Anda di halaman 1dari 48

KEBIJAKAN PENDIDIKAN PADA TINGKAT SATUAN

PENDIDIKAN SEKOLAH
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Kebijakan Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Suryadi
Evitha Soraya, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Manajemen Pendidikan 2018 B

1. Lyla Salistia Pratiwi 1103618016


2. Luthfia Hanalia 1103618008
3. Rafli Ramdani 1103618019

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas berkat dan
karunia Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebijakan
Pendidikan pada Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah”. Kami menyadari
selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara
langsung maupun tidak langsung. Untuk itu kami menyampaikan ucapan banyak
terima kasih kepada :
1. Dr. Suryadi dan Evitha Soraya, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah
Kebijakan Pendidikan.
2. Teman-teman sekelas MP 2018 B yang membantu dan mendukung kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kebijakan
Penddikan dan memberikan manfaat bagi pembaca khususnya untuk kami sendiri.
Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata,
peneliti berharap makalah ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya civitas
akademika Universitas Negeri Jakarta.

Jakarta, April 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BAB I ...................................................................................................................... 1

PEDAHULUAN ..................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1

C. Tujuan ......................................................................................................... 2

D. Manfaat ....................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Pengertian Tingkat Satuan Pendidikan ................................................... 3

B. Program Sekolah ........................................................................................ 3

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) .................................... 9

D. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) ............................................... 17

E. Proses Belajar Mengajar ......................................................................... 23

F. Sarana Dan Prasarana ............................................................................. 32

G. Pendanaan Pendidikan ........................................................................ 36

H. Penilaian ................................................................................................ 40

BAB III ................................................................................................................. 44

PENUTUP ............................................................................................................. 44

A. Kesimpulan ............................................................................................... 44

B. Saran ......................................................................................................... 44

iii
1

BAB I

PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak dapat diabaikan
dalam mentransformasi ilmu pengetahuan, keahlian dan nilai - nilai akhlak.
Hal tersebut sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan sebagaimana yang
tercantum dalam UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan nasional tahun 2003
dinyatakan pada pasal 3 yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar manjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab
Pemerintah memberlakukan tingkat satuan pendidikan sekolah dimana
pendidikan di jenjang SD, SMP dan SMA dirancang untuk mencapai tujuan
pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tingkat satuan pendidikan ?
2. Apa saja program sekolah yang diterapkan ?
3. Apa sajakah kurikulum yang diterapkan ?
4. Bagaimana proses belajar mengajar di tingkat satuan pendidikan ?
5. Bagaimana sarana dan prasarana sekolah dapat mendukung pembelajaran ?
2

6. Bagaimana sistem penerimaan peserta didik baru ?


C. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk membantu mempermudah
pembelajaran, serta melengkapi nilai mata kuliah Kebijakan Pendidikan
semester 110 di Universitas Negeri Jakarta.

D. Manfaat
Memberikan pemahaman dan mempermudah pembelajaran mengenai
program, kurikulum, sarana dan prasarana, dan sistem penilaian tingkat satuan
pendidikan sekolah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tingkat Satuan Pendidikan

Berdasarkan Pasal 1 ayat 10 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional Tingkat Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal,
dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Sedangkan berdasarkan
Pasal 1 ayat 6 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Tingkatan
Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal dalam setiap
jenjang dan jenis pendidikan. Dan berdasarkan Pasal 1 ayat 8 UU Nomor 9
Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan.1

B. Program Sekolah

1. Peningkatan Standar Kompetensi Kelulusan


Komponen: Kompetensi Kelulusan
a. Program: Menetapkan kriteria standar kopentensi lulus (SKL) dengan
kriteria yang telah ditentukan.
Kegiatan: Rapat koordinasi tentang kelulusan ujian Nasional dengan
pencapaian rata-rata 7.83, rapat koordinasi tentang kelulusan ujian
sekolah dengan pencapaian rata-rata 7.85, rapat koordinasi tentang
kenaikan kelas target kenaikan 100 % diatas rata-rata KKM.
b. Program: Menetapkan kriteria siswa yang berprestasi akademik dan
non akademik melalui seleksi prestasi.

1
Handa S. Abidin, “Pengertian Satuan Pendidikan”, diakses dari
http://rethno23.blogspot.com/2013/05/cara-penulisan-footnote-catatan-kaki.html, pada tanggal
24 April 2019

3
4

Kegiatan: Menyeleksi siswa yang berprestasi akademik, menyeleksi


siswa yang berprestasi non akademik.
c. Program: Meningkatkan mutu siswa melalui kepribadian dan akhlak
mulia.
Kegiatan: Menyusun program pelaksanaan kegiatan.

2. Pengembangan Standar Isi


a. Komponen: Kerangka Kurikulum
1) Program: Melakukan revisi kerangka dasar kurikulum dengan
cara penelaahan kembali kurikulum yang sudah ada disesuaikan
dengan propil sekolah.
Kegiatan: Menelaah kerangka dasar kurikulum.
2) Program: Merevisi dan mengembangan struktur kurikulum.
Kegiatan: Menelaah struktur kulrikulum.
b. Komponen: Kurikulum satuan pendidikan
1) Program: Merevisi/menyempurnakan Penyusunan KTSP Buku
Dokumen.
Kegiatan: Merumuskan dan merancang penyempurnaan KTSP
Dokumen 1, menysun KTSP Dokumen 1,
menggandakan/medokumenkan.
2) Program: Revisi/penyempurnaan KTSP buku Dokumen 2.
Kegiatan: Merivisi Silabus dan RPP 12 mata pelajaran,
menggandakan dan mendokumenkan.
3) Program: Penyusunan dan Review KKM.
Kegiatan: Menyusun dan menetapkan KKM semua mata
pelajaran.
c. Komponen: Kelender Pendidikan
1) Program: Pembuatan kelender pendidikan.
Kegiatan: Menyusun kelender pendidikan, menggandakan
kelender pendidikan.
5

3. Peningkatan Standar Proses


a. Komponen: Perencanaan pembelajaran
1) Program: Pendampingan menyusun bahan ajar lanjutan tahap ke-
1.
Kegiatan: Menyusun bahan ajar, menyusun alat bantu
pembelajaran.
b. Komponen: Pelaksanaan proses pembelajaran
1) Program: Meningkatkan mutu siswa kelas IX untuk mencapai
rata-rata nilai UN 7,83.
Kegiatan: Melaksanakan pemantapan kelas IX untuk mata
pelajaran yang di UN-kan.
2) Program: Peningkatan mutu siswa untuk meraih prestasi juara ke-
1 tk. Kabupaten bidang OSN.
Kegiatan: Mengoptimalkan pembinaan dalam menghadapi OSN.
3) Program: Peningkatan mutu siswa untuk meraih juara 1 tk
kabupaten dalam bidang OOSN.
Kegiatan: Mengoptimalkan pembinaan bidang : Stori teling,
panduan suara,sepak bola, bola voli, atletik, pencak silat, tenis
meja, parmuka, LBB dan keagamaan.
c. Komponen: Penilaian hasil belajar
1) Program: Pelaksanaan remedial dan pengayaan seluruh mata
pelajaran untuk mencapai KKM yang telah ditentukan.
Kegiatan: Melaksanakan remedial dan pengayaan oleh guru.
d. Komponen: Pengawasan proses pembelajaran
1) Program: Peningkatan pelaksanan pengawasan proses
pembelajaran.
Kegiatan: Melaksanakan supervise kelas oleh kepala sekolah dan
perwakilannya.

4. Peningkatan Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


a. Komponen: Kompetensi Tenaga Guru
6

1) Program: Peningkatan kompetensi guru bidang MGMP sekolah


dan tk kabupaten.
Kegiatan: Melaksanakan MGMP sekolah, melaksanakan MGMP
tingkat kabupaten.
b. Komponen: Kepala sekolah
1) Program: Peningkatan kompetensi kepala sekolah.
Kegiatan: Mengikuti pelatihan manajemen kepemimpinan kepala
sekolah.
c. Komponen: Tenaga Administrasi
1) Program: Peningkatan kompetensi kenaga administrasi.
Kegiatan: Mengikuti pelatihan administrasi, mengikuti pelatihan
atau workshop komputerisasi.
5. Peningkatan Standar Sarana Prasarana Pendidikan
a. Komponen: Lahan
1) Program: Peningkatan keindahan dan kebersihan lingkungan
sekolah.
Kegiatan: Memelihara taman dan halaman, pemeliharaan
kebersihan lingkungan, pemeliharaan kemanan, pemeliharaan
kesehatan sekolah, pemeliharaan penerangan.
b. Komponen: Bangunan
1) Program: Peningkatan mutu ruang sekolah.
Kegiatan: Pengecatan/pelaburan ruangan, pemeliharaan dinding
dan lantai sekolah, pemelihraan atap dan genting, pemeliharaan
kusen,pintu,jendela dan kaca, pemeliharaan MCK, pemeliharaan
penerangan sekolah/intalasi listrik.
c. Komponen: Kelengkapan sarana prasarana
1) Program: Peningkatan mutu/perawatan dan pemeliharaan sarana
prasarana kantor.
Kegiatan: Pemeliharaan mobilair kantor, pemeliharaan peralatan
kantor, pemeliharaan mobilair guru, pemeliharaan alat sound
system.
7

2) Program: Peningkatan mutu/perawatan dan pemeliharaan sarana


prasarana pembelajaran.
Kegiatan: Pemeliharaan mobilair siswa, pemeliharaan dan
perawatan alat praktek pembelajaran.
3) Program: Pengadaan kelengkapan sartan prasarana kantor.
Kegiatan: Pengadaan alat kelengkapan ruang kepala TU
(komputer), pengadaan kelengkapan kantor.
4) Program: Pengadaan kelengkapan sarana prasarana
pembelajaran/perpustakaan.
Kegiatan: Buku teks ,buku referensi dan penunjang, pengadaan
alat pembelajaran siswa (Invocus), pengadaan komputer siswa,
pengadaan sarana olahraga.
6. Peningkatan Standar Pengelolaan Pendidikan
a. Komponen: Rencana Kerja Sekolah (RKS)
1) Program: Peningkatan pemahaman tenaga pendidikdan
kependidikan terhadap RKS dan RKAS.
Kegiatan: Sosialisasi/implementtasi penyusunan/Review RKS dan
RKAS, review penyusuna RKS dan RKAS, penggandaan
Dokumentasi RKS dan RKAS.
b. Komponen: Pelaksanaan RKS
1) Program: Peningkatan dan pengelolaan bidang kesiswaan.
Kegiatan: Melaksanakan seleksi siswa baru, melaksanakan
orientasi peserta didik.
2) Program: Peningkatan bidang kepegawaian.
Kegiatan: Menyusun program kepegawaian.
3) Program: Peningkatan bidang kurikulum.
Kegiatan: Menyusun program kurikulum.
4) Program: Peningkatan bidang kesiswaan.
Kegiatan: Menyusun program kesiswaan.
5) Program: Peningkatan bidang sarana prasarana.
Kegiatan: Menyusun program saran prasarana.
8

6) Program: Peningkatan bidang humas.


Kegiatan: Menyusun program humas.
7) Program: Peningkatan bidang keguiatan ekstrakuriluler dan
Pengembangan diri.
Kegiatan: Menyusun program kegiuatan ekstrakurilum dan
pengembangan diri.
8) Program: Peningkatan bidang Bimbingan dan konseling.
Kegiatan: Menyusun program bimbingan dan konseling.
c. Komponen: Pengawasan dan Evaluasi
1) Program: Peningkatan dan pengawasan.
Kegiatan: Rapat sosialisasi dan koordinasi, rapat evaluasi kinerja,
melaksanakan monitoring dan evaluasi, melaksanakan tindak
lanjut, menyusun pelaporan.
d. Komponen: Kepemimpinan sekolah
1) Program: Peningkatan mutu kepemimpinan sekolah.
Kegiatan: Menyusun program kerja kepala sekolah.
e. Komponen: SIM Sekolah
1) Program: Peningkatan mutu pengelolaan Sistem Informasi
Manajemen (SIM) sekolah.
Kegiatan: Melengkapai kelengkapan dokumen administrasi
sekolah, melengkapi dokumen papan data sekolah.
7. Pengembangan Standar Pembiayaan Pendidikan
a. Komponen: Biaya Biaya Modal / investasi
1) Program: Peningkatan penanaman modal/investasi.
Kegiatan: Menyusun catatan inventaris nilai aset sarana prasarana
sekolah.
b. Komponen: Biaya Oprasional
1) Program: Pemenuhan belanja pegawai.
Kegiatan: Membayar belanja pegawai (PNS), membayar belanja
guru honorer (GTT), membayar belanja pegawai TU dan pesuruh
honorer (PTT).
9

1) Program: Pemenuhan belanja barang dan Jasa.


Kegiatan: Belanaja Barang pengembangan program, belanja
barang dan jasa non program.

8. Pengembangan Standar Penilaian


a. Komponen: Penilaian oleh Pendidik
1) Program: Implementasi penilaian oleh pendidik.
Kegiatan: Melaksanakan ulangan harian oleh guru.
b. Komponen: Penilaian oleh satuan pendidikan
1) Program: Peningkatan mutu penilaian peserta didik.
Kegiatan: Melaksanakan ulangan tengah semester, melaksanakan
ulangan akhir semester, melaksanakan ulangan kenaikan kelas,
melaksanakan latihan ujian nasional, melaksanakan ujian sekolah.
2) Program: Pengembagan perangkat penilaian berbasis kelas.
Kegiatan: Melaksanakan analisis butir soal dan penyusunan bank
soal.
c. Komponen: Penilaian oleh satuan pemerintah
1) Program: Kebijakan Pemerintah.
Kegiatan: Mengimplementasikan pos UN tahun 2011 / 2012.2
C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
1. Definisi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan pendidikan tertentu
dalam hal ini adalah tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan
sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan, dan peserta didik. Oleh karena itu, kurikulum seharusnya
disusun dan dikembangkan oleh masing-masing satuan pendidikan
2
Anonim, “Program Sekolah”, diakses dari
https://caracariuangblog.wordpress.com/2017/07/24/contoh-program-sekolah-2/, pada tanggal
24 April 2019
10

agar sesuai dengan karakteristik, kondisi dan potensi daerah, sekolah,


dan peserta didik masing-masing satuan pendidikan. Kurikulum
sekolah yang disusun dan dikembangkan oleh masing-masing satuan
pendidikan inilah yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). KTSP yang disusun dan dikembangkan oleh
masing-masing satuan pendidikan bisa beragam antara satu sekolah
dengan sekolah yang lainnya karena disesuaikan dengan karakteristik,
kondisi dan potensi sekolah, serta peserta didik masing-masing.
Namun dengan demikian, bukan berarti satuan pendidikan dapat
menyusun dan mengembangkan kurikulum tanpa menggunakan acuan.
Untuk menjamin kurikulum yang disusun dan dikembangkan oleh
masing-masing satuan pendidikan harus tetap memenuhi standar
nasional, maka penyusunan dan pengembangan kurikulum perlu
mengacu pada Standar Nasional Pendidikan yang meliputi:
a. Standar Isi
b. Standar Proses
c. Standar Kompetensi Lulusan
d. Standar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
e. Standar Sarana dan Prasarana
f. Standar Pengelolaan
g. Standar Pembiayaan, dan
h. Standar Penilaian Pendidikan
Dari delapan standar tersebut ada dua standar yang berkaitan
langsung dengan penyusunan dan pengembangan kurikulum, yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang disusun
dan dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
serta ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.
Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun dan dikembangkan
oleh satuan pendidikan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan
11

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan


penyusunan KTSP yang disusun oleh Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Standar Isi (SI) sebagaimana tertuang dalam Pasal 5 Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, mencakup lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu. Sedangkan pada Pasal 1 Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 diperjelas bahwa standar isi
pada satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi
lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Secara
keseluruhan Standar Isi mencakup:
a. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman
dalam penyusunan KTSP
b. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan
menengah
c. KTSP yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan
panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari standar isi
d. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Di samping Standar Isi (SI), Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 23
Tahun 2006 juga merupakan salah satu acuan dalam penyusunan dan
pengembangan KTSP oleh satuan pendidikan. Di samping sebagai acuan
dalam penyusunan dan pengembangan KTSP, SKL seperti yang tertuang
dalam Pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun
2006 juga digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan
kelulusan peserta didik. Secara keseluruhan SKL mencakup:
a. Standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah
12

b. Standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran


c. Standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran

2. Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006, komponen kurikulum tingkat
satuan pendidikan meliputi beberapa hal sebagai berikut:
a. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah
dirumuskan dengan mengacu kepada tujuan umum pendidikan sebagai
berikut:
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
3. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah yang tertuang dalam Standar Isi meliputi lima kelompok mata
pelajaran sebagai berikut:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika, dan
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
13

Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui muatan


dan atau kegiatan pembelajaran sebagaimana diuraikan dalam Pasal 7
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang
keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik
pada satuan pendidikan. Di samping itu materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri termasuk ke dalam isi kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
Kalender Pendidikan Satuan pendidikan dasar dan menengah
dapat menyusun kalender pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah,
karakteristik sekolah, dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat dengan
memperhatikan kalender pendidikan sebagaimana yang dimuat dalam
Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Panduan Penyusunan
KTSP.
4. Tujuan dan Harapan KTSP
Tujuan dan Harapan Tujuan Kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai
dengan kekhasan (karakteristik), kondisi, potensi daerah, kebutuhan dan
permasalahan daerah, satuan pendidikan dan peserta dengan mengacu pada
tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, KTSP yang disusun sendiri
oleh sekolah/satuan pendidikan mengacu pada standar yang tercantum
dalam SI dan SKL serta panduan penyusunan KTSP diharapkan benar-
benar dapat diterapkan secara efektif dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Namun demikian, tujuan dan harapan KTSP yang ideal ini
tidak akan dapat dicapai tanpa pengelolaan yang profesional dan
koordinasi dan sinergi yang baik antar pemangku kepentingan
(stakeholders) pendidikan terkait, baik di tingkat pusat, provinsi,
kabupaten/kota, maupun satuan pendidikan itu sendiri
5. Tahapan Pemberlakuan KTSP
14

Sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan


Nasional Nomor 24 Tahun 2006, tahapan pelaksanaan atau pemberlakuan
KTSP adalah sebagai berikut:
a. Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menerapkan atau
melaksanakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah mulai tahun pelajaran 2006/2007.
b. Satuan pendidikan dasar dan menengah harus sudah mulai menerapkan
atau melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah paling lambat pada tahun pelajaran 2009/2010.
c. Satuan pendidikan dasar dan menengah pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah yang telah melaksanakan uji coba kurikulum 2004
secara menyeluruh dapat menerapkan atau melaksanakan secara
menyeluruh Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah untuk semua tingkatan kelasnya
mulai tahun pelajaran 2006/2007.
d. Satuan pendidikan dasar dan menengah pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah yang belum melaksanakan uji coba kurikulum 2004
dapat melaksanakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
15

Pendidikan Dasar dan Menengah secara bertahap dalam waktu paling


lama 3 (tiga) tahun dengan tahapan sebagai berikut:
1) Untuk Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiah (MI), dan Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB):
a) Tahun Pertama: Kelas 1 dan 4
b) Tahun Kedua : Kelas 1, 2, 4, dan 5
c) Tahun Ketiga : Kelas 1,2,3, 4,5, dan 6
2) Untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah
(MTS), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), dan
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB):
a) Tahun Pertama: Kelas 1
b) Tahun Kedua : Kelas 1 dan 2
c) Tahun Ketiga : Kelas 1, 2, dan 3.
Sejalan dengan kebijakan otonomi bidang pendidikan,
pemberlakuan pelaksanaan KTSP ini benar-benar didasarkan pada
kesiapan sekolah/satuan pendidikan itu sendiri sesuai dengan rambu-
rambu pelaksanaan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang pelaksanaan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun demikian, dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 pada Pasal 2 ayat
5 juga diatur bahwa jika ada penyimpangan terhadap ketentuan
tersebut diatas, diantara lain jika sekolah/satuan pendidikan belum siap
melaksanakan KTSP pada tahun 2009 2010, hal ini dimungkinkan
16

setelah dapat ijin Menteri Pendidikan Nasional. Selanjutnya dalam


Pasal 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
juga tercantum kewenangan Gubernur dapat mengatur jadwal
pelaksanaan KTSP untuk satuan pendidikan menengah dan satuan
pendidikan khusus, disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan satuan
pendidikan di provinsi masing-masing. Sedangkan Bupati/Walikota
dapat mengatur jadwal pelaksanaan KTSP untuk satuan pendidikan
dasar disesuaikan dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan di
kabupaten/kota masing-masing. Dan Menteri Agama dapat mengatur
jadwal pelaksanaan KTSP untuk satuan pendidikan Madrasah Ibtidaiah
(MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA), dan
Madrasah Aliyah kejuruan (MAK) disesuaikan dengan kondisi dan
kesiapan satuan pendidikan yang bersangkutan. Untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman yang memadai bagi para guru dan
pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan di daerah dan satuan
pendidikan, perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan/pendampingan
yang terencana dengan baik, dengan materi sosialisasi dan materi
pelatihan yang terstandar, serta dengan narasumber yang memiliki
kemampuan dan kompetensi yang terstandar. Sehingga apa yang
diterima peserta sosialisasi maupun pendidikan dan pelatihan tidak
banyak berbeda, yang dapat menyebabkan kendala tersendiri pada saat
mereka menyusun dan mengembangkan KTSP di satuan pendidikan
masing-masing. Selain itu perlu adanya pemilihan dan pemilahan
materi untuk sosialisasi dan materi untuk pelatihan, mengingat
sosialisasi sangat berbeda dengan pelatihan. Materi sosialisasi
sebaiknya lebih banyak terkait dengan kebijakan, sedangkan materi
pelatihan lebih mengarah pada pemahaman SI, SKL, dan panduan
penyusunan KTSP dan silabus serta perangkat pembelajaran lebih
lanjut. Oleh karena itu untuk mendukung keberhasilan KTSP hal ini
harus dikelola secara profesional dan dilakukan koordinasi dan sinergi
yang baik antar pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan
17

terkait baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, maupun satuan


pendidikan.
6. Landasan Yuridis Kurikulun Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Beberapa landasan/pertimbangan yuridis yang mendasari kebijakan
pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan antara lain:
a. Amanah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP).
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.3

D. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)


Rekrutmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah)
pada hakikatnya adalah suatu proses pencarian, menentukan dan menarik
pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan
(sekolah) yang bersangkutan. Penerimaan siswa merupakan proses

3
Baedhowi, “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”. Diakses dari
http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/323/217 pada
tanggal 24 April 2019
18

pendataan dan pelayanan kepada siswa yang baru masuk sekolah setelah
mereka memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut.
1. Kebijakan Penerimaan Peserta Didik
Kebijakan operasional penerimaan peserta didik baru, memuat
aturan mengenai jumlah peserta didik yang dapat diterima disuatu
sekola. Penentuan mengenai jumlah peserta didik, tentu juga
didasarkan atas kenyataan-kenyataan yang ada di sekolah (faktor
kondisional sekolah). Faktor kondisional tersebut meliputi: daya
tampung kelas baru, kriteria mengenai siswa yang dapat diterima,
anggaran yang tersedia, prasarana dan sarana yang ada, tenaga
kependidikan yang tersedia, jumlah peserta didik yang tinggal dikelas
satu, dan sebagainya.
Kebijakan operasional penerimaan peserta didik, juga memuat
sistem pendaftaran dan seleksi atau penyaringan yang akan diberikan
untuk peserta didik. Selain itu, kebijakan penerimaan peserta didik,
juga berisi mengenai waktu pendaftaran, kapan dimulai dan kapan
diakhiri. Selanjutnya, kebijakan penerimaan peserta didik harus juga
memuat tentang personalia-personalia yang akan terlibat dalam
pendaftaran, seleksi, dan penerimaan peserta didik.
Kebijakan penerimaan peserta didik ini dibuat berdasarkan
petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota. Petunjuk demikian harus dipedomani karena ia
memang dibuat dalam rangka mendapatkan calon peserta didik
sebagaimana yang diinginkan atau diidealkan.
2. Sistem Penerimaan Peserta Didik
Sistem yang dimaksudkan disini lebih menunjuk kepada cara.
Berarti, sistem penerimaan peserta didik adalah cara penerimaan
peserta didik baru. Ada dua macam penerimaan peserta didik baru,
yakni:
a. Menggunakan sistem promosi
19

Yang dimaksud dengan sistem promosi adalah penerimaan


peserta didik, yang sebelumnya tanpa menggunakan seleksi. Mereka
yang mendaftar sebagai peserta didik disuatu sekolah, bisa diterima
begitu saja. Sehingga mereka yang mendaftar menjadi peserta didik
tidak ada yang ditolak. Sistem promosi ini secara umum berlaku di
sekolah-sekolah yang pendaftarannya kurang darijatah atau daya
tampung yang telah ditentukan.
b. Menggunakan sistem seleksi
Sistem seleksi ini dapat digolongkan menjadi tiga macam. Yaitu
yang pertama, seleksi berdasarkan daftar nilai EBTA (DANEM), yang
kedua berdasarkan Penulusuran Minat dan Kemampuan (PMDK),
sedangkan yang ketiga adalah seleksi berdasarkan hasil tes masuk.
3. Kriteria Penerimaan Peserta Didik Baru
Yang dimaksud dengan kriteria adalah patokan-patokan yang
menentukan bisa atau tidaknya seseorang untuk diterima sebagai peserta
didik. Ada tiga macam kriteria penerimaan peserta didik, antara lain:
1. Kriteria acuan patokan (standart criterian referenced), yaitu suatu
penerimaan peserta didik yang didasarkan atas patokan-patokan yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam hal ini sekolah lebih dahulu membuat
patokan bagi calon peserta didik dengan kemampuan minimal setingkat
dengan sekolah yang menerima peserta didik.
2. Kriteria acuan norma (norm criterian referenced), yaitu penerimaan calon
peserta didik yang didasarkan atas keseluruhan prestasi calon peserta didik
yang mengikuti seleksi. Dalam hal ini sekolah menetapkan kriteria
penerimaan berdasarkan prestasi keseluruhan peserta didik.keseluruhan
prestasi peserta didik dijumlah, kemudian dicari rata-ratanya. Calon
peserta didik yang nilainya diatas rata-rata, digolongkan sebagai calon
yang dapat diterima sebagai calon peserta didik. Sementara yang berada
dibawah rata-rata termasuk peserta didik yang tidak diterima.
3. Kriteria yang didasarkan atas daya tampung sekolah, sekolah terlebih
dahulu menentukan berapa jumlah daya tampungnya, atau berapa jumlah
20

peserta didik baru yang akan diterima. Setelah sekolah menentukan,


kemudian merangking prestasi siswa mulai dari yang berprestasi paling
tinggi sampai dengan prestasi yang paling rendah. Penentuan prestasi
peserta didik yang diterima dilakukan dengan cara mengurut dari atas ke
bawah, sampai daya tampung tersebut terpenuhi.

4. Prosedur Penerimaan Peserta Didik Baru


Adapun prosedur penerimaan peserta didik baru adalah pembentukan
panitia peserta didik baru, rapat penentuan peserta didik baru, pembuatan,
pemasangan, atau pengiriman pengumuman, pendaftaran peserta didik baru,
selesksi, penentuan peserta didik yang diterima, pengumuman peserta didik
yang diterima dan registrasi peserta didik yang diterima. Secara lebih jelas,
langkah-langkah rekruitmen peserta didik baru bisa dijelaskan sebagai berikut:
1. Pembentukan Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru
Kegiatan pertama yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam
penerimaan peserta didik baru adalah pembentukan panitia. Panitia ini
dibentuk, dengan matsud agar secepat mungkin melaksanakan
pekerjaanya. Panitia yang sudah dibentuk, umumnya di formalkan dengan
menggunakan Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah.
2. Rapat Penerimaan Peserta Didik
Rapat penerimaan peserta didik dipimpin oleh wakil kepala
sekolah urusan kesiswaan. Yang dibicarakan dalam rapat ini adalah
keseluruhan ketentuan penerimaan peserta didik baru. Walaupun
penerimaan peserta didik merupakan pekerjaan rutin yang dilakukan setiap
tahun, tetapi ketentuan-ketentuan yang berkenan dengan penerimaan harus
senantiasa dibicarakan agar tidak dilupakan oleh mereka yang terlibat.
3. Pembuatan,Pengiriman/Pemasangan Pengumuman
Setelah rapat mengenai penerimaan peserta didik baru berhasil
mengambil keputusan-keputusan penting, seksi pengumuman membuat
pengumuman yang berisi hal-hal sebagai berikut:
a. Gambaran singkat mengenai sekolah
21

b. Persyaratan pendaftaran peserta didik baru


c. Cara pendaftaran
d. Waktu pendaftaran
e. Tempat pendaftaran yang menyatakan dimana saja calon peserta didik
tersebut dapat mendaftarkan diri
f. Waktu dan tempat seleksi dilakukan (hari, tanggal, jam, dan tempat)
g. Berapa uang pendaftaran
h. Kapan pengumuman hasil seleksi diumumkan, dan dimana calon
peserta didik tersebut dapat memperolehnya
4. Seleksi Peserta Didik Baru
Seleksi peserta didik baru, sebagaimana dikemukakan diatas, selain
dengan menggunakan nilai raport (jika menggunakan sistem PMDK) dan
nilai ebtanas murni (jika menggunakan sistem danem ), juga menggunakan
tes. Jika yang digunakan sebagai alat seleksi adalah tes, maka berapa hal
yang perluh diperhatikan adalah mengatur pengawas tes, dan peserta tes.
Pengawas tes perlu diatur, agar mereka dapat mengerjakan tugasnya sesuai
dengan yang ditentukan. Para pengawas ini, sehari sebelum melaksanakan
tugasnya, perlu diberikan pengarahan terlebih dahulu mengenai apa yang
boleh mereka lakukan dan apa yang tidak pada saat pelayanan tes. Mereka
juga diberitau, kapan atau jam berapa harus datang pada hari pelaksanaan
tes. Untuk itu, perlu ditetapkan tata tertib pengawas dalam pelaksanaan
tes.
5. Penentuan Peserta Didik Yang Diterima
Pada sekolah-sekolah yang sistem penerimaannya bedasarkan
DANEM, ketentuan siswa yang di terima berdasarkan atas ranking
DANEM yang dibuat. Sedangkan pada sekolah yang menggunakan sistem
PMDK, ketentuan penerimaannya di dasarkan atas hasil ranking nilai rapot
peserta didik. Sementara pada sekolah yang menggunakan sistem tes,
dalam penerimaanya di dasarkan atas hasil tes.
6. Pendaftaran Ulang
22

Calon peserta didik yang dinyatakan terima di haruskan mendaftar


ulang dengan memenuhi persyaratan dan kelengkapan yang di minta oleh
sekolah. Sekolah harus menetapkan batas waktu pendaftaran ulang dimulai
dan di tutup. Jika pendaftaran ulang sudah dinyatakan di tutup maka calon
pesert didik yang tidak mendaftar dinyatakan gugur, terkecuali yang
bersangkutan memberi keterangan yang sah mengenai alasan
keterlambatan mendaftar ulang, kehilangan haknya sebagai peserta didik
di sekolah tersebut, dan kemudian dapat diisi dengan cadangan. Peserta
didik yang mendaftar ulang, di catat dalam buku induk sekolah. Yang di
maksud buku induk sekolah adalah buku yang memuat data penting
mengenai peserta didik yang bersekolah di sekolahnya. Kedudukan buku
induk ini sangat penting, karena jika kita bermaksud mengetahui siapa
siswa tersebut sebenarnya , bagaimana latar belakangnya, dapat di lacak
pada buku induk.

5. Problema Penerimaan Peserta Didik Baru


Ada banyak problema penerimaan peserta didik baru yang harus di
pecahkan. Pertama, adanya peserta didik yang nilai tesnya, jumlah danem
dan kecakapannya sama, dan mereka sama-sama berada pada batas bawah
penerimaan. Guna menentukan peserta didik mana yang diterima, hal
demikian tidaklah mudah. Kedua, adanya colan peserta didik yang dari
segi kemampuan masih kalah di bandingkan dengan yang lainnya,
sementara yang bersangkutan mendapatkan nota dari pejabat tertentu yang
mempunyai kekuasaan tinggi di daerah mana sekolah tersebut berada.
Ketiga, terbatasnya daya tamping dan prasarana sarana sekolah, sementara
di daerah tersebut sangat banyak calon peserta didik yang mempunyai
kecakapan tinggi.4

4
Anonim, “Penerimaan Peserta Didik Baru”, diakses dari
http://akucintamanajemen.blogspot.com/, pada tanggal 24 April 2019
23

E. Proses Belajar Mengajar


Proses Belajar Mengajar (PBM) merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan. PBM sendiri merupakan proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi
atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama
bagi berlangsungnya PBM. Dalam PBM, tersirat adanya satu kesatuan yang
tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara
kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. Sebab, apabila
kedua pihak tersebut tidak terjalin keakraban, maka proses pendidikan itu pun
tidak akan terwujud dengan baik5.. Sekolah diberi kebebasan memilih strategi,
metode, dan teknik – teknik pembelajaran dan pengajaran yang paling efektif,
sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, siswa, guru, dan kondisi nyata
sumberdaya yang tersedia di sekolah.
Dalam proses interaksi, ada unsur memberi dan menerima baik dari
pihak guru / peserta didik, agar terjadi interaksi belajar mengajar yang baik,
ada beberapa faktor yang harus dipenuhi, sedangkan hal-hal yang dapat
dikemukakan sebagai dasar-dasar terjadinya interaksi belajar mengajar yang
baik ada beberapa faktor yang harus dipenuhi. Sedangkan hal-hal yang dapat
dikemukakan sebagai dasar-dasar terjadinya interaksi belajar mengajar adalah
: 1) Interaksi bersifat edukatif. 2) Dalam interaksi terjadi perubahan tingkah
laku pada siswa sebagai hasil belajar mengajar. 3) Peranan dan kedudukan
guru yang tepat dari proses interaksi belajar mengajar. 4) Interaksi sebagai
proses belajar mengajar (PBM). 5) Sarana proses mengajar yang tersedia yang
membantu tercapainya interaksi belajar mengajar siswa secara efektif dan
efisien.6
1. Komponen – Komponen Proses Belajar Mengajar
Menurut Adrian ( 2000 : 25 ) dalam artikelnya yang berjudul
“metode mengajar berdasarkan tipologi belajar siswa”, menjelaskan

5
Asef Umar Fakhruddin , Menjadi Guru Favorit!, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), hlm. 34-35.
6
Roestiyah, Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem, (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm. 37.
24

kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu guru


(pendidik), peserta didik, tujuan pembelajaran, metode mengajar, media
dan evaluasi pembelajaran.
a. Guru ( Pendidik )
Sebagai dijelaskan oleh H.A.R Tilaar yang dikutip oleh Suyanto (
2001 : 31 ), memberikan empat ciri utama agar seorang guru
terkelompok dalam guru yang professional, masing-masing itu adalah:
 Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang ( mature and
developing personality ),
 Mempunyai keterampilan membangkitkan minat peserta didik,
 Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat
dan
 Sikap profesionalnya berkembang secara bersinambungan.

Sedangkan menurut wardiman djojonegoro yang dikutip oleh


suyanto ( 2001 : 33 ). Guru yang bermutu memiliki paling tidak empat
kreteria utama, yaitu :

 Kemampuan profesional, meliputi kemampuan intelegensi, sikap


dan prestasi kerja;
 Upaya profesional adalah upaya seorang guru untuk
mentranspormasikan kemampuan professional yang dimilikinya
kedalam tindakan mendidik dan mengjar secara nyata,
 Waktu yang dicurahkan untuk kegiatan professional, menunjukan
intensitas waktu dari seorang guru yang dikonsentarsikan untuk
tugas-tugas profesinya; dan 4) kesesuaian antara keahlian dan
pekerjaan, disini guru dituntut untuk dapat membelajarkan siswa
secara tuntas, benar dan berhasil.

Dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan


nasional, seorang guru tidak hanya dituntut pengajar yang bertugas
menyampaikan materi pelajaran tertentu, tetapi juga harus berperan
25

sebagai pendidik. Dimyati dan mudjiono (2006 : 41 ) mengatakan


tugas seorang guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini
tentu saja tidak dapat dilakukan sembarangan, tetapi harus harus
mengunakan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar, prisnsip-prinsip
belajar sebagai berikut :

 Perhatian dan motivasi, perhatian dan motivasi mempunyai


peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar.
 Keaktifan, anak memupunyai dorongan untuk berbuat sesuatu
 Ketertiban langsung / pengalaman, belajar haruslah dilakukan
sendiri oleh siswa.
 Pengulangan, melatih daya-daya jiwa dan membentuk respon yang
benar dan bentuk kebiasaan-kebiasaan

 Tantangan, dalam belajar siswa tentu memiliki hambatan yaitu


mepelajari bahan belajar, maka timbulah motif yang mengatasi
hambatan itu dengan belajar.
b. Peserta Didik
Dimyati dan Mudjiono ( 2006 : 22 ) dalam bukunya belajar dan
pembelajaran, mendefenisikan peserta didik atau siswa adalah subyek
yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar disekolah. Sedangkan
menurut Aminuddin Rasyad ( 2000 :105 ), peserta didik (siswa) adalah
seseorang atau sekelompok orang yang bertindak sebagai pelaku,
pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkannya
untuk mencapai tujuan.
c. Tujuan Pembelajaran
Pada hakekatnya tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku
dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti
kegiatan belajar mengajar, seperti perubahan secara psikologis akan
tampil dalam tingkah laku ( over behavior ) yang dapat diamati melalui
alat indra oleh orang lain baik tutur kata, motorik, dan gaya hidup.
26

d. Metode Mengajar
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki
oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM)
bergantung pada cara mengajar gurunya. Jika cara mengajar gurunya
enak menurut siswa, maka siswa akan tekun, rajin, antusias menerima
pelajaran yang diberikan, sehingga diharapkan akan terjadi peribahan
tingkah laku pada siswa baik tutur katanya, sopan santunnya, motorik
dan gaya hidup.
e. Media
Pengajaran yang baik perlu ditunjang oleh pengunaan media
pengajaran. Berkenaan dengan media pengajaran ada yang
mengartikan secara sempit, terbatas pada alat bantu pengajaran atau
alat peraga. Tapi ada pula yang mengartikan secara luas termasuk juga
sumber-sumber belajar selain buku, jurnal, adalah perpustakaan,
laboratorium, kebun sekolah, dan sebagainya.
f. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional sampai bentuk akuntabilitas
penyelengaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (
UU Sisdiknas 2003, pasal 57 ). Sedangkan evaluasi hasil belajar
peserta didik untuk membantu aktivitas, kemajuan dan perbaikan hasil
belajar peserta didik secara berkesinambungan ( pasal 58 ).
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pembelajaran
Pelaksanaan proses belajar mengajar selayaknya berpegang pada
apa yang tergantung dalam perencanaan pembelajaran. Selanjutnya
diterbitkan oleh Depdiknas ( 2004 : 6 ) tentang factor-faktor yang
mempengaruhi PBM tersebut antara lain :
a. Faktor Guru
Pada faktor ini yang perlu mendapat perhatian adalah
keterampilan mengajar, metode yang tepat dalam mengelola
tahapan pembelajaran. Didalam intraksi belajar mengajar guru
27

harus memiliki keterampilan mengajar, mengelola tahapan


pembelajaran, memanfaatkan metode, mengunakan media dan
mengalokasikan waktu yang untuk mengkomunikasikan tindakan
mengajarnya demi tercapainya tujuan pembelajaran di
sekolah. Guru adalah pengajar yang mendidik . Ia tidak hanya
mengajar bidang studi yang sesuai dengan keahliannya, tetapi juga
menjadi pendidik pemuda generasi bangsanya. Guru yang
mengajar siswa adalah seorang pribadi yang tumbuh menjadi
penyandang profesi bidang studi tertentu. Sebagai seorang pribadi
ia juga mengembangkan diri menjadi pribadi utuh. Sebagai seorang
diri yang mengembangkan keutuhan pribadi, ia juga menghadapi
masalah pengembangan diri, pemenuhan kebutuhan hidup sebagai
manusia.
b. Faktor Siswa
Siswa adalah subyek yang belajar atau yang disebut
pembelajar. Pada faktor siswa yang harus diperhatikan adalah
karakteristik umum maupun khusus, karateristik umum dari siswa
adalah usia yang dikategorikan kedalam :
1) Usia anak-anak yaitu usia pra sekolah dasar ( 4- 11 tahun);
2) Usia sekolah lanjutan pertama ( 12-14 tahun ) atau usia
pubertas dari setiap siswa;
3) Usia sekolah lanjutan atas ( 15-17 tahun ) atau usia mencari
identitas diri.
Adapun karakteristik siswa secara khusus dapat dilihat
dapat dilihat dari berbagai sudut antara lain dari sudut lain, dari
sudut gaya belajar yang mencakup belajar dengan mengunakan
visual,, dengan cara mendengar (auditorial) dan dengan cara
bergerak atau kinestetik ( Suprayekti, 2004 : 11 ).
Faktor intern yang mempengaruhi PBM dalam diri siswa yaitu :
1) Sikap Terhadap Belajar
28

Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian


tentang sesuatu, yang membawa diri sesuai dengan penilaian.
Adanya penilaian terhadap sesuatu memberikan sikap
menerima, menolak atau mengabaikannya begitu saja. Selama
melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan
hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah
terhadap belajar akan membawa kepada sikap yang salah dalam
melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini akan
mempengaruhinya terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah
akan membawa siswa mersa tidak peduli dengan belajar lagi.
Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar yang kondusif.
Tentunya hal ini akan sangat menghambat proses belajar. Sikap
siswa terhadap belajar akan menentukan proses belajar itu
sendiri. Ketika siswa sudah tidak peduli terhadap belajar maka
upaya pembelajaran yang dilakaukan akan sia-sia. Maka siswa
sebaiknya mempertimbangkan masak-masak akibat sikap
terhadap belajar.
2) Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang
mendorong terjadinya proses belajar. Lemahnya motivasi atau
tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar.
Selanjutnya mutu belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu
motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.
Motivasi yang diberikan dapat meliputi penjelasan tentang
keutamaan ilmu dan keutamaan mencari ilmu. Bila siswa
mengetahui betapa besarnya keutamaan sebuah ilmu dan
betapa besarnya ganjaran bagi orang yang menuntut ilmu,
maka siswa akan merasa haus untuk menuntut ilmu. Selain itu
bagaimana seorang guru mampu membuat siswanya merasa
membutuhkan ilmu. Bila seseorang merasa membutuhkan ilmu
maka tanpa disuruh pun siswa akan mencari ilmu itu sendiri.
29

Sehingga semangat siswa untuk menunutut ilmu sangat tinggi,


dan hal ini akan memudahkan proses belajar.
3) Kebiasaan Belajar
Kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi
kemampunanya dalam berlatih dan menguasai materi yang
telah disampaikan oleh guru. Kebiasaan buruk tersebut dapat
berupa belajar pada akhir semester, belajar tidak teratur,
menyia-nyiakan kesempatan belajar, bersekolah hanya untuk
bergengsi, datang terlambat bergaya pemimpin, bergaya jantan
seperti merokok. Kebiasaan-kebiasaan buruk tersebut dapat
ditemukan di sekolah-sekolah pelosok, kota besar, kota kecil.
Untuk sebagian kebiasaan tersebut dikarenakan oleh ketidak
mengertian siswa dengan arti belajar bagi diri sendiri.
c. Faktor Prasarana Dan Sarana Pembelajaran
Prasarana pembelajaran meliputi sarana olahraga, gedung
sekolah ruang belajar, tempat ibadah, ruang kesenian, dan
peralatan olahraga. Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran,
buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai
media pengajaran yang lain. Lengkapnya sarana dan prasarana
pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik. Hal ini
tidak berarti bahwa lengkapnya sarana dan prasarana menentukan
jaminan melakukan proses pembelajaran yang baik. Justru disinilah
muncul bagaimana mengolah sarana dan prasarana pembelajaran
sehingga tersenggara proses belajar yang berhasil dengan baik.
d. Faktor Kurikulum
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dan siswa dalam
mengkoordinasikan tujuan dan isi pelajaran. Kurikulum yang
diberlakukan di sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan
oleh pemerintah, atau yayasan pendidikan. Kurikulum disusun
berdasarkan tuntutan kemajuan masyrakat. Dengan kemajuan dan
perkembangan masyrakat timbul tuntutan kebutuhan baru dan
30

akibatnya kurikulum sekolah perlu direkonstruksi. Adanya


rekonstruksi itu menimbulkan kurikulum baru. Perubahan
kurikulum sekolah menimbulkan masalah seperti tujuan yang akan
dicapai mungkin akan berubah, isi pendidikan berubah, kegiatan
belajar mengajar berubah serta evaluasi berubah.
e. Faktor Lingkungan Sosial Siswa Di Sekolah
Lingkungan didalam intraksi belajar mengajar merupakan
konteks terjadinya pengalaman belajar. Tiap siswa dalam
lingkunga sosial memiliki kedudukan, peranan dan tanggung jawab
sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi pergaulan seperti
hubungan sosial tertentu. Dalam kehidupan tersebut terjadi
hubungan akrab kerjasama, kerja berkoprasi, berkompetisi,
bersaing, konflik atau perkelahian.

3. Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP)
Dalam suatu pembelajaram, tugas guru yang paling utama adalah
mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik
Mulyasa (2007) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran
berbasis KTSP mencakup tiga hal, yaitu pre test (tes awal), pembentukan
kompetensi, dan post tes. Ketiga hal tersebut dijelaskan berikut ini:
a. Pre Tes (Tes Awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai
dengan pre tes. Pre tes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajaki
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pre tes
memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.
Fungsi pre tes ini atara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena
dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal
yang harus mereka kerjakan.
31

2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan


dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat
dilakukan dengan membandingkan hasil pre tes dengan post tes.
3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta
didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam
proses pembelajaran.
4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran
dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dikuasai peserta didik,
serta kompetensi dasar mana yang perlu mendapat penekanan dan
perhatian khusus.
b. Pembentukan Kompetensi
Pembentukan kompetensi merupakan kegiatan inti dari
pelaksanaan proses pembelajaran, yakni bagaimana kompetensi
dibentuk pada peserta didik dan bagaimana tujuan-tujuan belajar
direalisasikan.
Proses pembelajaran dan pembentukan kompetensi perlu
dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja
menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan
yang kondusif. Proses pembentukan kompetensi dikatakan efektif
apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik
maupun sosialnya. Kualitas pembentukan kompetensi dapat dilihat dari
segi proses dan dari segi hasil. Pada pembelajaran tuntas, kriteria
pencapaian kompetensi yang ditetapkan adalah minimal 75 % oleh
karena itu setiap kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan penilaian
pencapaian kompetensi peserta didik dan diikuti rencana tindak
lanjutnya.
c. Post Test (Test akhir)
Pada umumnya pelaksanan pembelajaran diakhiri dengan post
test. Sama halnya dengan pre test,post test juga memiliki banyak
kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi.
32

Fungsi post test antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:


1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap
kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun
kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan membandingkan antara
hasil pre test dan post test.
2) Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang dapat
dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dan tujuan-tujuan
yang belum dikuasainya.
3) Untuk mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan
remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta
untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar yang dihadapi.
4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap
kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi yang telah
dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun
evaluasi.

Dalam pengembangan KTSP juga perlu didukung oleh iklim


pembelajaran yang kondusif bagi terciptanya suasana yang aman,
nyaman dan tertib, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung
dengan tenang dan menyenangkan. Iklim yang demikian akan
mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif, dan bermakna.

F. Sarana Dan Prasarana


Sarana dan Prasarana sekolah merupakan salah satu faktor penunjang
dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Tentunya
hal tersebut dapat dicapai apabila ketersedian sarana dan prasarana yang
memadai disertai dengan pengelolaan secara optimal.
Seiring dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan atau yang lebih dikenal dengan istilah KTSP dimana penerapan
desentralisasi pengambilan keputusan, memberikan hak otonomi penuh
terhadap setiap tingkat satuan pendidikan, untuk mengoptimalkan penyedian,
33

pendayagunaan, perawatan dan pengendalian sarana dan prasarana


pendidikan. Sekolah dituntut untuk memiliki kemandirian untuk mengatur dan
mengurus kebutuhan sekolah menurut kebutuhan berdasarkan aspirasi dan
partisipasi warga sekolah dengan tetap mengacu pada peraturan dan
perundang undangan pendidikan nasional yang berlaku.
Pada Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 42 ayat (1) menyebutkan bahwa, “Setiap satuan
pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis
pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.”
Dan pada pasal 42 ayat (2), “Setiap satuan pendidikan wajib memiliki
prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan
pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi
daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat
berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan.”
Fasilitas pendidikan pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat
kelompok yaitu tanah, bangunan, perlengkapan, dan perabot sekolah (site,
building, equipment, and furniture). Agar semua fasilitas tersebut memberikan
kontribusi yang berarti pada jalannya proses pendidikan, hendaknya dikelola
dengan baik. Manajemen yang dimaksud meliputi: (1) Perencanaan, (2)
Pengadaan, (3) Inventarisasi, (4) Penyimpanan, (5) Penataan, (6) Penggunaan,
(7) Pemeliharaan, dan (8) Penghapusan.

Berikut ini, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia yang berkaitan dengan Standar Sarana dan Prasarana.
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 24 Tahun
2007tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah
34

Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah


(SMP/MTs), dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 40 Tahun
2008tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK).
 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33
Tahun 2008tentang Standar Sarana Prasarana untuk Sekolah Luar Biasa.

1. Tujuan Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Secara umum, tujuan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan
adalah memberikan pelayanan secara professional di bidang sarana dan
prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaranya proses pendidikan
secara efektif dan efisien. Secara rinci, tujuannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan
melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan
seksama. Dengan perkataan ini, melalui manajemen sarana dan
prasarana pendidikan diharapkan semua perlengkapan yang didapatkan
oleh sekolah adalah sarana dan prasarana yang berkualitas tinggi,
sesuai dengan kebutuhan sekolah, dan dengan dana yang efisien.
b. Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana secara tepat
dan efisien.
c. Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah,
sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap
diperlukan oleh semua personel sekolah.
2. Prinsip-prinsip Dasar Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Sarana dan Prasarana pendidikan, khususnya lahan, bangunan dan
perlengkapan sekolah seyogyanya menggambarkan program pendidikan
atau kurikulum sekolah itu. Karena bangunan dan perlengkapan sekolah
tersebut diadakan dengan berlandaskan pada kurikulum atau program
pendidikan yang berlaku, sehingga dengan adanya kesesuaian itu
35

memungkinkan fasilitas yang ada benar-benar menunjang jalannya proses


pendidikan.
Agar program pendidikan bisa tercapai dengan baik ada beberapa
prinsip yang harus diperhatikan dalam mengelola sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah:
a. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu bahwa sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai bilamana
akan di dayagunakan oleh personel sekolah dalam rangka pencapaian
tujuan proses belajar mengajar.
b. Prinsip efisiensi, yaitu bahwa pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan di sekolah hars dilakukan melalui perencanaan yang
seksama, sehingga dapat diadakan sarana dan prasarana pendidikan
yang baik dengan harga yang murah. Dan pemakaiannya pun harus
dengan hati-hati sehingga mengurangi pemborosan.
c. Prinsip Administratif, yaitu bahwa manajemen sarana dan prasarana
ndidikan di sekola harus selalu memperhatikan undang-undang,
peraturan, instruksi dan petunjuk teknis yang diberlakukan oleh yang
berwenang.
d. Prinsip kejelasan tanggung jawab, yaitu bahwa manajemen sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah harus di delegasikan kepada personel
sekolah yang mampu bertanggungjawab. Apabila melibatkan banyak
personel sekolah dalam manajemennya maka perlu adanya deskripsi
tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap personel sekolah.
3. Prosedur Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Prosedur pengadaan barang dan jasa harus mengacu kepada Kepres
No. 80 tahun 2003 yang telah disempurnakan dengan Permen No. 24
tahun 2007. Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
umumnya melalui prosedur sebagai berikut:
a. Menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana.
b. Mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
36

c. Membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujuakan


kepada pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah
swasta.
d. Bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk
mendapat persetujuan dari pihak yang dituju.
e. Setelah dikunjungi dan disetujui maka sarana dan prasarana akan
dikirim ke sekolah yang mengajukan permohonan pengadaan sarana
dan prasarana tersebut.
G. Pendanaan Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan Pendidikan
Pendanaan Pendidikan adalah nilai besar suatu dana yang
diprakirakan perlu disediakan untuk mendanai berbagai kegiatan
pendidikan. Pendanaan pendidikan juga sebagai penyedia sumber daya
keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan.
2. Jenis-Jenis Biaya Pendidikan
Biaya pendidikan dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu:
1. Biaya investasi adalah biaya penyelenggaraan pendidikan yang
sifatnya lebih permanen dan dapat dimanfaatkan jangka waktu relatif
lama, lebih dari satu tahun. Biaya investasi terdiri dari biaya investasi
lahan dan biaya investasi selain lahan. Biaya investasi menghasilkan
aset dalam bentuk fisik dan non fisik, berupa kapasitas atau
kompetensi sumber daya manusia. Dengan demikian, kegiatan
pengembangan profesi guru termasuk ke dalam investasi yang perlu
mendapat dukungan dana yang memadai..
2. Biaya operasi adalah biaya yang diperlukan sekolah untuk menunjang
proses pendidikan. Biaya operasi terdiri dari biaya personalia dan
biaya nonpersonalia. Biaya personalia mencakup: gaji dan tunjangan
yang melekat pada gaji, tunjangan struktural, tunjangan fungsional,
tunjangan profesi, dan tunjangan-tunjangan lain yang melekat dalam
jabatannya. Biaya non personalia, antara lain biaya untuk: Alat Tulis
37

Sekolah (ATS), Bahan dan Alat Habis Pakai, — yang habis dipakai
dalam waktu satu tahun atau kurang, pemeliharaan dan perbaikan
ringan, daya dan jasam transportasi/perjalanan dinas, konsumsi,
asuransi, pembinaan siswa/ekstra kurikuler.
3. Prinsip-prinsip dalam Pengelolaan Dana Pendidikan
Pengelolaan dana pendidikan berdasarkan pada prinsip efisiensi,
transparansi, dan akuntabilitas publik. Berikut ini dijelaskan secara singkat
keempat prinsip tersebut:
1. Transparansi
Transparan berarti adanya keterbukaan sumber dana dan
jumlahnya, rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya harus
jelas sehingga bisa memudahkan pihak-pihak yang berkepentingan
untuk mengetahuinya.. Beberapa informasi keuangan yang bebas
diketahui oleh semua warga sekolah dan orang tua siswa misalnya
rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) bisa
ditempel di papan pengumuman di ruang guru atau di depan ruang tata
usaha sehingga bagi siapa saja yang membutuhkan informasi itu dapat
dengan mudah mendapatkannya. Orang tua siswa bisa mengetahui
berapa jumlah dana yang diterima sekolah dari orang tua siswa dan
digunakan untuk apa saja dana tersebut.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain
karena kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Penggunaan dana
pendidikan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan. Ada tiga pilar utama yang menjadi prasyarat
terbangunnya akuntabilitas, yaitu (1) adanya transparansi para
penyelenggara pendidikan dengan menerima masukan dan
mengikutsertakan berbagai komponen dalam mengelola pendidikan,
(2) adanya standar kinerja di setiap institusi yang dapat diukur dalam
melaksanakan tugas, fungsi dan wewenangnya, (3) adanya partisipasi
38

untuk saling menciptakan suasana kondusif dalam menciptakan


pelayanan masyarakat dengan prosedur yang mudah, biaya yang
murah dan pelayanan yang cepat.
3. Efektivitas
Efektivitas menekankan pada kualitatif hasil suatu kegiatan.
Pengelolaam dana pendidikan dikatakan memenuhi prinsip efektivitas
kalau kegiatan yang dilakukan dapat mengatur dana yang tersefia
untuk membiayai aktivitas dalam rangka mencapai tujuan lembaga
yang bersangkutan dan kualitatif outcomes-nya sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan.
4. Efisiensi
Efisiensi lebih menekankan pada kuantitas hasil suatu kegiatan.
Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan
keluaran (output) atau antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud
meliputi tenaga, pikiran, waktu, biaya. Perbandingan tersebut dapat
dilihat dari dua hal:
a. Dilihat dari segi penggunaan waktu, tenaga dan biaya, pengelolaan
dana pendidikan dapat dikatakan efisien kalau penggunaan waktu,
tenaga dan biaya yang sekecil-kecilnya dapat mencapai hasil yang
ditetapkan.
b. Dilihat dari segi hasil, Kegiatan pengelolaan dana pendidikan dapat
dikatakan efisien kalau dengan penggunaan waktu, tenaga dan
biaya tertentu memberikan hasil sebanyak-banyaknya baik
kuantitas maupun kualitasnya.
4. Penanggungjawab Pendanaan Pendidikan
Dalam konteks pendidikan nasional, pendanaan pendidikan
menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah (pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah) dan masyarakat (penyelenggara satuan
pendidikan, peserta didik, orang tua/wali, dan pihak lain yang peduli
terhadap pendidikan).
39

1. Pemerintah bertanggungjawab atas pendanaan pendidikan dengan


mengalokasikan anggaran pendidikan pada APBN maupun APBD.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 49 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji
pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Tetapi sayang, amanat ini dimentahkan oleh putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008, anggaran
pendidikan minimal 20% dari APBN maupun APBD, di dalamnya
termasuk gaji pendidik.
2. Orang tua/wali peserta didik (khususnya bagi peseta didik tingkat
SLTA ke bawah). bertanggung jawab atas biaya pribadi peserta didik
yaitu biaya yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan pokok maupun
relatif dari peserta didik itu sendiri, seperti: transport ke sekolah, uang
jajan, seragam sekolah, buku-buku penunjang, kursus tambahan, dan
sejenisnya. Selain itu, orang tua/wali peserta didik juga memikul
sebagian biaya satuan pendidikan untuk
menutupi kekurangan pendanaan yang disediakan oleh
penyelenggara dan/atau satuan pendidikan.
Pihak lain yang memiliki perhatian terhadap pendidikan
dapat memberikan sumbangan pendidikan secara sukarela dan sama
sekali tidak mengikat kepada satuan pendidikan, yang harus dikelola
secara tranparan dan akuntabel.
5. Prinsip Sumber Pendanaan Pendidikan
1. Prinsip Keadilan
Besarnya pendanaan pendidikan oleh Pemerintah (APBN), Pemerintah
Daerah (APBD), dan mayarakat disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing.
2. Prinsip Kecukupan
40

Pendanaan pendidikan cukup untuk membiayai penyelenggaraan


pendidikan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
3. Prinsip Keberlanjutan
Pendanaan pendidikan dapat digunakan secara berkesinambungan
untuk memberikan layanan pendidikan yang memenuhi Standar
Nasional Pendidikan.
H. Penilaian
Sistem penilaian pada sekolah mengacu pada SKKD dan
pelaksanaannya dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan. Ada
beberapa hal yang berkaitan dengan sistem penilaian dalam satuan pendidikan
yaitu:
1. Teknik Penilaian
Teknik penilaian yang dapat dipergunakan dalam penilaian pada
satuan pendidikan antara lain:
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah teknik penilaian yang menuntut jawaban secara
tertulis, baik berupa tes objektif dan uraian pada peserta didik di
lembaga penyelenggara pendidikan keterampilan. Ujian tertulis, untuk
memperoleh informasi tentang pengetahuan peserta didik berkenaan
dengan tugas/pekerjaan dengan cara merespon secara tertulis tentang
aspek-aspek yang di ujikan. Guru harus mempersiapkan sejumlah
pertanyaan/tugas yang harus dijawab oleh peserta didik sesuai dengan
materi yang sudah dipelajarinya. Berikut ini contoh tertulis untuk
mengukur pengetahuan bentuk objektif dan uraian.
1) Contoh Tes Objektif
Cara mengetik dengan menggunakan 10 jari huruf S ditekan oleh......
a. Jari manis kiri c. Jari penunjuk kanan
b. Jari manis kanan d. Jari penunjuk kiri
2) Contoh Tes Uraian
Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
memotong rambut yang keriting!
41

b. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan dengan cara mencatat
hasill pengamatan terhadap objek tertentu. Pelaksanaan observasi
dilakukan dengan cara menggunakan instrumen yang sudah dirancang
sebelumnya sesuai dengan jenis perilaku yang akan di amati dan situasi
yang akan di observasi, misalnya dalam kelas, bengkel, atau
laboratorium. Metode pencatatan, berapa lama dan berapa kali
observasi dilakukan disesuaikan dengan tujuan observasi. Metode ini
digunakan juga untuk memeriksa proses melalui analisis tugas tentang
suatu kegiatan/pekeraan tertentu maupun produk beroperasinya
dihasilkannya. Penilaian atau guru dapat secara langsung mengamati
dan mencatat perilaku yang muncul, dan dapat juga menggunakan
lembar observasi/daftar ceklis mengenai aspek-aspek tugas/pekerjaan
tertentu yang akan diamati.
c. Tes Kinerja
Tes kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau
pekerjaan tertentu, misalnya kemahiran mengidentifikasi kerusakan
pada alat-alat yang diperlukan untuk melakukan kinerja tertentu,
bersimulasi, ataupun melakukan pekerjaan yang sesungguhnya. Tes
kinerja dapat dilakukan untuk menilai proses, produk, serta proses dan
produk. Tes kinerja, untuk memperoleh data tentang kinerja atas bidang
keterampilan tertentu yang dipertunjukkan oleh seseorang peserta didik.
Penilaian mengajukan sejumlah tugas atau pekerjaan untuk dilakukani
oleh peserta didik dengan cara memperagakan secara psikomotor. Misal
seorang peserta didik disuruh memperagakan cara merawat kulit wajah
yang berjerawat atau berkomedo secara manual.
d. Penugasan
Penugasan adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik
menyelesaikan tugas di luar kegiatan pembelajaran di kelas,
laboratorium, atau bengkel. Penugasan dapat diberikan dalam bentuk
42

individual atau kelompok dan dapat berupa tugas rumah atau projek.
Tugas rumah adalah tugas yang harus diselesaikan peserta didik di luar
kegiatan kelas. Tugas projek adalah tugas yang melibatkan kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu. Proyek untuk memperoleh data tentang kinerja
atas suatu tugas/pekerjaan tertentu yang dikerjakan dalam jangka waktu
tertentu, baik melalui pengawasan maupun tanpa pengawasan. Misalnya
penilaian mempersiapkan dan merancang suatu tugas/pekerjaan tertentu
untuk dikerjakan peserta didik kemudian hasil dari pekerjaannya dinilai.
e. Tes Lisan
Tes lisan dilaksanakan melalui komunikasi langsung tatap muka antara
peserta didik dengan seorang penguji atau beberapa penguji. Pertanyaan
dan jawaban diberikan secara lisan dan spontan. Ujian lisan, untuk
memperoleh data tentang performansi tertentu, dengan cara
berkomunikasi dua arah antara penilai atau guru dengan peserta didik
melalui tanya jawab atau wawancara langsung, berkenaan dengan
pemahaman, perilaku, kinerja, dan tugas tertentu yang berkaitan dengan
materi pelajaran yang telah dipelajari.
f. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara
menilai hasil karya peserta didik. Portofolio adalah kumpulan karya
peserta didik dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk
mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan kreativitas peserta
didik. Portofolio, untuk memperoleh data dengan cara mengumpulan
bukti-bukti fisik yang bersifat pribadi, atau hasil karya dan pencapaian
dijadikan sebagai dasar untuk menilai kinerja seseorang sebelum dan
setelah mengikuti pendidikan.
g. Penilaian Diri
Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta
didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya.
Penilaian diri untuk memperoleh data tentang kelebihan dan
43

kekurangan yang dimilki peserta didik dan bersumber dari peserta didik
sendiri. Dalam penilaian diri, peserta didik menyampaikan sendiri
secara jujur apa yang telah dikuasai dan yang belum dikuasai setelah
atau sebelum mengikuti pembelajaran. Bentuk penilaian diri adalah
laporan tentang keadaan diri peserta didik yann disusun sendiri oleh
peserta didik. Misal laporan tentang keterampilan yang telah dikuasai
dan yang belum dalam menggunting rambut keriting pada minggu ke
dua.
h. Penilaian antar Teman
Penilaian antar teman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan
temannya. Teknik penilaian antar teman dilakukan dengan melalukan
observasi terhadap temannya sendiri. Instrumen observasi, skala
penilaian, dan daftar ceklis yang digunakan berisikan aspek-aspek
kemampuan/kelebihan dan kesulitan kekurangan temannya dalam
mengerjakan suatu pekerjaan. Misal peserta didik diberikan tugas untuk
menilai kinerja temannya dalam merawat kulit wajah dengan
menggunakan skala penilaian.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Tingkat Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang


menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada
setiap jenjang dan jenis pendidikan dimana tingkat satuan pendidikan memilki
tujuan pendidikan nasional yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik,
kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Pendidikan
tersebut diberikan pemerintah dengan harapan bahwa masyarakat Indonesia di
masa yang akan datang menjadi warga masyarakat yang cerdas dalam segala
aspek.

B. Saran
Tingkat satuan pendidikan di Indonesia masih banyak yang harus di
perbaiki dari segi kualitas, mutu, sumber daya guru, fasilitas dan lain-lain. Oleh
karena tu, pemerintah harus dapat memfasilitasi dan menyelenggarakan
pendidikan dengan baik. Peran pemerintah juga harus selalu didukung oleh
masyarakat agar tujuan pendidikan terlaksana dengan sempurna.

44
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H. S. (2013, Januari 19). Peneliti Hukum. Retrieved 4 24, 2019, from
Satuan Pendidikan: https://penelitihukum.org/tag/pengertian-satuan-
pendidikan/

Anonim. (2017, Juli 24). caracariuangblog. Retrieved April 24, 2019, from
Program Sekolah:
https://caracariuangblog.wordpress.com/2017/07/24/contoh-program-
sekolah-2/

Baedhowi. (2007, Maret). Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Retrieved April


24, 2019, from Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:
http://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/323/217

Fakhrudin, A. U. (2010). Menjadi Guru Favorit. Yogyakarta: Diva Press.

Roestiyah. (1994). Masalah Pengajaran sebagai Suatu Sistem. Jakarta: Rineka


Cipta.

45

Anda mungkin juga menyukai