Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan dengan Dosen
Pengampu Bapak Dr. H. Abubakar, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Muhammad Aqsa N (2009743)


2. Restu Aria H (2003874)
3. Shelfia Khairunnisa (2001023
4. Syahla Denia A (2000332)
5. Vina Fitriyani (2010189)

KELAS B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah tentang Manajemen Peningkatan
Mutu Sekolah ini tepat pada waktunya. Tidak lupa shalawat serta salam tercurah limpahkan bagi
Baginda Agung Nabi Muhammad SAW. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pengelolaan Pendidikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
bagi para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian kata pengantar ini kami sampaikan.

Bandung, 27 Februari 2021

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................1
C. RUANG LINGKUP.........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
A. KONSEP DASAR MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH....................................3
a) Mutu Pendidikan di Sekolah.....................................................................................................3
1. Mutu...........................................................................................................................................3
2. Pendidikan..................................................................................................................................3
3. Mutu Pendidikan.......................................................................................................................3
b) Problematika Mutu Pendidikan...............................................................................................4
c) Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan............................................................................5
B. MODEL MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN...........................................................................5
a) Model Manajemen Mutu-Deming............................................................................................5
b) Model Manajemen Mutu-Crosby.............................................................................................6
c) Model Manajemen Mutu-Juran...............................................................................................6
d) Sekolah dengan Manajemen Mutu Total.................................................................................6
C. PENJAMINAN MUTU SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH................................................6
BAB III HASIL OBSERVASI/STUDI KASUS.......................................................................................8
BAB IV KESIMPULAN.........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan lepas
sampai kapanpun. Selama manusia itu hidup maka hiduplah pendidikanya. Filosofi ini
membawa dampak pada proses pendidikan yang terus menerus mengalami perubahan ke
arah yang lebih baik. Kondisi pendidikan baik pada input, proses dan output senatiasa
selalu dibenahi dengan tujuan mewujudkan manusia Indonesia yang seutuhya.
Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka pendidikan giat
diperbaiki dan ditingkatkan mutunya. Strategi peningkatan mutu pendidikan
bermunculan seiring dengan perkembangan zaman. Sejarah tentang munculnya kesadaran
mutu diprakarsai oleh dunia industri. Beberapa konsep dan strategi peningkatan mutu
dapat diadopsi oleh dunia pendidikan dengan mempertimbangkan kondisi nyata masalah
yang dihadapi pendidikan khususnya di Indonesia.
Otonomi pendidikan di Indonesia merupakan suatu bentuk reformasi yang perlu
dijalankan dengan baik. Tuntutan reformasi pada aspek perbaikan kualitas pendidikan
menuntut tingginya kinerja lembaga pendidikan dengan mengacu pada perbaikan mutu
yang berkelanjutan, kreativitas, dan produktivitas pegawai (guru). Kualitas bukan saja
pada unsur masukan (input), tetapi juga unsur proses, terutama pada unsur output atau
lulusan, agar dapat memuaskan harapan masyarakat pelanggan pendidikan.
Kepala sekolah sebagai manajer sudah saatnya mengoptimalkan mutu kegiatan
pembelajaran untuk memenuhi harapan pelanggan pendidikan. Sekolah berfungsi untuk
membina SDM yang kreatif dan inovatif, sehingga lulusannya memenuhi kebutuhan
masyarakat, baik pasar tenaga kerja sektor formal maupun sektor informal. Para
pemimpin pendidikan dituntut mencari dan menerapkan suatu strategi manajemen baru
yang dapat mendorong perbaikan mutu di sekolah di abad baru ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari pembahasan yang akan kami bahas anatar lain:

1
1. Konsep Dasar Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah
2. Model Manajemen Mutu Pendidikan
3. Penjaminan Mutu Sekolah Dasar dan Menengah

C. RUANG LINGKUP

1. Manajemen peningkatan mutu sekolah


2. Konsep dasar manajemen peningkatan mutu sekolah
3. Model manajemen mutu pendidikan
4. Penjaminan mutu sekolah

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU SEKOLAH

a) Mutu Pendidikan di Sekolah


1. Mutu
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mutu adalah ukuran baik buruk
suatu benda, keadaan, taraf, atau derajat (kepandaian, kecerdasan, dan
sebagainya). Mutu menurut Arcaro didefinisikan sebagai sebuah derajat variasi
yang terduga standar yang digunakan dan memiliki ketergantung pada biaya yang
rendah.

2. Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya yang dapat mempercepat pengembangan
potensi manusia agar mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya.
Definsi pendidikan berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

3. Mutu Pendidikan
Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 menjelaskan bahwa mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Yang mengartikan
bahwa dalam menyelenggaraakan pendidikan, mutu pendidikan menjadi sangat
penting untuk di pertanggungjawabkan dan harus dipenuhi oleh satuan
pendidikan. Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP) menjelaskan bahwa standar ini merupakan
kriteria minimun yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan dalam

3
penyelenggaraan pendidikan. Tujuannya tak lain adalah sebagai upaya untuk
menciptakan mutu melalui penjaminan mutu atas standar yang ada, yang pada
akhirnya akan berimplikasi pada kepuasan pelanggan pendidikan. Mutu layanan
pendidikan dapat dikatagorikan berdasarkan pandangan sistem, yaitu kategori
output, proses, input, dan konteks. Berdasarkan pandangan ini maka inti dari
kebermutuan sekolah kategorinya dapat disederhanakan yaitu mutu hasil, proses,
dan mutu aspek pendukung proses. Mutu hasil adalah kebermutuan hasil
pendidikan yang dirasakan utamanya oleh siswa sebagai wujud nyata dari proses
pembelajaran.

b) Problematika Mutu Pendidikan


Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber
daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia (Kepala
Sekolah, guru termasuk guru BK, karyawan, siswa) dan sumber daya selebihnya
(peralatan, perlengkapan, uang, bahan dan sebagainya). Input perangkat lunak
meliputi struktur organisasi sekolah peraturan perundang-undangan deskripsi
tugas, rencana, program, dan sebagainya. Input harapan-harapan berupa visi, misi,
tujuan, dan sasaran-sasaran yang ingin berlangsung dengan baik. Oleh karena itu
tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Semakin
tinggi tingkat kesiapan input, maka tinggi pula mutu input tersebut. Mutu
berkenaan dengan penilaian sejauh mana suatu produk memenuhi kriteria, standar
atau rujukan tertentu. Dalam dunia pendidikan standar ini dapat dirumuskan
melalui pengukuran baik secara kuantitatif, khususnya untuk bidang yang
menyangkut skolastik, dan secara kualitatif, khususnya untuk bidang-bidang
pendidikan agama, budi pekerti, dan moral. Rumusan mutu pendidikan harus
dikembalikan pada rumusan acuan atau rujukan yang ada seperti kebijakan,
proses belajar mengajar, kurikulum, sarana prasarana dan tenaga pendidikan.
Dalam konteks sistem pendidikan nasional, mutu pendidikan tercermin sejauh
mana tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam peraturan
perundang-undangan tentang sistem pendidikan nasional dapat dicapai.

4
c) Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan
Peningkatan mutu pendidikan memerlukan yang manajemen yang tepat,
mengingat begitu banyaknya masalah yang diakibatkan oleh mutu pendidikan dan
khususnya oleh lulusan pendidikan yang kurang bermutu, maka program mutu
atau upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal yang
penting. Upaya untuk melaksanakan peningkatan mutu pendidikan diperlukan
beberapa dasar yang kuat diantaranya yaitu (a) komitmen pada perubahan, (b)
pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada, (c) mempunyai visi yang jelas
tentang masa depan, dan (d) mempunyai rencana yang jelas.

B. MODEL MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN

Manajemen merupakan usaha mencapai tujuan melalui orang lain. Pencapai


tujuan tersebut, kegiatan manajemen mempunyai beberapa fungsi yang hams
dilaksanakan dan peran yang hams dimainkan. Fungsi manajemen meliputi perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Adapun peran manajemen meliputi
peran interpersonal, peran informatif, dan peran pengambilan keputusan. Pelaksanakan
manajemen mutu, suatu organisasi harus menganut filosofi membuat segala sesuatu
dengan baik sejak dari awal proses hingga akhir proses produksi atau penyerahan jasa.
Filosofi ini mendasari konsep Zero defect dalam manajemen mutu, dan harus dilakukan
oleh semua anggota dalam organisasi.
Manajemen mutu harus masuk dalam pembahasan pada setiap pilar manajemen,
seperti manajemen pemasaran, manajemen operasional, manajemen keuangan,
manajemen sumber daya manusia, dan akuntansi. Oleh karena itu, untuk melaksanakan
manajemen mutu semua pihak dalam organisasi harus berperan secara aktif
Pengembangan filosofi mutu dari tiga ahli yang sangat terkenal, yaitu W. Edwards
Deming, Philip B. Crosby, dan Joseph M. Juran yang telah disarikan oleh Pike dan
Barnes (1996) berupa model manajemen mutu. Ketiga model manajemen mutu tersebut
adalah.

a) Model Manajemen Mutu-Deming


Deming, terkenal dengan filosofi manajemen mutu 'yang disebut Deming's
14 points. Filosofi ini banyak diadopsi manajemen secara umum, bahkan dalam

5
organisasi belajar juga berkembang luas. Deming, juga terkenal dengan konsep
Plan-Do-Check-Action yang dilaksanakan dalam continuous quality improvement
dan diadopsi oleh berbagai organisasi, baik manufaktur maupun jasa

b) Model Manajemen Mutu-Crosby


Crosby, memperkenalkan empat hal penting dalam manajemen mutu,
dengan filosofi dasar perbaikan terus menerus dan berkesinambungan. Keempat
hal penting ini adalah (1) definisi mutu, (2) sistem pencapaian mutu, (3) standar
kinerja, dan (4) pengukuran kinerja. Mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan.
Sistem pencapaian mutu merupakan pendekatan rasional untuk mencegah cacat
atau kesalahan. Pengukuran kinerja yang digunakan adalah biaya kualitas, seperti
biaya pembuangan dan pengerjaan ulang terhadap produk yang cacat, biaya
persediaan, biaya inspeksi dan pengujian.

c) Model Manajemen Mutu-Juran


Juran, memperkenalkan tiga proses mutu, yaitu perencanaan mutu,
pengendalian mutu, dan perbaikan atau peningkatan mutu.

d) Sekolah dengan Manajemen Mutu Total


Manajemen total merupakan suatu metodologi yang dapat membantu para
profesional pendidikan mengatasi lingkungan yang terus berubah. Manajemen
total dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk ikatan antara sekolah dengan
dunia bisnis dan pemerintah. Ikatan tersebut akan memungkinkan para profesional
di sekolah atau daerah dilengkapi dengan sumber-sumber yang dibutuhkan dalam
pengembangan program mutu.

C. PENJAMINAN MUTU SEKOLAH DASAR DAN MENENGAH

Secara nasional, mutu pendidikan dasar dan menengah di Indonesia belum seperti
yang diharapkan. Hasil pemetaan mutu pendidikan secara nasional pada tahun 2014
menunjukkan hanya sekitar 16% satuan pendidikan yang memenuhi standar nasional
pendidikan (SNP). Sebagian besar satuan pendidikan belum memenuhi SNP, bahkan ada
satuan pendidikan yang masih belum memenuhi standar pelayanan minimal (SPM).
Standar kualitas pendidikan yang ditetapkan oleh pemerintah berbeda dengan standar

6
yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan. Standar yang digunakan oleh sebagian besar
sekolah jauh di bawah standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Akibatnya, kualitas
lulusan yang dihasilkan oleh satuan pendidikan belum memenuhi standar yang
diharapkan. Kesenjangan antara hasil ujian nasional dengan hasil ujian sekolah yang
lebar menunjukkan bahwa ada permasalahan dalam instrument dan metode pengukuran
hasil belajar siswa.Masih banyak pengelola pendidikan yang tidak tahu makna standar
mutu pendidikan.Selain itu, sebagian besar satuan pendidikan belum memiliki
kemampuan untuk menjamin bahwa proses pendidikan yang dijalankan dapat memenuhi
standar kualitas yang ditetapkan oleh pemerintah. Kemampuan itu meliputi:
 Cara melakukan penilaian hasil belajar
 Cara membuat perencanaan peningkatan mutu pendidikan
 Cara implementasi peningkatan mutu pendidikan
 Cara melakukan evaluasi pengelolaan sekolah maupun proses pembelajaran
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa Sistem Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen
pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional,
yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan ini merupakan tanggung jawab dari
setiap komponen di satuan pendidikan. Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak
dapat berjalan dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen sekolah.
Untuk peningkatan mutu sekolah secara utuh dibutuhkan pendekatan khusus agar seluruh
komponen sekolah bersama-sama memiliki budaya mutu. Untuk itu dibutuhkan program
Implementasi Penjaminan Mutu Pendidikan di seluruh sekolah di Indonesia dengan
pendekatan pelibatan seluruh komponen sekolah (whole school approach)

7
BAB III
HASIL OBSERVASI/STUDI KASUS

Dalam Perspektif Pembanguna Pendidikan Nasional, pendidikan harus lebih berperan


dalam membangun seluruh potensi manusia agar menjadi subyek yang berkembang secara
optimal dan bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan nasional.

Dalam perspektif budaya, pendidikan merupakan wahana penting dan medium yang
efektif untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos di kalangan
warga masyarakat.

Dalam perspektif politik, pendidikan harus mampu mengembangkan kapasitas individu


untuk menjadi warga negara yang baik (good citizens), yang memiliki kesadaran akan hak dan
tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa, dan bernegara. Karena itu,
pendidikan harus dapat melahirkan individu yang memiliki visi dan idealisme untuk membangun
kekuatan bersama sebagai bangsa

Dalam Era Globalisasi ini pendidikan sangat di kembangkan, banyak negara yang
berlomba-lomba untuk memajukan pendidikan agar dapat bersaing dengan kemajuan teknologi
dan perkembangan zaman yang cepat sekali berkembang. Dalam perspektif – perspektif yang
ada kita dapat mengetahui bahwa pendidikan harus dapat membangun seluruh pontensi manusia,
bukan hanya membangun seluruh potensi yang ada dalam setiap individu dan juga harus bisa
mengembangkan individu yang memiliki ide-ide yang cemerlang dan juga membangun kekuatan
bangsa.

Di Indonesia kita dapat menemui beberapa masalah dalam pendidikan yang harus di
benahi seperti. Pemerataan pendidikan, mutu pendidikan, efesiensi pendidikan, dan relevansi
pendidikan.

Pemerataan Pendidikan, masalah pemerataan ini sudah sering kita dengar bahwa teman-
teman kita yang ada di plosok daerah belum mendapatkan pendidikan yang layak. Ketidaktrataan
pendidikan ini disebabkan oleh banyak anak yang belum bisa ditampung oleh lembaga
pendidikan dan juga kurangnya fasilitas belajar dan mengajar seperti gedung sekolah,tenaga
pengajar dan media pembelajaran.

8
Mutu pendidikan,permasalahan mutu pendidikan ada karena hasil pendidikan yang belum
mencapai taraf yang diinginkan, hal ini disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia
pendidikan yang ada selain kekurangan sumber daya manusia sistem pendidikan juga menjadi
hal yang menimbulkan masalah mutu pendidikan.

Efisiensi pendidikan Efisiensi pendidikan membahas tentang sistem pendidikan yang ada
dan pemanfaatan sumber daya pendidikan yang ada. Kurangnya penggunaan sumber daya yang
tepat dan hemat menjadi salah satu masalah yang ada di indonesia.

Relevansi, relevansi pendidikan menjadi salah satu masalah yang ada di Indonesia karena
relevansi mencakup sejauh mana sistem pendidikan yang ada mampu menghasilkan individu
yang diharapkan mampu menyebar ke seluruh sektor pembangunan yang ada.

9
BAB IV
KESIMPULAN

Peningkatan mutu pendidikan memerlukan manajemen yang tepat, program mutu atau
upaya-upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan merupakan hal yang penting. Upaya untuk
melaksanakan peningkatan mutu pendidikan diperlukan beberapa dasar yang kuat diantaranya
yaitu (a) komitmen pada perubahan, (b) pemahaman yang jelas tentang kondisi yang ada, (c)
mempunyai visi yang jelas tentang masa depan, dan (d) mempunyai rencana yang jelas. model
manajemen mutu. Menurut W. Edwards Deming, Philip B. Crosby, dan Joseph M. Juran yang
telah disarikan oleh Pike dan Barnes (1996) berupa model manajemen mutu, yaitu Model
Manajemen Mutu-Deming, Model Manajemen Mutu-Crosby, Model Manajemen Mutu-Juran,
Sekolah dengan Manajemen Mutu Total.
Peningkatan dan penjaminan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab dari setiap
komponen di satuan pendidikan. Peningkatan mutu di satuan pendidikan tidak dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya budaya mutu pada seluruh komponen sekolah. Untuk peningkatan
mutu sekolah secara utuh dibutuhkan pendekatan khusus agar seluruh komponen sekolah
bersama-sama memiliki budaya mutu. Untuk itu dibutuhkan program Implementasi Penjaminan
Mutu Pendidikan di seluruh sekolah di Indonesia dengan pendekatan pelibatan seluruh
komponen sekolah (whole school approach)

10
DAFTAR PUSTAKA

Chiristopher, William F. and Carl G. Thor (2001). World Class Quality and Productivity.
Fifteen Strategies For Improving Performance.Management Library. United Kingdom:
Financial World Publishing

Creech, Bill. Diterjemahkan oleh Alexander Sindoro. (1996). Lima Pilar Manajemen Mutu
Terpadu.TQM. Cara Membuat Total Quality Managemen Bekerja Bagi Anda. Jakarta
Barat : Binarupa Aksara.

Feigunbaum, A.V., (1991), Total Quality Control, New York : McGraw Hill, Inc.

Garvin, D.A., (1996), Managing Quality, New York : Free Press.

Goetsch, D.L., & Davis, S., (2006), Quality Management. Introduction to Total Quality
Management For Production, Processing, and Services. Fifth Edition.New Jersey :
Pearson Prentice Hall

Lovelock,C. (1992), Managing Service : Marketing Operations and Human Resources,


London : Prentice Hall International, Inc

Parasuraman, A. (1985). “ AConceptual Model of Service Quality and Implication For


Future Research. New York

Rochaety, Eti, dkk, (2005), Sistem Informasi Manajemen Pendidikan, Bumi Aksara

Sallis, Edward. (2002), Total Quality Management In Education. Thrid Editition. London:
Routledge

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana. (2002), Total Quality Management. Yogyakarta: Andi

Yamit, Zullian. (2010), Manajemen Kualitas Produk dan Jasa . Cetakan ke 5 Yogyakarta:
Ekonisia.

Undang-Undang no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah no 13 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan

11
Permendikbud no 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan
Menengah

Pedoman umum system penjaminan mutu sekolah dasar dan menengah. (2016). Dirjen
Dikdasmen Kemendikbud

12

Anda mungkin juga menyukai