengalaman
mengajar guru, menggunakan alat pembelajaran yang modern, dan membantu guru dalam
menilai kemajuan peserta didik. Purwanto (2003:86-87) mengemukakan fungsi supervisi
menyangkut dalam bidang kepemimpinan, hubungan kemanusiaan, pembinaan proses
kelompok, administrasi personil, dan bidang evaluasi.
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan dikaji adalah tentang program
implementasi supervisi di sekolah.
.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep supervisi pendidikan?
2. Bagaimana proses pelaksanaan supervisi pendidikan?
3. Bagaimana teknik pembinaan guru dalam kegiatan supervisi?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep supervisi pendidikan
2. Mengetahui proses pelaksanaan supervisi pendidikan
3. Mengetahui teknik pembinaan guru dalam kegiatan supervisi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Pendidikan


Supervisi pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh supervisor
(pengawas atau kepala sekolah) untuk memantau dan mengarahkan seluruh perangkat
pendidikan (guru, staf, maupun murid) agar dapat mencapai tujuan pendidikan dengan baik.
Supervisi adalah layanan profesional untuk meningkatkan proses dan hasil belajar, maka
banyak pakar yang memberikan batasan supervisi sebagai bantuan kepada staff untuk
mengembangkan situasi pembelajaran yang lebih baik (Depdikbud, 1975).
Supervisi diartikan sebagai pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membawa guru
(orang yang dipimpin) agar menjadi guru atau personil yang semakin cakap sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu pendidikan khususnya agar dapat
meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di sekolah. Wiles (1987) mengemukakan
terdapat tiga aspek kegiaan supervisi yaitu aspek personil, aspek operasional, dan aspek
material. Aspek personil meliputi subjek yang terlibat dalam suatu situasi supervisi. Aspek
operasional mencakup aktivitas individu dan kelompok yang terlibat dalam suatu situasi
dengan mendayagunakan segala sumber yang ada baik human resource dan nonhuman
resource guna mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran yang telah ditetapkan. Aspek
material mencakup segala benda baik yang bersifat hard ware maupun soft ware yang
didayagunakan untuk memperlancar proses pembelajaran. Adapun aspek supervisi menurut
Burhanuddin sebagai berikut:

No Personil Material Operasional


1 Kepala sekolah Kurikulum Proses mengajar guru
2 Guru Buku pelajaran Proses belajar siswa
3 Karyawan Komputer Proses administrasi sekolah
4 Pengawas Sarana prasarana Pelaksanaan evaluasi

B. Prinsip-Prinsip Supervisi
Pelaksanaan supervisi memperhatikan prinsip-prinsip yang menjadi acuan agar dapat
mencapai tujuan. Djajadisastra (1976) mengemukakan prinsip supervisi adalah prinsip
fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental adalah supervisi dipandang sebagai
bagian dari keseluruhan proses pendidikan yang tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan
nasional Indonesia yakni Pancasila. Supervisi pendidikan haruslah menggunakan prinsip-
prinsip sila pertama sampai sila kelima Pancasila. Prinsip fundamental ini haruslah menjiwai
kegiatan supervisi. Prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman
praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis ini dibagi lagi menjadi prinsip positif dan
negatif.
Agar supervisi tersebut dapat dilakukan dengan baik, perlu dipedomani prinsip-prinsip
supervisi yaitu yang harus dipedomani dalam suatu aktivitas supervisi.
Depdikbud (1986) mengemukakan prinsip-prinsip supervisi adalah:
1. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru,
2. Hubungan antar guru dengan supervisor didasarkan atas kerabat kerja,
3. Supervisor ditunjang sifat keteladanan dan terbuka,
4. Dilakukan secara terus menerus,
5. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada,
6. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi horizontal dan vertikal baik
di tingkat pusat maupun daerah.
Tahalele (1979) juga mengemukakan bahwa prinsip supervisi digolongkan menjadi prinsip
positif dan negatif. Prinsip positif berisi anjuran untuk memedomani sesuatu yang baik dalam
pelaksanaan supervisi, sementara prinsip negatif berisi anjuran untuk meninggalkan sesuatu
yang tidak baik, yang berakibat terhalangnya pencapaian tujuan pendidikan. Adapun prinsip-
prinsip positif supervisi menurut Tahalele (1979) adalah:
1) Ilmiah, yaitu dilaksanakan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen.
Sistematis, maksudnya berurut dari masalah satu ke masalah berikutnya secara runtut.
Objektif maksudnya apa adanya, tidak mencari-cari atau mengarang-ngarang. Menggunakan
instrumen, maksudnya, dalam melaksanakan supervisi pembelajaran harus ada instrumen
pengamatan yang dijadikan sebagai panduan,
2) Kooperatif, artinya terdapat kerja sama yang baik antara supervisor dan guru,
3) Konstruktif, artinya dalam melaksanakan supervisi, hendaknya mengarah kepada
perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapun perbaikannya,
4) Realistik, sesuai dengan keadaan, tidak terlalu idealistik,
5) Progresif, artinya dilaksanakannya maju selangkah demi selangkah namun tetap mantap,
6) Inovatif, yang berarti mengikhtiarkan pembaruan dan berusaha menemukan hal-hal baru
dalam supervisi,
7) Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru,
8) Memberikan kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengevaluasi diri mereka
sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas kekurangannya.
Adapun prinsip-prinsip negatif supervisi menurut Tahalele (1979) adalah:
1) Supervisi tidak boleh dilaksanakan dengan otoriter,
2) Supervisi tidak boleh mencari-cari kesalahan guru,
3) Supervisi tidak boleh dilaksanakan berdasarkan tingginya pangkat,
4) Supervisi tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil,
5) Supervisi tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pembelajaran,
6) Supervisi tidak boleh merasa dirinya lebih tahu dibandingkan dengan guru,
7) Supervisi tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil dalam mengajar
sehingga membelokkan maksud supervisor,
8) Supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.

C. Kegunaan Supervisi
Kegunaan supervisi adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam
meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak
layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar
diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha supervisi profesional guru
akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud, 1986).
Secara umum supervisi memiliki kegunaan untuk memberikan bantuan dalam
mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik (Wiles, 1987), melalui usaha
peningkatan profesional mengajar (Depdikbud, 1975); menilai kemampuan guru sebagai
pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan
perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk
diperbaiki sendiri (Nawawi, 1983).
Berdasarkan uraian di atas maka supervisi bertujuan sebagai berikut:
a) Memperbaiki proses belajar mengajar,
b) Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui supervisi profesional,
c) Yang melakukan supervisi adalah supervisor,
d) Sasaran supervisi tersebut adalah guru, atau orang lain yang ada kaitannya atau dalam
rangka memberikan layanan supervisi kepada guru,
e) Secara jangka panjang maksud supervisi tersebut adalah memberikan kontribusi bagi
pencapaian tujuan pendidikan.
Supervisi berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan
guru-guru, mengkoordinasikan semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan
sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif,
memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar,
memberikan pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan
pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru (Briggs, 1938). Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan fungsi supervisi adalah menumbuhkan iklim bagi
perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya supervisi terhadap guru-guru
dalam wujud layanan profesional.

D. Teknik praktis Pembinaan Guru dalam Kegiatan Supervisi


Supervisi pengajaran merupakan bagian dari supervisi pendidikan. Tujuan dari supervisi
pengajaran adalah peningkatan mutu pengajaran melalui perbaikan mutu dan pembinaan
terhadap kemampuan guru. Pelaksanaannya supervisi pengajaran berkembang melalui
pendekatan-pendekatan yang memiliki pijakan ilmu tertentu. Pendekatan yang dimaksud
yaitu ilmiah, artistik, dan klinis (Sergiovanni, 1987). Disamping itu ada juga pendekatan yang
bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif, dan behavioral.
Pendekatan yang muncul yaitu nondirektif, kolaboratif, dan direktif (Glickman, 1980).
Pada pendekatan ilmiah, indikator keberhasilan mengajar dilihat dari komponen-komponen
pembelajaran, variabel-variabel proses belajar mengajar. Sehingga pusat perhatian
pendekatan ilmiah lebih ditekankan pada pengembangan komponen pembelajaran secara
keseluruhan.
Pendekatan artistik dalam melihat berhasil tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan mutu
guru banyak menekankan pada kepekaan, persepsi, dan pengetahuan supervisor (Eisner
dalam Sergiovanni, 1982). Supervisor diharapkan dapat mengapresiasi kejadian pengajaran
yang bersifat “subtleties” (lembut). Pendekatan ini menempatkan supervisor sebagai
instrumen observasi dalam mencari data untuk keperluan supervisi.
Pendekatan klinis kesejawatan antara supervisor dan guru lebih ditekankan (Goldhammer
dalam Sergiovanni, 1982). Keberhasilan pengajaran banyak ditentukan oleh guru dalam
penampilannya di kelas. Disamping itu dalam menentukan peningkatan kemampuan guru
telah didahului dengan kontrak (kesepakatan) antara guru dan supervisor, komponen atau
kemampuan apa yang perlu diamati untuk ditingkatkan. Titik tolak pembinaan didasarkan
atas kebutuhan guru.
Pendekatan nondirektif, kolaboratif, direktif dilaksanakan berdasar kondisi dan
perkembangan kemampuan guru yang disupervisi. Glickman (1980) menekankan pada dua
aspek yaitu derajat komitmen dan derajat abstraksi guru. Dari dua aspek ini ia membagi guru
dalam empat kelompok (kuadran). Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Keterangan:
Garis horizontal = Derajat komitmen,
Garis vertikal = Derajat abstraksi.
Guru yang memiliki derajat abstraksi rendah dan derajat komitmen tinggi (Kuadran II guru
kerjanya tak berfokus) atau guru yang memiliki derajat abstraksi yang tinggi namun
komitmennya rendah (Kuadran III guru yang pengamat analitik) pendekatan supervisi yang
cocok adalah kolaboratif. Supervisor berkolaborasi dengan guru. Kegiatan supervisor adalah
mempresentasikan persepsinya mengenai sesuatu yang menjadi sasaran supervisi,
menanyakan guru mengenai persepsinya terhadap sasaran supervisi, mendengarkan guru,
mengajukan alternatif pemecahan masalah, bernegosiasi dengan guru.
Guru yang memiliki derajat abstraksi rendah dan derajat komitmen rendah (Kuadran I guru
yang drop out) pendekatan supervis yang tepat adalah direktif. Supervisor banyak
mengarahkan guru. Kegiatannya menginformasikan, mengarahkan, menjadi model,
menetapkan patokan tingkah laku, dan menilai serta menggunakan insentif sosial dan
material.
Guru yang memiliki derajat abstraksi tinggi dan juga derajat komitmen tinggi (Kuadran IV
guru profesional) pendekatan supervisi yang tepat adalah nondirektif. Yang dilakukan
supervisor adalah mendengarkan, memperhatikan dan mendiskusikan dengan guru,
membangkitkan kesadaran sendiri, bertanya dan mengklarifikasi pengalaman guru.
Implementasi kemampuan professional guru mutlak diperlukan sejalan diberlakukannya
otonomi daerah, khsususnya bidang pendidikan. Kemampuan professional guru akan
terwujud apabila guru memiliki kesadaran dan komitmen yang tinggi dalam mengelola
interaksi belajar-mengajar pada tataran mikro, dan memiliki kontribusi terhadap upaya
peningkatan mutu pendidikan pada tataran makro.
Upaya peningkatan profesional guru dapat melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan
supervisi pengajaran perlu dilakukan secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas
sekolah bertujuan memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif dan efisien. Pelaksanaan supervisi baik oleh kepala sekolah dan
pengawas menggunakan lembar pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu diperhatikan
dalam peningkatan kinerja guru. Untuk mensupervisi guru digunakan lembar observasi yang
berupa Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG).
Kepala sekolah sebagai supervisor pendidikan mempunyai kewajiban membimbing dan
membina guru dan staf lainnya. Pembinaan dan bimbingan guru akan berpengaruh besar
terhadap kelangsungan dan kelancaran proses belajar mengajar.
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor tersebut adalah memberi bimbingan dan
pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan tehnis
penyelenggara dan pengembangan pendidikan, pengajaran, yang berupa perbaikan program
pengajaran dan kegiatan-kegiatan pendidikan pengajaran untuk dapat menciptakan situasi
belajar-mengajar yang baik (Hartati Sukirman, 1999:45).

E. Program Supervisi Manajerial dan Akademik


Tugas pokok pengawas sekolah/madrasah telah dijelaskan pada bagian terdahulu. Inti tugas
pengawas sekolah/madrasah adalah menilai dan membina. Hal yang dinilai dikaitkan dengan
kompetensi pengawas sekolah. Dalam konteks judul ini kaitannya adalah dengan kompetensi
supervisi manajerial dan kompetensi supervisi akademik. Dengan demikian, program
supervisi manajerial mengacu kepada program menilai dan program membina bidang
manajerial. Bidang-bidangnya dapat dilihat pada kompetensi pengawas sekolah. Program
supervisi akademik mengacu kepada program menilai dan program membina bidang
akademik. Bidang-bidangnya dapat dilihat pada kompetensi pengawas sekolah.
Menyusun program supervisi manajerial dan akademik diawali dengan meneliti hal-hal yang
akan dinilai dan dibina dalam dimensi kompetensi manajerial dan akademik. Hal itu
dilakukan oleh pengawas secara individu atau secara kelompok. Jika hal yang akan dinilai
dan dibina itu telah ditemukan, pengawas sekolah dapat mengkajinya dalam skala prioritas
untuk satu tahun dan untuk satu semester. Hal yang menjadi prioritas tahun ini dituangkan ke
dalam program dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan program pada bagian
selanjutnya. Kemudian ditetapkan format program yang akan digunakan.
Penyusun Program Kerja Kepengawasan
Program pengawasan sekolah adalah perencanaan kegiatan pengawasan sekolah yang
meliputi penilaian dan pembinaan bidang teknis edukatif atau akademis dan teknis
administratif atau manajerial dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Ada dua macam program pengawasan sekolah yaitu program tahunan dan program semester.
Pogram tahunan disusun untuk tingkat kabupaten atau kota oleh beberapa orang pengawas
yang ditugaskan khusus oleh koordinator pengawas sesuai dengan kewenangannya. Program
tahunan ini menjadi acuan bagi pengawas di daerah tersebut untuk menyusun program
semester. Program semester pengawasan sekolah disusun oleh masing-masing pengawas
sekolah sebelum yang bersangkutan melakukan pengawasan. Program ini berisi pengawasan
seluruh sekolah yang menjadi tanggung jawabnya.
Program pengawasan sekolah bukanlah pogram yang berdiri sendiri. Baik program tahunan
maupun program semester merupakan kelanjutan dari program sebelumnya. Program tahun
ini kelanjutan atau kesinambungan dari program tahun lalu. Begitu pula halnya dengan
program semester. Oleh karena itu, untuk menyusun program tahunan diperlukan analisis
hasil pengawasan tahun lalu dan analisis kebijakan yang berlaku pada saat program itu
dibuat.
Berdasarkan hal di atas, konsep dasar program kepengawasan sekolah tersebut adalah: (1)
program pengawasan ada dua macam yakni program tahunan dan perogram semester.
Program tahunan untuk kolektif kabupaten atau kota, program semester untuk individu
pengawas bagi sekolah-sekolah di bawah tanggung jawabnya; (2) program kepengawasan
sekolah menjadi pedoman atau acuan bagi pengawas dalam melaksanakan tugasnya; (3)
program pengawas sekolah disusun berdasarkan analisis hasil kepengawasan tahun lalu dan
analisis kebijakan yang berlaku saat ini.

F. Proses Pelaksanaan Supervisi Pendidikan


Proses supervisi merupakan rangkaian yang dilaksanakan ketika supervisi dilaksanakan.
Menurut Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004:53) secara umum proses pelaksanaan
supervisi dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan mengacu pada kegiatan identifikasi permasalahan, yakni
mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu disupervisi. Identifikasi dilaksanakan dengan
menganalisis kelebihan, kekurangan, peluang, dan ancaman dari aspek kegiatan pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru agar supervisi lebih efektif dan tepat sasaran. Langkah-langkah
yang dilaksanakan dalam perencanaan supervisi adalah:
a) Mengumpulkan data melalui kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat staf
b) Mengolah data dengan melakukan koreksi kebenaran terhadap data yang dikumpulkan
c) Mengklasifikasi data sesuai dengan bidang permasalahan
d) Menarik kesimpulan tentang permasalahan sasaran sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya
e) Menetapkan teknik yang tepat digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan
profesionalisme guru.
2. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan nyata yang dilakukan untuk memperbaiki atau
meningkatkan kemampuan guru. Kegiatan pelaksanaan merupakan kegiatan pemberian
bantuan dari supervisor kepada guru agar pelaksanaan dapat efetif harus sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Tim Pakar Manajemen Pendidikan (2004:53) berpendapat
supervisi tidak berhenti pada selesainya pemberian bantuan dan terlaksananya teknik
supervisi melainkan ada follow up untuk melihat keberhasilan proses dan hasil pelaksanaan
supervisi. Sehingga kegiatan evaluasi perlu dilaksanakan.

3. Evaluasi
Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan untuk menelaah keberhasilan proses dan hasil
pelaksanaan supervisi. Evaluasi dilaksanakan secara komprehensif. Sasaran evaluasi
supervisi ditujukan kepada semua orang yang terlibat dalam proses pelaksanaan supervisi.
Hasil dari evaluasi supervisi akan dijadikan pedoman untuk menyusun program perencanan
berikutnya. Soetopo dan Soemanto (1984: 84-85) mengemukakan evaluasi berpedoman pada
tujuan yang telah ditetapkan dan tujuan supervisi dirumuskan sesuai dengan corak dan tujuan
sekolah.
Banyak ahli supervisi yang mengemukakan tiga langkah supervisi, yaitu pertemuan
pendahuluan, observasi guru yang sedang mengajar, dan pertemuan balikan (Burhanuddin
dkk, 2007:36). Di bawah ini diuraikan tentang tiga langkah tersebut.
1) Tahap Pertemuan Pendahuluan
Supervisi dilaksanakan atas dasar kebutuhan guru, bukan kebutuhan kepala sekolah atau
supervisor. Untuk itu pada tahap pertemuan pendahuluan kepala sekolah (supervisor)
membicarakan kemampuan mengajar yang ingin ditingkatkan oleh guru, ditentukan aspek-
aspeknya, kemudian disepakati bersama oleh guru dan supervisor. Pelaksanaan supervisi
pada tahap pendahuluan ini membutuhkan kiat supervisor dalam menciptakan suasana yang
menyenangkan, suasana kekeluargaan, kesejawatan, dan kehangatan.
Guru tidak merasa takut atau tertekan sehingga guru mau dan berani mengungkapkan
permasalahan dan kebutuhan dalam mengajar di kelas. Kalau guru belum berani
mengungkapkan permasalahan mengajar yang dihadapinya, maka supervisor diharapkan
mampu memancing pembicaraan guru dengan pertanyaan yang baik. Demikian seterusnya
sampai terjadi komunikasi yang baik antara supervisor dan guru. Kalau guru sudah
mengungkapkan apa yang ingin dikembangkan atau kemampuan apa yang ingin ditingkatkan
maka disepakati bersama menjadi semacam kontrak antara guru dan supervisor. Kontrak
inilah yang menjadi pusat perhatian dalam tahap observasi kelas dan pertemuan balikan.
Terkait dengan proses pembelajaran, permasalahan yang sering dihadapi guru dalam
mengajar dibedakan menjadi dua, yaitu guru kurang menguasai keterampilan dasar mengajar
sehingga proses belajar siswa di kelas masih belum optimal dan kurangnya kepercayaan dan
kesadaran mengenai diri sendiri dari pihak guru (Burhanuddin dkk, 2007:37). Kedua
permasalahan tersebut bisa dijadikan materi pembicaraan pada tahap pertemuan pendahuluan.
Kegiatan di dalam tahap pendahuluan yaitu:
a. Supervisor menciptakan suasana intim dan terbuka,
b. Supervisor mereview rencana pembelajaran yang telah dibuat oleh guru, yang mencakup
tujuan pembelajaran, bahan, kegiatan belajar mengajar, serta alat evaluasinya,
c. Supervisor mereview komponen ketrampilan yang akan dicapai oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar,
d. Supervisor bersama guru memilih dan mengembangkan instrumen observasi yang akan
digunakan,
e. Supervisor dan guru mendiskusikan instrumen tersebut termasuk tentang cara
penggunaannya, serta data yang akan dijaring. Hasilnya berupa kontrak yang disepakati
bersama.
2) Tahap Observasi Kelas (Observasi Guru yang sedang Mengajar)
Observasi kelas merupakan langkah kedua dalam tahapan supervisi. Observasi kelas sangat
perlu dilakukan oleh supervisor. Neagley dan Evan dalam Mantja (1998) mengemukakan
bahwa observasi dan kunjungan kelas yang diikuti dengan conference (pre dan post) adalah
tulang punggung supervisi. Pada tahap ini guru megajar di kelas dengan menerapkan
komponen-komponen ketrampilan yang telah disepakati pada pertemuan pendahuluan.
Supervisor mengobservasi guru dengan menggunakan instrumen observasi yang telah
disepakati bersama. Disamping itu supervisor juga merekam secara objektif tingkah laku guru
dalam mengajar, tingkah laku siswa dalam belajar, dan interaksi guru-siswa dalam proses
pembelajaran.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan observasi ini yaitu:
a) Catatan observasi harus lengkap, supaya analisisnya tepat,
b) Objek observasi harus terfokus pada aspek ketrampilan tertentu,
c) Selain rekaman observasi, dalam hal tertentu supervisor perlu membuat komentar-
komentar yang letaknya terpisah dengan hasil rekamaan observasi,
d) Kalau ada kata-kata guru yang mengganggu proses belajar mengajar juga perlu dicatat
oleh supervisor,
e) Supervisor hendaknya berusaha agar selama observasi guru tidak gelisah tetapi
berpenampilan secara wajar.
3) Tahap Pertemuan Balikan
Pada tahap ini supervisor dan guru mengadakan pertemuan yang membahas hasil observasi
mengajar guru. Supervisor menyajikan data apa adanya kepada guru. Sebelumnya guru
diminta menilai penampilannya. Kemudian dicari pemecahan masalahnya. Secara rinci
kegiatan supervisor dan guru dapat ditelaah pada paparan berikut ini:
a) Supervisor memberi penguatan serta mewujudkan perasaan guru secara umum selama
mengajar. Hal ini untuk menciptakan suasana akrab dalam pertemuan balikan,
b) Supervisor mereview tujuan pembelajaran,
c) Supervisor mereviuw tingkat ketrampilan serta perhatian utama guru dalam mengajar,
d) Supervisor menanyakan perasaan guru tentang jalannya pelajaran berdasarkan target dan
perhatian utama. Pertanyaan diawali dengan hal-hal yang menyenangkan guru karena
keberhasilannya, kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan yang dianggapkan kurang
berhasil,
e) Menunjukkan data hasil observasi yang telah dianalisis dan diinterpretasi awal oleh
supervisor, kemudian memberi waktu guru untuk menganalisis dan menginterpretasikannya,
secara bersama-sama,
f) Menanyakan kembali perasaan guru tentang hasil analisis dan interpretasinya,
g) Menanyakan perasaan guru tentang melihat keinginan yang sebenarnya dicapai,
h) Menyimpulkan hasil dengan melihat keinginan yang sebenarnya dicapai,
i) Menentukan bersama rencana mengajar yang akan datang baik berupa dorongan untuk
meningkatkan hal-hal yang belum dikuasai pada tahap sebelumnya (proses belajar mengajar
yang telah dilakukan) maupun ketrampilan-ketrampilan yang perlu disempurnakan.

Tahap-tahap pelaksanaan supervisi akademik


1. Tahap-Tahap Pelaksanaan Supervisi Akademik
Sebagaimana dijelaskan di depan, bahwa ada 3 tahap yang harus dilakukan supervisor dalam
melakukan supervisi yaitu pra observasi, observasi dan pasca observasi:
Pra-observasi (Pertemuan awal) yaitu dengan menciptakan suasana akrab dengan guru,
membahas persiapan yang dibuat oleh guru dan membuat kesepakatan mengenai aspek yang
menjadi fokus pengamatan, menyepakati instrumen observasi yang akan digunakan.
Observasi (Pengamatan pembelajaran) yaitu dengan pengamatan difokuskan pada aspek yang
telah disepakati, menggunakan instrumen observasi, disamping instrumen perlu dibuat
catatan (fieldnotes), catatan observasi meliputi perilaku guru dan siswa, tidak mengganggu
proses pembelajaran.
Pasca observasi (Pertemuan balikan), hal ini dilaksanakan dengan menanyakan bagaimana
pendapat guru mengenai proses pembelajaran yang baru berlangsung, beri kesempatan guru
mencermati dan menganalisisnya, diskusikan secara terbuka hasil observasi, terutama pada
aspek yang telah disepakati (kontrak), berikan penguatan terhadap penampilan guru, hindari
kesan menyalahkan, usahakan guru menemukan sendiri kekurangannya, berikan dorongan
moral bahwa guru mampu memperbaiki kekurangannya
Pelaksanaan Supervisi oleh Kepala Sekolah
Kepala sekolah akan melakukan supervisi akademik (pembelajaran) pada guru melalui
kunjungan kelas, apabila dia mendapat laporan mengenai kinerja guru yang kurang baik, atau
berbeda dari teman-temannya. Bahkan seringkali dijumpai, seorang kepala sekolah
melakukan supervisi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru dengan cara
mengintip dari balik pintu atau jendela, agar tidak diketahui.
Supervisi akademik identik dengan supervisi pembelajaran bertujuan untuk perbaikan dan
perkembangan proses belajar-mengajar secara total; ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak
hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi
guru dalam arti luas termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas yang menunjang kelancaran
proses belajar-mengajar, peningkatan mutu pengetahuan dan keterampilan guru-guru,
pemberian bimbingan dan pembinaan dalam hal implementasi kurikulum, pemilihan dan
penggunaan metode mengajar, alat-alat pelajaran, prosedur dan teknik evaluasi pengajaran,
dan sebagainya”. Dengan demikian jelas bahwa tujuan supervisi akademik adalah untuk
meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas dan pada gilirannya untuk meningkatkan
kualitas belajar siswa.
Supervisi pembelajaran merupakan salah satu tugas kepala sekolah dan pengawas sekolah,
karena guru membutuhkan bantuan secara langsung dan juga umpan balik untuk peningkatan
proses belajar-mengajar di kelas. Dengan demikian diharapkan bahwa seorang kepala sekolah
maupun pengawas mampu memberikan umpan balik yang tepat setelah menganalisis
kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan oleh guru, dan juga menganalisis interaksi
kemanusiaan yang terjadi di dalam kelas.

G. Implementasi Program Supervisi Di Sekolah


Implementasi supervisi dilapangan banyak terjadi keragaman dalam memahami dan
melaksanakan supervisi. Hal ini terjadi karena diakibatkan oleh perbedaan latar belakang
pendidikan dan tingkat jabatan, perbedaan dalam orientasi profesional, perbedaan dalam
tujuan dan keterampilan menganalisa, perbedaan dalam kesangupan jasmani dan vitalitas
hidup, perbedaan dalam kualifikasi kemampuan untuk memimpin dan berdiri untuk dipimpin,
perbedaan dalam kondisi psikologis, perbedaan dalam pengalaman belajar mengajar, serta
perbedaan dalam kesanggupan dan sikap profesional.
Perbedaan tersebut seharusnya tidak menjadi penghambat dalam pencapaian tujuan supervisi
profesional. Sikap supervisor yang memaksakan kehendak, menekan guru, yang
melumpuhkan kreatifitas anggota staf perlu diubah. Sikap korektif yang mencari-cari
kesalahan harus diganti dengan sikap kreatif dimana setiap orang mau dan mampu
menumbuh kembangkan kreatifitasnya untuk perbaikan pengajaran. Penilaian pelaksanaan
supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah merupakan salah satu cara untuk mengetahui
kelemahan pelaksanaan pembinaan maupun faktor yang memberinya harapan dalam
kemudahan pelaksanan supervisi.

Implementasi dilapangan banyak ditemukan masalah-masalah yang masih menghambat


terlaksananya supervisi, diantaranya (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 2010):
1) Sistem kerja sentralisasi yang masih melekat. Guru perlu pembiasaan budaya kerja baru
sesuai semangat otonomi pendidikan dan otonomi daerah yang menuntut kreatifitas dan kerja
keras. Kebiasaan lama dalam bekerja harus sudah ditinggalkan
2) Persaingan mutu sekolah semakin terasa berat. Pembinaan pembelajaran harus dilakukan
dengan serius dan sungguh-sungguh.
3) Masih adanya mental anak emas untuk guru yang dinilai dan baik
4) Tuntutan akuntabilitas penyelenggaraan sekolah dari masyarakat yang semakin tinggi,
menyebabkan kesibukan dalam menangani urusan administrasi, terutama menghadapi
pemeriksaan pembukuan, LSM dan Pers.
5) Transparansi manajemen sekolah yang sering terjadi benturan kebijakan dengan komite
sekolah, menyebabkan kesulitan bergerak untuk kelancaran tugas-tugas rutin.
6) Transparansi pengelolaan keuangan sekolah yag pembukuan dan bukti-buktinya menyita
banyak waktu.
Usaha untuk kelancaran dan keberhasilan pemecahan permasalahan yang ditempuh dalam
kegiatan supervisi oleh kepala sekolah adalah sebagai berikut (Tim Dosen Administrasi
Pendidikan UPI, 2010):
1) Penyamaan visi dan misi
2) Pengelolaan supervisi yang baik
3) Perlibatan guru secara individual dalam pelaksanaan supervisi
4) Pelibatan organisasi guru, seperti PKG, KKG, dan KKKS untuk mengukur keberhasilan
guru dalam pembelajaran dan sebagai tempat bertukar pendapat dan menggali ide-ide kreatif.
Supervisor yang berkualitas adalah supervisor yang dapat memberikan bantuan kepada guru
ke arah usaha pemecahan masalah dan perbaikan kualitas proses pembelajaran secara
sistematis, kontinyu, dan komprehensif.

BAB III
KESIMPULAN

1. Supervisi pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh supervisor
(pengawas atau kepala sekolah) untuk memantau dan mengarahkan seluruh perangkat
pendidikan (guru, staf, maupun murid) agar dapat mencapai tujuan pendidikan dengan baik.
2. Prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi pendidikan antara lain ilmiah, demokratis,
kooperatif, konstruktif, dan kreatif.
3. Supervisi pendidikan dapat dilakukan dengan cara kunjungan kelas secara berencana,
pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru, rapat antara supervisor dengan para guru di
sekolah, kunjungan antarkelas atau antasekolah, serta pertemuan-pertemuan di kelompok
kerja.
4. Dalam pelaksanaan supervisi perlu pemahaman dan keterampilan yang profesional.
Porfesional dalam mengorganisasi guru, menguasi teknik-teknik supervisi, dan memiliki
perilaku etik yang baik dengan pendekatan ilmiah, artistik, dan klinis. Disamping itu ada juga
pendekatan yang bertitik tolak pada psikologi belajar, yaitu psikologi humanistik, kognitif,
dan behavioral. Pendekatan yang muncul yaitu nondirektif, kolaboratif, dan direktif.


DAFTAR PUSTAKA

Udik Budi Wibowo, Profesionalisme kepala sekolah, FIP IKIP yogyakarta, 1994
Hartati Sukirman DKK, 1999, Administrasi dan supervisi pendidikan, FIP IKIP Yogyakarta
Suaidinmath, penerapan supervisi akademik, 2010. (online)
(http://suaidinmath.wordpress.com/2010/04/18/penerapan-supervisi-akademik-dalam-
pengembangan-ktsp/) diakses tanggal 17 Mei 2012
Zulkarnaini , Program Supervisi Akademik dan Manajerial Pengawasan Sekolah,
2010. http://defachry.wordpress.com/2010/02/28/51/
Burhanuddin, dkk. 2007. Supervisi Pendidikan dan Pengajaran Konsep, Pendekatan, dan
Penerapan Pembinaan Profesional. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Malang.
Djajadisastra, J. 1976. Pengantar Administrasi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Mantja, W. 1998. Supervisi Akademik (Supervisi Pembelajaran). Makalah disajikan pada
Pelatihan Kepala Sekolah Menengah Umum, di Surabaya tanggal 26 Oktober – 14 Nopember
1998. 1986.
Nawawi, H. 1988. Administrasi Pendidikan. Jakarta: CV. Haji Masagung.
Purwanto, M. N. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sahertian, P. A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam Rangka
Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pakar Manajemen Pendidikan UM. 2004. Perspektif Manajemen Pendidikan Berbasis
Sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang.

BAB II
Pembahasan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai