Anda di halaman 1dari 23

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengelolaan Pendidikan
dengan dosen pengampu Ibu Cucun Sunaengsih, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 2
PGSD 3B
Bunga Safitri 1805312/24
Vina Safaringga 1805613/30
Nila Sri Wijayanti 1805938/36
Indah Lestari 1806004/37

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2019
ABSTRAK
Manajemen mutu pendidikan merupakan sebuah proses yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh masing-masing lembaga
pendidikan. Keberhasilan dari diterapkannya mutu pendidikan dapat dilihat dari
lulusan yang memiliki nilai baik. Sebagaimana di SDN Cikareo II melakukan upaya
untuk meningkatkan manajemen mutu pendidikan dengan mengikutsertakan guru-
guru dengan berbagai macam pelatihan seperti bimbingan teknis, KKG, dan
MGMP yang di wadahi PLC.
Metode penelitian yang kami gunakan adalah metode wawancara. Dimana
kami melakukan tanya jawab dengan kepala sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui manajemen peningkatan mutu pendidikan di SDN Cikareo II yang
meliputi kualitas tenaga pengajar, seluruh staf kependidikan dan sarana prasarana.
Kata Kunci: Manajemen Mutu

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan penelitian dengan judul “Manajemen Peningkatan Mutu
Pendidikan”. Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata
kuliah Pengelolaan Pendidikan.
Oleh sebab itu kami berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
menyelesaikan penelitian ini sesuai dengan kemampuan kami. Laporan penelitian
yang berjudul “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan” merupakan hasil
observasi dengan mengambil rujukan dari beberapa sumber sebagai bahan
referensi. Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
ini Cucun Sunaengsih, S.Pd.,M.Pd. dan semua pihak yang telah membantu
tersusunnya laporan ini secara langsung ataupun tidak langsung.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa penulisan
laporan ini masih terdapat banyak kesalahan. Segala kritik dan saran yang
membangun dari pembaca dengan kelapangan dada akan kami terima. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sumedang, 11 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1


B. Rumusan Masalah penelitian ............................................................ 1
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 1
D. Manfaat Peneitian ............................................................................. 1
E. Struktur Organisasi Laporan Penelitian ............................................ 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................... 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 5

A. Metode Penelitian ............................................................................. 5


B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ........................................... 5
C. Instrumen Penelitian ......................................................................... 6
D. Analisis Data ..................................................................................... 9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 11

A. Temuan ............................................................................................. 11
B. Pembahasan ( Menggunakan Analisa SWOT) .................................. 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 15

A. Simpulan ........................................................................................... 15
B. Implikasi ........................................................................................... 15
C. Rekomendasi ..................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 17

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mutu merupakan sesuatu yang dianggap penting karena pada dasarnya
mutu menunjukkan keunggulan suatu produk jika dibandingkan dengan produk
lainnya. Peningkatan mutu merupakan usaha dari setiap lembaga-lembaga
penghasil produk barang atau produk jasa. Demikian halnya dalam pendidikan
mutu merupakan bagian penting untuk diperhatikan.
Upaya dalam peningkatan mutu pendidikan merupakan isu yang terus
menerus akan menjadi perbincangan dalam pengelolaan atau manajemen
pendidikan. Tujuan peningkatan mutu pendidikan adalah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas merupakan harapan dan
tuntutan seluruh stakeholder pendidikan. Oleh karena itu kami melakukan
penelitian untuk mengetahui penerapan manajemen peningkatan mutu
pendidikan di Sekolah Dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar mutu pendidikan?
2. Bagaimana implementasi manajemen mutu pendidikan melalui konsep
“Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah”?
3. Bagaimana penerapan “Profesional Learning Community” di Sekolah Dasar?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar mutu pendidikan.
2. Untuk mengetahui implementasi manajemen mutu pendidikan melalui
konsep “Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah”.
3. Untuk mengetahui penerapan “Profesional Learning Community” di Sekolah
Dasar.
D. Manfaat
a. Bagi Kepala Sekolah
Dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.

1
2

b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini sebagai masukan dalam rangka memotivasi diri dan
pengembangan diri untuk meningkatkan proses pembelajaran sehingga mutu
pendidikan yang diharapkan dapat terwujud.
c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini memberikan wawasan yang lebih luas tentang pola
penerapan “Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan”.
E. Struktur Organisasi Laporan
1. Narasumber : Komariah, S.Pd.,SD.
2. Pewawancara : Vina Safaringga
Bunga Safitri
Nila Sri Wijayanti
3. Notulen : Indah Lestari
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada hakikatnya prinsip dasar manajemen mutu pendidikan menurut Hendyat
Soetopo (2007) terletak pada kepuasan pelanggan pendidikan, penekanan pada
proses berfungsinya setiap komponen secara sistematik, komitmen personal untuk
meningkatan mutu pendidikan dan akuntabilitas.

Menurut Mulyasa (2002), MBS merupakan suatu konsep yang menawarkan


otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka
meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat mengakomodasi
keinginginan masyarakat setempat serta menjalin kerjasama yang erat antara
sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

Menurut Nurkolis teori yang digunakan MBS untuk mengelola sekolah


didasarkan atas empat prinsip yaitu:

1. Prinsip ekuifinalitas (principle of equifinality)


Yaitu prinsip yang didasarkan pada teori manajemen modern yang berasumsi
bahwa terdapat beberapa cara yang berbeda untuk mencapai tujuan. MBS
menekankan fleksibilitas sehingga sekolah harus dikelola oleh warga sekolah
menurut kondisi mereka masing-masing.
2. Prinsip desentralisasi (principle of decentralization)
Yaitu gejala yang penting dalam reformasi manaemen sekolah modern. Prinsip
desentralisasi ini konsisten dengan prinsip ekuifinalitas. Prinsip desentralisasi
dilandasi oleh teori dasar bahwa pengelolaan sekolah dan aktivitas pengajaran
tak dapat dielakkan dari kesulitan dan permasalahan. Pendidikan adalah masalah
yang rumit dan kompleks sehingga memerlukan desentralisasi dalam
pelaksanaannya.
3. Prinsip pengelolaan mandiri (principle of self managing system)
MBS tidak mengingkari bahwa perlu mencapai tujuan-tujuan berdasarkan suatu
kebijakan yang telah ditetapkan, tetapi terdapat berbagai cara yang berbeda-beda
untuk mencapainya. MBS menyadari pentingnya untuk mempersilahkan sekolah
menjadi sistem pengelolaan secara mandiri di bawah kebijakannya sendiri.
Sekolah memiliki otonomi tertentu untuk mengembangkan tujuan pengajaran,

3
4

strategi manajemen, distribusi sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
dan mencapai tujuan sesuai dengan kondisi mereka masing-masing.
4. Prinsip inisiatif manusia (principle of human initiative)
Sejalan dengan perkembangan pergerakan hubungan antar manusia dan
pergerakan ilmu perilaku pada manajemen modern, orang mulai menaruh
perhatian serius pada pengaruh penting faktor manusia pada efektivitas
organisasi. Prinsip ini mengakui bahwa manusia bukanlah sumber daya yang
statis melainkan dinamis. Oleh karena itu, perlu digali, dan dikembangkan.
Perspektif sumber daya manusia menekankan bahwa orang adalah sumber daya
berharga dalam organisasi, sehingga poin utama manajemen adalah
mengembnagkan sumber daya manusia di dalam sekolah untuk berinisiatif.
Berdasarkan prespektif ini maka MBS bertujuan untuk membangun lingkungan
yang sesuai untuk warga sekolah agar dapat bekerja dengan baik dan
mengembangkan potensinya.

Depdikbud juga mengemukakan bahwa manajemen berbasis sekolah


merupakan suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang
lebih baik dan lebih memadai bagi peserta didik.

PLC merupakan sebagian daripada kualiti guru di bawah Bidang


Keberhasilan Utama Negara yang diperkenalkan oleh Datuk Seri Najib Tun Razak
pada Juli 2009 sebagai satu usaha untuk meningkatkan proses pengajaran dan
pembelajaran murid-murid khususnya untuk memenuhi keperluan dan kehendak
negara ke arah melahirkan generasi modal insan yang seimbang dan berprestasi
tinggi serta cinta akan negara.

Profesional learning community diadakan melalui Lesson Study yang


merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran
yang dilakukan secara berkesinambungan dalam tiga tahapan yaitu merencanakan
(plan), melaksanakan (do), meng-observasi dan melaporkan hasil pembelajaran/
refleksi.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode
Metode penelitian yang kita gunakan adalah metode wawancara. Menurut Nazir
(1988) metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya atau
pewawancara dengan penjawab atau informan dengan menggunakan alat yang
dinamakan interview guide (panduan wawancara). Walaupun wawancara adalah
proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka, wawancara
adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Wawancara
merupakan metode pengumpulan data dengan tanya jawab sepihak yang
dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian. Tanya
jawab sepihak berarti bahwa pengumpulan data yang aktif bertanya, sementara
pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan.
B. Lokasi, Populasi, dan Sample
a. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SDN Cikareo 2, Dusun Cibatu RT 03 RW 03
Desa Cikareo Utara, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang.
b. Populasi Penelitian
Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek
yang merupakan sifat-sifat umum. Menurut Arikunto (2010:137), populasi
adalah keseluruhan objek penelitian. Sedangkan menurut Sugiono (210:80),
Populasi adalah wiayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya.
Dari penjelasan tersebut, kami menetapkan populasi dalam penelitian ini
adalah sekolah (SDN Cikareo 2).
c. Sample Penelitian
Menurut Arikunto (2010:174), Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti.

5
6

Sedangkan menurut Sugiono (2010:81), Sampel adalah bagian dari jumlah


dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Dalam penelitian ini kami mengambil sample dengan menggunakan teknik
purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil
subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan
atas adanya tujuan tertentu. Setiap subjek yang diambil dari populasi dipilih
dengan sengaja brdasarkan tujuan dan pertimbangan tertentu. Tujuan dan
pertimbangan pengambilan subjek atau sample penelitian ini adalah sample
tersebut menguasai manajemen peningkatan mutu pendidikan.
Dari penjelasan tersebut, kami menetapkan sample dalam penelitian ini
adalah Kepala Sekolah SDN Cikareo 2 yaitu Ibu Komariah, S.Pd SD.
C. Instrumen
Variabel Dimensi Indikator Sub Indikator No Item
Manajem 1. Konsep 1.1 Pengertian 1.1.1 Apakah Bapak/ Ibu 1
en dasar mutu. manajemen mengetahui seputar
Peningka mutu Manajemen peningkatan
tan Mutu pendidikan. mutu pendidikan?
Pendidik 1.2 Ruang 1.2.1 Bagaimana cara sekolah 2
an lingkup ini agar dapat
manajemen meningkatkan mutu
mutu pendidikan?
pendidikan.
1.3 Manfaat 1.3.1 Manfaat apa yang sudah 3
mempelajar dirasakan sekolah ini
i setelah cara-cara tersebut
manajemen dilakukan.
mutu
pendidikan.
2. Implementa 2.1 Pengertian 2.1.1 Apakah Bapak/Ibu 4
si manajemen paham tentang
manajemen peningkatan Manajemen Peningkatan
mutu mutu Mutu Berbasis Sekolah?
7

Pendidikan berbasis
melalui sekolah.
Konsep
“Manajeme 2.2 Karakteristi 2.2.1 Apakah konsep 5
n k manajemen peningkatan
Peningkatan manajemen mutu berbasis sekolah
Mutu peningkatan sudah diterapkan di
Berbasis mutu sekolah ini?
Sekolah”. berbasis 2.2.2 Adakah kendala yang 6
sekolah. dirasakan dalam
pelaksanaan?
3. Profesional 3.1 Pengertian 3.1.1 Apakah Bapak/Ibu 7
Learning profesional pernah mendengar istilah
Community learning profesional learning
” pada community community?
sekolah (PLC).
dasar.
3.2 Tujuan 3.2.1 Apakah bapak/ibu tahu 8
PLC. tujuan PLC? Kalau ya,
apa? Kalau tidak,
mengapa?
3.3 Sasaran 3.3.1 Apakah bapak/ibu tahu 9
PLC. sasaran PLC? Kalau ya,
apa? Kalau tidak,
mengapa?
3.4 Jenis PLC. 3.4.1 Apakah bapak/ibu tahu 10
jenis PLC? Kalau ya,
apa? Kalau tidak,
mengapa?
3.5 Manfaat 3.5.1 Apakah bapak/ibu tahu 11
PLC manfaat PLC? Kalau ya,
8

apa? Kalau tidak,


mengapa?

3.6 Meknisme 3.6.1 Apakah bapak/ibu tahu 12


PLC. mekanisme PLC? Kalau
ya, apa? Kalau tidak,
mengapa?
3.7 Persyaratan 3.7.1 Apakah bapak/ibu tahu 13
PLC. persyaratan PLC? Kalau
ya, apa? Kalau tidak,
mengapa?
3.8 Desain atau 3.8.1 Apakah sekolah 14, 15,
tahapan bapak/ibu mempunyai 16
program desain atau tahapan
PLC. kegiatan program PLC
tersendiri? Kalau ya,
apa? Kalau tidak,
mengapa?
3.8.2 Desain atau tahapan
kegiatan program PLC
seperti apa yang
bapak/ibu inginkan agar
program PLC tersebut
dapat dipahami dan
dilaksanakan disekolah?
3.8.3 Sebutkan kegiatan-
kegiatan PLC yang
bapak/ibu harapkan ada
di sekolah bapak/ibu!
3.9 Sistem 3.9.1 Bagaimana sistem 17
pengelolaan pengelolaan kegiatan
9

kegiatan PLC yang ada di sekolah


PLC. bapak/Ibu?

3.10 Kendala 3.10.1 Kendala apa yang 18, 19


dan solusi bapak/ibu hadapi dalam
melaksanak melaksanakan program
an program PLC?
PLC. 3.10.2 Solusi seperti apa yang
bapak/ibu harapkan
untuk memecahkan
permasalahan terkait
pelaksanaan program
PLC?

D. Analisis Data
Teknik analisis data merupakan salah satu langkah yang paling
menentukan dari suatu penelitian, karena anaisis data berfungsi untuk
menyimpulkan hasil penelitian. Analisis data dapat diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan untuk merubah data hasi dari penelitian menjadi informasi yang
nantinya dapat digunakan untuk mengambil sebuah kesimpulan. Analisis data
dapat diberi makna yang berguna untuk masalah penelitian. Data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti tidak akan berguna apabila tidak dianalisis terlebih
dahulu. Analisis dapat dilakukan melalui tahap berikut ini:
1. Tahap Penelitian
a. Perencanaan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti merencanakan pertemuan dengan kepala sekolah yang akan
dijadikan sampel.
2) Peneliti membuat instrumen penelitian yang akan digunakan untuk
penelitian.
b. Pelaksanaan
10

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:


1) Peneliti datang ke tempat penelitian yaitu ke SDN Cikareo 2 yang
bertempat di Kecamatan Wado Kabupaten Sumedang.
2) Peneliti bertemu dengan narasumber.
3) Peneliti melaksanakan wawancara dengan Kepala Sekolah sebagai
sampel penelitian.
c. Evaluasi
Pada tahap ini peneliti menganalisis dan mengolah data yang telah
diperoleh dari hasil wawancara.
d. Penyusunan laporan
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyusun dan melaporkan
hasil-hasil wawancara.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa pertanyaan.
Pembuatan butir soal dilakukan oleh peneliti berdasarkan perencanaan yang
telah dibuat dan telah disetujui oleh dosen mata kuliah Pengelolaan
Pendidikan yaitu Ibu Cucun Sunaengsih, S. Pd., M. Pd. untuk menjaga
kemungkinan pertanyaan yang tidak tepat untuk dipertanyakan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan
Temuan dari penelitian yang kami lakukan ialah berupa jawaban-jawaban atas
pertanyaan yang diajukan, diantaranya:
1. Apakah Ibu mengetahui seputar Manajemen peningkatan mutu pendidikan?
Jawab: Iya, Saya mengetahui karena disekolah ini juga memiliki upaya dalam
peningkatan mutu. Misalnya dengan mengikuti Bimtek (bimbingan teknis)
disumedang selama 5 hari dengan tujuan untuk meningkatkan raport sekolah
seperti apakah raport sekolah ada yang merah dalam PTK (Penelitian
Tindakan Kelas), tenaga pengajar di sekolah telah S1 semua atau belum,
sedangkan di sekolah saat ini masih ada pengajar yang belum S1 sejumlah 1
orang.
2. Bagaimana cara sekolah ini agar dapat meningkatkan mutu pendidikan?
Jawab: Dengan cara pelatihan, supaya guru-guru memahami akan pentingnya
meningkatkan mutu pendidikan dan untuk meningkatkan kualitas guru
sebagai tenaga pendidik. Untuk satu orang guru yang belum S1 dianjurkan
untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Manfaat apa yang sudah dirasakan sekolah ini setelah cara-cara tersebut
dilakukan.
Jawab: Dikarenakan Saya baru menjabat sebagai kepala sekolah selama 7
bulan jadi saya belum mengerjakan program-program apapun, namun ada
beberapa manfaat dari kepemimpinan kepala sekolah sebelumnya yaitu Saya
menjadi tahu kekurangan sekolah ini dan berusaha untuk memperbaikinya.
4. Apakah Ibu paham tentang Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah?
Jawab: Belum.
5. Apakah konsep manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah sudah
diterapkan di sekolah ini?
Jawab: (karena Ibu belum paham, maka kami tidak menanyakan pertanyaan
ini)

11
12

6. Adakah kendala yang dirasakan dalam pelaksanaan?


Jawab: (karena Ibu belum paham, maka kami tidak menanyakan pertanyaan
ini)
7. Apakah Ibu pernah mendengar istilah profesional learning community?
Jawab: Belum, tapi Ibu tahu istilah KKG.
8. Apakah Ibu tahu tujuan PLC? Kalau ya, apa? Kalau tidak, mengapa?
Jawab: Tujuan dari KKG untuk meningkatkan kualitas guru-guru.
9. Apakah Ibu tahu sasaran PLC? Kalau ya, apa? Kalau tidak, mengapa?
Jawab: Guru.
10. Apakah Ibu tahu jenis PLC? Kalau ya, apa? Kalau tidak, mengapa?
Jawab: Bekum tahu, Ibu hanya mengetahui tentang KKG.
11. Apakah Ibu tahu manfaat PLC? Kalau ya, apa? Kalau tidak, mengapa?
Jawab: Manfaat KKG untuk berbagi informasi mengenai kesulitan yang
dialami selama proses mengajar dan berbagi mengenai media pembelajaran.
12. Apakah Ibu tahu mekanisme PLC? Kalau ya, apa? Kalau tidak, mengapa?
Jawab: Mekanisme KKG yaitu melakukan kajian bersama dengan para
guru.
13. Apakah Ibu tahu persyaratan PLC? Kalau ya, apa? Kalau tidak, mengapa?
Jawab: Yang terpenting semua guru harus mengikuti KKG.
14. Apakah sekolah Ibu mempunyai desain atau tahapan kegiatan program PLC
tersendiri? Kalau ya, apa? Kalau tidak, mengapa?
Jawab: Dengan melakukan pelatihan seperti bimbingan teknis.
15. Desain atau tahapan kegiatan program PLC seperti apa yang Ibu inginkan
agar program PLC tersebut dapat dipahami dan dilaksanakan disekolah?
Jawab: Guru-guru diusahakan mengikuti pelatihan KKG agar tidak terjadi
kesalahan dalam bertindak saat mengajar.
16. Program-program apa saja yang ingin Ibu laksanakan di sekolah ini?
Jawab: Memperbaiki sarana prasarana disekolah dan memperbaiki sistem
administrasi di sekolah.
17. Bagaimana sistem pengelolaan kegiatan PLC yang ada di sekolah Ibu?
Jawab: Melalui LPMP yaitu Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.
18. Kendala apa yang bapak/ibu hadapi dalam melaksanakan program PLC?
13

Jawab: Biaya administrasi dan waktu.


19. Solusi seperti apa yang Ibu harapkan untuk memecahkan permasalahan
terkait pelaksanaan program PLC?
Jawab: Kepala sekolah harus memiliki dana talang.
B. Pembahasan
Manajemen peningkatan mutu pendidikan dapat diartikan sebagai upaya
untuk mengelola pendidikan agar lebih bekualitas dan maksimal dalam
pencapaian visi dan misi sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin memiliki
tanggung jawab yang besar untuk mengelola sekolah, seperti perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Begitu pula di SDN Cikareo 2,
kepala sekolah berupaya untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut demi
meningkatkan mutu pendidikan sekolah tersebut.
SDN Cikareo 2 berlokasi di Dusun Cibatu RT 03 RW 03 Desa Cikareo
Utara, Kecamatan Wado, Kabupaten Sumedang merupakan tempat yang
strategis karena berada di tengah kota, sehingga jika secara tidak langsung sarana
dan prasana biasanya lebih bagus, namun berbeda dengan pernyataan tersebut,
justru sarana dan prasarana di SDN Cikareo 2 masih kurang. Bangunan sekolah
sudah harus direnovasi karena terdapat banyak kerusakan di dalam ruang kelas,
ruang guru dan ruang kepala sekolah belum tertata sebagaimana mestinya.
Berkaitan dengan sarana dan prasarana yang belum maksimal
penyebabnya ialah alokasi dana. Dana yang berasal dari dana BOS (Biaya
Operasional Sekolah) menjadi sumber dana utama dalam pelaksanaan
manajemen peningkatan mutu pendidikan. Namun jika dana BOS belum keluar
maka pihak sekolah akan menggunakan dana talang sebagai solusinya. dana
talang tersebut berasal dari Kepala Sekolah. Sehingga tidak ada lagi alasan untuk
tidak meningkatkan mutu pendidikan agar tercipta lulusan yang bekualitas.
Berbicara seputar lulusan yang berkualitas tentu banyak faktor yang
mempengaruhi. Salah satunya ialah faktor tenaga pengajar. Tenaga pengajar
harus berkualitas dan profesional, sehingga mampu menciptakan pembelajaran
yang efektif dan berkualitas untuk peserta didik. Tenaga pengajar di SDN
Cikareo 2 masih ada yang belum S1. Hal tersebut juga menjadi salah satu kriteria
yang sangat diperhatikan dalam mutu pendidikan. Saat inu tenaga pengajar yang
14

belum S1 tersebut dianjurkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 jika


ingin tetap megajar.
Disamping itu untuk meningkatkan mutu pendidikan, guru yang telah S1
dianjurkan untuk mengikuti segala pelatihan yang telah menjadi program
sekolah. Di SDN Cikareo 2 pula, kepala sekolah mengaharuskan semua guru
mengikuti pelatihan seperti KKG atau MGMP dengan tujuan agar dalam
pembelajaran, guru mengajar dengan berpedoman pada hasil dari KKG,
sehingga tercipta pembelajaran yang menarik. Hal tersebut dikarenakan pada
saat KKG, guru-guru berdiskusi seputar pelaksanaan pembelajaran juga
menyelesaikan segala sesuatu yang menjadi permasalahan saat pembelajaran
hingga diperoleh solusi tepat yang harus diaplikasan di sekolah.
Program KKG atau MGMP tersebut dinaungi oleh PLC (Profesional
Leraning Community) yang merupakan perkumpulan guru-guru untuk
mendapatkan pelatihan pembelajar profesional. Namun kepala sekolah di SDN
Cikareo 2 khususnya belum mengetahui seputar PLC, tapi sudah mengetahui
seputar KKG. Salah satu penyebabnya karena kurang sosialisasi dari
pemerintah, maka pihak sekolah berharap pemerintah segera menyosialiasasikan
seputar PLC tersebut agar mereka mengetahui informasi terkini dunia
pendidikan.
Dalam manajemen peningkatan mutu pendidikan, pemerintah
menawarkan juga program MPMBS (Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah), yaitu melimpahkan segala tanggung jawab dan kewenangan dalam
mengelola mutu pendidikan kepada masing-masing sekola agar lebih leluasa
dalam menentukan kebijakannya. Program tersebut membuat peran sekoah
semakin besar dalam meningkatkan mutu pendidikan, namun di SDN Cikareo 2
pihak sekolah terutama pemimpin, yaitu kepala sekolah belum mengetahui dan
memahami mengenai program MPMBS tersebut, padahal itu menjadi satu
peluang besar untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan dari hasil penelitian kami bahwa sekolah yang
kami teliti belum cukup maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan yang
disebabkan beberapa faktor yaitu sarana dan prasana, tenaga pengajar, dan
ketidaktahuan pemimpin seputar PLC dan MPMBS.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Manajemen peningkatan mutu pendidikan adalah proses yang digunakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan masing-masing lembaga
pendidikan. Keberhasilan dari diterapkannya mutu pendidikan dapat dilihat dari
lulusan yang memiliki nilai baik.
Manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah adalah suatu
konsep yang menawarkan otonomi kepada sekolah untuk menentukan kebijakan
sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi, dan pemeratan pendidikan
agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat dan menjalin
kerjasama yang erat antar sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
Dalam pengimplementasian manajemen peningkatan mutu pendidikan
berbasis sekolah ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan diantaranya:
keterbukaan, kebersamaan, berkelanjutan, menyeluruh, pertanggung jawaban,
demokratis, kemandirian, berorientasi pada mutu, pencapaian standar pelayanan
minimal, dan pendidikan untuk semua.
Profesional Leraning Community (PLC) merupakan metode untuk
mendorong pembelajaran kolaboratif antara rekan-rekan dalam lingkungan kerja
tertentu atau lapangan. Hal ini digunakan di sekolah sebagai cara untuk mengatur
guru ke dalam kelompok kerja.
B. Implikasi
Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan menurut hasil
penelitian kami adalah dengan mengikuti Bimtek (Bimbingan Teknis) yang
diadakan oleh pemerintah, pelatihan guru-guru, dan tenaga pendidik dituntut
minimal lulusan S1. Selain itu, guru-guru harus mengikuti program KKG atau
MGMP yang diwadahi oleh PLC. Tujuannya agar dalam pelakasanaan
pembelajaran guru mampu mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dirasakan
peserta didik, dapat membuat media yang inovatif, kreatif, dan komunikatif
sehingga anak terpancing untuk belajar, juga dapat menerapkan strategi atau
metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.

15
16

C. Rekomendasi
Kepala sekolah yang berperan sebagai pemimpin harus lebih paham
tentang manajemen peningkatan mutu pendidikan sehingga dapat mendorong
atau mengarahkan guru-guru dalam peningkatan mutu sekolah. Adapun kaidah-
kaidah manajemen yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah diantaranya:
planning (perencanaan), organizing (organisasi), actuating (pelaksanaan). dan
controling (pengawasan). Dalam tahap perencanaan, peningkatan mutu
dikatakan berhasil apabila telah mencapai visi dan misi sekolah. Organisasi
berperan sebagai wadah untuk bertukar informasi mengenai pembelajaran demi
tercapainya mutu pendidikan. Dalam pelakasanaan, kepala sekolah harus
berkoordinasi dengan guru agar proses pembelajaran tidak monoton, misalnya
dengan pemberian reward atau hadiah. Dan dalam tahap pengawasan, kepala
sekolah harus dapat mengawasi kinerja guru sebagai bahan evaluasi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Suti, M. 2011. Strategi Peningkatan Mutu Di era otonomi Pendidikan. Jurnal
Medtek, Vol.3, No 2.

Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Futriana, M. 2013. Metodologi Penelitian. [Online]. Tersedia di


http://merlitafutriana0.blogspot.com/p/wawancara.html?m=1. Diakses pada
23 September 2019.
Ridiansah, P. N. 2013. Metode Penelitian. [Online]. Tersedia di repository.upi.edu.
Diakses pada 23 September 2019.
Anggraeni, P. (2017). Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah,
Professional Learning Community Terhadap Kinerja Mengajar Guru dan
Dampaknya terhadap Efektivitas Pembelajaran di Madrasah Aliyah Se
Bandung Raya. Jurnal Administrasi Pendidikan, vol. XXIV, No-2, hlm. 131-
143.

Sulipan. 2018. Manajemen Mutu Pendidikan. [Online]. Tersedia di


https://sulipan.wordpress.com/2018/05/01/manajemen-mutu-pendidikan/
diakses: 27 September 2019.

17
LAMPIRAN DOKUMENTASI

iv
v

LAMPIRAN SURAT PENGANTAR

Anda mungkin juga menyukai