Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PROFESI KEGURUAN

“SEJARAH PROFESI KEGURUAN DI INDONESIA”

Dosen Pengampu : Nanda Gusriani, S. Pd., M. Pd.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

Putri Apriliani (207190074)

Shelly Agraini (207190107)

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan kemudahan


sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta NABI
MUHAMMAD SAW yang kita nantikan syafaatnya di yaumil akhir.

Kami mengucapkan syukur kepada ALLAH SWT atas limpahan


rahmat dan karunia-Nya sehingga kami masih di berikan kesehatan
jasmani maupun rohani, sehingga kami mampu menyelesaikan Makalah
ini sebagai tugas dari mata kuliah Profesi Keguruan.

Kami sebagai penyusun tentu menyadari bahwa makalah ini masih


jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan kekurangan
didalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya lebih sempurna dan lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini kami
sebagai penyusun mohon maaf yang sebesar besarnya.

Demikian, semoga makalah ini bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jambi, 16 Oktober 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Latar Belakang Pendidikan Guru di Indonesia .............................. 3


B. Sejarah Profesi Keguruan di Indonesia ......................................... 6
1. Sejarah Profesi Guru Pada Zaman Hindhu-Budha .................. 9
2. Sejarah Profesi Guru Zaman Penjajahan Eropa ...................... 11

BAB III PENUTUP ................................................................................... 12

A. Kesimpulan ................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru mempunyai peranan yang amat strategis dan urgen
dalam keseluruhan upaya pendidikan. Hampir semua usaha
pembaharuan di bidang kurikulum dan penerapan metode
mengajar guru, pada akhirnya tergantung pada guru itu sendiri.
Guru ialah orang yang merencanakan, dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai serta membimbing peserta didik
untuk meraih cita-cita dan memiliki budi pekerti. Profesi guru
merupakan profesi yang dapat menentukan masa depan bangsa
ini. Guru sering dijadikan tokoh teladan dan bahkan menjadi tokoh
indentifikasi diri.
Dalam melaksanakan tugas profesinya secara baik, guru
perlu menguasai berbagai hal yang berhubungan dengan
kemampuan professional yang dimilikinya. Seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang baik dan bermutu harus memiliki
kemampuan tersendiri dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran
baik secara khusus maupun secara umum.
Dalam upaya untuk menguasai kemampuan pembelajaran,
guru perlu membina diri secara baik karena fungsi guru itu sendiri
adalah membina dan mengembangkan kemampuan siswa dan
dirinya sebagai guru yang professional sehingga siswa
mendapatkan pengalaman belajar secara efektif dan efesien.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatarbelakangi pendidikan Guru di Indonesia?
2. Bagaimana Sejarah Profesi Keguruan di Indonesia?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi pendidikan Guru
di Indonesia
2. Untuk mengetahui Sejarah Profersi Keguruan di Indonesia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pendidikan Guru di Indonesia


Guru adalah ujung tombak dalam melaksanakan misi
pendidikan dilapangan serta merupakan faktor penting dalam
mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu dan efisien sehingga
dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sangat penting
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Guru juga merupakan posisi yang strategis bagi
pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak
mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah
bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru
melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya
kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Dengan kata lain
potret manusia yang akan datang tercermin dari potret guru di
masa sekarang dan gerak maju dinamika kehidupan sangat
bergantung dari "citra" guru di tengah-tengah masyarakat.
Pendidikan di Indonesia bisa dikatakan masih belum merata, masih
banyak terdapat daerah-daerah yang belum terjangkau oleh
pendidikan sehingga sumber daya manusianya juga masih jauh
terbelakang.
Latar belakang pendidikan merupakan salah satu tolak ukur
guru dapat dikatakan profesional atau tidak, semakin tinggi latar
belakang pendidikan seseorang guru maka diharapkan semakin
tinggi pula tingkat profesionalismenya dalam kualitas Pendidikan,
karena latar belakang pendidikan menentukan kepribadian
seseorang, termasuk dalam hal ini pola pikir dan wawasannya,
faktor-faktor inilah yang akan banyak mempengaruhi
profesionalisme mengajar seorang guru.
Kualitas pendidikan guru sangat menentukan dalam
penyiapan sumber daya manusia yang handal. Bagi latar belakang

3
pendidikan seorang guru akan berpengaruh terhadap praktek
pembelajaran di kelas, seperti penentuan cara mengajar serta
melakukan evaluasi. Latar belakang pendidikan juga dapat
dijadikan sebagai salah satu patokan guru profesional, hal ini
dikarenakan latar belakang pendidikan sangat banyak pengaruhnya
terhadap tingginya kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh guru.
Semakin tepat dan sesuai latar belakang pendidikan yang dimiliki
seseorang guru maka akan semakin tinggi pula tingkat
profesionalitasnya dalam, karena banyak pengetahuan yang akan
diperoleh seseorang melalui jenjang pendidikan, semakin tinggi
jenjang pendidikan yang ditempuh maka akan semakin banyak
pengetahuan yang akan diperoleh, dari berbagai macam
pengetahuan yang didapatkan diharapkan seorang guru dapat
meningkatkan kompetensi agar mencapai tingkatan guru yang
profesional.
Dari hal tersebut, guru adalah seseorang yang bekerja atas
panggilan hati nurani dalam melaksanakan tugas pengabdian pada
masyarakat. Namun, ada beberapa hal yang menjadi penyebab
runtuhnya pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Negara memang belum menjalankan amanat Undang-
Undang Dasar negara kitasecara konsekuen dan
bertanggung jawab. Kecilnya anggaran pendidikan, belum
korupsi yang dilakukan, berpengaruh besar pada mahalnya
biaya Pendidikan Dasar-Menengah yang harus ditanggung
oleh rakyat.
2. Faktor psikologis dan kecintaan seorang guru terhadap
bidang pekerjaannya sebagaiguru akan memberi pengaruh
besar pada kualitas proses belajar mengajar danpembinaan
siswa di sekolah. Kecintaan pada pekerjaan sebagai guru ini
hanyadimiliki oleh orang-orang yang memang memilih jadi
guru.

4
3. Lisensi keguruan. Guru atau dosen adalah sebuah profesi
akademis, bukan bakat alami. Artinya tidak semua orang
bisa menjadi guru atau dosen. Sebagai contoh : seorang ahli
mesin tidak serta merta bisa jadi dosen tehnik mesin
kalaudia tidak memiliki ilmu mengajar. Demikian juga
seorang sarjana ekonomi tidak serta merta bisa menjadi
guru ekonomi. Memang dia ahli dalam mesin dan
ekonomi,tetapi dia tidak memiliki keahlian dalam ilmu
mengajar. Ketimpangan ini akan berpengaruh pada kualitas
pengajaran yang ia berikan dan tentunya jugaberpengaruh
pada siswa. Itu sebabnya, mestinya untuk menjadi guru atau
dosen seseorang harus memiliki lisensi sebagai guru/dosen.
Lisensi ini hanya dimiliki oleh orang-orang yang sudah
menempuh pendidikan keguruan. Dia adalah seorang
padagogie (pengajar/pendidik), minimal dia harus menguasai
ilmu didaktik,metode mengajar dan psikologi.
4. Tenaga guru yang tidak sebanding dengan jumlah anak didik
dikelas. Adanya guru beberapa disekolahan, menjadi guru
tersebut merangkap lebih dari 2 kelas yang dipegang untuk
mengajar dan menjadi wali kelas. Dan juga jarak sekolah
dipelosok membuat jarak tempuh yang cukup lama untuk
sampai.
5. Tidak respectnya peserta didik dengan guru. Disini guru
dituntut mendampingi terus-menerus bagaimana seharusnya
peserta didik itu belajar. Menjadi guru bukan sebuah proses
yang yang hanya dapat dilalui, diselesaikan,dan ditentukan
melalui uji kompetensi dan sertifikasi. Karena menjadi guru
menyangkut perkara hati, mengajar adalah profesi hati. Hati
harus banyakberperan atau lebih daripada budi. Oleh karena
itu, pengolahan hati harusmendapatkan perhatian yang
cukup, yaitu pemurnian hati atau motivasi untuk menjadi
guru.

5
Adapun syarat guru menurut Peraturan Pemerintah No. 19
tahun 2005 yang tertuang dalam pasal 28 meliputi :

1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi


sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud di atas adalah
tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia
dini meliputi :
a. Kompetensi pedagodik
b. Kompetensi kepribadian
c. Kompetensi profesional
d. Kompetensi sosial

Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat


keahlian sebagaimana dimaksud di atas tetapi memiliki keahlian
khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik
setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

B. Sejarah Profesi Keguruan di Indonesia


Dalam bukunya, Sejarah Pendidikan Indonesia, Nasution
(1987) secara jelas melukiskan sejarah pendidikan di Indonesia
terutama dalam zaman kolonial belanda, termasuk juga sejarah
profesi keguruan. Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari
orang-orang yang tidak di didik secara khusus menjadi guru, secara
berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru yang
lolos dari sekolah guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di

6
Solo tahun 1852. Karena kebutuhan guru yang mendesak maka
Pemerintah Hindia-Belanda mengangkat lima macam guru, yakni:
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang
berwenang penuh
2. Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang
diadakan untuk menjadi guru
3. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu
4. Guru yang dimagangkan kepada guru senior, yang merupakan
calon guru
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang
berasal dari warga yang pernah mengecap pendidikan. Tentu
saja yang terakhir ini sangat beragam dari satu daerah dengan
daerah lainnya. Guru pernah mempunyai status yang sangat
tinggi dalam manyarakat, mempunyai wibawa yang sangat
tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba tahu dalam
sejarah pendidikan guru di Indonesia.

Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan


kelas, tetapi mendidik masyarakat, tempat bagi masyarakat untuk
bertanya, baik untuk memecahkan masalah pribadi ataupun
masalah sosial. Namun, kewibawaan guru mulai memudar sejalan
dengan kemajuan zaman, perkembangan ilmu dan teknologi, dan
kepedulian guru yang meningkat tentang imbalan atau balas jasa.
Dalam era teknologi yang maju sekarang, guru bukan lagi satu-
satunya tempat bertanya dalam masyarakat. Pendidikan
masyarakat mungkin lebih tinggi dari guru, dan kewibawaan guru
berkurang antara lain karena status guru dianggap kalah gengsi
dari jabatan lainnya yang mempunyai pendapatan yang lebih baik.

Walaupun sekolah guru telah dimulai dan kemudian juga


didirikan sekolah normal, namun pada mulanya bila dilihat dari
kurikulumnya dapat kita katakan hanya mementingkan
pengetahuan yang akan diajarkan saja. Ke dalamnya belum

7
dimasukkan secara khusus kurikulum ilmu mendidik dan psikologi.
Sejalan dengan pendirian sekolah-sekolah yang lebih tinggi
tingkatnya dari sekolah umum seperti Hollands Indlanse School
(HIS), Meer Uitgebreid Lagere Onderwidjs (MULO), Hogere
Burgeschool (HBS), dan Algemene Middelbare School (AMS) maka
secara berangsur-angsur didirikan pula lembaga pendidikan guru
atau kursus-kursus untuk mempersiapkan guru-gurunya, seperti
Hogere Kweekschool (HKS) untuk guru HIS dan kursus Hoofdacte
(HA) untuk calon kepala sekolah.

Keadaan yang demikian berlanjut sampai zaman


pendudukan jepang dan awal perang kemerdekaan walaupun
dengan nama dan bentuk lembaga pendidikan guru yang
disesuaikan dengan keadaan waktu itu. Selangkah demi selangkah
pendidikan guru menigkatkan jenjang kualifikasi dan mutunya,
sehingga saat ini kita hanya mempunyai lembaga pendidikan guru
yang tunggal, yakni Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK).

Walaupun jabatan guru belum disebut sebagai jabatan


profesional penuh, statusnya mulai membaik. Di indonesia telah
ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang mewadahi
persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di DPR/MPR.
Apakah para wakil dan organisasi ini telah mewakili semua
keinginan para guru, baik dari segi proesional ataupun
kesejahteraan? Apakah guru betul-betul jabatan profesional,
sehingga jabatan guru terlindungi, mempunyai otoritas tinggi dalam
bidangnya, dihargai dan mempunyai status yang tinggi dalam
masyarakat, semuanya akan tergantung kepada guru itu sendiri
dan unjuk kerjanya, serta masyarakat dan pemerintah yang
memakai atau mendapatkan layanan guru itu.

8
a. Sejarah Profesi Guru Pada Zaman Hindhu-Budha
Profesi guru pada zaman dahulu tepatnya pada zaman
kerajaan hindhu budha sering disebut petapa. Sebelum agama
masuk Indonesia, seseorang yang ingin belajar harus
mengunjungi seorang petapa. Petapa itu mungkin saja yang
telah meninggalkan tahta kerajaan karena sudah tua dan
memperdalam masalah kerohanian. Petapa itula yang disebut
juga guru bagi muridnya yang menuntut ilmu ditempat tersebut.
Biasanya para murid mengerjakan sawah ladang petapa untuk
keperluan hidup sehari-hari.
Pada masa kerajaan Budha atau Hindu di Indonesia orang
belajar di Bihara. Biksu yang mengajar membaca serta menulis
huruf sansekerta di Bihara tersebut disebut guru. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka bekerja di
ladang. Para siswa juga memberikan sedekah dari masyarakat
untuk membantu kehidupan sehari- hari. Setelah agama Islam
masuk di Indonesia orang belajar di Pesantren supaya dapat
membaca Al-qur’an dan melakukan sholat dengan benar.
Ulama’ yang mengajar diPesantren juga dinamakan guru. Para
siswa biasanya tinggal di rumah ulama’ tersebut dan membantu
bercocok tanam untyuk kebutuhan hidup sehari-hari. Para
pedagang Portugis dan Belanda yang datang di Indonesia
umumnya beragama Kristen, selain berdagang mereka juga
menyebarkan agama itu. Mempelajari agama Kristen, membaca
dan menulis huruf latin. Para pendeta yang mengajarkan agama
Kristen itu juga disebut guru. Untuk kepentingan penjajahannya
Belanda memerlukan pegawai yang pandai menulis dan
membaca huruf latin. Karena itu, mereka mendirikan sekolah
dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang tidak berkaitan
dengan agama. Inilah awal mula sistem Pendidikan modern di
Indonesia,

9
Pada zaman kemerdekaan Indonesia rakyat
memperjuangkan pertahanan kemerdekaannya. Kaum guru
Indonesia bertekad turut berjuang mempertahankan
kemerdekaan Indonesia yang diwujudkan dalam salah satu
tujuan kelahiran PGRI yaitu : turut aktif mempersatukan
kemerdekaan RI. Tetapi pada zaman detik-detik proklamasi
indonesia, saat itulah rakyat berjuang agar negara ini bertahan
dan terus merdeka. Tepat seratus hari kemerdekaan Indonesia,
diadakannya kongres I PGRI di Surakarta, kemudian di teruskan
pada Kongres PGRI II tahun 1946 di Surakarta dan kongres
PGRI III tahun 1948 di Madiun yang dilaksanakan saat
memuncaknya perjuangan bangsa Indonesia menentang
penjajahan kolonial Belanda yang berusaha menentang kembali
daerah jajahannya di indonesia. Dengan liciknya Kolonial
Belanda melaksanakan politik adu domba, memecah belah
bangsa dan wilayah Indonesia dengan maksud melemahkan
semangat perjuangan rakyat Indonesia.
Dengan adanya Kongres Guru Indonesia, maka semua guru
yang ada di Indonesia melebur dan menyatu dalam suatu
wadah, yakni PGRI sehingga tiada lagi perbedaan latar
belakang. Bahkan pada kelanjutannya, 25 November diperingati
sebagai Hari Guru Nasional. Melalui Kepres No.78 Tahun 1994,
kiprah PGRI makin bersinar. Namun kiprah PGRI terseret dalam
kepentingan penguasa karena kedekatannya dengan partai
politik tertentu. Pada zaman reformasi, guru lebih berani
berekspresi untuk menyampaikan aspirasi dan keluhannya,
seperti menuntut perbaikan kesejahteraan. Tuntutan perbaikan
kesejahteraan guru akhirnya direspon pemerintah. Pemerintah
menempatkan peningkatan kesejahteraan guru dalam konteks
kompetensi. Guru yang dulunya belum sepenuhnya dianggap
sebagai profesi akhirnya diakui sebagai profesi dengan adanya

10
pencanangan guru sebagai profesi oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada tanggal 2 Desember 2004.

b. Sejarah Profesi Guru Zaman Penjajahan Eropa


Eropa Pendidikan tradisional di kepulauan Nusantara terus
berjalan, meski banyak raja-raja di Nusantara yang ditundukkan
oleh Verenigde Oost Indische Compaqnie alias (VOC).
Pemerintah kolonial baru peduli nasib pendidikan kaum
bumiputera setelah diberlakukannya Politik Etika atau Politik
Balas Budi. Kepedulian itu juga lebih dilandasi oleh kebutuhan
Pemerintah Hindia-Belanda akan tenaga-tenaga profesional,
seperti dokter, insiyur dan advokat. Jadi, bukan murni niat yang
lurus untuk menyejahterakan kaum pribumi. Kebutuhan
mendidik kaum profesional ini muncul setelah Pemerintah
mengkalkulasi alangkah mahalnya mendatangkan dokter,
insiyur dan advokat dari Eropa.
Pada masa politik etis di lakukan secara modern dan
bergaya eropa dan sekolah guru juga di bentuk untuk
melahirkan guru-guru yang mampu menjalankan system
pendidikan colonial, berikut :
1) HIK (Holandse Indische Kweekschool)Sekolah guru
bantu yang ada di semua kabupaten.
2) HKS (Hoogere Kweek School)Sekolah guru atas yang
ada di kota Jakarta, Medan, Bandung, Semarang.
3) EKS (Europese Kweek School)Sebangsa sekolah guru
atas dengan dasar bahasa Belanda, dengan maksud
memberi ijazah untuk mengajar di sekolah Belanda yang
berbeda dengan HKS)

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Latar belakang pendidikan merupakan salah satu tolak ukur
guru dapat dikatakan profesional atau tidak, semakin tinggi latar
belakang pendidikan seseorang guru maka diharapkan semakin
tinggi pula tingkat profesionalismenya dalam kualitas Pendidikan,
karena latar belakang pendidikan menentukan kepribadian
seseorang, termasuk dalam hal ini pola pikir dan wawasannya,
faktor-faktor inilah yang akan banyak mempengaruhi
profesionalisme mengajar seorang guru.
Dalam bukunya, Sejarah Pendidikan Indonesia, Nasution
(1987) secara jelas melukiskan sejarah pendidikan di Indonesia
terutama dalam zaman kolonial belanda, termasuk juga sejarah
profesi keguruan. Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari
orang-orang yang tidak di didik secara khusus menjadi guru, secara
berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru yang
lolos dari sekolah guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di
Solo tahun 1852. Sejarah profesi guru di Indonesia tercatat dimulai
pada zaman Hindhu-Budha, dan zaman penjajahan Eropa.

12
DAFTAR PUSTAKA

Barnawi & Arifin, M. (2014). Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.

Elvianasti, Mega. (2020). Modul Profesi Pendidikan. Jakarta Selatan :


Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Gafur, A. (2012). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Hasanah, A. (2012). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV Pustaka


Setia

Wau, Y. (2014). Profesi Kependidikan. Medan: Unimed Press.

13

Anda mungkin juga menyukai