Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN STUDI KASUS

SISTEM PENJAMINAN MUTU LEMBAGA PENDIDIKAN


DI SMP NEGERI 10 KENDARI

Oleh :
KELOMPOK 5
1. ADI PURBAYA (A1I119018)

2. SEPTIANA (A410200062)

3. WA ODE SITTI NUR FADILLAH (A1I121030)

4. YUYUN RAMDANI SALIM (A1I121080)

5. ADE INTHAN AFRELYA (A1I121082)

6. LUSMAZIRA (A1I121094)

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Administrasi dan Manajemen


Sekolah Dosen Pengampu : Dr. La Ode Ahmad Jazuli, S.Pd., M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah swt, yang senantiasa
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad saw. beserta keluarga dan para sahabatnya sekalian
karena beliaulah kita dapat merasakan betapa bermaknanya dan betapa sejuknya alam
yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Adapun judul makalah ini, yaitu “Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan di


Sekolah”. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
administrasi dan manajemen sekolah.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah dapat dibuat
dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT,
dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.

Kendari, 11 November 2022

penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II....................................................................................................................................... 3

KAJIAN TEORI ....................................................................................................................... 3

A. Konsep Penjaminan Mutu Pendidikan .......................................................................... 3

B. Tujuan Dan Fungsi Penjaminan Mutu Pendidikan ....................................................... 4

C. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Di Sekolah ........................................................ 5

D. Faktor-Faktor Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah...................................... 6

E. Implementasi Penjaminan Mutu Pendidikan Di Sekolah.............................................. 8

BAB III ................................................................................................................................... 10

METODE DAN HASIL .......................................................................................................... 10

A. METODE .................................................................................................................... 10

B. HASIL ......................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 28

LAMPIRAN............................................................................................................................ 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah merupakan ujung tombak dalam melahirkan manusia manusia
Indonesia, yang berkualitas dan memiliki daya saing yang cukup tinggi baik itu
tingkat nasional atau dalam negeri bahkan dapat hingga tingkat Internasional.
Sistem penjaminan mutu pendidikan merupakan salah satu kegiatan untuk
mendukung proses tersebut, meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di
masyarakat Indonesia khususnya dalam dunia pendidikan dapat berkembang
dengan maksimal dan diakui potensinya oleh halayak. Kegiatan ini tentunya
sistematik dan terpadu pada penyelenggaraan pendidikan untuk meningkatkan
kualitas dan kecerdasan bangsa. Dalam mewujudkannya harus ada satu sistem
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan yang dapat membangun
kerjasama dan kolaborasi diantara berbagai pemangku kepentingan dan stake
holder, tentunya untuk menciptakan kualitas mutu pendidikan baik internal
sekolah maupun eksternal untuk memenuhi standar kebutuhan pendidikan
masyarakat Indonesia.

Dalam rangka penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan nasional


secara bertahap, terencana, terukur sesuai dengan Undang Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah melakukan
akreditasi untuk menilai kelayakan program satuan pendidikan, terkait dengan
hal tersebut pemerintah telah menunjuk Badan Akreditasi Nasional Sekolah
Madrasah (BANSM) dengan Peraturan Mendiknas Nomor 29 Tahun 2005.
Upaya peningkatan mutu pendidikan ini tidak akan dapat diwujudkan tanpa ada
upaya perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan menuju pendidikan
bermutu. Untuk mewujudkan pendidikan bermutu ini, upaya membangun
budaya mutu di satuan pendidikan menjadi suatu kebutuhan yang tidak dapat

1
ditawar. Satuan pendidikan harus mengimplemetasikan penjaminan mutu
pendidikan tersebut secara mandiri dan berkelanjutan. Mutu pendidikan dasar
dan menengah adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pendidikan
dasar dan menengah dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada satuan
pendidikan dasar dan pendidikan menengah dan/atau program keahlian.

Mutu pendidikan di satuan pendidikan tidak akan meningkat tanpa


diiringi dengan penjaminan mutu pendidikan oleh satuan pendidikan.
Penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah adalah suatu mekanisme
yang sistematis, terintegrasi, dan berkelanjutan untuk memastikan bahwa
seluruh proses penyelenggaraan pendidikan telah sesuai dengan standar mutu
dan aturan yang ditetapkan. Untuk dapat melakukan penjaminan mutu
pendidikan dengan baik diperlukan adanya sistem penjaminan mutu
pendidikan. Dari penjeleasan tersebut, maka sangat penting kita mengelola
manajemen pendidikan, mengetahui tentang tujuan dari penjaminan mutu
pendidikan berkaitan dengan akreditasi sekolah sebagai sistem penjaminan
mutu satuan pendidikan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep penjaminan mutu pendidikan ?
2. Bagaimana Tujuan dan fungsi penjaminan mutu pendidikan ?
3. Bagaimana Sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah ?
4. Bagaimana Faktor-faktor dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah?
5. Bagaimana Implementasi penjaminan mutu pendidikan di sekolah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep penjaminan mutu pendidikan
2. Untuk mengetahui Tujuan dan fungsi penjaminan mutu pendidikan
3. Untuk mengetahui Sistem penjaminan mutu pendidikan di sekolah
4. Untuk mengetahui Faktor-faktor dalam peningkatan mutu pendidikan
sekolah
5. Untuk mengetahui Implementasi penjaminan mutu pendidikan di
sekolah

2
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Konsep Penjaminan Mutu Pendidikan


Pengertian Mutu sendiri menurut beberapa ahli sebagaimana dikutip Gryna dalam
Herlina (2013), memiliki definisi yang berbeda. Deming yang dikenal sebagai bapak mutu
mendefinisikan mutu sebagai “predicteble degree if uniformity”sedangkan Juran
mendefinisikan bahwa “fitness for use”. mutu lainnya, yaitu Crosby menyatakan bahwa
“confirmens to spesification” dan “loss to sosiety”. Sedangkan Pengertian Penjaminan
Mutu (quality assurance) tentunya ada perbedaan dalam instansi perusahaan maupun
dengan lembaga pendidikan. Menurut Barnawida (2017), Penjaminan Mutu / Quality
Assurance merupakan suatu tindakan untuk memastikan bahwa produk yang dapat dibeli
oleh konsumen, tanpa ada rasa khawatir dan dapat digunakan dengan aman dalam waktu
yang lama dengan rasa kepuasan. Sedangkan pengertian Penjamin Mutu/ Quality
Assurance dalam dunia pendidikan adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu
pengelolaan pendidikan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholders
(peserta didik, orang tua, masyarakat, pemerintah, tenaga kependidikan, tenaga
penunjang, serta pihak lain yang berkepentingan) memperoleh kepuasan, yang sesuai
dengan Standar Nasional Pendidikan yang tentunya ada di negara kita Indonesia. Dan
memastikan bahwa semua karakteristik dan kinerja sesuai dengan standar atau harapan
atau persyaratan melalui dokumen akademik, dokumen mutu, dan audit atau evaluasi.

Penjaminan Mutu dapat diartikan dan disimpulkan merupakan sistem keseluruhan


kegiatan yang dirancang sedemikian rupa dalam rangka meyakinkan stakeholders bahwa
output dan outcome yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan atau standar yang telah
ditetapkan, melalui Penjaminan Mutu, stakeholders dapat memperoleh jaminan bahwa
output yang dihasilkan memang telah sesuai dengan spesifikasi proses dan hasil yang
telah ditentukan dalam rencana program pembelajaran sebagaimana yang tertuang di
dalam kurikulum program studi. Dengan demikian hasil penjaminan mutu akan tercermin
dari adanya peningkatan kualitas pada segala aspek akademik baik yang menyangkut
input, proses, output, maupun outcome dari waktu ke waktu. Disamping itu penjaminan
mutu dapat diartikan sebagai proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan
secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang
berkepentingan memperoleh kepuasan (Dikti, 2003). Penjaminan mutu adalah proses
yang terus menerus dimana setiap sistem yang terkait selalu mengandung tiga unsur yang
3
saling independent (bebas) yaitu monitoring, pengukuran (measurement) dan peningkatan
(improvement).

Secara umum mutu diartikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam membuaskan kebutuhan yang
diharapkan atau tersirat. Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mencakup input,
proses dan output pendidikan.

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi sumber daya manusia (kepala
sekolah, guru termasuk guru BP, karyawan, siswa) dan sumber daya selebihnya
(peralatan, perlengkapan, uang, bahan dan sebagainya). Proses pendidikan merupakan
berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap
berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output.
Output pendidikan adalah merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses/ perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari
kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas
kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya.

Proses pendidikan yang bermutu apabila seluruh komponen pendidikan terlibat


dalam proses pendidikan itu sendiri. Kamisa (Karwati dan Priansa, 2013:15)
menyebutkan mutu yang di maksudkan dalam pendidikan adalah mutu dalam konsep
relatif, terutama berhubungan dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan pendidikan ada
dua, yaitu pelanggan internal dan eksternal. Pendidikan bermutu apabila pelanggan
internal (kepala sekolah, guru dan karyawan sekolah) berkembang, baik fisik maupun
psikis, sedangkan pelanggan eksternal, yaitu: (1) eksternal primer (peserta didik), (2)
eksternal skunder (orang tua, pemimpin pemerintah dan perusahaan), dan (3) eksternal
tersier (pasar kerja dan masyarakat luas).

Jadi, penjaminan mutu pendidikan adalah suatu konsep komprehensif untuk


memimpin dan mengoperasika suatu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk terus
meningkatkan kinerja dan berfokus pada pelanggan (masyarakat), seiring dengan
mengatasi kebutuhan semua pemangku kepentingan.

B. Tujuan Dan Fungsi Penjaminan Mutu Pendidikan


Tujuan dan Fungsi Penjaminan Mutu Pendidikan, tertuang pada Permendikbud
No 28 Tahun 2016 Pasal 2, sebagai berikut, Fungsi untuk mengendalikan penyeleggaraan
4
pendidikan oleh satuan pendidikan sehingga terwujud pendidikan yang bermutu. Sedang
tujuannya adalah untuk menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan secara
sistematik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkemabang budaya mutu
pada satuan pendidikan secara mandiri.

Tujuan kegiatan jaminan mutu bermanfaat, baik bagi pengguna internal maupun
eksternal organisasi, disamping untuk mengetahui kesesuaian antara harapan dengan
keadaan sebenarnya, yakni menurut Yorle (1997) Saputra H. Tujuan dan fungsi
perkembangan penjaminan mutu dalam pendidikan terhadap kualitas tersebut antara lain
sebagai berikut;

• Membantu Serbaikan dan peningkatan secara terus menerus dan


berkesinambungan melalui praktek yang tebaik dan mau mengadakan
inovasi
• Memudahkan mendapatkan bantuan, baik pinjaman uang atau fasilitas
atau bantuan lain dari lembaga yang kuat dan dapat dipercaya
• Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara
konsisten, dan dapat sebagai pemanding standar yang telah dicapai pada
lembaga pendidikan tertentu dengan standar pesaing.
• Menjamin tidak akan adanya hal- hal yang tidak dikehendaki, selain itu
tujuan diadakannya penjaminan mutu adalah agar dapat memuaskan
berbagai pihak yang terkait di dalamnya untuk memenuhi standar
pendidikan didalamnya, sehingga dapat mencapai sasaran atau tujuan
yang diharapkan.

Secara lebih umum dapat disampaikan tujuan dan fungsi Penjaminan Mutu
Pendidikan yaitu, Tujuannya adalah Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan
menengah bertujuan menjamin pemenuhan standar pada satuan pendidikan dasar dan
menengah secara sistemik, holistik, dan berkelanjutan, sehingga tumbuh dan berkembang
budaya mutu pada satuan pendidikan secara mandiri. Sedangkan fungsi dari Penjaminan
Mutu Pendidikan sendiri adalah sebagai pengendali penyelenggaraan pendidikan oleh
satuan pendidikan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan bermutu.

C. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Di Sekolah


Pelaksanaan sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah mengacu
pada standar sesuai peraturan yang berlaku. Acuan utama sistem penjaminan mutu
5
pendidikan dasar dan menengah adalah Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang
ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Sistem penjaminan mutu pendidikan dasar dan menengah terdiri atas dua
komponen besar yaitu Sistem Penjaminan Mutu Internal dan Sistem Penjaminan Mutu
Eksternal. Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah sistem penjaminan mutu yang
berjalan di dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen satuan
pendidikan. Sedangkan Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) adalah sistem
penjaminan mutu yang dijalankan oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan akreditasi
dan badan standar. Sistem ini diatur dalam peraturan menterti pendidikan dan kebudayaan
No 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah dan
dijelaskan pada Pedoman Umum

D. Faktor-Faktor Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah


Indikator keberhasilan dalam meningkatkan mutu pendidikan akan berdampak
dari berbagai aspek, yaitu:

1) Efektifitas proses pembelajaran bukan sekedar transfer pengetahuan


(knowledge transfer), melainkam lebih menkankan pada internalisasi
mengembangkan aspek kognitif, efektif, dan psikomotor dan kemandirian
2) Kepemimpinan kepala sekolah akan mendorong terwujudnya visi, misi,
tujuan, sasaran melalui program yang di laksanakan secara berencana,
bertahap, kreativitas, inovasi, efektif dan mempunyai kemampuan
manajerial.
3) Penegelolaan tenaga kependidikan yang efektif
4) Sekolah memeiliki budaya mutu sekolah yang memiliki team work yang
kompak, cerdas, dan dinamis karena output pendidikan merupakan hasil
kolrktif bukan hasil individu guna memperoleh motu yang kompetitif.
5) Sekolah memiliki kemandirian, yaitu kemempuan untuk bkerja
secaramaksimal dengn tidak tergantung petunjuk dari atasan dan memiliki
sumber daya manusia yang potensial.
6) Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Katerkaita dan keterlibatan pada
sekolah harus tinggi dilandasi oleh rasa tanggung jawab melalui loyalitas
dan dedikasi sebagai stakeholders.
7) Sekolah memiliki trnsparansi peranan sekolah

6
8) Sekolah memilikki kemauan perubahan (management change). Perubahan
adalah peningktan bermakna positif uuntuk lebih baik dalaam peningkatan
mutu pendidikan .
9) Sekolah melakukan evaluasi perbaikan yang berkelanjutan dan merupakan
proses peyempurnaan dalam meningkatkan mutu keseluruhan, mencakup
organisasi, tanggung jawab, prosedur dan sumber daya manusia.

Untuk meningkatkan mutu sekolah seperti yang disarankan oleh Sudarwan Danim
yaitu dengan melibatkan lima faktor yang dominan:

1) Kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah harus memiliki dan


memahami visi kerja secara jelas, mampu dan mau bekerja keras,
mempunyai dorongan kerja yang tinggi, tekun dan tabah dalam bekerja,
memberikan layanan yang optimal, dan disiplin kerja yang kuat.
2) Siswa, pendekatan yang harus dilakukan adalah “anak sebagai pusat”
sehingga kompetensi dan kemampuan siswa dapat digali sehingga sekolah
dapat menginventarisir kekuatan yang ada pada siswa.
3) Guru, pelibatan guru secara maksimal, dengan meningkatkan kompetensi
dan profesi kerja guru dalam kegiatan seminar, MGMP, lokakarya serta
pelatihan sehingga hasil dari kegiatan tersebut diterapkan disekolah.
4) Kurikulum, adanya kurikulum yang tetap tetapi dinamis, dapat
memungkinkan dan memudahkan standar mutu yang diharapkan sehingga
goals (tujuan) dapat dicapai secara maksimal.
5) Jaringan kerjasama, jaringan kerja samatidak hanya terbatas pada
lingkungan sekolah dan masyarakat semata (orangtua dan masyarakat)
tetapi dengan organisasi lain, seperti perusahaan/instansi sehingga output
dari sekolah dapat terserap di dalam dunia kerja.

Berdasarkan pendapat diatas paradigma harus dilakukan secara bersamasama


antara pimpinan dan karyawan sehingga mereka mempunyai langkah dan strategi yang
sama yaitu menciptakan mutu dilingkungan kerja khususnya lingkungan kerja
pendidikan. Pimpinan dan karyawan harus menjadi satu tim yang utuh (teamwork) yang
saling membutuhkan dan saling mengisi kekurangan yang ada sehingga target (goals)
akan tercipta dengan baik.

7
Dari penjelasan diatas, dapat dirangkum bahwa ada lima faktor yang dominan
untuk meningkatkan mutu sekolah yaitu kepala sekolah, guru, siswa, kurikulum, dan
jaringan kerjasama yang dilakukan secara bersama-sama sehingga target yang ingin
dicapai tercipta dengan baik.

E. Implementasi Penjaminan Mutu Pendidikan Di Sekolah


suatu instansi atau lembaga pendidikan dapat dikatakan bermutu apabila mampu
bekerja sama antara seluruh elemen dan memberikan kepuasan pelanggan dalam hal ini
pelanggan dari dalam maupun dari luar dengan jasa yang diberikan.

Kepala sekolah, dalam hal ini yang memiliki wewenang tertinggi selaku pimpinan
instansi adalah orang yang paling berperan dalam menentukan arah kebijakan sekolah
menuju tujuan yang ingin dicapai. Pendidik dalam hal ini guru merupakan unsur utama
keseluruhan dalam mengelola proses pembelajaran. Jadi, dalam penerapan manajemen
mutu terpadu kualitas sumber daya guru dan kepala sekolah akan menentukan kualitas
sekolah, yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, dan keikutsertaan
wali murid dan komite sekolah dalam memberikan perhatian dan dukungan kepada
sekolah untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Implementasi manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan dapat dilakukan


dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Penerapan falsafah kualitas, setiap organisasi harus dapat memberikan apresiasi,


mengantisipasi dan siap menerima sejumlah pengorbanan pada tahap-tahap awal
pengimplementasian manajemen mutu terpadu.

2. Kepemimpinan pendidikan, kualitas pimpinan yang dimiliki oleh suatu organisasi


akan berpengaruh pada keberhasilan organisasi, maka dari itu kepemimpinan
merupakan salah satu penentu keberhasilan organisasi dalam mewujudkan
tujuannya.

3. Peningkatan secara terus menerus, total quality manajemen merupakan suatu


pendekatan sistematis dan hati-hati untuk mencapai tingkat kualitas yang tepat
dengan cara konsisten dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan.

8
4. Organisasi ke atas, samping bawah, terjalinnya komunikasi yang efektif antara
pelanggan dan supplier, dengan semua jaringan dan komunikasi baik secara
vertikal maupun horizontal dilakukan seoptimal mungkin.
5. Perubahan kultur, dalam penerapan total quality manajement perlunya perubahan
kultur, namun untuk mewujudkannya memerlukan waktu yang cukup lama. Ada
dua hal yang diperlukan staf dalam menghasilkan mutu yaitu membutuhkan
lingkungan yang cocok untuk bekerja, mendukung dan menghargai kesuksesan
dan prestasi yang telah diraih.
6. Peningkatan kualitas guru dan karyawan, dengan terciptanya lingkungan yang
kondusif, seluruh anggota organisasi termasuk para manager harus siap mengikuti
program pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pemberdayaan.
7. Profesionalisme dan fokus pada pelanggan, dalam hal ini tidak hanya bagaimana
membuat pelanggan senang dan tersenyum. Akan tetapi mutu terpadu yang
dimaksud adalah mendengarkan dan berdialog tentang kekhawatiran dan aspirasi
pelanggan.

8. Pengelolaan kurikulum, kurikulum merupakan suatu komponen pendidikan yang


menentukan arah kemana sasaran dan tujuan peserta didik akan dibawa, serta
keahlian yang harus dimiliki peserta didik. Dengan adanya kurikulum maka tujuan
pendidikan akan jelas dibawah kemana.

9. Menjaga hubungan dengan pelanggan, antar lembaga pendidikan dan pihak


pengajar harus bekerjasama, semua pihak pengajar harus bekerjasama dan benar-
benar berupaya untuk mengadakan perbaikan mutu pendidikan.

Berdasarkan uraian diatas, sekolah memiliki tanggung jawab yang besar dalam rangka
meningkatkan mutu secara berkelanjutan. Semua komponen yang menunjang
terlaksananya manajemen mutu terpadu dilingkungan sekolah, harus saling
bekerjasama. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Karena sesungguhnya negara yang maju merupakan negara yang memiliki
pendidikan yang menghasilkan manusia yang berkualitas.

9
BAB III
METODE DAN HASIL

A. METODE

Metode Studi Kasus

Dilakukan dengan studi observasi langsung yang dilaksanakan pada :


Hari : Senin dan Selasa
Tanggal : 5 dan 6 Desember 2022
Bertempat : SMP Negeri 10 Kendari
Responden studi kasus ini adalah Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kendari.

Instrumen yang digunakan dalam pengambilan data adalah angket dan pedoman
wawancara.
Adapun nama-nama mahasiswa yang melakukan :

1. ADI PURBAYA (A1I119018)


2. SEPTIANA (A410200062)
3. WA ODE SITTI NUR FADILLAH (A1I121030)
4. YUYUN RAMDANI SALIM (A1I121080)
5. ADE INTHAN AFRELYA (A1I121082)
6. LUSMAZIRA (A1I121094)

B. HASIL

1. Data Angket

Berdasarkan data kuesioner akan disajikan dalam tabel berikut


No Indikator STS TS KS S SS
Sekolah Bapak/Ibu menerapkan proses
pembelajaran yang bukan hanya sekedar
transfer pengetahuan melainkan lebih
1 ✓
menekankan pengembangan aspek
kognitif, afektif, psikomotor dan
kemandirian.

10
Kepala Sekolah Bapak/Ibu mempuyai
kepemimpinan yang mendorong
terwujudnya visi, misi, tujuan, sasaran
2 melalui program yang dilaksanakan ✓
secara berencana, bertahap, kreativitas,
inovasi, efektif, serta mempunyai
kemampuan manajerial.
Sekolah Bapak/Ibu mempunyai
3 pengelolaan tenaga kependidikan yang ✓
efektif.
Sekolah Bapak/Ibu memiliki team work
4 ✓
yang kompak, cerdas, dan dinamis.
Sekolah bapak/ibu memiliki kemandirian
atau kemampuan bekerja secara
5 maksimal dengan tidak tergantung ✓
petunjuk dari atasan dan memiliki sumber
daya manusia yang potensial.
Warga sekolah dan masyarakat memiliki
keterkaitan dan keterlibatan yang tinggi
6 pada sekolah Bapak/Ibu yang dilandasi ✓
rasa tanggung jawab melalui loyalitas dan
dedikasi.
Sekolah Bapak/Ibu memiliki transparansi
7 ✓
dalam peranan sekolah.
Sekolah Bapak/Ibu memiliki kemauan
8 meningkatkan mutu pendidikan untuk ✓
lebih baik.
Sekolah Bapak/Ibu melakukan evaluasi
perbaikan yang berkelanjutan dalam
9 meningkatkan mutu keseluruhan, ✓
mencakup organisasi, tanggung awab,
prosedur, dan sumber daya manusia
10 Sekolah Bapak/Ibu mencapai acuan mutu ✓

11
yang telah ditetapkan.
Sekolah Bapak/Ibu menjadikan
11 pencapaian acuan mutu sebagai dasar ✓
perencanaan acuan mutu selanjutkan.

2. Data Pedoman Wawancara

Sedangkan hasil wawancara diperoleh bahwa :

a. Kurikulum berpengaruh terhadap penjaminan mutu pendidikan di SMP


NEGERI 10 KENDARI. Adapun kurikulum yang digunakan dalam proses
peningkatan kualitas sumber daya manusia di SMP Negeri 10 Kendari
adalah Kurikulum 2013 untuk kelas VIII dan IX serta Kurikulum Merdeka
untuk kelas VII.
b. Pengelolaan tenaga pendidikan telah menerapkan kurikulum yang ada
dalam proses pembelajarannya.
c. Para guru pernah dilibatkan dalam kegiatan seminar, pelatihan, penataran,
workshop. Adapun kegiatan yang telah diikuti oleh para guru itu sesuai
dengankebutuhan mereka.
d. Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kendari
menginginkan kalau sekolah melaksanakan sistem penjaminan
mutu pendidikan.
e. Adapun saran dari Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kendari untuk
meningkatkanpenjaminan mutu di SMP Negeri 10 Kendari, antara lain :
1) Meningkatkan kompetensi guru melalui diklat, seminar atau workshop.

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran.

12
3. Hipotesis
Hipotesis aspek berdasarkan data angket:
1) Efektivitas proses pembelajaran bukan sekedar transfer pengetahuan
(knowledge transfer), melainkan lebih menekankan pada internalisasi
mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotor dan kemandirian.
• Mendukung
Pendidikan afektif sangat penting, untuk mencapai tujuan
pendidikan yang sebenarnya. Yaitu anak didik mampu dan mau
mengamalkan pengetahuan yang diperoleh dari dunia pendidikan
dalam kehidupan sehari-hari (Ibid., h.102) Aspek kognitif adalah
aspek yang mencakup kegiatan mental (otak) (Asrul,dkk. 2014). Hasil
belajar dalam aspek kognitif erat kaitannya dengan bertambahnya
wawasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
Psikomotorik merupakan proses pengetahuan yang banyak didasarkan
dari pengembangan proses mental melalui aspek–aspek otot dan
membentuk keterampilan. Belajar akan membuat peserta didik
memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu tugas dan pekerjaan
yang lebih baik daripada sebelumnya. Pembelajaran yang
mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotor dan kemandirian
akan berdampak positif pada peserta didik dimana peserta didik tidak
hanya menerima pengetahuan dari seorang guru namun bagaimana
peserta didik memperoleh serta mengembangkan dan memanfaatkan
pengetahuan nya.
• Tidak Mendukung
Untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran, salah satu
aspek pentingnya adalah eksistensi guru sebagai penyelenggara
proses. Eksistensi guru sedemikian rupa sehingga setiap orang yang
mengikuti proses mendapatkan pencerahan pada aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik untuk kemampuan menghadapi hidup.
Peranan ini sangat menentukan keberhasilan hidup (Saroni, Personal

13
Branding Guru, h.39.) Oleh karena itu, guru harus mampu
mengembangkan ketiga aspek tersebut.
2) Kepemimpinan kepala sekolah akan mendorong terwujudnya visi, misi,
tujuan, sasaran melalui program yang dilaksanakan secara berencana,
bertahap, kreativitas, inovasi, efektif, mempunyai kemampuan manajerial.
• Mendukung
Sudarmanto (2009) menyatakan, “Kepemimpinan merupakan
salah satu dimensi kompetensi yang sangat menentukan terhadap
kinerja atau keberhasilan suatu organisasi”. Ketercapaian mutu dan
tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapan dan
kebijaksanaan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
(Wahjosumidjo. 2011). Menurut Mulyasa (2006: 89) kepala sekolah
profesional dalam paradigma baru manajemen pendidikan akan
memberikan dampak positif dan perubahan yang cukup mendasar
dalam pembaharuan sistem pendidikan di sekolah. Dampak tersebut
antara lain terhadap mutu pendidikan, kepemimpinan sekolah yang
kuat, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif, budaya mutu,
teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis, kemandirian, partisipasi
warga sekolah dan masyarakat, transparansi manajemen, kemauan
untuk berubah (psikologis dan fisik), evaluasi dan perbaikan
berkelanjutan, responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan,
akuntabilitas, dan sustainabilitas.
• Tidak Mendukung
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus bertanggung
jawab sepenuhnya terhadap kelancaran pelaksanaan pendidikan dan
pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah mempunyai
peranan penting dan tanggung jawab yang berat, sehingga
memerlukan suatu kecakapan yang tinggi dalam berbagai bidang
terutama pada profesi yang diembannya selaku pemimpin dan
pengelola dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Kepala
sekolah harus memiliki visi dan misi, serta strategi manajemen

14
pendidikan secara utuh dan berorientasi kepada mutu. Strategi ini
merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus
menerus memperbaiki kualitas layanan sehingga fokusnya diarahkan
ke pelanggan dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik,
pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah, dan masyarakat
(Rochmah Hidayati, dkk. 2016)
3) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif.
• Mendukung
Dampak baik yang didapatkan jika Pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif, adanya pengelolaan tenaga kependidikan
yang efektif (Depdiknas, 2002: 15). Implikasinya adalah penataan
tenaga kependidikan dilakukan dengan berlandaskan kepada filosofi,
prinsip, konsep dasar, dan strategi manajemen SDM
• Tidak mendukung
Solusi yang diberikan ketika pengelolaan tenaga kependidikan
tidak efektif. Meningkatkan kesejahteraan guru dalam melakukan
kinerjanya harus mendapatkan dukungan berbagai fasilitas dan
dukungan iklim kerja yang menyenangkan. Manajemen tenaga
kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk
mendayagunakan guru secara efektif dan efesien untuk mencapai
hasil yang optimal (E.Mulyasa,2012).
4) Sekolah memiliki budaya mutu Sekolah memiliki team work yang kompak,
cerdas dan dinamis karena output pendidikan merupakan hasil kolektif
bukan hasil individu guna memperoleh mutu yang kompetitif.
• Mendukung
Dampak baik yang didapatkan sekolah jika memiliki budaya
mutu, sekolah memiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis
karena output pendidikan merupakan hasil kolektif bukan hasil
individu guna memperoleh mutu yang kompetetif yaitu dapat
memberikan solusi yang inovatif agar membuat kerja tim lebih
menguntungkan daripada individu. Jika setiap anggota memiliki

15
tingkat komitmen yang sama, maka kerjasama anggota yang baik
akan dilakukan. Dengan adanya teamwork yang bermutu, maka suatu
kelompok dapat memberi keseimbangan pada anggota yang
lainnya, bisa dengan melahirkan suatu lingkungan yang mana
mereka terdorong untuk memberikan partisipasi dan kontribusi
untuk mengembangkan suatu lingkungan kerja yang positif dan
efektif. (Amelia & Pratiwi, 2020).
• Tidak mendukung
Solusi yang diberikan jika tidak memiliki budaya mutu, sekolah
memiliki team work yang kompak, cerdas dan dinamis karena output
Pendidikan merupakan hasil kolektif bukan hasil inidvidu guna
memperoleh mutu yang kompetetif. Menurut Syafaruddin6 terdapat
beberapa hal yang perlu dilakukan dalam rangka mewujudkan
kegiatan peningkatan mutu sekolah sebagai berikut;
a) menyamakan komitmen pencapaian mutu oleh kepala sekolah,
guru dan pihakpihak terkait (stakeholders) meliputi; visi, misi,
tujuan dan sasaran yang hendak diwujudkan;
b) mengusahakan adanya program peningkatan mutu sekolah
meliputi; kontrol perbaikan pelaksanaan kurikulum, pembinaan
siswa, pembinaan guru, pengelolaan keuangan yang transparan
dan akuntabel, mewujudkan kerjasama dengan berbagai pihak;
c) meningkatkan pelayanan administrasi sekolah;
d) kepemimpinan kepala sekolah yang efektif;
e) adanya standar kompetensi lulusan yang jelas;
f) jaringan kerjasama yang baik dan luas;
g) tata kelola sekolah yang efektif dan
h) menciptakan iklim dan budaya sekolah yang kondusif.
5) Sekolah memiliki kemandirian, yaitu kemampuan untuk bekerja secara
maksimal dengan tidak tergantung petunjuk dari atasan dan memiliki
sumber daya manusia yang potensial.
• Mendukung

16
Menurut OECD (2011), praktik otonomi sekolah (kemandirian)
ada bebeberapa bentuknya. Mandiri dalam menentukan alokasi sumber
daya, menentukan praktik kurikulum dan penilaian siswa, sampai
dengan menentukan buku teks, menentukan program pembelajaran dan
kontenya. Pada sekolah yang dituju sudah memiliki kemandirian
sekolah dilihat dari alokasi sumber daya yang sudah memadai baik itu
sember daya alam maupun sumber daya manusianya,praktik
kurikulumnya pun sudah berjalan dengan lancar serta penilain terhadap
siswa sudah terrencana dengan baik. Dibalik hal itu terdapat peran
kepemimpinan kepala sekolah dalam membangun kemandirian di
sekolah, ada 3 peran yang harus diembang oleh kepala sekolahyaitu:

1) Pembangun Visi
Visi adalah hal utama yang akan dituju oleh pemimpin
untuk lembaganya. Visi akan mengarahkan semua sumber
daya, program dan aktivitas, semangat, serta ide.
Kemandirian harus menjadi visi sekolah. Visi sekolah itu
yang menjadi acuan semua orang dalam melakukan
aktivitasnya. Dalam hal ini, peran kepemimpinan adalah
menjadi inisiator pembuatan visi tersebut.

2) Perubah Pola Pikir (Mindset)


Selain membuat visi, peran kepemimpinan sekolah
dalam mewujudkan kemandirian di sekolah adalah merubah
pola pikir (mindset) individu di sekolah dan stakeholder
menjadi pribadi-pribadi yang berpola pikir mandiri. Bukan
pribadi-pribadi yang selalu menengadahkan tangan atau
menjulurkan tangan untuk dibantu.Dalam membangun pola
pikir yang mandiri, seorang pimpinan harus sadar betul akan
kebutuhan-kebutuhan anak buahnya. Kepala sekolah harus
memberikan bekal kompetensi serta menguatkan mental dan

17
spritual para guru agar mereka dapat melakukan pekerjaan-
pekerjaan mereka secara efektif dan efisien.
3) Penggerak, Pendorong dan Pemandu Kemandirian
Peran kepemimpinan berikutnya adalah sebagai
penggerak, pendorong, dan pemandu. Kemandirian di
sekolah perlu digerakkan, didorong, dan dipandu arahnya.
Pimpinan sekolah harus menggerakan semua sumber daya,
mendorong guru dan staf, siswa, orang tua, dan stakeholder
sekolah lainnya, dan mengarahkan semua aktivitas sekolah
ke arah kemandirian.
• Tidak mendukung
Solusi yang diberikan jika sekolah tidak memiliki kemandirian
yaitu harus memiliki upaya dalam memperbaiki kekurangan yang ada.
Upaya perbaikan dan peningkatan mutu merupakan hal yang tidak bisa
ditunda. Hal tersebut membutuhkan inisiatif dari warga sekolah untuk
berpartisipasi aktif dalam melakukan perbaikan dan peningkatan mutu
pendidikan di sekolah. Untuk menjadi mandiri, perlu kesadaran semua
orang untuk mandiri. Untuk mewujudkannya, sekolah harus otonom.
MBS adalah salah satu jawaban atas otonomi tersebut. Manajemen
berbasis sekolah memberikan keleluasaan sekolah untuk
menyelenggarakan operasional sekolah secara otonom. Osario dkk.
(2009:4) mengidentifikasi beberapa aktivitas yang bisa dilakukan
secara mandiri oleh sekolah dalam konteks MBS, yaitu:
1. Alokasi anggaran;
2. Pengangkatan dan pemberhentian guru dan staf sekolah lainnya;
3. Pengembangan kurikulum;
4. Pengadaan buku dan manterial pendidikan lainnya;
5. Peningkatan infrastruktur sekolah; dan
6. Monitoring dan evaluasi kinerja guru serta hasil belajar siswa.
6) Partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Keterkaitan dan keterlibatan
pada sekolah harus tinggi dilandasi oleh rasa tanggung jawab melalui

18
loyalitas dan dedikasi sebagai stakeholders.
• Mendukung
Salah satu langkah strategis yang dapat diimplementasikan
dalam peningkatan mutu pendidikan sekolah melalui peranan
manajemen hubungan masyarakat (Humas), peranan ini sangat
mendukung terhadap keberhasilan program pembelajaran terutama
dalam mengeksternalisasi visi dan misi sekolah tersebut (Kowalski,
2011 p.13). Hubungan masyarakat adalah proses yang membantu
menjaga dan memelihara komunikasi timbal balik, pemahaman,
penerimaan, dan kerja sama antara lembaga dan kelompok
sasarannya (Peltekoğlu dalam Adil, 2018). Manajemen humas yang
diterapkan dengan baik Volume 7, Nomor 2, September 2019 − 205
dapat menciptakan mutu sekolah yang berkualitas, dengan
pengadaan komunikasi serta jejaring yang baik dengan masyarakat
(Rubinstein & McCarthy, 2014, p. 9).
• Tidak mendukung
Solusi yang diberikan jika warga sekolah dan masyarakat tidak
mendukung keterkaitan dan keterlibatan pada sekolah yaitu sekolah
wajib untuk memberikan pengarahan kepada warga sekolah dan
masyarakat tentang pentingnya sebuah pengelolaan seperti hakikat
hubungan sekolah dan masyarakat. Tidak hanya memberikan
pengarahan akan pentingnya sebuah pengelolaan tetapi memberikan
solusi berupa teknik juga sangat penting. Adapun teknik-teknik yang
digunakan dalam melaksanakan pengelolaan hubungan sekolah dan
masyarakat yaitu:
1. teknik pertemuan kelompok seperti pertemuan rapat
akhir tahun dan rapat tahun ajaran baru
2. teknik pertemuan individual yang dilaksanakan dengan
mengundang wali siswa ke sekolah jika anaknya
memiliki masalah di sekolah, mengundang komite

19
sekolah maupun tokoh masyarakat untuk membahas
permasalahan yang terjadi di sekolah
3. teknik publikasi dengan membagikan selebara ataupun
menempel informasi di mading sekolah, bertujuan untuk
memberikan informasi maupun arahan kepada siswa.
Teknik tersebut dilaksanakan tujuannya agar masyarakat dapat
berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. Menurut Soemirat (2004:68)
yang mengatakan tujuan utama public relation adalah menciptakan,
mempertahankan dan melindungi reputasi, organisasi / perusahaan,
memperluas prestis, menampilkan citra- citra yang mendukung.
7) sekolah memiliki transparansi
• Mendukung

Transparansi dan akuntabilitas, baik secara bersamaan maupun


secara parsial, mempunyai dampak yang sangat baik terhadap
partisipasi orangtua murid dan pihak pihak yang berkepentingan,
dimana semakin transparan dan akuntabel pengelolaan informasi yang
mudah diakses oleh pihak yang berkepentingan mudah dipahami, jelas
dan benar baik informasi tentang manajemen internal sekolah maupun
manajemen eksternal sekolah. Hal ini berdasarkan pernyataan
dwiyanto (2006 : 80) dan lalolo (2003 : 13)

• Tidak mendukung

Solusi yang dapat diberikan jika sekolah tidak mendukung adanya


transparansi yaitu sekolah ditempatkan pada skala prioritas, antara
lain dengan melakukan pengawasan dan pembinaan kepada kepala
sekolah dan seluruh warga sekolah warga sekolahnya. Peran serta
warga sekolah diperlukan dalam menciptakan tata Kelola sekolah
yang baik, transparan, dan akuntabel untuk meningkatkan
kepercayaan orang tua murid serta masyarakat sebagai tolak ukur
kinerja Lembaga/sekolah.(wahyudi (2007)

20
8) sekolah memiliki kemauan perubahan (management change). Perubahan
adalah peningkatan bermakna positif untuk lebih baik dalam peningkatan
mutu Pendidikan.
• Mendukung
Dampak baik yang didapatkan jika sekolah memiliki kemauan
perubahan yaitu akan adanya peningkatan mutu dan efisiensi
Pendidikan dari tahun ke tahun agar dapat mengakomodasikan
keinginan masyarakat setempat serta menjalin Kerjasama yang erat
antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah. Hal ini berdasarkan
pernyataan mulyasa (2007).

• Tidak mendukung
Solusi yang dapat diberikan jika sekolah tidak memiliki/tidak
mendukung kemauan perubahan dalam peningkatan mutu Pendidikan
yaitu dengan memberikan pembinaan dan pewawasan tentang dampak
positif dan negative serta pentingnya memiliki kemauan perubahan
dalam peningkatan mutu Pendidikan disekolah sehingga tercipta
efektivitas sekolah dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini
sejalan dengan pernyataan, Lemberg dan Ornstein (2006 : 241) dalam
jurnal manajemen Pendidikan, no. 02/th IV/Oktober/2008.
9) Sekolah melakukan evaluasi perbaikan yang berkelanjutan dan merupakan
proses penyempurnaan dalam meningkatkan mutu keseluruhan, mencakup
organisasi,tanggung jawab, prosedur dan sumber daya manusia.
• Mendukung
Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kendari meningkatkan sumber
daya manusia dengan menggunakan kurikulum 2013 dan kurikulum
Merdeka, Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia
Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif

21
serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Sedangkan, kurikulum
Merdeka dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang fleksibel,
sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter
dan kompetensi peserta didik, ketika sekolah melakukan evaluasi
perbaikan akan mempengaruhi mutu sekolah, dimana sekolah dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihan sistem yang sudah diterapkan
disekolah selama ini.
• Tidak Mendukung
Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan tanggung
jawab semua pihak tidak bisa hanya dibebankan di sekolah saja,
termaasuk didalamnya untuk meningkatkan mutu pendidikan
diperlukan peran orang tua dan lingkungan.
10) Sekolah mencapai acuan mutu yang telah ditetapkan.
• Mendukung
Sekolah mencapai acuan mutu yang telah ditetapkan karena
pengelolaan tenaga pendidikan telah menerapkan kurikulum yang
ada dalam proses pembelajarannya. Hal ini ditunjukkan bahwa
kurikulum berpengaruh terhadap penjaminan mutu pendidikan di
SMP Neeri 10 Kendari. Karena dengan tercapainya acuan mutu akan
memberikan dampak positif terhadap peningkatan mutu sekolah.
• Tidak Mendukung
untuk kepala sekolah beserta stafnya dan seluruh koordinator
harus memilih program apa yang akan dijalankan oleh sekolah dalam
menunjang mutu pendidikan. Menurut Handoko perencanaan
meliputi pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi,
penentuan startegi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode,
sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan (Rintonga, dkk., 2014:12)
11) Sekolah menjadikan pencapaian acuan mutu sebagai dasar
perencanaan acuan mutu selanjutnya.

22
• Mendukung
Sebagai langkah awal dalam kegiatan penjaminan mutu internal
proses pembelajaran, guna mengetahui capaian sekolah dalam hal
mutu pendidikan, maka sekolah melakukan pemetaan mutu dengan
melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS) yang dilakukan oleh seluruh
warga sekolah. Menurut (Heppy Puspitasari 2018:20) Hasil pemetaan
mutu melalui EDS ini selanjutnya dapat dijadikan acuan di dalam
menetapkan visi, misi dan kebijakan sekolah dalam melakukan
peningkatan mutu pendidikan. Disamping itu pula, melalui evaluasi
diri dapat dilakukan perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan yang
ada dari program yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Sekolah dapat mengukur dampak kinerja terhadap peningkatan
hasil belajar peserta didik. Sekolah juga dapat memeriksa hasil dan
tindak lanjutnya terhadap perbaikan layanan pembelajaran yang
diberikan dalam memenuhi kebutuhan peserta didik.
• Tidak mendukung
Solusinya adalah melaksanakan tugas dari pemerintah dimana
Pemerintah mewajibkan pelaksanaan SPMI dengan penyusunan
dokumen evaluasi diri sekolah (EDS), yaitu sebuah dokumen yang
menjelaskan kinerja dan pencapaian kinerja sekolah secara
internal yang penyusunannya berpedoman pada delapan standar
pendidikan. EDS digunakan sebagai dasar perencanaan dalam
meningkatkan kualitas sekolah secara koheren dan terus menerus
sekaligus menjadi pertimbangan bagi kepala daerah untuk
membuat
rencana investasi (Iskandar Uray 2012:06)

23
4. Penggabungan hasil
1) Efektivitas proses pembelajaran bukan sekedar transfer pengetahuan
(knowledge transfer), melainkan lebih menekankan pada internalisasi
mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dan kemandirian.
Hal ini dibenarkan / didukung dalam hasil kuesioner dan wawancara
bersama kepala sekolah SMP Negeri 10 Kendari. Pembelajaran
yang mengembangkan aspek kognitif, afektif, psikomotor dan
kemandirian akan berdampak positif pada peserta didik dimana peserta
didik tidak hanya menerima pengetahuan dari seorang guru namun
bagaimana proses peserta didik memperoleh pengetahuan dan
mengembangkan pengetahuannya dengan pembelajaran yang lebih
bermakna serta menerapkan pengetahuan -pengetahuan yang telah
didapatkan
2) Kepemimpinan kepala sekolah akan mendorong terwujudnya visi, misi,
tujuan, sasaran melalui program yang dilaksanakan secara berencana,
bertahap, kreativitas, inovasi, efektif, mempunyai kemampuan manajerial.
Hal ini dibenarkan/didukung dalam hasil kuesioner dan wawancara
bersama kepala sekolah SMP Negeri 10 Kendari yang dimana dapat
memberikan dampak positif. Dampak tersebut antara lain terhadap mutu
pendidikan, kepemimpinan sekolah yang kuat, pengelolaan tenaga
kependidikan yang efektif, budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas,
dan dinamis, kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat,
transparansi manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik),
evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan antisipatif terhadap
kebutuhan, akuntabilitas, dan sustainabilitas.
2) Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif. Hal ini dibenarkan dalam
hasil wawancara bersama kepala sekolah SMP Negeri 10 Kendari yang di
mana tenaga pendidik di SMP Negeri 10 kendari sering dilibatkan dalam
kegiatan seminar, pelatihan guna bisa meningkatkan kompetensi guru dan
meningkatkan kesejahteraan guru dan bertujuan untuk mencapai hasil
yang lebih optimal dalam pengelolaan tenaga kependidikan

24
3) Sekolah memiliki budaya mutu Sekolah memiliki team work yang
kompak, cerdasdan dinamis karena output pendidikan merupakan hasil
kolektif bukan hasil individu guna memperoleh mutu yang kompetitif.
Memiliki budaya mutu, sekolah memiliki team work yang kompak,
cerdas dan dinamis karena output Pendidikan merupakan hasil kolektif
bukan hasil inidvidu guna memperoleh mutu yang kompetetif, demikia
juga hasil wawancara bersama Kepala SMP Negeri 10 kendari. Dimana
mereka bisa melahirkan suatu lingkungan yang mana mereka bisa
terdorong untuk memberikan partisipasi dan kontribusi untuk
mengembangkan suatu lingkungan kerja yang positif dan efektif.
4) Sekolah memiliki kemandirian, yaitu kemampuan untuk bekerja secara
maksimal dengan tidak tergantung petunjuk dari atasan dan memiliki
sumber daya manusia yang potensial, hal ini dibenarkan dalam hasil
wawancara bersama kepala SMP Negeri 10 Kendari yaitu sudah memiliki
kemandirian sekolah dilihat dari alokasi sumber daya yang sudah
memadai baik itu sember daya alam maupun sumber daya
manusianya,praktik kurikulumnya pun sudah berjalan dengan lancar
serta penilain terhadap siswa sudah terrencana dengan baik. Fasilitas
buku teks sudah sangat memadai dan program pembelajaran yang ada
pun sangat efektif.
5) Warga sekolah dan masyarakat memiliki keterkaitan dan keterlibatan
yang tinggi pada sekolah yang dilandasi rasa tanggung jawab melalui
loyalitas dan dedikasi, hal ini dibuktikan dari jawaban Kepala SMP
Negeri 10 Kendari pada saat diwawancara, yaitu tenaga pendidikan telah
menerapkan kurikulum yang ada dalam proses pembelajaran dan juga
dilibatkannya guru dalam kegiatan seminar, pelatihan, penataran, dan
workshop sesuai dengan kebutuhan sekolah. Hal ini juga didukung oleh
Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kendari sehingga dapat memberikan
dampak yang baik berupa dapat meningkatkan kinerja guru. Keterlibatan
warga sekolah dan masyarakat ditampung dalam satu wadah yaitu komite
sekolah.

25
6) Sekolah memiliki transparansi. Hal ini dibenarkan/didukung dalam hasil
kuesioner dan wawancara Bersama kepala sekolah SMP Negeri 10
kendari bahwa sekolahnya memiliki transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan informasi yang jelas, baik dan benar. Sehingga dapat
memberikan dampak yang sangat baik terhadap partisipasi orang tua
murid dan pihak pihak yang berkepentingan dengan informasi yang
mudah diakses. Informasi tentang manajemen internal sekolah seperti
program, keuangan, sarana sekolah dan lain sebagainya, maupun
informasi tentang manajemen eksternal sekolah seperti hubungan dengan
pihak luar sekolah (masyarakat, dewan Pendidikan, dinas Pendidikan,
dan lain sebagainya).
7) Sekolah memiliki kemauan perubahan (management change). Perubahan
adalah peningkatan bermakna positif untuk lebih baik dalam peningkatan
mutu Pendidikan. Hal ini dibenarkan/didukung dalam hasil kuesioner dan
wawancara Bersama kepala sekolah SMP Negeri 10 Kendari. Hal ini
dibuktikan dengan pelaksanaan pembelajaran sekolah yang
menggunakan kurikulum merdeka dan juga terus menerus melakukan
peningkatan kompetensi guru melalui seminar atau workshop serta
peningkatan kualitas kinerja para staff, guru, dan kualitas pembelajaran.
Sehingga terjadi peningkatan mutu dan efisiensi Pendidikan di sekolah
dari tahun ke tahun. Serta terus menjalin kerja sama dengan masyarakat
dan pemerintah dalam hal mencapai tujuan Pendidikan yang telah
ditetapkan.
8) Sekolah melakukan evaluasi perbaikan yang berkelanjutan dan merupakan
proses penyempurnaan dalam meningkatkan mutu keseluruhan, mencakup
organisasi, tanggung jawab, prosedur dan sumber daya manusia. Hal ini
dibenarkan/didukung dalam hasil kuesioner dan wawancara Bersama
kepala sekolah bahwa SMP Negeri 10 Kendari melakukan evaluasi akan
mempengaruhi mutu sekolah yang membuat sekolah mengetahui
kelemahan dan kelebihan pada sistem yang sudah diterapkan, sehingga
dapat membangun kepercayaan dengan melakukan pemenuhan

26
persyaratan atau standar minimum pada komponen input, komponen
proses dan hasil atau outcone, sesuai dengan diharapkan oleh stakeholders.
9) Sekolah mencapai acuan mutu yang telah ditetapkan. Untuk mencapai
mutu yang ditetapkan, pengelolaan tenaga pendidikan harus menerapkan
kurikulum yang ada dalam pembelajaran. karena akan berpengaruh
tehadap penjaminan mutu pendididkan di SMP Negeri 10 Kendari,
karena dengan tercapainya acuan mutu akan memberikan dampak positif
terhadap peningkatan mutu sekolah.
10) Sekolah menjadikan pencapaian acuan mutu sebagai dasar perencanaan
acuan mutu selanjutnya. SMP Negeri 10 Kendari melakukan proses EDS
setiap tahun sekali. Hasil pemetaan mutu melalui EDS ini selanjutnya
dapat dijadikan acuan di dalam menetapkan visi, misi dan kebijakan
sekolah dalam melakukan peningkatan mutu pendidikan. Disamping itu
pula, melalui evaluasi diri dapat dilakukan perbaikan terhadap
kekurangankekurangan yang ada dari program yang telah dilaksanakan
sebelumnya. Sekolah dapat mengukur dampak kinerja terhadap
peningkatan hasil belajar peserta didik. Sekolah juga dapat memeriksa
hasil dan tindak lanjutnya terhadap perbaikan layanan pembelajaran yang
diberikan dalam memenuhi kebutuhan peserta didik

27
DAFTAR PUSTAKA

Ade, S. (2020). Implementasi manajemen mutu terpadu di mts negeri 2 Bandar


lampumg (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

Choiri, M. (2015). Makna School Culture dan Budaya Mutu Bagi Stakeholder di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Demangan Kota Madiun Tahun Pelajaran
2014-2015. Kodifikasia, 9(1), 147-170.

Hidayati, R., Annurrahman, & Usman, R. (2009). Rochmah Hidayati,


Aunurrahman, Usman Radiana, “Kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya
meningkatkan kinerja guru di sd negeri 67 sungai raya”. Principal
Leadership, 1–18.

Imami, A. S., & Khoiriyah, S. W. (2022). Peningkatan Mutu Sekolah Dasar Melalui
Total Quality Management. Jurnal Al-Murabbi, 7(2), 208-220.

Ismail, F. (2018). Implementasi total quality management (TQM) di lembaga


pendidikan. Jurnal Ilmiah Iqra’, 10 (2).1-16

Jabar, C. S. A. (2017). Menjadi Sekolah Yang Mandiri. Jurnal Manajemen


Pendidikan, 2, 1-18.
Jurnal Manajemen Pendidikan, No. 02/Th Iv/Oktober/2008 Peran Kepala Sekolah
Dalam Upaya Mewujudkan Perubahan Sekolah
Jurnal EduTeach vol. 3 no. 1 maret 2017 Implikasi Mbs Dalam Pencapaian Tujuan
Pendidikan
Nurfajriah, S., & Kuswanto, P. K. (2021). Pengelolaan Hubungan Sekolah Dan
Masyarakat Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Di Sekolah
Dasar. Jurnal Kreatif: Jurnal Kependidikan Dasar, 11(2), 137-144.
Pohan, N. (2017). Pelaksanaan Proses Belajar Melalui Bimbingan Aspek Afektif,
Kognitif Dan Psikomotorik Siswa Di Madrasah Ibtidaiyah Swasta Amal
Shaleh Medan. Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
Medan, 1–145.

28
Sailis, Edward. Total Quality Management in Education. Penerjemah: Ahmad Ali
Riyadi dan Fahrurrozi. Manajemen Mutu Terpadu. Yogyakarta: IRCiSoD,
2011.

Satria, R., Supriyanto, A., Timan, A., & Adha, M. A. (2019). Peningkatan mutu
sekolah melalui manajemen hubungan masyarakat. Jurnal Akuntabilitas
Manajemen Pendidikan, 7(2), 199-207.

Skripsi_Fierda Shafratunnisa – Penerapan Prinsip Transparansi Dan Akuntabilitas


Dalam Pengelolaan Tata Sekolah Di Sd Islam Binakheir

Suryapriadi, Y. E. (2020). MANAJEMEN TENAGA PENDIDIK BERBASIS


KINERJA DI SEKOLAH LABORATORIUM PERCONTOHAN
(LABSCHOOL). Didaktik: Jurnal Ilmiah PGSD STKIP Subang, 6(2), 216-
220.

Sudiyono. Manajemen Pendidikan Tinggi. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.


Sukmadinata, Nana Syaodih dkk. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah
Menengah (Konsep, Prinsip dan Instrumen). Bandung: Refika Aditama,
2006.

Taufik, O. A. (2014). Determinasi madrasah efektif. Jurnal Administrasi


Pendidikan, 21(2), 38-50.

29
LAMPIR
AN

1. Data Angket

30
31
2. Data Wawancara

32
3. Dokumentasi ke Sekolah (Turun Lapangan)

a. Mengisi buku daftar tamu sekolah

b. Meminta izin kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kendari


mengenai tugas yangdiberikan

33
c. Menunggu kesiapan responden untuk mengisi kuesioner dan diwawancara

d. Responden (Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kendari Bapak Jamli, S. Pd.,


M.

34
e. Sesi pengisian kuesioner dan wawancara

f. Sesi foto bersama Kepala Sekolah SMP Negeri 10 Kendari

35
g. Sesi foto di papan nama sekolah SMP Negeri 10 Kendari

36

Anda mungkin juga menyukai