Anda di halaman 1dari 15

”PENGERTIAN, BATASAN, TUJUAN, DAN KOMPETENSI SERTA UNSUR

– UNSUR PENDIDIKAN”
Di buat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
“Dasar - Dasar Pendidikan”
Dosen pengampu : Dra. Hj. Suhartiningsih, M.Pd

Disusun oleh :

 Masriyah NIM 1882050047


 Rut Pipin Marina NIM 1882070003
 Siti Masitoh NIM
1882050041

UNIVERSITAS PANCA SAKTI BEKASI (D)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
Tahun Ajaran 2020/2021

KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha
Pemurah, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa menyelesaikan sebuah
Makalah yang bejudul ”PENGERTIAN, BATASAN, TUJUAN, DAN KOMPETENSI
SERTA UNSUR – UNSUR PENDIDIKAN”
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu
sehingga menghasilkan karya yang bisa dipertanggungjawabkan hasilnya. Saya
mengucapkan terimakasih kepada pihak terkait yang telah membantu saya dalam
menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangan positif bagi
kita semua.
Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir
amalan kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh
pembaca. Amin Yaa Robbal 'Alamin.

Bekasi,16 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................4
BAB II...................................................................................................................5
PEMBAHASAN.....................................................................................................5
A. Pengertian Pendidikan.................................................................................5
B. UNSUR – UNSUR PENDIDIKAN.............................................................9
C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM.........................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................12
1. KESIMPULAN..........................................................................................12
2. SARAN......................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
       Seorang calon pendidk hanya dapat melaksanakan tugasnya dengan baik jika
memperoleh jawaban yang jelas dan benar tentang apa yang dimaksud pendidikan.
Jawaban yang benar tentang pendidikan diperoleh melalui pemahaman terhadap
unsur-unsurnya, konsepdasar yang melandasinya, dan wujud pendidikan
sebagi sistem. Bab II ini akan menkaji pengertian pendidikan,unsur-unsur
pendidikan, dan sistem pendidikan. Ketika semua unsure pendidikan mengetahui
perannya masing- masing, maka ini akan mempermudah dalam menggapai tujuan
dari pendidikan tersebut. Namun, sekedar mengetahui bukanlah hal yang dianggap
cukup. Kesadaran akan pengaplikasian yang penuh keikhlasan adalah sesuatu yang
lebih penting karena dalam mendidik dibutuhkan seorang pendidik yang  tangguh
dan penuh kesabaran dalam menyalurkan segala ilmu yang ia punya.
       Semua unsur-unsur dalam pendidikan haruslah saling berhubungan dan saling
mempengaruhi. Ini dikarenakan banyak hal yang dapat mengakibatkan suatu
proses pembelajaran. Pada saat ini banyak sekali seorang pendidik yang tidak
patuh pada peraturan yang berakibat melemahnya suatu misi untuk mencapai visi
secara maksimal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari pendidikan itu ?
2. Apa sajakah unsur- unsur yang membangun suatu sistem pendidikan?
3. Apa yang dimaksud dengan sisitem pendidikaan itu ?
C. Tujuan Pembahasan
Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan kita sebagai mahasiswa dapat
memahami dan mengerti berbagai hal yang membangun dan menyusun suatu
sistem pendidikan. Dapat menjelaskan unsur- unsur pendidikan. Mengetahui tujuan
dari pendidikan itu sendiri sehingga mampu menerapkan dan mengidentifikasikan
pada kehidupan di sekelilingnya masing-masing. Setiap mahasiswa kususnya yang
bergerak di program akademik pendidikan lebih memahami berbagai kemungkinan
dan segala hal yang dapat terjadi sehingga suatu tujuan dasar dari pendidikan dapat
dengan mudah di capai.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan

1. Batasan tentang Pendidikan

Pendidikan, seperti sifat sasarannya yaitu manusia, mengandung banyak


aspek dan sifatnya sangat kompleks. Karena sifatnya yang kompleks itu, maka
tidak semua batasanpun yang cukup memadai untuk menjelaskan arti pendidikan
secara lengkap. Batasan tentang pendidikan yang dibuat oleh para ahli
beranekaragam, dan kandungannya berbeda yang satu dari yang lain. Perbedaan
tersebut mungkin karena orientasinya, konsep dasar yang digunakan, aspek yang
menjadi tekanan, atau karena falsafa yang melandasinya.

       Dibawah ini dikemukakan beberapa batasan pendidikan yang berbeda


berdasarkan fungsinya:

a. Pendidikan sebagai transformasi budaya, diartikan sebagai kegiatan


pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik.
c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga negara, diartikan sebagai suatu
kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga
yang baik.
d. Pendidikan penyiapan tenaga kerja, diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.

UUD 1945 Pasal 27 Ayat 2 menyatakan bahwa tiap-tiap warga Negara


berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam
GBHN (BP 7 Pusat, 1990: 70-96) sebagai arah dan kebijaksanaan pembangunan
umum butir 22 dinyatakan mengembangkan SDM dan menciptakan angkatan kerja
Indonesia yang tangguh, mampu, dan siap bekerja sehingga dapat mengisi semua
jenis, tingkat lapangan kerja dalam pembangunan nasional.
Selanjutnya dalam butir 23 dinyatakan: Meningkatkan pemerataan lapangan kerja
dan kesempatan kerja serta memberikan perhatian khusus pada penanganan
angkatan kerja usia mudah. butir 10  tentang tenaga kerja berisi berisi pernyataan
sebagai berikut:
1. Arah pembangunan ketenagakerjaan ialah pada peningkatan harkat,
martabat, dan kemampuan manusia serta kepercayaan pada diri sendiri.
2. Meningkatkan perencanaan ketenagakerjaan yang terpadu dan menyeluruh
yang bersifat nasional.
3. Menyempurnakan sistem informasi ketenagakerjaan yang mencakup
penyediaan dan permintaan tenaga kerja.
4.   Meningkatkan upaya perlindungan tenaga kerja khususnya bagi tenaga
wanita.

e.  Definisi pendidikan menurut GBHN 1988 (BP 7 pusat 1990: 105)


memberikan batasan tentang pndidikan nasional sebagai berikut:
Pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan pancasila serta Undang-Undang Dasar 1959 diarahkan untuk
meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia
serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Maha Esa,
berkualitas, dan mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat
sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Defenisi tersebut menggambarkan terbentuknya manusia yang utuh sebagai


tujuan pendidikan. Pendidikan memperhatikan kesatuan aspek jasmani dan rohani,
dan aspek diri (individualitas) dan aspek sosial, aspek kognitif, efektif,
danpsikomotor, serta segi serba keterhubunggan manusia dengan dirinya
(kosentris), dengan lingkungan social dan alamnya (horizontal), dan dengan
Tuhannya (vertikal).

2. Tujuan dan Proses Pendidikan

a. Tujuan Pendidikan

       Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,


pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki
dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan
merupakan sesuatu yng ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan.
       Tujuan pendidikan bersifat normatif, yaitu mengandung unsur norma yang
bersifat memaksa, tetapi tidak  bertentangan dengan hakikat perkembangan peserta
didik serta dapat diterima oleh masyarakat sebagai nilai hidup yang baik.

       Tujuan pendidikan pendidikan bersifat abstrak karena memuat nilai-nilai yang


sifatnya abstrak. Tujuan demikian bersifat umum, ideal, dan kandungannya sangat
luas sehingga sangat sulit untuk dilaksanakan didalam praktek. Sedangkan
pendidikan harus berupa tindakan yang ditunjukan kepada peserta didik dalam
kondisi tertentu, tempat tertentu, dan waktu tertentu dengan menggunakan alat
tertentu.
       Pelaksanaannya hanya mungkin apabila tujuan yang ingin dicapai dibuat jelas
(eksplisit), konkret, dan dan lingkup kandungannya terbatas. Dengan kata lain
tujuan umum perlu dirinci sehingga menjadi tujuan yang lebih khusus dan tebatas
agar mudah direalisasikan di dalam praktek.

b. Proses Pendidikan

       Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen


pendidikan oleh pendidik terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaiman
proses pendidika itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas hasil pencapaian
tujuan pendidikan.
       Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas
komponen dan kualitas pengelolaanya. Kedua segi tersebut satu sama lain saling
bergantung. Walaupun komponen-komponennya cukup baik, seperti tersedianya
prasarana dan sarana serta biaya yang cukup , jika tidak ditunjang dengan
pengelola yang andal maka pencapaian tujuan tidak akan tercapai secara optimal.
Dengan demikian pula bila pengelolaan baik tetapi dalam kondisi serta kekurangan,
akan mngakibatkan hasil yang tidak optimal.

       Pengelolaan proses pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, dan


mikro. Pengelolaan proses dalam lingkup makro berupa kebijakan-kebijakan
pemerintah yang lazimnya di tuangkan dalam bentuk UU pendidikan, peraturan
pemerintah, SK Dirjen, serta dokuen-dokumen pemerintah tentang pendidikan
tingkat nasional yang lain.

       Pengelolaan  dalam ruang lingkup meso merupakan implikasi kebijakan-


kebijakan nasional ke dalam kebijakan operasional dalam ruang lingkup wilayah
lain.
       Pengelolaan dalam ruang lingkup mikro merupakan aplikasi kebijakan-
kebijakan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah ataupun kelas,
sanggar-sanggar belajar, dan satuan-satuan pendidikan lainnya dalam masyarakat.
       Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya
proses belajar dan pengalaman yang optimal. Sebab berkembangnya tingkah laku
peserta didik sebagai tujuan belajar hanya dimungkinkan oleh adanya pengalaman
belajar yang optimal itu. Di sini jelas bahwa pendayagunaan teknologi pendidikan
memegang peranan penting. Pengelolaan proses pendidikan harus
memperhitungkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu
setiap guru wajib mengikuti dengan seksama inovasi-inovas pendidikan terutama
yang diseminasikan secara meluas oleh pemerintah seperti PPSI, belajar tuntas
(mastery learning), pendekatan CBSA dan keterampilan proses, muatan lokal
dalam kurikulum, dan lain-lainnya agar dapat mengambil manfaatnya.

3. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH)

       Konsep ini akan dikemukakan secara rinci karena mendasari arah baru dunia
pendidikan. Ide dan konsep pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan
seumur hidup yang secara operasional sering pula disebut “pendidikan sepanjang
raga” bukanlah sesuatu yang baru. Sebagai konsep yang lebih ilmiah dan sekaligus
sebagai gerakan global yang merambah ke berbagai Negara memang baru mulai
dirasakan pada tahun 70-an.

       Kegiatan mendidik diri setiap saat sepanjang hidup itu selalu merupakan
kebutuhan terlepas dari hasilnya. Dengan kata lain, pendidikan itu merupakan
bagian integral dari hidup itu sendiri. Prinsip pendidikan seperti itu mengandung
makna bahwa pendidikan itu lekat dengan diri manusia, karena dengan itu manusia
dapat terus menerus meningkatkan kemadiriannya sebagai pribadi dan sebagai
anggota masyarakat, meningkatkan self fulfillment (kepenuhmaknaan) dan terarah
kepada aktualisasi diri. Dalam hubungan dengan lingkungan, mereka dapat
menyesuaikan diri secara adaptatif dan kreatif terhadap tantangan zaman.
      
       PSH yang dalam prateknya telah lama berlangsung secara alamiah dalam
kehidupan manusia itu dalam perjalanannya menjadi pudar, disebabkan oleh
semakin kukuhnya keduduka system pendidikan persekolahan di tengah-tengah
masyarakat. Sistem pendidikan persekolahan yang polanya yang telah mentradisi
dan memisahkan diri dari lingkungan masyarakat luas dengan paga pekarangan
sekolah, mendindingi kelas, membatasi waktu belajarnya sampai usia tertentu
dalam jangka waktu tertentu.
       Selanjutnya PSH didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk
pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman pendidikan. pengorganisasiannya
dan penstrukturan ini di perluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang
paling mudah sampai yang paling tua.

4. Kemandirian dalam Belajar

a. Arti dan Prinsip yang Melandasi

       Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang


berlangsungnya lebih didorong oleh kemamuan sendiri, pilihan sendiri, dan
tanggung jawab sendiri dari pembelajaran.

       Konsep kemandirian, dalam belajar bertumpuh pada prinsip bahwa individu


yang belajar hanya akan sampai kepada perolehan hasik belajar, mulai
keterampilan, pengembangan penalaran, pembentukan sikap sampai kepada
penemuan diri sindiri, apabila ia mengalami sendiri dalam proses perolehan hasil
belajar tersebut.

b. Alasan yang Menopang

       Serempak dengan perkembangan iptek ada beberapa alasan yang


memperkuat konsep kemandirian dalam belajar.
       Belajar diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman,
bertumpuh pada kemampuan diri dibawah bimbingan pengajar.

       Mengajar diartikan sebagai aktivitas mengarahkan, memberikan kemudahan


bagaimana cara menemukan sesuatu (bukan memberikan sesuatu) berdasarkan
kemampuan yang dimiliki oleh pelajar.

B. UNSUR – UNSUR PENDIDIKAN

1. Peserta Didik
            
Peserta didik berstatus sebagai subjek didik karena peserta didik adalah
subjek arau pribadi yang otonom, yang ingin diakui keberadaannya.Peserta didik
memiliki ciri – ciri yang perlu dipahami pendidik :
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas
b. Individu yang sedang berkembang
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individu dan perlakuan manusiawi
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri

2. Pendidik
            Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik harus memiliki kewibawaan
(kekuasaan batin mendidik) dan menghindari penggunaan kekuasaan lahir
(kekuasaan yang semata – mata didasarkan kepada unsur wewenang jabatan).
Kewibawaan dimiliki oleh mereka yang sudah dewasa. Yang dimaksud adalah
kedewasaan rohani yang ditopang kedewasaan jasmani. Kedewasaan jasmani
tercapai bila individu telah mencapai puncak perkembangan jasmani yang optimal.
Kedewasaan rohani tercapai bila individu telah memiliki cita – cita hidup dan
pandangan hidup yang tetap.

3. Interaksi Edukatif antara Peserta Didik dengan Pendidik


            Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar
peserta didik dengan pendidik yang terarah kepada tujuan pendidikan.

4. Materi / Isi Pendidikan


            Dalam sistem pendidikan persekolahan, meteri telah diramu dalam
kurikulum yang disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Materi ini meliputi
materi inti maupun muatan lokal. Materi inti bersifat nasional yang mengandung
misi pengendalian dan persatuan bangsa. Muatan lokal misinya adalah
mengembangkan kebhinnekaan kekayaan budaya sesuai dengan kondisi
lingkungan.

5. Konteks Yang Mempengaruhi Pendidikan


a. Alat dan Metode
            Alat dan metode diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan ataupun
diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan
dibedakan menjadi tiga, yaitu :
1 . Yang bersifat Preventif, yaitu mencegah terjadinya hal-hal yang tidak
dikehendaki misalnya: larangan, pembatasan, peringatan bahkan juga
hukuman.
2.  Yang bersifat Kuratif, yaitu memperbaiki, misalnya ajakan, contoh, nasihat,
dorongan,      
3 . Pemberian kepercayaan, saran, penjelasan, bahkan juga hukuman.

b. Lingkungan Pendidikan Biasanya disebut dengan tri pusat pendidikan: keluarga,


sekolah, dan masyarakat.
C. PENDIDIKAN SEBAGAI SISTEM

            Sistem diartikan sebagai suatu kesatuan integral dari sejumlah komponen.


Komponen – komponen tersebut satu sama lain saling berpengaruh dengan
fungsinya masing – masing, tetapi secara fungsi komponen – komponen itu terarah
pada pencapaian satu tujuan.

1. Proses dan Tujuan Sistem Pendidikan


Sistem Pendidikan memproses masukan mentah dengan menggunakan
instrumental sehingga menjadi keluaran,yaitu tamatan. Wujud keluaran
inilah yang akan menjadi tujuan dari sistem pendidikan. Tujuan ini
memberikan arah pada kegiatan sistem, yang memproses masukan mentah.

2. Keterkaitan antara Pengajaran dan Pendidikan


Istilah pengajaran dan pendidikan itu berbeda, tetapi sulit untuk dipisahkan.
Berikut adalah perbedaan antara pengajaran dengan pendidikan :
a. Pengajaran ( instruction )
1.      Lebih menekankan pada penguasaan wawasan dan pengetahuan
tentang bidang atau program tertentu seperti pertanian, kesenian,
dan lain – lain.
2.      Memakan waktu relatif pendek
3.      Metode lebih bersifat rasional, teknis praktis

b. Pendidikan ( education )
1.      lebih menekankan pada pembentukan manusianya (penanaman
sikap dan nilai - nilai)
2.      Memakan waktu relatif panjang
3.      Metode lebih bersifat psikologis dan pendekatan manusiawi

3. Unsur-unsur Sistem

a. Ada satu kesatuan organis.


b. Adanya komponen yang membentuk kesatuan organis.
c. Adanya hubungan keterkaitan antar komponen satu dengan yang
lain maupun antara komponen dengan keseluruhan.
d. Adanya gerak atau dinamika.
e. Adanya tujuan yang ingin dicapai.

4. Komponen dan Saling Hubungan antara Komponen dalam Sistem


Pendidikan
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari sejumlah komponen.
Komponen tersebut antara lain: raw input (sistem baru), output(tamatan),
instrumentalinput(guru, kurikulum), environmental input(budaya,
kependudukan, politik dan keamanan).

Hubungan Sistem Pendidikan dengan Sitem Lain dan Perubahan


Kedudukan dari Sistem
Sistem pendidikan dapat dilihat dalam ruang lingkup makro. Sebagai
subsistem, bidang ekonomi, pendidikan,dan politik masing-masing-masing
sebagai sistem. Pendidikan formal, nonformal, dan informal merupakan
subsistem dari bidang pendidikan sebagai sistem dan seterusnya.

5. Pemecahan Masalah Pendidikan Secara Sistematik.


a. Cara Memandang Sistem
Perubahan cara memandang suatu status dari komponen menjadi sitem
ataupunsebaliknya suatu sitem menjadi komponen dari sitem yang lebih
besar, tidak lain daripada perubahan cara memandang ruang lingkup suatu
sitem atau dengan kata lain ruang lingkup suatu permasalahan.
b. Masalah Berjenjang
Semua masalah tersebut satu sama lain saling berkaitan dalam hubungan
sebab akibat, alternatif maslah, dan latar belakang masalah.
c. Analisis Sistem Pendidikan
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dengan cara yang efesien dan
efektif. Prinsip utama dari penggunaan analisis sistem ialah: bahwa
dipersyaratkan untuk berpikir secra sistmatik, artinya harus
memperhitungkan segenap komponen yang terlibat dalam maslah
pendidikan yang akan dipecahkan.
d. Saling Hubungan Antar Komponen
Komponen-komponen yang baik menunjang terbentuknya suatu sistem yang
baik. Tetapi komponen yang baik saja belum menjamin tercapainya tujuan
sistem secara optimal, manakala komponen tersebut tidak berhibungan secra
fungsional dengan komponen lain.

e. Hubungan Sistem dengan Supra sistem


Dalam ruang lingkup besar terlihat pula sistem yang satu saling
berhubungan dengan sistem yang lain. Hal ini wajar, oleh karena pada
dasarnya setiap sistem itu hanya merupakan satu aspek dari kehidupan.
Sdangkan segenap segi kehidupan itu butuhkan, sehingga semuanya
memerlukan pembinaandan pengembangan.
6. Keterkaitan antara Pengajaran dan Pendidikan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari persoalan pengajaran dan pendidikan
adalah:
a. Pengajaran dan pendidikan dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Masing-masing saling mengisis.
b. Pembedaan dilakukan hanya untuk kepentingan analisis agar masing-
masing dapat dipahami lebih baik.
c. Pendidikan modern lebih cenderung mengutamakan pendidikan, sebab
pendidikan membentuk wadah, sedangkan pengajaran mengusahakan isinya.
Wadah harus menetap meskipun isi bervariasi dan berubah.
7. Pendidikan prajabatan (preservice education) dan pendidikan dalam
jabatan (inservice education) sebagai sebuah sistem.
Pendidikan prajabatan berfungsi memberikan bekal secara formal kepada
calon pekerja dalam bidang tertentu dalam periode waktu tertentu.
Sedangkan pendidikan dalam jabatan bermaksud memberikan bekal
tambahan kepada oramg-orang yang telah bekerja berupa penataran, kursus-
kursus, dan lain-lain. Dengan kata lain pendidikan prajabatan hanya
memberikan bekal dasar, sedangkan bekal praktis yang siap pakai diberikan
oleh pendidikan dalam jabatan.
8. Pendidikan formal, non-formal, dan informal sebagai sebuah sistem.
Pendidikan formal yang sering disebut pendidikan persekolahan, berupa
rangkaian jenjang pedidikan yang telah baku, misalnya SD,SMP,SMA, dan
PT. Pendidikan nonformal lebih difokuskan pada pemberian keahlian atau
skill guna terjun ke masyarakat. Pendidikan informal adalah suatu fase
pendidikan yang berada di samping pendidikan formal dan nonformal. Dapat
disimpulkan bahwa pendidikan formal, nonformal, dan informal ketiganya
hanya dapat dibedakan tetapi sulit dipisah-pisahkan karena keberhasilan
pendidikan dalam arti terwujudnya keluaran pendidikan yang berupa
sumberdaya manusia sangat bergantung kepada sejauh mana ketiga sub-
sistem tersebut berperanan.

BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
       Pendidikan adalah Suatu Konsep dasar yang bersifat satu bertujuan
mengarahkan membimbing dan membina dari suatu hal yang tidak diketahui
menjadi suatu hal yang diketahui baik secara umum maupun pribadi. dengan
struktur, arahan, sarana dan prasarana yang telah terencana sehingga mendukung
proses pendidikan tersebut dan dapat dihasil kan suatu serapan materi yang
penting. Biasanya hal ini berkaitan dengan landasan dan ketulusan hati sehingga
materi yang disampaikan dapat dipahami secara terbuka.

2. SARAN
       Dengan adanya makalah ini kami selaku penulis berharap kepada pembaca atau
pendengar dapat menerapkan dan menyalurkan semua materi yang telah disajikan
dan dengan adanya makalah ini diharapkan jika selama ini terdapat kesalahan atau
penyimpangan yang berhubungan dengan dunia pendidikan bisa dikoreksi dan di
jalankan sebagaimana mestinya pendidikan dangan mengacu pada materi atau
materi dari sumber lain yang terpercaya.
DAFTAR PUSTAKA
Hisbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Kadir, Abdul, dkk. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group.

Mudyahardjo, Redja. 2012. Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-
Dasar Pedidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:
Rajawali Press.

Soyomukti, Nurani. 2015. Teori-Teori Pendidikan : Dari Tradisional, (Neo) Liberal, Marxis-
Sosialis, Hingga Postmodern. Yogyakarta: Ar-Russ Media.

Suradi, Moh. 2012. Pengantara Pendidikan Teori dan Apliksi. Jakarta: PT Indeks.

Tirtarahardja, Umar & La Sulo, S.L. 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PTRineka Cipta.

Triwijayanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional


UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

 
     

Anda mungkin juga menyukai