Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

RUANG LINKUP MANAJEMEN PENDIDIKAN


DALAM STANDAR NASIONAL
“Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah
Manajemen Pendidikan”

DOSEN PENGAMPU: REDHA SEPTIA Asi, M. Pd

OLEH:

KELOMPOK 1

ASMIDA NAMORA (2521128)

SUCI RAHMAWATI (2521131)

HUWANDA HAMIDAH (2521133)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SJECH

M.DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
mencurahkan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga berkat rahmat dan ridho-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Ruang Lingkup manajemen Pendidikan Dalam Standar
Nasional”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Suatu kebahagiaan yang tidak ternilai bagi kami, yang telah menyelesaikan makalah ini,
untuk memenuhi salah satu persyaratan yang di ajukan dalam mata kuliah Ilmu Hadist. Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Ibuk Redha Septia Asi, M. Pd, sebagai Dosen
Pengampu Mata Kuliah Manajemen Pendidikan yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan, karenanya kami masih
dalam proses belajar. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang
membacanya dan dapat berguna khususnya untuk diri kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami memohon maaf jika di dalam makalah terdapat kata-kata yang
kurang berkenan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan
dan penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan makalah-
makalah selanjutnya.

Bukittinggi, 13 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1

A. Latar Belakang...................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................2

B. Tujuan Penulisan................................................................................................................................2

B. Sistematika Penulisan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3

A. 8 Standar Nasional pendidikan.............................................................................................................3

B. Fungsi dan Tujuan Standar nasional Pendidikan................................................................................15

BAB III PENUTUP....................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan nasional Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini diperkuat
dalam UUD 1945 pasal 31 yang intinya menjelaskan bahwa setiap warga negara
Indonesia berhak memperoleh pengajaran (pendidikan). Jadi, ini mengindikasikan bahwa
negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memenuhi pendidikan tiap-tiap
warga negaranya guna mewujudkan tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pendidikan sebagai suatu proses yang bertujuan, dikatakan berjalan baik
manakala pendidikan mampu berperan secara proporsif, konteksual dan komprehensif
dalam menjawab sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat serta tuntutan perubahan
dan perkembangan zaman. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu
sistem/perangkat pendidikan, baik yang bersifat lunak (software) maupun keras
(hardware).

Adapun salah satu perangkat pendidikan tersebut yakni Undang-Undang, dalam


hal ini Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang pada proses selanjutnya
memerlukan penjabaran dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Sebagai suatu perangkat
lunak, keberadaan UU Sisdiknas ini perlu dikaji dan dirumuskan secara proporsional.
Karena UU Sisdiknas tersebut berisikan bagaimana tujuan, visi, misi hingga mekanisme
prosedural pendidikan diatur dengan tidak melepaskan konteks sosial-politik pada saat itu
dan masa depan. Di Indonesia UU Sisdiknas ini tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003.

Untuk operasionalnya, UU No. 20 Tahun 2003 tersebut masih memerlukan


penjabaran, dan salah satu penjabarannya tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang akan saya bahas dalam
makalah ini beserta kontroversi yang muncul dalam Peraturan Pemerintah No. 19/2005
tersebut.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun rumusan masalah yang akan di
bahas yaitu :

1. Apa Definisi Standar Nasional Pendidikan?

2. Apa saja 8 Standar Nasional Pendidikan?

3. Apa Fungsi dan Tujuan standar nasional pendidikan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Memenuhi tugas kuliah Manajemen Pendidikan di semester IV pada Program


Pendidikan Teknik Informatika Komputer Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruanm Universitas Islam negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek
Bukittinggi

2. Untuk memahami dan meningkatkan pengetahuan dalam bidang manajemen


pendidikan terutama dalam masalah Standar Nasional Pendidikan.

D. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, secara ringkas penulis membagi dalam beberapa
bab, yang dijelaskan dengan beberapa sub bab. Bab I merupakan Bab Pendahuluan yang
terdiri dari latar belakang masalah yang menguraikan fenomena tentang pendidikan di
Indonesia berikut beberapa masalah yang mendorong penulisan makalah ini, dilanjutkan
dengan rumusan masalah yang akan dibahas, tujuan penilisan, dan sistematika penulisan
makalah ini.

Bab II berisi tentang uraian pembahasan dari semua rumusan masalah, sehingga
dari uraian pembahasan tersebut akan memperoleh jawaban dari rumusan masalah yang
telah dikemukakan Bab III adalah Bab Penutup. Dalam Bab Penutup ini penulis
memberikan kesimpulan atas pembahasan dari rumusan masalah di atas, yang diikuti
dengan masukan atau saran terkait pembahasan yang dilakukan.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. 8 Standar Nasional Pendidikan

1. Defenisi Standar Nasional pendidikan

Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang istilah standar nasional


pendidikan, maka terlebih dahulu dikemukakan pengertiannya secara bahasa. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “Standar”, diberi arti “ukuran tertentu yang
dipakai sebagai patokan”.

Nasional adalah bersifat kebangsaan,berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri,


meliputi suatu bangsa.

Ki Hajar Dewantara sang tokoh pendidikan nasional berpendapat bahwa


pendidikan yaitu usaha yang dilakukan dengan penuh keinsyafan yang ditunjukan
untuk keselamatan dan kebahagiaan manusia. Dan dalam hal ini Al-Syaibani
menjelaskan bahwa pendidikan adalah mengubah tingkah laku individu dalam
kehidupan pribadinya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat dan kehidupan alam
sekitarnya (Al-Syabani,1979:399).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara (Pasal 1 Ayat 1), dan Pendidikan Nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2).

Jadi Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem


pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. (P.P R.I
No. 19 Tahun 2005.)

3
Berangkat dari definisi diatas dapat difahami bahwa sistem pendidikan indonesia
diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal dalam rangka
mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang bermartabat. Sebagaimana terungkap
dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan,
“Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap,
serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap
kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.

Pendidikan adalah suatu investasi modal manusia (human investment) yang jika
dikelola dengan benar akan berdampak peningkatan kesejahteraan. Persoalan
pendidikan di Indonesia sangat kompleks. Usaha mengatasi persoalan pendidikan
yaitu ditetapkannya Standar Nasional Pendidikan (SNP). Standar Nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang
bermutu. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat. Standar Nasional.

2. Landasan Hukum tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang pendidikan dasar dan menengah disusun oleh
satuan pendidikan dengan mengacu kepada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mengacu pada


standar nasional pendidikan dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan
pendidikan nasional. Satndar nasional pendidikan terdiri atas: standar isi, standar
proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan,

4
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan pertama
bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Untuk memenuhi amanat Undang-undang tersebut diatas dan guna mencapai


tujuan pendidikan nasional pada umumnya, serta tujuan pendidikan sekolah pada
khususnya, lembaga pendidikan tingkat menengah memandang perlu untuk
melibatkan seluruh warga sekolah dengan berkoordinasi kepada pemangku
kepentingan lingkungan sekitar sekolah.

Landasan Hukum:

 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan

 Permendiknus Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan SKL
pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

 Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang SKL pada satuan pendidikan dasar
dan menengah

 Permen Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Standar Isi

 Permen Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kepala Sekolah

 Permen Nomor 16 Tahun 2007 dan Nomor 32 Tahun 2008 tentang gu

 Permen Nomor 19 Tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan

 Permen Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penkian

 Permen Nomor 24 Tahun 2007 dan Permen Nomor 33 Tahun 2008 tentang
standar Sarana Prasarana

 Permen Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses

 Permen Nomor 24 Tahun 2008 tentang TU

5
 Permen Nomor 25 Tahun 2008 tentang perpustakaan

 Permen Nomor 26 Tahun 2008 tentang Laboratorium

 Permen Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kesiswaan

Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,


meliputi: 1) Standar isi kurikulum, 2) Standar Proses, 3) Standar Kompetensi
Lulusan, 4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Standar Sarana dan
Prasarana, 6) Standar Pengelolaan, 7) Standar Pembiayaan, dan 8) Standar Penilaian
Pendidikan: Evaluasi, Akreditasi, Sertifikasi, Penjaminan Mutu.

a. Standar Isi Kurikulum

Standar isi kurikulum adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan
kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi
oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi
kurikulum mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi
kurikulum tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar,
kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. Dan
standar isi disusun tentu saja sesuai dengan SKL ( Standar Kompetensi
Kelulusan).

Sejauh mana kurikulum nasional mampu mempengaruhi sekolah dan guru


tergantung sejumlah faktor penting, termasuk kelekatan dan potensi kekuatan
terhadap maksud kebijakan kurikulum nasional. Pembahasan kebijakan kurikulum
memerlukan penetapan konteks dalam hal apa keputusan kurikulum dilakukan.
Salah satu konteks penting adalah domain dan jenjang kurikulum. Para
pengembang kurikulum kurang setuju pada jumlah dan sifat domain dan jenjang
kurikulum, yang sangat berbeda dari visi yang mendasari kurikulum dengan
praktek penerapan yang terjadi dalam kelas. Sistem analisa kurikulum

6
menjelaskan jenjang kurikulum yang direkomendasikan, punya daya dukung dan
dukungan, teruji, diajarkan dan dipelajari.

Beberapa pemahaman penting tentang pengembangan kurikulum yang


perlu dipertimbangkan menurut Gerkhe, N.J. et al. (1992, p. 99) adalah
menyangkut

1) Kurikulum ditawarkan dan diterima oleh siswa dalam kelompok yang


berbeda-beda dan dengan cara berbedabeda pula. Perbedaan dan kesenjangan
kesempatan memperoleh pendidikan dan pendekatan pendidikan yang berbeda
hendaknya menjadi pertimbangan agar tidak terlalu merugikan pihak siswa
yang kurang beruntung. Isi mata pelajaran hendaknya lebih berorientasi pada
adanya kenyataan perbedaan-perbedaan siswa dalam skala nasional agar
relevan dengan tujuan pengembangan kognitif, pembentukan afeksi, dan
keterampilan yang dapat diikuti oleh berbagai tipe peserta didik.

2) Banyak usaha sering dilakukan untuk mereformasi kurikulum, dengan adopsi


dan inovasi tanpa memperhitungan kondisi dan kesiapan sendiri, atau dengan
mempertahankan apa yang dianggap hebat, dapat berdampak pada gagalnya
dan tidak relevannya pengembangan sistem pendidikan.

3) Guru membentuk dan memutuskan kurikulum dalam praktek perencanaan dan


layanan belajar, yang bervariasi satu dengan lain, dan sangat sukar untuk
mengeneralisasikan kesamaan isi kurikulum.

4) Kurikulum berubah dari waktu ke waktu, meskipun sulit diukur apakah


perubahan itu membawa dampak kemajuan. Apa yang dilakukan guru dan
siswa dalam kelas cenderung dari tahun-ke tahun tidak banyak berbeda.

b. Standar Proses

Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan


pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan. Dimana proses pendidikan merupakan kunci berlangsungnya
proses belajar, dimana program pendidikan dimplementasikan.

7
Tapi kenyataannya banyak sekolah dimana proses pembelajaran dalam
suasana kondusif tidak terwujud, oleh karena kelemahan guru yang mengajar
dengan cara-cara lama serta kurang melibatkan peserta didik secara aktif. Juga
karena kemampuan, kompetensi dan sikap guru yang kurang mendukung
terciptanya proses pembelajaran yang bermutu. Jadi, proses pendidikan sangat
ditentukan oleh variabel-variabel atau indikator pendidikan lainnya seperti daya
dukung fasilitas, suasana atau iklim belajar yang kondusif, juga oleh faktor
kompetensi dan sikap guru.

Dari pengertian diatas, ada beberapa hal yang perlu di garis bawahi.

1) Standar nasional pendidikan yang berarti standar ini berlaku untuk setiap
lembaga pendidikan formal pada jenjang pendidikan tertentu dimanapun
pendidikan itu berada secara nasional. Dengan demikian seluruh sekolah
seharusnya melaksanakan proses pembelajaran seperti yang dirumuskan
dalam standar proses pendidikan ini.

2) Standar proses pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang


berarti dalam standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana seharusnya
proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, standar proses
pendidikan tersebut bisa dijadikan pedoman bagi guru dalam pengelolahan
pembelajaran.

3) Standar proses pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi


kelulusan. Dengan demikian, standar kompetensi lulusan merupakan sumber
atau rujukan utama dalam menentukan standar proses pendidikan.

c. Standar Kompetensi Kelulusan

Mutu pendidikan turut ditentukan dan diukur melalui kualitas lulusan yang
dihasilkan oleh institusi pendidikan tertentu, dan kualitas lembaga pendidikan
sebaliknya dinilai pula dari kualitas lulusan yang dihasilkannya. Dari waktu ke
waktu kompetensi lulusan menjadi persoalan, dan variabel pendidikan yang
terkena imbas adalah sistem evaluasi institusi pendidikan.

8
Kalau lulusan perguruan tinggi tidak bermutu, tidak mendapat pekerjaan,
maka sesuai dengan kebutuhan, kita mencari kambing hitam: sistem PT jelek,
kurikulum tidak sesuai kebutuhan, dosen tidak bermutu, dan seterusnya. Tidak
pernah ada yang mengaku dialah kambing hitam itu!”. Dipihak lain, lembaga
pendidikan (sekolah, PT) yang meluluskan menjadi paling bertanggung jawab
terhadap persoalan kompetensi lulusan. Dan sistem evaluasi menjadi saringan
terakhir dalam menghasilkan lulusan perlu dievaluasi sehingga tidak susah
mencari kambing hitam mutu lulusan.

Standar kompetensi lulusan terletak pada tujuan pendidikan yang


dirumuskan dan konten kurikulum. Relevansi kurikulum yang berorientasi pada
kebutuhan lapangan kerja akan dapat menjamin mutu lulusan yang siap masuk
dunia kerja, apabila didukung oleh proses pendidikan yang baik. Disini wawasan
pengetahuan guru mengenali kompetensi yang diperlukan peserta didik, juga akan
sangat membantu dalam proses penyiapannya. Lebih lanjut sekolah terutama
guru perlu memfokuskan perhatian kerjasama konsultasi daripada kegiatan
pengawasan atau bertahan. Dengan demikian tercipta suasana dialog antara siswa
dan guru. Sehingga anak mendapatkan dukungan menjadi anggota masyarakat.
Sekolah yang berkualitas menyajikan kurikulum, aktivitas akademik yang
merupakan hak mendasar siswa, yang dapat menjadi jaminan tercapainya kualitas
pendidikan bermutu dan relevan dengan kebutuhan.

Standar kelulusan dalam sistem pendidikan kita umumnya masih rendah


dan bervariasi antar daerah. Seleksi masuk perguruan tinggi maju yang diminati
anak bangsa banyak yang belum atau tidak mengakomodir perbedaan yang ada
terutama mereka yang berasal dari luar Jawa. Persiapan para siswa untuk masuk
universitas hanya terjadi pada SMA yang unggul, yang ketika menerima siswa
SLTP menyeleksi dan menerima hanya mereka yang unggul.

d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikan


prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Guru

9
atau pendidik ialah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didik di sekolah ( Saiful Bahri Djamarah,2002). Karena
guru adalah tenaga pendidik, yang merupakan satu keahlian profesional yang
berkompetensi dalam bidang pendidikan. Dalam proses globalisasi dimana
perubahan terjadi sangat pesat guru dituntut untuk senantiasa menyesuaikan
kompetensinya dengan perkembangan tersebut.

Dari satu sisi, kita melihat banyak guru di kota-kota besar yang memiliki
kompetensi mengajar dan menjalankan tugas secara profesional. Namun di
banyak tempat di daerah dan pelosok-pelosok banyak tenaga pendidik yang
rendah mutunya. Hal tersebut menjadi salah satu sebab mengapa kualitas
pendidikan kita rendah. Akan tetapi seolah-olah mutu pendidikan tidak mau
berkaitan dengan kualitas guru yang rendah mutunya.

Rendahnya kualitas guru disebabkan oleh beberapa hal penting, seperti


daerah tertentu memang tidak memiliki guru yang sesuai, kualitas calon guru, dan
kualitas pendidikan di LPTK. Banyak faktor mempengaruhi minat masuk dan
menekuni profesi guru, termasuk insentif gaji guru yang kurang, persepsi generasi
muda terhadap profesi guru maupun persepsi masyarakat terhadap status guru.

Profesi guru di Indonesia dewasa ini kurang menarik perhatian generasi


muda yang potensial, kalaupun ada ketertarikan menjadi pilihan kedua. Keadaan
ini merupakan satu kemunduran atau kehilangan, “a loss”, dalam kehidupan
bangsa.

Mutu guru yang memprihatinkan juga tergambar pada penguasaan materi


kurikulum oleh guru, dan kompetensi teknis guru yang tidak memadai. Banyak
guru yang tidak menguasai bahan ajar dan tidak menguasai metode dan strategi
pembelajaran yang baik (Supriyoko, dalam Silverius, 2002, hal: 12). Untuk
mengembalikan citra dan persepsi masyarakat terhadap profesi guru, diperlukan
berbagai usaha mengangkat kompetensi guru, termasuk memberikan stimuli
kepada generasi muda bangsa yang berpotensi untuk tertarik dan menggeluti
profesi ini.

10
Dalam kondisi masyarakat moderen yang berorientasi pada pemenuhan
kesejahteraan, maka ke depan, penghargaan dengan rewards dan insentives yang
wajar menjadi alternatif solusi, di samping (untuk masa kini) perwujudan standar
kompetensi guru melalui mekanisme evaluasi kesiapan (kelayakan) profesional
perlu dilakukan.

Kita memiliki harapan bahwa karakteristik pendidikan guru dan tenaga


kependidikan masa depan seperti :

1) Memiliki visi dan sikap profesi yang dinamis, siap untuk mengembangkan
diri, dievaluasi dan diakreditasi secara teratur, serta siap memberikan
pertanggung-jawaban profesional pada masyarakat (akuntabilitas)

2) Kemampuan melaksanakan profesi.

3) Kemampuan mengembangkan profesi.

4) Kemampuan berkomunikasi sesama pendidik, ahli, dan masyarakat.

5) Penghargaan masyarakat terhadap profesi kependidikan.

6) Kemampuan bersaing yang tinggi dan profesional.

7) Tidak ada perbedaan kualifikasi antar jenjang pendidikan.

8) Penguasaan materi subjek yang menjadi bidang spesialisasi.

Tenaga pengajar pada jenjang perguruan tinggi dipersiapkan dengan


pendidikan profesi untuk tugas yang akan dilaksanakannya. Pembinaan dan
pengembangan profesi guru sebagai suatu bidang profesional, ke depan
memerlukan kiat dan tatanan sistem keprofesian yang jelas. Pengembangan
profesional guru perlu mekanisme mencirikan keprofesionalannya, misalnya
pengembangan kerja kolaboratif pengajaran, konsultasi dan in-service training
serta up-grading kompetensi. Tak kalah pentingnya adalah sistem penghargaan
terhadap pekerjaan profesi, sistem promosi dan gaji bagi tenaga guru merupakan
isu yang turut menentukan kualitas guru.

11
e. Standar Sarana dan Prasarana

Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang


berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga,
tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain,
tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi. Standar sarana merupakan standar yang cukup penting karena
standar proses pendidikan hanya mungkin dapat dilakukan manakalah ada standar
sarana yang memadai. Pemenuhan standar pendidikan ini sangat tergantung pada
alokasi pembiayaan pendidikan, tetapi juga dari pihak masyarakat dan orang tua.

Persoalan sarana dan prasarana pendidikan terkait erat pembiayaan


pendidikan. Kemampuan pemerintah dalam mendukung peningkatan sarana dan
prasarana masih sangat terbatas. Sementara kalangan masyarakat ada yang
menagih ‘pendidikan bebas’. Hal ini merupakan tantangan berat bagi BSNP
dalam merumuskan standar indikator pendidikan ini. Apalagi dalam kebijakan
otonomi daerah, pembiayaan pendidikan kurang menjadi perhatian para penguasa
di daerah maka dampak negative kemunduran pendidikan akan menjadi ancaman
baru.

Standar sarana dan prasarana diwajibkan kepada setiap satuan pendidikan


untuk pengadaan dan pemeliharaannya. Hal ini menjadi tantangan bagi bagian
terbesar satuan pendidikan di tanah air. Penetapan standar aspek ini perlu menata
sistem pengadaan dan perawatannya dengan melibatkan pihak-pihak orang tua
siswa dan komunitas masyarakat di sekitar satuan pendidikan berada. Termasuk
kewajiban stakeholder, mendampingi pemerintah dalam mendukung dan
menjamin tersedianya fasilitas belajar yang layak bagi pendidikan.

f. Standar Pengelolaan

Standar pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan


dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada

12
tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai
efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

Pembagian wewenang pengelolaan pendidikan ini seiring dengan kiat


desentralisasi pemerintahan yang juga melibatkan pengelolaan pendidikan. UU
No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah (pasal 13 ayat 1 : f) melimpahkan
sebagian wewenang pengelolaan pendidikan di daerah kepada pemerintahan
daerah. Kebijakan ini memberikan kesempatan kepada daerah mengelola dan
mengembangkan sektor pendidikan sesuai potensi dan kondisi masing-masing
daerah. Di satu sisi, dapat memacu tumbuh berkembangnya dunia pendidikan
nasional (untuk daerah yang berkemampuan finansial dan SDM memadai), namun
pada pihak lain dapat berdampak semakin mundurnya mutu dan pengelolaan
pendidikan di daerah lain. Dengan demikian, dapat berakibat semakin lebarnya
kesenjangan pendidikan di antara sesama anak bangsa.

g. Standar Pembiayaan

Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan


besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

Kinerja pendidikan akan buruk jika tidak diimbangi dengan anggaran yang
memadai. Kehidupan moderen masyarakat global, harus mengalami realitas
bahwa “pendidikan itu mahal”. Para pemimpin negara ini sebenarnya menyadari
bahwa anggaran pendidikan itu penting, mereka tahu bahwa masa depan bangsa
sangat tergantung pada mutu pendidikan. Namun, pengetahuan dan kesadaran
pentingnya dana pendidikan itu, menurut Munawar S. (2005, hal. 117), “tidak
diimbangi dengan komitmen dan disiplin memadai.”

Pembiayaan pendidikan yang diusahakan pemerintah masih terbatas pada


bantuan biaya investasi penyediaan sarana dan fasilitas serta peralatan pendidikan,
serta biaya operasional penyelenggaraan pendidikan yang mendukung
terselenggaranya proses pembelajaran yang baik dan berhasil.

13
Satu faktor penting yang terlewati atau “dilupakan” atau “belum
terjangkau” adalah biaya personal yang langsung dapat menjamin kesiapan
peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran. Kesiapan belajar siswa
tergantung pada kesiapan fisik dan mental, kemudian pada kesiapan alat
pendukung instruksional. Pembiayaan pendidikan ke depan perlu
mempertimbangkan prioritas kebutuhan yang berbasis pada penciptaan kondisi
kesiapan anak untuk belajar.

Analisis standar pembiayaan pendidikan sewajarnya melibatkan ketiga


macam pembiayaan pendidikan. Alokasi dana pendidikan pemerintah hendaknya
memperhatikan kebutuhan standar minimal per peserta didik, di samping prinsip-
prinsip pemerataan dan keadilan. Kebijakan dan kemampuan pemerintah dalam
hal pembiayaan terbatas pada dukungan biaya operasional penyelenggaraan
pendidikan yang banyak terdapat “kebocoran”, gaji guru dan tenaga kependidikan
yang belum memadai, mempengaruhi pencapaian mutu.

h. Standar Penilaian Pendidikan : Evaluasi, Akreditasi, Sertifikasi, Penjaminan


Mutu

Standar penilain pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang


berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik. Penilaian pendidikan meliputi penilaian hasil belajar oleh pendidik,
oleh satuan pendidikan, oleh pemerintah, dan kelulusan. Evaluasi merupakan satu
upaya dalam meningkatkan kualitas.

Pelaksanaan evaluasi oleh guru lebih tepat jika dilakukan untuk membantu
peserta didik belajar, atau oleh pihak sekolah untuk menjelaskan dengan benar
pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian kelas sebagai proses pengumpulan data
dan penggunaan informasi oleh guru untuk memberikan keputusan, dalam hal ini
nilai terhadap hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan belajarnya.

Penilaian pendidikan berfungsi sebagai pengukur mutu pendidikan


nasional digunakan sebagai dasar perbaikan dan untuk reformasi pendidikan dari
keterbatasan dan kelemahannya. Penyelenggaraan evaluasi pendidikan bukan
14
hanya untuk mencari tahu kemajuan belajar peserta didik, tapi untuk menyajikan
konfirmasivalidasi eksternal terhadap kecurigaan rendahnya mutu. Pemanfaatan
hasil tes untuk inferensi kualita pendidikan membutuhkan kehati-hatian
pertimbangan, sebab di samping ada konsekuensi terhadap kebijakan, para
penentu kebijakan sangat tergantung pada hasil penilaian dalam usaha
mendukung dan meningkatkan praksis pendidikan.

Akreditasi dan Sertifikasi dilaksanakan bagi setiap jenjang dan satuan


pendidikan diperlukan sebagai akuntabilitas publik yang objektif, adil, terpercaya,
transparan. Mekanisme dan prosedur akreditasi dan sertifikasi memerlukan
instrumen yang valid dan terpercaya untuk memberikan jaminan akuntabilitas
publik terhadap prosedur justifikasi, kualifikasi yang baik dan adil. Persoalan
terkait standar akreditasi dan sertifikasi sangat dibutuhkan sebagai alat kontrol
sistem pendidikan menghadapi persoalan maraknya ijazah palsu maupun
pemanfaatan ijazah dan referensi hasil akreditasi yang kurang mendapat
tanggapan yang baik dari masyarakat. Sistem akreditasi dan sertifikasi perlu
diarahkan objektivitas yang valid guna membangun sistem dan nilai masyarakat
secara adil.

B. Fungsi dan Tujuan Standar Pendidikan Nasional

Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan


yang berlaku di seluruh wilayah hukum negara kesatuan republik indonesia yang
mencakup; stadar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan dan standar penilaian pendidikan. Fungsinya adalah sebagai dasar dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. Tujuannya adalah untuk menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat

15
1. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan
nasional yang bermutu

2. Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam


rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat.

3. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan


berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan
global.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kualitas SDM ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Pendidikan merupakan


salah satu bentuk investasi modal manusia (human investment) yang jika dikelola dengan
benar akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan manusia itu sendiri. Di Indonesia,
persoalan pendidikan sangat kompleks.

Ada 3 aspek persoalan pendidikan di Indonesia yaitu aspek: mutu pendidikan,


pemerataan pendidikan dan manajemennya. Dari aspek mutu pendidikan, beberapa
indikator penting yang sangat mempengaruhi adalah kurikulum, konten pendidikan,
proses pembelajaran dan evaluasi, mutu guru, sarana dan prasarana pendidikan, serta
buku.

Di tengah bentangan masalah pendidikan yang kompleks ini, pemerintah


menetapkan PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). BSNP adalah badan mandiri dan independen
bertugas mengembangkan dan memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi SNP.
Berdasarkan PP No. 19/2005 tentang SNP meliputi standar: 1) isi kurikulum, 2) Proses,
3) Kompetensi Lulusan, 4) Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 5) Sarana dan Prasarana,
6) Pengelolaan, 7) Pembiayaan, dan 8) Standar Penilaian Pendidikan : Evaluasi,
Akreditasi, Sertifikasi, Penjaminan Mutu.

Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Proses pendidikan
merupakan kunci berlangsungnya proses belajar, dimana program pendidikan
diimplementasikan. Mutu pendidikan turut ditentukan dan diukur melalui kualitas lulusan
yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tertentu, dan kualitas lembaga pendidikan
sebaliknya dinilai pula dari kualitas lulusan yang dihasilkannya. Guru adalah tenaga
pendidik, merupakan satu keahlian profesional yang berkompetensi dalam bidang

17
pendidikan. Dalam proses globalisasi dimana perubahan terjadi sangat pesat guru dituntut
untuk senantiasa menyesuaikan kompetensinya dengan perkembangan tersebut.

Standar sarana dan prasarana pendidikan mencakup ruang belajar, tempat


berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat
bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, dan sumber belajar lain yang diperlukan untuk
menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi, serta fasilitas belajar-mengajar lainnya.

Manajemen pendidikan dalam SNP menata jenjang pengelolaan pendidika


dalam : standar pengelolaan tingkat satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh
pemerintah daerah, standar pengelolaan oleh pemerintah (pusat). Pembiayaan pendidikan
dapat berupa biaya investasi, biaya operasi dan biaya personal. Beban Pemerintah untuk
mengongkosi pendidikan anak bangsa menurut aturan UU sangat besar dan saat ini belum
dapat terpenuhi. Penilaian pendidikan berfungsi sebagai barometer mutu pendidikan
nasional digunakan sebagai dasar perbaikan dan untuk reformasi pendidikan dari
keterbatasan dan kelemahannya.

B. Saran

Agar pendidikan di seluruh indonesia menjadi lebih mampu bersaing maka


perlunya standarisasi pendidikan di berbagai jenjang pendidikan atau satuan pendidikan
di manapun berada.

Tiada gading yang tak retak dantiada sungai yang tak bermuara, tidak ada di dunia
ini yang sempurna kecuali Allah SWT. Karena itu, jika ada kekurangan dan kesalahan
yang kami lakukan, kiranya dengan segala kekurangan dan kerendahan hati , kami
memohon maaf, kritik dan saran sangat kami harapkan untuk mencapai kesempurnaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Al-Syabani,Omar Muhammad al-Toumy, Filsafat Pendidikan Islam.(alih bahasa) Hasan


Langgulung.Jakarta:Bulan Bintang.1979

Khairuddin dkk, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Konsep dan Implementasinya di
Madrasah, Madrasah Development Center (MDC) Pilar MEDIA JATENG:
semarang,2007

Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Gaya Media Pratama. 2005

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah

Sanjaya,Wina Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:


Kencana.2011

Tim Penyusunan Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PN. Balai Pustaka.1989. Cet.
II

Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah
R.I.Tahun 2010.Bandung:Citra Umbara.2013

Undang-Undang R.I Nomor 14 tahun 2005 dan Peraturan menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor 11 tahun 2011 Tentang Guru dan Dosen. Bandung:Citra Umbara. 2012

19

Anda mungkin juga menyukai