Anda di halaman 1dari 29

STANDAR PENDIDIKAN

NASIONAL
D
I
S
U
S
U
N

OLEH
Kelompok 3 :

1. Jon Wancer Laoli


2. Jujur Sabdani Harefa
3. Juli Antonius Waruwu
4. Laksmi Nirmala Zega
5. Lestari Telaumbanua
6. Lidia Ida Zalukhu

Mata Kuliah : Telaah Kurikulum SM


Dosen Pengampu :
Drs. Amin Otoni Harefa, M.Pd

UNIVERSITAS NIAS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “STANDAR
PENDIDIKAN NASIONAL’’. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Telaah Kurikulum SM. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam
proses pengerjaannya, namun akhirnya kami berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini, kami merasa masih banyak
kekurangankekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang kami miliki .Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penyusun dan bagi pembaca.

Gunungsitoli, 11 Oktober 2022


Penyusun,

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3

BAB I ................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C.Tujuan .............................................................................................................. 3 BAB

II ............................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ............................................................................................................... 4

A. Definisi Standar Nasional Pendidikan ....................................................... 4

B. Standar Nasional Pendidikan ..................................................................... 4

C. Strategi Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan ................................ 23

BAB III............................................................................................................................ 24

PENUTUP ...................................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 25


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Persoalan pendidikan di zaman teknologi dan informasi sekarang ini


dipandang sebagai problem yang sangat luar biasa sulit di berbagai negara.
Walaupun demikian negara-negera yang peduli terhadap masalah ini mengakui
bahwa pendidikan sebagai tugas negarayang maha penting. Pendidikan merupakan
kunci dalam membangun dan memperbaiki sikapindividu dalam menghadapi
keadaan dunia yang terancam oleh berbagai potensi bencana boleh jadi diawali oleh
pemenasan global, dan tanpa kunci itu usaha tersebut akan gagal.Dalam konteks
tersebut, maka setiap negara di dunia terus melakukan peningkatan pendidikan
masing-masing. Indonesia, dalam hal ini melakukan perubahan sistem
pendidikanguna mencapai kualitas atau mutu pendidikan yang terus menerus
menuju ke arah lebih baik.Hal ini perlu diupayakan secara serius dan fokus, oleh
karena peradaban masyarakat bangsaIndonesia ditentukan oleh bagaimana
pendidikan dijalani oleh masyarakat.Sistem pendidikan, menurut Sukarno (2005)
merupakan bangunan sekaligus ihktiar yang sangat strategis untuk
itu, oleh karena system pendidikan mengandaikan adanya
pembagian kewenangan antara negara dan masyarakat dan tatakelolanya yang
meliputi pemeliharaan, kontrol, kreasi, adopsi dan distribusi nilai, pengetahuan,
ketrampilan maupuntata-hubungan kuasa. Oleh karena itu kebijakan pendidikan
yang tepat pada umumnyaharus secara struktural dapat memadukan daya
masyarakat, negara dan dunia usaha secara tepat dan secara individual memicu
mobilitas kultural, vertikal dan horisontal individu yang ketiganya pada gilirannya
mengembangkan produktifitas budaya, sosial dan ekonomi sekaligus menuntut
pengembangan habitat yang demokratis. Namun demikian, bila kebijakan yang
diambil salah, upaya pendidikan dapat jatuh menjadi sekedar upaya mereproduksi
tatanan dan struktur sosial ekonomi dan politik lama dan memberikan bahan
ajarmateri didik, sistem pengelolaan dan akses pendidikan maupun peluang kerja
yang tidak memadai dan tidak berkeadilan. Ketertinggalan structural (tata hubungan
kuasa) dan budaya (nilai, ilmu, teknologi dan tata-nilai hubungan kuasa), akan lebih
mempersulit bagi upaya transisi menuju demokrasi dan upaya memenangkan
kompetisi dari globalisasi.

Cara dan sistem pendidikan yang sudah berakar dalam dan bertahan lama
sebenarnya membutuhkan reformasi pendidikan secara menyeluruh. Dalam hal
pemerintah mencoba memotong kompas dengan gagasan untuk menyamaratakan
mutu pendidikan di Indonesia. Namun, upaya ini sering menjadi sasaran kritik dan
kecaman karena belum meratanya taraf kehidupan di masing-masing wilayah di
Indonesia. Sehingga pemerataan standar pendidikan yang mengacu pada standar
nasional harus dilaksana secara bertahap, sesuai dengan taraf kehidupan masyarakat
di masing-masing wilayah.

Standar Nasional Pendidikan (SNP) merupakan kriteria minimal tentang


sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia,
untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Standar Nasional Pendidikan yang telah ditetapkan pemerintah mencakup


standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dari delapan standar tersebut, yang
telah dijabarkan dan telah disahkan penggunaannya oleh Mendiknas adalah standar
isi dan standar kompetensi lulusan.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana definisi standar isi?

2. Bagaimana definisi Standar Kompetensi Lulusan?

3. Bagaimana definisi Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan?

4. Bagaimana definisi Standar Pengelolaan?


5. Bagaimana definisi Standar Penilaian?

6. Bagaimana definisi Standar Sarana Prasarana?

7. Bagaimana definisi Standar Proses?

8. Bagaimana definisi Standar Biaya?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi standar isi

2. Untuk mengetahui definisi Standar Kompetensi Lulusan

3. Untuk mengetahui definisi Standar Pendidik


dan Tenaga
Kependidikan

4. Untuk mengetahui definisi Standar Pengelolaan

5. Untuk mengetahui definisi Standar Penilaian

6. Untuk mengetahui definisi Standar Sarana Prasaran

7. Untuk mengetahui definisi Standar Proses

8. Untuk mengetahui definisi Standar Biaya


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Standar Pendidikan Nasional

Imzakiah (2014) Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005,


Standar Nasional Pendidkan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari definisi diatas
dapat difahami bahwa sistem pendidikan indonesia diarahkan pada tercapainya cita-
cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia
yang bermartabat. Sebagaimana terungkap dalam UU No.20/2003 tentang
Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan
membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan
tanah air”.

Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional


dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.

B. Lingkup Standar Pendidikan Nasional

Menurut ketentuan Peraturan Pemerintah Repulik Indonesia Nomor 32 tahu


2013 pasal 2 ayat (1), Standar Pendidikan Nasional terdiri atas 8 lingkup, yaitu
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

1. Standar isi
Menurut Fitri Yafrianti (2015) Standar isi mencakup lingkup materi
minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan
minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.Standar isi tersebut memuat
kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan kalender pendidikan.Dimana tujuan standar isi ialah meningkatkan
mutu pendidikan yang diarahkan untuk pengembangan potensi peserta didik sesuai
dengan perkembangan ilmu, teknologi, seni, serta pergeseran paradigma pendidikan
yang berorientasi pada kebutuhan peserta didik.

Menurut Milakarmila (2013) Standar isi adalah ruang lingkup materi dan
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran
yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu,
(Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005).Standar isi adalah suatu bagan
rencana lingkup materi minimal, dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai
kompetensi lulusan minimal, pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar Isi
ditetapkan dengan peraturan menteri pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006.

Implementasi Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional dijabarkan kedalam sejumlah peraturan antara lain peraturan
pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan
pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
dengan delapan standar nasional pendidikan , yaitu: standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan. Dalam standar isi mencakup:

a. Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman dalam


penyusunan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan.
b. Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan
menengah.
c. Kurikulum tingkat satuan pendidikan yang akan dikembangkan oleh satuan
pendidikan berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian
tidak terpisahkan standar isi.
d. Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada satuan
pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Standar Isi dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)


yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005. (sumber:
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

NOMOR 22 TAHUN 2006 TANGGAL 23 MEI 2006 STANDAR ISI)

2. Standar kompetensi lulusan

Menurut Ainul Haris (2012) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan


pendidikan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencangkup pengetahuan,
ketrampilan dansikap, yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan
kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi untuk
seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.SKL pada jenjang pendidikan
dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.SKL pada jenjang pendidikan menengah umum bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.SKL pada
satuan pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah


digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi lulusan minimal
satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal
kelompok mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 23 Tahun 2006
menetapkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah.Pelaksanaan SI-SKL Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No 24 Tahun 2006 menetapkan tentang pelaksanaan standar isi
dan standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah

Menurut LPMP (dalam hamza b. unogooglescholar) Dalam Peraturan


Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan:

1. Pasal 2 ayat (1): Lingkup standar nasional pendidikan meliputi standar: (1)
isi, (2) proses, (3) kompetensi lulusan, (4) pendidik dan tenaga
kependidikan, (5) sarana dan prasarana, (6) pengelolaan, (7) pembiayaan,
dan (8) penilaian pendidikan.
2. Pasal 1 butir 4: SKL adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Hal ini lebih ditegaskan pada pasal
25 ayat (4) kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
3. Pasal 25 ayat (2): SKL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran dan
mata kuliah atau kelompok mata kuliah.
4. Pasal 26 ayat (1): SKL pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk
meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Ayat (2): SKL pada jenjang pendidikan menengah umum bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Ayat (3): SKL pada jenjang pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut
sesuai dengan kejuruannya.
5. Pasal 6 (1): Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah kelompok mata
pelajaran terdiri atas:
a) agama dan akhlak mulia;
b) kewarganegaraan dan kepribadian;
c) ilmu pengetahuan dan teknologi;
d) estetika; dan
e) jasmani, olahraga, dan kesehatan.
6. Pasal 7 (1): Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada
SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/
PAket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu
pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. (2)
Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada SD/MI/
SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ PAket C,
SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan
dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa, seni dan
budaya, dan pendidikan jasmani. (3) Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada SD/MI/SDLB/Paket A, atau bentuk lain
yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
ketrampilan/kejuruan, dan muatan lokal yang relevan. (4) Kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada SMP/MTs/SMPLB/Paket
B, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
sosial, ketrampilan/kejuruan, dan/atau teknologi informasi dan komunikasi,
serta muatan lokal yang relevan. (5) Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada SMA/MA/SMALB/ Paket C, atau bentuk
lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa,
matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial,
ketrampilan/kejuruan, teknologi informasi dan komunikasi, serta muatan
lokal yang relevan. (6) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan
melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan
alam, ilmu pengetahuan sosial, keterampilan, kejuruan, teknologi informasi
dan komunikasi, serta muatan lokal yang relevan. (7) Kelompok
mata pelajaran estetika pada SD/MI/SDLB/Paket A,
SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/ Paket C, SMK/MAK,
atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau
kegiatan bahasa, seni dan budaya, ketrampilan, dan muatan lokal yang
relevan. (8) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan
pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/ SMPLB/Paket B, SMA/MA/
SMALB/Paket C, SMK/ MAK, atau bentuk lain yang sederajat
dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan pendidikan jasmani,
olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengatahuan alam, dan muatan lokal
yang relevan.

3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Menurut Rina ratnasari (2012) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


di bawah ini berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

1. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen


pembeajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional (pasal 28 ayat 1)

Yang dimaksud dengan pendidik pada ketentuan ini adalah tenaga kependidikan
yang berkualifikasi dan berkompetensi sebagai guru, dosen, konselor, pamong,
pamong pelajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususannyaserta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan

Yang dimaksud dengan pendidik sebagai agen pembelajaran (learningagent) pada


ketentuan ini adalah peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,
pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik

2. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat


pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang
– undangan yang berlaku. (pasal 28 ayat 2)

3. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan


menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi (pasal 28 ayat 3):

a. Kompetensi pedagogik;

Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan


mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

b. Kompetensi kepribadian;

Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan


kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia.

c. Kompetensi profesional;

Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan


penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

d. Kompetensi sosial

Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik


sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendiidk, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar.
4. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui
dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendiidk setelah melewati uji kelayakan dan
kesetaraan (pasal 28 ayat 4).
5. Kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP
dan ditetapkan dengan Peraturan Menteri (pasal 28 ayat 5).

Pasal 29

1) Pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki:

a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau


sarjana (S-1);

b. Latar belakang pendidikan tinggi dibidang pendidikan anak usia dini,


kependidikan lain, atau psikologi; dan

c. Sertifikat profesi guru untuk PAUD.

2) Pendidik pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau


sarjana (S-1);

b. Latar belakang pendidikan tinggi dibidang pendidikan SD/MI, kependidikan


lain, atau psikologi; dan

c. Sertifikat profesi guru untuk SD/MI.

3) Pendidik pada SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau


sarjana (S-1);

b. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai


dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan

c. Sertifikat profesi guru untuk SMP/MTs.

4) Pendidik pada SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau


sarjana (S-1);
b. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai
dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan

c. Sertifikat profesi guru untuk SMA/MA.

5) Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB, atau bentuk lain yang sederajat


memiliki:

a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau


sarjana (S-1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan
khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan

b. Sertifikat profesi guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB.

6) Pendidik pada SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat memiliki:

a. Kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau


sarjana (S-1);

b. Latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai


dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan

c. Sertifikat profesi guru untuk SMK/MAK

Pasal 31

1) Pendidik pada pendidikan tinggi memiliki kualifikasi pendidikan minimum:

a. Lulusan diploma empat (D-IV) atau sarjana (S-1) untuk program diploma;

b. Lulusan program magister (S-2) untuk program sarjana (S-1); dan

c. Lulusan program doktor (S-3) untuk program magister (S-2) dan program
doktor (S-3)

2) Selain kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) butir a,


pendidik pada program vokasi harus memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan
tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi
3) Selain kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) butir b,
pendidik pada program profesi harus memiliki sertifikat kompetensi setelah sarjana
sesuai dengan tingkat dan bidang keahlian yang diajarkan dan dihasilkan oleh
perguruan tinggi.

4. Standar Pengelolaan

Menurut Rieny Susilowati (2012) Standar pengelolaan adalah standar


nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,
provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
pendidikan. Pengelolaan satuan pendidikan menjadi tanggung jawab kepala satuan
pendidikan.

Standar Pengelolaan terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh
satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan standar
pengelolaan oleh Pemerintah. Setiap satuan pendidikan harus memiliki pedoman
yang mengatur tentang:

1) Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabus.

2) Kalender pendidikan/akademik, yang menunjukkan seluruh kategori aktivitas


satuan pendidikan selama satu tahun dan dirinci secara semesteran, bulanan,
dan minggu

3) Struktur organisasi satuan pendidikan

4) Pembagian tugas di antara pendidik

5) Pembagian tugas di antara tenaga kependidikan

6) Peraturan akademik

7) Tata tertib satuan pendidikan, yang minimal meliputi tata tertib pendidik,
tenaga kependidikan dan peserta didik, serta penggunaan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana
8) Kode etik hubungan antara sesama warga di dalam lingkungan satuan

pendidikan dan hubungan antara warga satuan pendidikan dengan masyarakat

9) Biaya operasional satuan pendidikan.

Setiap satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan
penjabaran rinci dari rencana kerja jangka menengah satuan pendidikan yang
meliputi masa 4 (empat) tahun yaitu:

1) kalender pendidikan/akademik yang meliputi jadwal pembelajaran, ulangan,


ujian, kegiatan ekstrakurikuler, dan hari libur.

2) jadwal penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan untuk tahun ajaran


berikutnya.

3) mata pelajaran atau mata kuliah yang ditawarkan pada semester gasal,
semester genap, dan semester pendek bila ada.

4) penugasan pendidik pada mata pelajaran atau mata kuliah dan kegiatan
lainnya.

5) buku teks pelajaran yang dipakai pada masing-masing mata pelajaran.

6) jadwal penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pembelajaran.

7) pengadaan, penggunaan, dan persediaan minimal bahan habis pakai.\

8) program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi


sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta, dan penyelenggara program.

9) jadwal rapat Dewan Pendidik, rapat konsultasi satuan pendidikan dengan


orang tua/wali peserta didik, dan rapat satuan pendidikan dengan komite
sekolah/madrasah, untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

10) jadwal rapat Dewan Dosen dan rapat Senat Akademik untuk jenjang
pendidikan tinggi.

11) rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan pendidikan untuk masa kerja
satu tahun; l. jadwal penyusunan laporan akuntabilitas dan kinerja satuan
pendidikan untuk satu tahun terakhir.Dalam melaksanakan penjaminan mutu
standar pengelolaan, sekolah perlu memperhatikan dua hal. Pertama, kriteria
minimal yang harus dicapai berdasarkan Permendiknas No. 19 Tahun 2007,
indikator operasional, dan kriteria pencapaian tujuan. Kedua, sekolah perlu
memperhatikan indikator dan kriteria keunggulan tingkat satuan pendidikan
sehingga sekolah dapat memiliki target yang lebih tinggi daripada kriteria
pada standar nasional pendidikan (SNP). Sekolah idealnya memiliki program
peningkatan mutu dan instrumen pengukuran antara lain:

a. Standar

Pengelolaan satuan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar


pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah, otonomi,
akuntabel, jaminan mutu, dan evaluasi yang trasparan.

b. Kegiatan

Evaluasi, pengembangan, dan pejaminan mutu dalam penerapan prinsip-prinsip


manajemen berbasis sekolah dengan menitik beratkan pada kegiatan di bawah ini
Menerapkan standar berbasis data

1) Meningkatkan otonomi sekolah

2) Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu Melaksanakan sistem


penjaminan mutu

3) Melakukan evaluasi berkelanjutan

c. Indikator Kinerja

Indikator Target Kinerja Pengawas

1) Melaksanakan tugas sesuai jadwal pelaksanakan tugas dengan jadwal yang

disepakati bersama dengan sekolah 2) Memiliki bukti kehadiran.

3) Mendapatkan data profil penerapan standar pengelolaan sekolah binaan


melalui pengisian instrumen penjaminan mutu kinerja.
4) Mengelola sistem informasi kinerja pembinaan.\

5) Melaporkan hasil supervisi kepada Kepala Dinas Pendidikan

Indikator Target Kinerja Sekolah

Melalui kegiatan supervisi sekolah meningkatkan kinerja dalam meningkatkan


mutu dan melaksanakan penjaminan mutu standar pengelolaan dengan indikator
operasional sebagai berikut;

1) Menerapkan standar berbasis data

2) Melakukan evaluasi kinerja

3) Mengolah data hasil evaluasi kinerja

4) Mengelola data kinerja yang diintegrasikan pada sistem informasi sekolah

5) Menafsirkan hasil evaluasi

6) Menggunakan hasil evaluasi untuk mengambil keputusan perbaikan mutu.

7) Meningkatkan otonomi sekolah

8) Menetapkan keputusan bersama

9) Meningkatkan akurasi keputusan berbasis data

10) Menetapkan target mutu dengan dasar pertimbangan hasil evaluasi 11)

Menetapkan standar pengelolaan tingkat satuan pendidikan.

12) Mensosialisasikan data secara trasparan

13) Meningkatkan prinsip manajemen peningakatan mutu

14) Menetapkan indikator pencapaian target

15) Menetapkan kriteria minimal pencapai target.

16) Mengembangkan pentahapan kegiatan meliputi plan, do, chek, dan act.[8]
5. Standar Penilaian

Menurut Asmawi Zainul dan Noehi Nasution(dalam marito 2012)


mengartikan penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan
menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik yang
menggunakan tes maupun nontes.

Menurut DjemariMardapi (1999: 8) penilaian adalah kegiatan menafsirkan


atau mendeskripsikan hasil pengukuran. Menurut Cangelosi (1995: 21) penilaian
adalah keputusan tentang nilai.

Menurut Akhmat Sudrajat penilaian (assessment) adalah penerapan


berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi
tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab
pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.

Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut secara khusus, dalam konteks
pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil
belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan
balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui
penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses
pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang
pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta
keberadaan kurikukulum itu sendiri.

Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi


untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan pada PP.
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas :

a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;


b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;

c. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah.

Setiap satuan pendidikan selain melakukan perencanaan dan proses


pembelajaran, juga melakukan penilaian hasil pembelajaran sebagai upaya
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.Berdasarkan pada PP.
Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 64 ayat

(1) dijelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
belajar dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas.

(2) menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk

a) menilai pencapaian kompetensi peserta didik;

b) bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar; dan

c) memperbaiki proses pembelajaran. Dalam rangka penilaian hasil belajar


(rapor) pada semester satu penilaian dapat dilakukan melalui ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan dilengkapi dengan
tugastugas lain seperti pekerjaan rumah (PR), proyek, pengamatan dan
produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi
nilai rapor semester satu. Pada semester dua penilaian dilakukan melalui
ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan kenaikan kelas dan
dilengkapi dengan tugastugas lain seperti PR, proyek, pengamatan dan
produk. Hasil pengolahan dan analisis nilai tersebut digunakan untuk mengisi
nilai rapor pada semester dua.

6. Standar Sarana Prasaran

Menurut yamilah (2014) Sarana pendidikan adalah fasilitas-fasilitas yang


digunakan secara langsung dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran
tercapai. prasarana pendidikan merupakan segala sesuatu yang secara tidak
langsung menunjang proses pendidikan.Sarana dan prasarana pendidikan menjadi
penting karena mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui pengadaan sarana dan
prasarana.

Standar sarana dan prasarana merupakan kebutuhan utama sekolah yang


harus terpenuhi sesuai dengan amanat Undang – Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003, PP No 19 tahun 2005, dan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No. 24 tahun 2007. Selain itu, juga harus memenuhi dari
ketentuan pembakuan sarana dan prasarana pendidikan yang telah dijabarkan
dalam:(1) Keputusan Mendiknas Nomor 129a/U/2004 tentang Standar Pelayanan
Minimal Bidang Pendidikan;
(2) Pembakuan Bangunan dan Perabot Sekolah Menengah Pertama Tahun 2004 dari
Direktorat Pembinaan SMP; dan (3) Panduan Pelaksanaan dan Panduan Teknis
Program Subsidi Imbal Swadaya: Pembangunan Ruang Laboratorium Sekolah
Tahun 2007 dari Direktorat Pembinaan SMP. Standar sarana dan prasarana
pendidikan yang dimaksudkan di sini baik mengenai jumlah, jenis, volume, luasan,
dan Iain-lain sesuai dengan kategori atau tipe sekolahnya masingmasing.Landasan
hukum dikeluarkannya standar sarana dan prasarana yaitu berdasarkan:
1. Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Bab XII Pasal
45 tentang Sarana dan Prasarana Pendidikan berbunyi :

(a) Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan
kejiwaan peserta didik.

(b) Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan pada


semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut
dengan peraturan pemerintah

2. Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan
Peraturan pemerintah yang mengatur standar sarana dan prasarana tercantum dalam
peraturan pemerintah No.24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana yang
berbunyi:
Pasal 1

(1) Standar sarana dan prasarana untuk sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah


(SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), dan
sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA) mencakup kriteria minimum
sarana dan kriteria minimum prasarana.

(2) Standar Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tercantum pada Lampiran Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Penyelenggaraan pendidikan bagi satu kelompok pemukiman permanen dan


terpencil yang penduduknya kurang dari 1000 (seribu) jiwa dan yang tidak bisa
dihubungkan dengan kelompok yang lain dalam jarak tempuh 3 (tiga) kilo meter
melalui lintasan jalan kaki yang tidak membahayakan dapat menyimpangi standar
sarana dan prasarana sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 3

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Berdasarkan PP No.24 tahun 2007, beberapa kriteria minimum standar sarana dan
prasarana yaitu sebagai berikut:

• Lahan

· terhindar dari potensi bahaya

· Kemiringan lahan rata-rata kurang dari 15%\

· Lahan terhindar dari : pencemaran air dan udara, serta kebisingan

· mendapat izin pemanfaatan tanah dari Pemerintah Daerah setempat.

· memiliki status hak atas tanah

• Bangunan
· memenuhi ketentuan rasio minimum luas lantai terhadap peserta didik seperti
tercantum pada lampiran PP No 24 tahun 2007

· Bangunan gedung memenuhi ketentuan tata bangunan

· Bangunan gedung memenuhi persyaratan keselamatan,keamanan dan


kenyamanan

· Bangunan gedung menyediakan fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan
nyaman termasuk bagi penyandang cacat.

· Bangunan gedung dilengkapi sistem keamanan Bangunan gedung


dilengkapi instalasi listrik dengan daya minimum 1300 watt.

· Pembangunan gedung atau ruang baru harus dirancang, dilaksanakan, dan diawasi
secara professional

· Kualitas bangunan gedung minimum permanen kelas B, sesuai dengan PP No. 19


Tahun 2005 Pasal 45, dan mengacu pada Standar PU.

· dapat bertahan minimum 20 tahun

· Bangunan gedung dilengkapi izin mendirikan bangunan dan izin


penggunaan.

7. Standar Proses

Menurut nurul fauziah (2017) Proses merupakan kriteria mengenai


pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan
dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses mencakup
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.Menurut
Noviastrinichemsunj (2010) Standar proses pendidikan adalah suatu bentuk teknis
yang merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dasar hukum yang mengatur standar proses pendidikan terdapat dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar
proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan.

8. Standar Biaya

Menurut Imzakiah (2014) Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19


tahun 2005, Standar Nasional Pendidkan adalah kriteria minimal tentang sistem
pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari
definisi diatas dapat difahami bahwa sistem pendidikan indonesia diarahkan pada
tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka mewujudkan peradaban
bangsa Indonesia yang bermartabat. Sebagaimana terungkap dalam UU No.20/2003
tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan nasional bertujuan
membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara
yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan
tanah air”.

Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional


dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai
komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu
tahun.

Ada tiga macam biaya dalam standar ini :

a. Biaya investasi satuan pendidikan yaitu biaya penyediaan sarana dan


prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap.

b. Biaya personal sebagaimana adalah biaya pendidikan yang harus


dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan.
c. Biaya operasi satuan pendidikan, meliputi :

1) Gaji dan tunjangan pendidik dan tenaga kependidikan 2) Bahan atau peralatan

pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung seperti air,

pemeliharaan sarana dan prasarana, pajak, asuransi, lain sebagainya.

C. Strategi Pemenuhan Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Satuan pendidikan pada tahap awal harus mampu menyusun dan


melaksanakan program pemenuhan SNP yang realistis dan sesuai kondisi nyata
(berdasarkan hasil analisis konteks). dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya
yang tersedia baik di dalam maupun di luar sekolah, melalui berbagai strategi antara
lain:

a. Pemenuhan standar isi (SI) dapat dilaksanakan melalui pengembangan


danpemberlakuan KTSP sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang berlaku,
mensosialisasikan KTSP baik internal maupun eksternal; mengevaluasi dan
memvalidasi dokumen KTSP secara periodik

b. Pemenuhan standar proses dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas


dankelengkapan perangkat pembelajaran (RPP dan bahan Ajar); optimalisasi
sarana prasarana dan lingkungan yang tersedia baik di dalam maupun di luar
sekolah; peningkatan pengawasan/pengendalian dan melaksanakan perbaikan
pelaksanaan pembelajaran secara periodik

c. Pemenuhan standar kompetensi lulusan (SKL) dapat dilaksanakan


melaluipengkajian/pemetaan SKL satuan pendidikan, kelompok mapel dan mata
pelajaran (keterkaitannya dengan SK dan KD dalam SI); memanfaatkan hasil UN
dan US dalam penyusunan program perbaikan pembelajaran berdasarkan hasil UN
dan US untuk meningkatkan mutu lulusan.

d. Pemenuhan standar ketenagaan dapat dilaksanakan melalui optimalisasi


tenaga yang ada, pelatihan peningkatan kompetensi dan profesional, pemanfaatan
sumber daya manusia yang ada di luar sekolah (kerjasama dengan instansi lain),
serta pengusulan mutasi antar sekolah dan atau pengangkatan guru baru kepada
dinas pendidikan kabupaten/kota/provinsi.

e. Pemenuhan standar sarana dan prasarana dapat dilaksanakan


melaluioptimalisasi penggunaan, pemeliharaan dan perawatan sarana yang ada,
penghapusan/hibah ke sekolah lain yang memerlukan dan atau penambahan sarana
baru.

f. Pemenuhan standar pengelolaan dapat dilaksanakan melalui optimalisasi


seluruh sumber daya yang ada di sekolah untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, sesuai kewenangan sekolah dan kepala sekolah, menerapkan prinsip
manajemen berbasis sekolah (MBS) dalam keseluruhan proses pengelolaan
sekolah, mulai penyusunan.

BAB III

PENUTUP

pendidikan sangat berarti, jadi untuk meningkatkan mutu pendidikan kita


harus menetapkan standar pendidikan mengingat bahwa pendidikan merupakan
sesuatu yang penting dalam kehidupan bangsa, membuat segala pihak berasumsi
dengan arti serta pendefinisian yang berbeda-beda, hal tersebut bisa saja berdampak
buruk bagi pemikiran orang awam. Di karenakan orang awam(orang tidak
berpindidikan) belum mengerti/paham mengenai dunia pendidikan.Standar
pendidikan sangat berperan penting agar para siswa dan pengajar dapat memahami
dan tanggap mata pelajaran yang di ajarkan. Adapun tujuan
pendidikan yaitu meliputi :

➢ Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,


pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
➢ Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat.
➢ Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan
berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional,
dan global.

Jadi dengan adanya standar-standar pendidikan ini para siswa akan mendapatkan
fasilitas-fasilatas pendidikan untuk menambah pengagetahuan para siswa dan dapat
bersaing dengan siswa lain untuk meraih prestasi dari tingkat privinsi, nasional
maupun internasional.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudataan Nomor 57 tahun 2021


tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudataan nomor 21 tahun 2022
Tentang Standar Penilaian
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudataan 7 tahun 2022 Tentang
Standar Isi
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudataan 5 tahun 2022 Tentang
Standar Kompentensi Lulusan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudataan 16 tahun 2022 Tentang
Standar Proses Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai