Anda di halaman 1dari 31

RASIONAL, TUJUAN, DAN ISI DARI STANDAR NASIONAL

PENDIDIKAN DI INDONESIA, KKNI, DAN KAITANNYA DENGAN


PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR DAN
TINGGI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Desain dan Organisasi Kurikulum


yang dibina oleh Dr. Ibrohim, M.Si dan Prof. Dr. Dra. Herawati Susilo,
M.Sc.,Ph.D

Oleh Kelompok 3:
1. Dwi Candra Setiawan (230341900159)
2. Louis Ivana Sasea (230341900193)
3. Muh. Anas. M (230341907051)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI S3 PENDIDIKAN BIOLOGI
FEBRUARI
2024
DAFTAR ISI

Halaman
COVER ........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ................................................................................................ 2
KATA PENGANTAR ................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3 Tujuan Pembahasan ....................................................................... 5
BAB II ISI .................................................................................................... 6
2.1 Standar Nasional Pendidikan (SNP) .............................................. 6
2.2 Tujuan SNP .................................................................................... 8
2.2 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) ...................... 17
2.3 Kaitan Standar Nasional Pendidikan dengan Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Tinggi di Indonesia................................. 25
BAB III PENUTUP ................................................................................... 28
3.1 Kesimpulan .................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 29

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah untuk
mata kuliah Desain dan Organisasi Kurikulum dengan judul “Rasional, Tujuan,
Dan Isi Dari Standar Nasional Pendidikan Di Indonesia, KKNI, dan Kaitannya
Dengan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Dasar Dan TINGGI”.
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ibrohim, M.Si dan
Prof. Dr. Dra. Herawati Susilo, M.Sc.,Ph.D selaku dosen pengampu mata kuliah
dan teman-teman kelas B Program Studi S3 Pendidikan Biologi yang telah
memberikan saran untuk makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini akan membutuhkan perbaikan agar
menjadi lebih baik sehingga saran dan kritik serta masukan akan kami terima
dengan lapang hati.

Malang, 25 Oktober 2024

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kurikulum pendidikan menjadi salah satu instrumen utama dalam menyusun
kerangka pembelajaran yang relevan dan efektif bagi peserta didik. Seiring dengan
perkembangan zaman, pendekatan dalam penyusunan kurikulum pun mengalami
evolusi, menyesuaikan dengan kebutuhan dan dinamika zaman yang terus berubah.
Di Indonesia, penerapan Kurikulum Merdeka menjadi salah satu langkah reformasi
pendidikan yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang lebih kompeten dan
siap menghadapi tantangan global. Dalam konteks pendidikan biologi, penyusunan
kurikulum menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa peserta didik tidak
hanya memperoleh pengetahuan yang memadai, tetapi juga mampu
mengembangkan keterampilan dan sikap yang relevan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pengembangan kurikulum di Indonesia haruslah berlandaskan pada suatu
dasar yang tepat. Oleh karena itu dalam pengembangan kurikulum di Indonesia
selalu berdasarkan Standar Pendidikan Nasional (SNP). SNP bertujuan menjamin
mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdasarkan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam
perkembangannya terdapat standar Pendidikan Nasional, Dimana mulai Peraturan
Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP (PP No. 19 Tahun 2005) kemudian
hingga saat ini melalui Permendikbudristek No 53 tahun 2023 tentang Penjaminan
Mutu Pendidikan Tinggi yang di dalam tertuang tentang SNP Tinggi. SNP ini terus
dikaji dan dikembangkan guna menghasilkan Kurikulum efektif, relevan serta
sesuai dengan kebutuhan zaman.
Standar Nasional Pendidikan Tinggi terdiri atas SNP, standar penelitian; dan
standar pengabdian kepada masyarakat. Standar Nasional Pendidikan Tinggi dalam
proses Pendidikan harus dipenuhi delapan standar. Kedelapan standar yang
dimaksud meliputi: Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan,
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian Pendidikan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang Rasional, tujuan, dan

4
isi dari SNP di Indonesia (Permendikbud Ristek 53 th 2023), KKNI, dan kaitannya
dengan pengembangan kurikulum pendidikan tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah makalah ini dijelaskan sebagai berikut;
1. Bagaimana rasional Standar Nasional Pendidikan?
2. Bagaimana tujuan Standar Nasional Pendidikan?
3. Bagaimana isi Standar Nasional Pendidikan?
4. Bagaimana pengertian dari kerangka kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI)?
5. Bagaimana kaitan antara SNP, KKNI dan Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Dasar dan TINGGI?

1.3 Tujuan Pembahasan


Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Rasional Standar Nasional Pendidikan
2. Untuk mengetahui tujuan Standar Nasional Pendidikan
3. Untuk mengetahui isi Standar Nasional Pendidikan
4. Untuk mengetahui pengertian dari kerangka kualifikasi Nasional
Indonesia (KKNI)
5. Untuk mengetahui kaitan antara SNP, KKNI dan Pengembangan
Kurikulum Pendidikan Dasar dan TINGGI

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Standar Nasional Pendidikan (SNP)


2.1.1 Rasional Standar Nasional
SNP (SNP) dikembangkan untuk mencapai cita-cita pendidikan nasional
secara berkesinambungan serta menjamin kepastian hukum. Indonesia memerlukan
upaya pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian SNP secara nasional,
yang dilaksanakan oleh suatu badan standardisasi, penjaminan, dan pengendalian
mutu pendidikan, serta keselarasan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan lain terkait dengan bidang pendidikan. SNP juga dijelaskan sebagai
kriteria minimal sistem pendidikan nasional. SNP sangatdiperlukan sebagai acuan
untuk pengembangan peraturan Menteri yang menjabarkan standar pada setiap
komponen pendidikan.
SNP dikembangkan berdasarkan berdasarkan Pancasila, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Bhinneka Tunggal lka. Sehingga menjadi landasan untuk
pelaksanaan pendidikan nasional yang berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan karakter bangsa yang bermartabat dan bertujuan agar peserta didik
dapat mengembangkan potensi dirinya, menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa, memiliki akhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Penyelenggaraan
pendidikan ini dilakukan secara demokratis danberkeadilan serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
Beberapa hal yang menjadi pokok penyempurnaan pengaturan dilakukan
terhadap susunan SNP, kurikulum, evaluasi hasil belajar Peserta Didik, dan evaluasi
sistem Pendidikan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan lembaga
mandiri. Penyempurnaan pengaturan mengenai susunan SNP menempatkan standar
kompetensi lulusan sebagai standar yang pertama. Hal ini dimaksudkan untuk
menandakan pergeseran orientasi dari Pendidikan yang berbasis isi, menjadi
Pendidikan yang berbasis kompetensi. Pengembangan kompetensi Peserta Didik

6
menjadi tujuan utama yang perlu didukung melalui pemenuhan komponen-
komponen lain dari SNP. Makna kompetensi juga dirumuskan ulang untuk
menegaskan sifat terintegrasi dari ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Penyempurnaan pengaturan mengenai kurikulum dilakukan untuk menjadi
landasan bagi upaya penyederhanaan kurikulum nasional yang lebih berorientasi
pada pengembangan kompetensi. Kerangka dasar dan struktur kurikulum di tingkat
nasional dibuat menjadi lebih sederhana. Satuan Pendidikan kembali diberi
kewenangan penuh untuk mengembangkan kurikulum tingkat Satuan Pendidikan
untuk mengakomodasi keragaman kondisi dan kebutuhan.
Penyempurnaan pengaturan mengenai evaluasi memisahkan secara lebih
tegas antara evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik dan evaluasi terhadap
sistem Pendidikan. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional dan prinsip pedagogi, evaluasi terhadap hasil belajar
Peserta Didik merupakan kewenangan dan tugas pendidik. Peran Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah adalah melakukan evaluasi terhadap sistem Pendidikan
untuk memantau kemajuan dan kesenjangan di dalam sistem, serta melaporkan
hasil evaluasi tersebut sebagai bentuk akuntabilitas publik. Dalam hal ini,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah juga dibantu oleh lembaga mandiri untuk
melakukan telaah kritis dan objektif.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang SNP sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP perlu dilakukan
penyempurnaan melalui penggantian. Penggantian dimaksud dilakukan melalui
penyusunan Peraturan Pemerintah tentang SNP.
Pertimbangan dalam PP 57 tahun 2021 tentang Standar Pendidikan Nasional,
adalah:
1. bahwa pendidikan di Indonesia membutuhkan standar nasional yang
memerlukan penyesuaian terhadap dinamika dan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, serta kehidupan masyarakat untuk kepentingan
peningkatan mutu pendidikan;
2. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 35 ayat (4), Pasal 36 ayat (4),

7
Pasal37 ayat (3), Pasal 59 ayat (3), Pasal 60 ayat (4), dan Pasal 61 ayat (4)
Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang SNP sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP;
3. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP belum dapat memenuhi
kebutuhan sistem pendidikan saat ini, sehingga perlu diganti.
2.2 Tujuan SNP
SNP bertujuan untuk menentukan standar minimal dalam pelaksanaan
pendidikan di Indonesia. SNP menjamin kualitas pendidikan di Indonesia sesuai
dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku. SNP diatur dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia nomor 4 tahun 2022 yang merupakan
penyempurnaan dari Peraturan Pemerintah nomor 57 tahun 2021. SNP mengatur
berbagai macam standar mulai dari standar kelulusan, standar isi, standar proses,
standar penilaian, standar tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana,
standarpengelolaan, dan standar pembiayaan.
1. SNP memuat standar kompetensi lulusan (SKL) yang menjadi kriteria
minimal kesatuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang menunjukkan
capaian yang harus dimiliki peserta didik setelah selesai menempuh jenjang
pendidikan. SKLini menjadi landasan untuk mengembangkan standar yang
lainnya.
2. Standar isi merupakan standar materi yang dibutuhkan pada suatu jenjang
danjenis pendidikan sesuai dengan SKL. Standar isi memuat bahan kajian
dalam muatan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan muatan wajib
perundang-undangan, konsep keilmuan, dan jalur/jenjang/jenis pendidikan.
3. Standar proses mencakup kriteria minimal dalam melaksanakan
pembelajaran untuk mencapai SKL. Standar proses mencakup perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran harus

8
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi, dan
menambah kreativitas maupun kemandirian peserta didik sesuai
perkembangan fisik dan psikisnya.
4. Standar Penilaian merupakan kriteria minimal penilaian hasil belajar.
Penilaian memiliki prosedur perumusan tujuan penilaian, pengembangan
instrumen, pelaksanaan, pengolahan, dan pelaporan. Standar penilaian ini
sesuai dengan tujuan berkeadilan, objektif, dan edukatif.
5. Standar tenaga kependidikan menjadi kriteria minimal bagi pendidik dan
tenaga kependidikan. Bagi pendidik harus memiliki standar pedagogi,
kepribadian, sosial, dan profesional. Bagi tenaga kependidikan harus
memiliki standar kepribadian, sosial, dan profesional. Tenaga kependidikan
bertugas untuk administrasi, pengelola, pengembangan, pengawasan, dan
penyedia pelayanan teknispendidikan.
6. Standar sarana dan prasarana menjadi acuan minimal pada satuan pendidik
dan penyelenggara pendidikan untuk memenuhi perlengkapan untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan fasilitas dasarnya. Prinsip penentuan
sarana dan prasarana meliputi alat yang mendukung pembelajaran,
menjamin keamanan dan keselamatan, ramah terhadap penyandang
distabilitas, dan ramah lingkungan.
7. Standar pengelolaan menjadi acuan minimal terkait dengan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan proses pendidikan agar efisien dan efektif.
Hal ini menerapkan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan
akuntabilitas
8. Standar pembiayaan menjadi acuan minimal pembiayaan komponen
pendidikan. Komponen pendidikan termasuk biaya investasi seperti
Gedung, lahan,dsb, dan biaya operasional yang bersifat personalia maupun
tidak.
Berbagai macam standar telah diterapkan oleh pemerintah dan menjadi acuan
bagi kementerian untuk menerapkan peraturan terkait pengembangan standar
tersebut. Selain itu SNP juga menjadi standar bagi pengembang kurikulum untuk
menjaga kualitas pendidikan di Indonesia.
2.1.2 Isi SNP

9
SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP digunakan sebagai acuan dalam
pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, dan pembiayaan (UU Sisdiknas Pasal 32 ayat 2). SNP terdiri dari
delapan standar yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses,
standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar evaluasi,
standar pembiayaan, standar sarana dan prasarana.
Menurut BSNP, delapan standar dikembangkan dan ditetapkan untuk
mengukur, mengevaluasi, menilai mutu pendidikan, yang hasilnya akan menjadi
acuan untuk menyusun program peningkatan mutu pendidikan. Mengingat kondisi
pendidikan di Indonesia yang sangat beragam, SNP dipastikan bukan untuk
penyeragaman tetapi justru untuk mewadahi keberagaman, agar pendidikan tetap
dalam standar mutu sehingga setiap satuan pendidikan memiliki kesempatan yang
sama dalam mendapatkan pendidikan bermutu.
Delapan standar tersebut membentuk sebuah sistem penyelenggaraan
pendidikan melalui rangkaian komponen input yang terdiri dari pengelolaan,
pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, dan pembiayaan. Komponen
proses yang terdiri dari isi, proses, dan penilaian, serta komponen output yaitu
kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan akan memiliki nilai yang tinggi bila input
terpenuhi sepenuhnya dan proses berjalan dengan baik. Kedelapan standar tersebut
tertuang dalam PP Nomor 57 tahun 2021 yang kemudian terdapat beberapa
perubahan yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2022
tentang “Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021”.
SNP (SNP) berdasarkan PP No. 27/2021 meliputi 8 standar (Gambar 1) yaitu:
1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL), 2) Standar Isi, 3) Standar Proses, 4) Standar
Penilaian Pendidikan, 5) Standar Tenaga Kependidikan, 6) Standar Sarana dan
Prasarana, 7) Pengelolaan, dan 8) Standar Pembiayaan.

10
Gambar 1. SNP berdasarkan PP No. 57 Tahun 2021
1. Standar Kompotensi Lulusan
Mutu pendidikan turut ditentukan dan diukur melalui kualitas lulusan
yang dihasilkan oleh institusi pendidikan tertentu, dan kualitas lembaga
pendidikan sebaliknya dinilai pula dari kualitas lulusan yang dihasilkannya.
Standar kompetensilulusan merupakan kriteria minimal tentang kesatuan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang menunjukkan capaian kemampuan Peserta
Didik dari hasil pembelajarannya pada akhir Jenjang Pendidikan.
Standar kompetensi lulusan dirumuskan berdasarkan: a. tujuan
Pendidikan nasional; b. tingkat perkembangan Peserta Didik; c. kerangka
kualifikasi nasional Indonesia; dan d. jalur, jenjang, dan jenis Pendidikan.
Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai acuan dalam pengembangan: a.
standar isi; b. standar proses; c. standar penilaian Pendidikan; d. standar tenaga
kependidikan; e. standar sarana dan prasarana; f. standar pengelolaan; dan g.
standar pembiayaan. Ketercapaian standar kompetensi lulusan ditentukan
berdasarkan data komprehensif mengenai Peserta Didik yang diperoleh secara
berkesinambungan selama periode pembelajaran. Penggunaan standar
kompetensi lulusan sebagai pedoman dalam penentuan kelulusan, dikecualikan
bagi pendidikan anak usia dini.
Standar kompetensi lulusan pada pendidikan anak usia dini merupakan
standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini. Standar tingkat
pencapaianperkembangan anak usia dini difokuskan pada aspek perkembangan
anak yang mencakup: a. nilai agama dan moral; b. fisik motorik; c. kognitif; d.

11
bahasa; dan e. sosial emosional. Standar kompetensi lulusan pada Satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan dasar difokuskan pada penanaman karakter
yang sesuai dengan nilai- nilai Pancasila serta kompetensi literasi dan numerasi
Peserta Didik.
Standar kompetensi lulusan pada Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan
menengah umum difokuskan pada pengetahuan untuk meningkatkan
kompetensi Peserta Didik agar dapat hidup mandiri dan mengikuti Pendidikan
lebih lanjut. Standar kompetensi lulusan pada Satuan Pendidikan Jenjang
Pendidikan menengah kejuruan difokuskan pada keterampilan untuk
meningkatkan kompetensi Peserta Didik agar dapat hidup mandiri dan
mengikuti Pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Standar
kompetensi lulusan pada Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan tinggi
difokuskan pada persiapan Peserta Didik menjadi anggota masyarakat yang
berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap
untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
Standar kompetensi lulusan terletak pada tujuan pendidikan yang
dirumuskandan konten kurikulum. Relevansi kurikulum yang berorientasi pada
kebutuhanlapangan kerja akan dapat menjamin mutu lulusan yang siap masuk
dunia kerja, apabila didukung oleh proses pendidikan yang baik. Disini
wawasan pengetahuan guru mengenali kompetensi yang diperlukan peserta
didik, juga akan sangat membantu dalam proses penyiapannya. Lebih lanjut,
sekolah terutama guru perlu memfokuskan perhatian kerja sama konsultasi
daripada kegiatan pengawasan atau bertahan. Dengan demikian tercipta suasana
dialog antara peserta didik dan guru. Sehingga anak mendapatkan dukungan
menjadi anggota masyarakat. Sekolah yang berkualitasmenyajikan kurikulum,
aktivitas akademik yang merupakan hak mendasar peserta didik yang dapat
menjadi jaminan tercapainya kualitas pendidikan bermutu dan relevan dengan
kebutuhan.
2. Standar Isi
Standar isi merupakan kriteria minimal yang mencakup ruang lingkup
materi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jalur, jenjang, dan jenis

12
Pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar struktur kurikulum,
beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender akademik.
Kurikulum pendidikan dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu isi
(content) dan proses (Tuckman, p. 228). Kurikulum sebagai proses pendidikan
terkait dengan independensi materi yang disajikan guru (bagaimana
disampaikan) kepada peserta didik, sedangkan isi kurikulum berhubungan
dengan relevansi, kondisi interdisiplin dan karakteristik pengetahuan dan
pengalaman belajar yang terkait dengan apa yang dipelajari pesertadidik.
Ruang lingkup materi merupakan bahan kajian dalam muatan
pembelajaran.Yang didasarkan pada: a) muatan wajib sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; b) konsep keilmuan; dan c) jalur, jenjang, dan
jenis Pendidikan.
3. Standar Proses
Proses pendidikan merupakan kunci berlangsungnya proses belajar,
dimana program pendidikan di implementasikan. Hidayat (2015) menjelaskan
“inti dari persekolahan adalah peningkatan akademik serta proses yang secara
instrumental terkait di dalamnya. Standar proses merupakan kriteria minimal
proses pembelajaran berdasarkan jalur, jenjang, dan jenis Pendidikan untuk
mencapai standar kompetensilulusan. Standar proses meliputi:
a) Perencanaan Pembelajaran, merupakan aktivitas untuk
merumuskan: capaian pembelajaran yang menjadi tujuan belajar
dari suatu unit pembelajaran; cara untuk mencapai tujuan belajar;
dan cara menilai ketercapaian tujuan belajar yang dilakukan oleh
pendidik.
b) Pelaksanaan Pembelajaran, diselenggarakan dalam suasana belajar
yang: interaktif; inspiratif; menyenangkan; menantang; memotivasi
Peserta Didik untuk berpartisipasi aktif; dan memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis Peserta
Didik. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh pendidik dengan
memberikan keteladanan, pendampingan, dan fasilitasi.
c) Penilaian proses pembelajaran, merupakan penilaian terhadap

13
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Penilaian proses
pembelajaran) dilakukan oleh pendidik yang bersangkutan. Dalam
rangka meningkatkan kualitas proses pembelajaran, penilaian
proses pembelajaran selain dilaksanakan oleh pendidik dapat
dilaksanakan oleh: sesama pendidik; kepala Satuan Pendidikan;
dan/atauPeserta Didik. Penilaian proses pembelajaran oleh sesama
pendidik merupakan penilaian oleh sesama pendidik atas
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh
pendidik yang bersangkutan. Penilaian proses pembelajaran oleh
kepala Satuan Pendidikan merupakan penilaian oleh kepala Satuan
Pendidikan pada Satuan Pendidikan tempat pendidik yang
bersangkutan atas perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang
dilakukan oleh pendidik yang bersangkutan. Penilaian proses
pembelajaran oleh Peserta Didik merupakan penilaian oleh Peserta
Didik yang diajar langsung oleh pendidik yang bersangkutan atas
pelaksanaanpembelajaran yang dilakukannya
4. Standar Penilaian
Standar penilaian Pendidikan merupakan kriteria minimal mengenai
mekanisme penilaian hasil belajar Peserta Didik. Mekanismenya merupakan
prosedur dalam melakukan penilaian yang meliputi: a) perumusan tujuan
penilaian; b) pemilihan dan/atau pengembangan instrumen penilaian; c)
pelaksanaan penilaian; d) pengolahan hasil penilaian; dan e) pelaporan hasil
penilaian. Penilaian hasil belajar Peserta Didik dilakukan sesuai dengan tujuan
penilaian secara berkeadilan, objektif, dan edukatif yang dilakukan oleh
pendidik. Penilaian hasil belajar berbentuk:
a) Penilaian formatif, bertujuan untuk memantau dan memperbaiki
proses pembelajaran serta mengevaluasi pencapaian tujuan
pembelajaran.
b) Penilaian sumatif, pada Jenjang Pendidikan dasar dan Jenjang
Pendidikan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian hasil
belajar Peserta Didik sebagai dasar penentuan: a. kenaikan kelas;
dan b. kelulusan dari Satuan Pendidikan. Penilaian hasil belajar

14
Peserta Didik untuk penentuan kelulusan dari Satuan Pendidikan
dilakukan melalui mekanisme yang ditentukan oleh Satuan
Pendidikan dengan mengacu pada standar kompetensi lulusan.
Penilaian sumatif pada Jenjang Pendidikan tinggi bertujuan untuk
menilai pencapaian hasil belajar Peserta Didik sebagai dasar
penentuan: a. kelulusan dari mata kuliah; dan b. kelulusan dari
program studi.
c) Penilaian hasil belajar Peserta Didik pada Jenjang Pendidikan tinggi
diatur lebih lanjut oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Standar Tenaga Kependidikan
Kriteria minimal kualifikasi pendidik meliputi: a. sarjana untuk
pendidik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, dan pendidik pada
Jenjang Pendidikan dasar dan menengah jalur formal; b. magister atau
magister terapan untuk pendidik pada Jenjang Pendidikan tinggi program
diploma dan sarjana; c. doktor atau doktor terapan untuk pendidik pada Jenjang
Pendidikan tinggi program magister dan doktor; dan magister atau magister
terapan berpengalaman kerja minimal 2 (dua) tahun yang relevan dengan
program studi untuk pendidik pada pendidikan profesi.
Kriteria minimal kualifikasi pendidik pada pendidikan nonformal diatur
oleh Menteri. Dalam hal Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah belum
dapat memenuhi kebutuhan pendidik, maka kualifikasi pendidik dapat
dipenuhi melalui uji kelayakan dan uji kesetaraan. Standar tenaga
kependidikan selain pendidik merupakan kriteria minimal kompetensi yang
dimiliki tenaga kependidikan selain pendidik sesuai dengan tugas dan fungsi
dalam melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan,
dan pelayanan teknis untuk menunjang proses Pendidikan pada Satuan
Pendidikan. Kompetensi tenaga kependidikan meliputi kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional untuk menunjang
proses Pendidikan pada Satuan Pendidikan. Tenaga kependidikan selain
pendidik jumlah dan jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan pengelolaan dan
penyelenggaraan di Satuan Pendidikan.

15
6. Standar sarana dan prasarana
Standar sarana dan prasarana merupakan kriteria minimal sarana dan
prasarana yang harus tersedia pada Satuan Pendidikan dalam penyelenggaraan
Pendidikan. Sarana merupakan segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat
dan perlengkapan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Prasarana merupakan
fasilitas dasar yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi Satuan Pendidikan.
Standar sarana dan prasarana ditentukan dengan prinsip: a. menunjang
penyelenggaraan pembelajaran yang aktif, kreatif, kolaboratif,
menyenangkan, dan efektif; b. menjamin keamanan, kesehatan, dan
keselamatan; c. ramah terhadap penyandang disabilitas; dan d. ramah terhadap
kelestarian lingkungan. Sarana dan prasarana sebagaimana harus tersedia pada
Satuan Pendidikan dan disesuaikan dengan kebutuhan pada setiap jalur,
jenjang, dan jenis Pendidikan.
7. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan merupakan kriteria minimal mengenai
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan agar penyelenggaraan Pendidikan
efisien dan efektif. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
Pendidikan pada pendidikan anak usia dini dan Jenjang Pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasissekolah yang ditunjukkan dengan
kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan Pendidikan pada Jenjang
Pendidikan tinggi menerapkan otonomi perguruan tinggi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Perencanaan kegiatan Pendidikan
bertujuan untuk peningkatan kualitas proses dan hasil belajar secara
berkelanjutan berdasarkan evaluasi diri Satuan Pendidikan. Perencanaan
kegiatan Pendidikan dituangkan dalam rencana kerja jangka pendek dan
rencana kerja jangka menengah. Rencana kerja jangka pendek merupakan
rencana kerja tahunan sebagai penjabaran rinci dari rencana kerja jangka
menengah Satuan Pendidikan. Rencana kerja jangka menengah merupakan
perencanaan kegiatan Pendidikan yang disusun untuk periode empat tahun.
Pelaksanaan kegiatan Pendidikan merupakan tindakan untuk

16
menggerakkan dan menggunakan seluruh sumber daya yang tersedia di Satuan
Pendidikan, dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Pengawasan kegiatan Pendidikan
merupakan kegiatan pemantauan, supervisi, serta evaluasi secara berkala dan
berkesinambungan. Pengawasan kegiatan Pendidikan bertujuan untuk
memastikan pelaksanaan Pendidikan yang transparan dan akuntabel serta
peningkatan kualitas proses dan hasil belajar secara berkelanjutan.
Pengawasan kegiatan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat
dilaksanakan oleh: a. kepala Satuan Pendidikan; b. pemimpin perguruan
tinggi; c. komite sekolah/madrasah; d. Pemerintah Pusat; dan/atau e.
Pemerintah Daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Standar Pembiayaan
Standar pembiayaan merupakan kriteria minimal mengenai komponen
pembiayaan Pendidikan pada Satuan Pendidikan. Pembiayaan Pendidikan
terdiri atas: a. biaya investasi; dan b. biaya operasional. Biaya investasi
meliputi komponen biaya: a. investasi lahan; b. penyediaan sarana dan
prasarana; c. penyediaan dan pengembangan sumber daya manusia; dan d.
modal kerja tetap. Biaya operasional meliputi komponen biaya: a. personalia;
dan b. Non-personalia.

2.2 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)


2.2.1 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka
penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang menyandingkan,
menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan dengan sektor pelatihan
dan pengalaman kerja dalam suatu skema pengakuan kemampuan kerja yang
disesuaikan dengan struktur di berbagai sektor pekerjaan. KKNI merupakan
perwujudan mutu dan jati diri bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan
nasional, sistem pelatihan kerja nasional, dan sistem penilaian kesetaraan capaian
pembelajaran (learning outcomes) nasional, yang dimiliki Indonesia untuk
menghasilkan sumber daya manusia nasional yang bermutu dan produktif.

17
KKNI menyatakan sembilan jenjang kualifikasi sumber daya manusia
Indonesia yang produktif. Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI secara
komprehensif mempertimbangkan sebuah capaian pembelajaran yang utuh, yang
dapat dihasilkan oleh suatu proses pendidikan baik formal, non-formal, informal,
maupun pengalaman mandiri untuk dapat melakukan kerja secara berkualitas.
Deskripsi setiap jenjang kualifikasi juga disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, atau seni, serta perkembangan sektor-sektor pendukung
perekonomian dan kesejahteraan rakyat, seperti perindustrian, pertanian, kesehatan,
hukum, dan aspek lain yang terkait. Capaian pembelajaran juga mencakup aspek-
aspek pembangun jati diri bangsa yang tercermin dalam Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika yaitu menjunjung tinggi
pengamalan kelima sila Pancasila dan penegakan hukum, serta mempunyai
komitmen untuk menghargai keragaman agama, suku, budaya, bahasa, dan seni
yang tumbuh dan berkembang di bumi Indonesia.
KKNI menyediakan sembilan jenjang kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi
jenjang 1 sebagai kualifikasi terendah dan kualifikasi jenjang 9 sebagai kualifikasi
tertinggi. Penetapan jenjang 1 sampai 9 dilakukan melalui pemetaan komprehensif
kondisi ketenagakerjaan di Indonesia ditinjau dari sisi penghasil (supply
push) maupun pengguna (demand pull) tenaga kerja. Diskriptor setiap jenjang
kualifikasi juga disesuaikan dengan mempertimbangkan kondisi negara secara
menyeluruh, termasuk perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni,
perkembangan sektor-sektor pendukung perekonomian dan kesejahteraan rakyat
seperti perindustrian, pertanian, kesehatan, hukum, dan lain-lain, serta aspek-aspek
pembangun jati diri bangsa yang tercermin dalam Bhineka Tunggal Ika, yaitu
komitmen untuk tetap mengakui keragaman agama, suku, budaya, bahasa dan seni
sebagai ciri khas bangsa Indonesia.
Sesuai dengan ideologi negara dan budaya bangsa Indonesia, implementasi
sistem pendidikan nasional dan sistem pelatihan kerja yang dilakukan di Indonesia
pada setiap jenjang kualifikasi pada KKNI mencakup proses yang membangun
karakter dan kepribadian manusia Indonesia sebagai berikut:
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

18
2. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam menyelesaikan
tugasnya.
3. Berperan sebagai warga Negara yang bangga dan cinta tanah air serta
mendukung perdamaian dunia.
4. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan kepedulian yang
tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya.
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan, dan agama
serta pendapat/temuan original orang lain.
6. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat untuk
mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat luas.
KKNI menyatakan sembilan jenjang kualifikasi sumber daya manusia
Indonesia yang produktif. Deskripsi kualifikasi pada setiap jenjang KKNI secara
komprehensif mempertimbangkan sebuah capaian pembelajaran yang utuh, yang
dapat dihasilkan oleh suatu proses pendidikan, baik formal, non-formal, informal,
maupun pengalaman mandiri untuk dapat melakukan kerja secara berkualitas.
Deskripsi setiap jenjang kualifikasi juga disesuaikan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, atau seni, serta perkembangan sektor-sektor pendukung
perekonomian dan kesejahteraan rakyat, seperti perindustrian, pertanian, kesehatan,
hukum, dan aspek lain yang terkait.
Capaian pembelajaran juga mencakup aspek-aspek pembangun jati diri
bangsa yang tercermin dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan
Bhinneka Tunggal Ika yaitu menjunjung tinggi pengamalan kelima sila Pancasila
dan penegakan hukum, serta mempunyai komitmen untuk menghargai keragaman
agama, suku, budaya, bahasa, dan seni yang tumbuh dan berkembang di bumi
Indonesia.
KKNI menyediakan sembilan jenjang kualifikasi, dimulai dari Kualifikasi
jenjang 1 sebagai kualifikasi terendah dan kualifikasi jenjang 9 sebagai kualifikasi
tertinggi. Penetapan jenjang 1 sampai 9 sebagai berikut:
1. Lulusan pendidikan dasar setara dengan (SMP) setara dengan jenjang 1
2. Lulusan pendidikan menengah (SMA) palimg rendah setara dengan
jenjang 2.
3. Lulusan Diploma 1 paling rendah setara dengan jenjang 3.

19
4. Lulusan diploma 2 paling rendah setara dengan jenjang 4
5. Lulusan diploma 4 atau sarjana terapan dan sarjana paling rendah setara
dengan jenjang 6
6. Lulusan magister terapan dan magister paling rendah setara dengan jenjang
8
7. Lulusan doctor terapan dan doctor setara dengan jenjang 9
8. Lulusan pendidikan profesi setara dengan jenjang 7 dan 8
9. Lulusan pendidikan spesialis setara dngan jenjang 8 atau 7
a) Jenjang 1 - 3 dikelompokkan dalam jabatan operator;
b) Jenjang 4 - 6 dikelompokkan dalam jabatan teknisi atau analis;
c) Jenjang 7 - 9 dikelompokkan dalam jabatan ahli.
Berikut ini adalah deskriptor KKNI untuk level 1 sampai dengan 9:
1. Level 1
• Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat rutin,
dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetapkan, serta
di bawah bimbingan, pengawasan, dan tanggung jawab atasannya.
• Memiliki pengetahuan faktual.
• Bertanggung jawab atas pekerjaan sendiri dan tidak bertanggung jawab atas
pekerjaan orang lain.
2. Level 2
• Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan menggunakan alat, dan
informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan, serta menunjukkan
kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah pengawasan langsung
atasannya.
• Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual bidang
kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih pemecahan yang tersedia
terhadap masalah yang lazim timbul.
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
membimbing orang lain.
3. Level 3
• Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan menerjemahkan
informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah pilihan prosedur

20
kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang
terukur, yang sebagian merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan
tidak langsung.
• Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip serta
konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian tertentu, sehingga
mampu menyelesaikan berbagai masalah yang lazim dengan metode yang
sesuai.
• Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup kerjanya.
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.
4. Level 4
• Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik dengan
menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode yang sesuai dari
beberapa pilihan yang baku, serta mampu menunjukkan kinerja dengan
mutu dan kuantitas yang terukur.
• Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan mampu
menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang kerjanya.
• Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun laporan
tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif.
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
atas hasil kerja orang lain.
5. Level 5
• Mampu menyelesaikan pekerjaan terlingkup luas, memilih metode yang
sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun belum baku dengan
menganalisis data, serta mampu menunjukkan kinerja dengan mutu dan
kuantitas yang terukur.
• Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, serta
mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural.
• Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara
komprehensif.
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
atas pencapaian hasil kerja kelompok.

21
6. Level 6
• Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam penyelesaian
masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.
• Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan
konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara
mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah
prosedural.
• Mampu mengambil keputusan yang tepat berdasarkan analisis informasi
dan data, dan mampu memberikan petunjuk dalam memilih berbagai
alternatif solusi secara mandiri dan kelompok.
• Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab
atas pencapaian hasil kerja organisasi.
7. Level 7
• Mampu merencanakan dan mengelola sumber daya di bawah tanggung
jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif kerjanya dengan
memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni untuk
menghasilkan langkah-langkah pengembangan strategis organisasi.
• Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan mono-disipliner.
• Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis dengan
akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek yang berada di
bawah tanggung jawab bidang keahliannya.
8. Level 8
• Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni di dalam
bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset, hingga
menghasilkan karya inovatif dan teruji.
• Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau
seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter atau
multidisipliner.

22
• Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi
masyarakat dan keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional.
9. Level 9
• Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni baru di
dalam bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya melalui riset, hingga
menghasilkan karya kreatif, orisinal, dan teruji.
• Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau
seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan inter, multi, dan
transdisipliner.
• Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset dan
pengembangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan kemaslahatan
umat manusia, serta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional.
2.2.2 Tujuan KKNI
Menurut Kemenristekdikti (2015), Pengembangan KKNI memiliki tujuan
yang bersifat umum dan khusus. Tujuan umum mencakup hal-hal yang dapat
mendorong integrasi antara sektor-sektor terkait, sedangkan tujuan khusus
mencakup aspek-aspek strategis pengembangan kerangka dan jenjang kualifikasi
tersebut. Kedua tujuan tersebut diuraikan berikut ini:
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan komitmen nasional untuk menghasilkan sumber daya
manusia Indonesia yang bermutu dan berdaya saing internasional;
b. Mendorong peningkatan mutu dan aksesibilitas sumber daya manusia
Indonesia ke pasar kerja nasional dan internasional;
c. Membangun proses pengakuan dan kesetaraan kualifikasi yang
akuntabel dan transparan terhadap capaian pembelajaran yang
diperoleh melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan
atau pengalaman kerja yang diakui oleh dunia kerja nasional dan
internasional;
d. Meningkatkan kontribusi capaian pembelajaran yang diperoleh
melalui pendidikan formal, nonformal, informal, pelatihan atau

23
pengalaman kerja dalam pertumbuhan ekonomi nasional;
e. Mendorong meningkatnya mobilitas pelajar, mahasiswa, dan tenaga
kerja antara negara berbasis kesetaraan kualifikasi.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh korelasi positif antara mutu luaran, capaian
pembelajaran dan proses pendidikan di semua tingkat termasuk di
tingkat perguruan tinggi;
b. Mendorong penyesuaian capaian pembelajaran dan penyetaraan mutu
lulusan pendidikan terhadap tingkat kualifikasi yang sesuai dan diakui
oleh pengguna lulusan;
c. Menciptakan pedoman-pedoman pokok bagi sekolah dan perguruan
tinggi dalam mengembangkan aturan dan mekanisme pengakuan
terhadap hasil pembelajaran lampau (Recognition of Prior Learning)
atau kekayaan pengalaman yang dimiliki seseorang;
d. Menciptakan jembatan saling pengertian antara penghasil dan
pengguna lulusan dari proses pendidikan dan pelatihan sehingga
secara berkelanjutan dapat membangun kapasitas dan meningkatkan
daya saing bangsa dalam sektor sumber daya manusia;
e. Memberi panduan bagi pengguna lulusan untuk melakukan
penyesuaian kualifikasi dalam mengembangkan program-program
pendidikan berkelanjutan (continuing education programs) atau
belajar sepanjang hayat (life-long learning programs);
f. Menjamin terjadinya peningkatan mobilitas dan aksesibilitas tenaga
kerja Indonesia ke pasar kerja nasional dan internasional;
g. Memperoleh pengakuan terhadap KKNI dari negara-negara lain baik
secara bilateral, regional maupun internasional tanpa meninggalkan
ciri dan kepribadian bangsa Indonesia.
h. Mendorong peningkatan mobilitas dan kerjasama akademik antara
pendidikan tinggi di Indonesia dengan pendidikan tinggi negara-
negara lain untuk mencapai saling pengertian, solidaritas dan
perdamaian dunia

24
2.3 Kaitan Standar Nasional Pendidikan dengan Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Tinggi di Indonesia
Pengembangan kurikulum di Indonesia dari masa ke masa sering
mengalami perubahan. Perubahan sering terjadi karena adanya pergantian
kebijakan baru yang dibawa oleh para pemangku kebijakan. Akan tetapi perubahan
kurikulum juga bisa terjadi jika memang kurikulum tersebut harus mengkuti
perubahan zaman dan sesuai dengan kebutuhan. Perubahan kurikulum tersebut
tentunya harus mempunyai pijakan yang tepat sehingga pengembangan kurikulum
tersebut dapat dipertangung jawabkan. Maka dalam pengembangan kurikulum. Hal
utama yang harus diperhatikan sebagai pijakan adalah SNP. Pengembangan
kurikulum tidak bisa dilepaskan dari SNP seperti yang tertuang pada
Permendikbudristek no 53 tahun 2023.
SNP dan pengembangan kurikulum Pendidikan Tinggi di Indonesia
memiliki hubungan yang erat dan penting dalam menentukan kualitas serta
relevansi pendidikan tinggi di negara ini. Sebagai suatu pedoman yang disepakati
secara nasional, SNP memberikan landasan yang kokoh bagi pengembangan
kurikulum Pendidikan Tinggi. Dengan adanya standar ini, perguruan tinggi dapat
memastikan bahwa kurikulum yang dirancang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan pemerintah, sehingga dapat memberikan pendidikan yang berkualitas
dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan industri.
Kaitan penting lainnya antara SNP dengan pengembangan kurikulum
Pendidikan Tinggi adalah proses pembentukan kompetensi lulusan. SNP
menetapkan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh lulusan Pendidikan Tinggi
agar dapat bersaing di dunia kerja. Dengan mengacu pada standar ini, perguruan
tinggi dapat merancang kurikulum yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki
keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh pasar kerja.
Selanjutnya, SNP berkaitan dalam menentukan proses evaluasi dan
pengukuran hasil belajar mahasiswa di Pendidikan Tinggi. Kurikulum yang
dikembangkan harus mampu memberikan penilaian yang obyektif terhadap
pencapaian mahasiswa sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, SNP membantu memastikan bahwa evaluasi dan pengukuran hasil
belajar dilakukan secara konsisten dan akurat di seluruh perguruan tinggi.

25
Kaitan antara SNP dan pengembangan kurikulum Pendidikan Tinggi juga
tercermin dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang
dihasilkan oleh perguruan tinggi. Standar tersebut mendorong perguruan tinggi
untuk terus melakukan pembaruan dan peningkatan dalam kurikulum agar dapat
menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap menghadapi tantangan di era
globalisasi.
Pengembangan kurikulum Pendidikan Tinggi juga tidak boleh melupakan
aspek kebudayaan dan nilai-nilai lokal yang tercermin dalam SNP. Walaupun
terdapat standar yang bersifat umum, namun pengakuan terhadap keanekaragaman
budaya dan nilai-nilai lokal penting untuk memastikan bahwa kurikulum yang
dikembangkan dapat mencerminkan identitas dan kebutuhan masyarakat Indonesia
secara luas.
Selain hal diatas, keterkaitan antara SNP dan pengembangan kurikulum
Pendidikan Tinggi juga terletak pada sisi kolaborasi antara perguruan tinggi dengan
industri dan lembaga lainnya. Dengan mengacu pada SNP, perguruan tinggi dapat
menjalin kolaborasi dengan industri untuk mengembangkan kurikulum yang
relevan atau sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Secara keseluruhan, kaitan
antara SNP dan pengembangan kurikulum Pendidikan Tinggi di Indonesia
mencerminkan upaya bersama untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi,
mempersiapkan lulusan yang kompeten, dan memenuhi tuntutan zaman dan
kebutuhan masyarakat serta industri. Berdasarkan penjelasn diatas dapat
dirumuskan kaitan antara SNP dalam hal ini SN-DIKTI dengan Pengembagan
kurikulum Pendidikan tinggi, yaitu sebagai berikut:
1. Rasional:
• Rasional dari SN-DIKTI adalah menjamin kualitas pendidikan tinggi di
Indonesia. SN-DIKTI menetapkan standar minimal yang harus dipenuhi oleh setiap
perguruan tinggi dalam penysunan kurikulum, tenaga pengajar, sarana prasarana,
dan proses pembelajaran lainnya.
• Rasional selanjutnya muncul dari kebutuhan akan konsistensi dan kualitas dalam
proses pendidikan tinggi, sehingga lulusan dapat memiliki kompetensi yang relevan
dengan tuntutan dunia kerja dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

26
2. Tujuan:
• Tujuan dari SN-DIKTI adalah menciptakan keseragaman dan kualitas dalam
pendidikan tinggi di seluruh Indonesia. Adanya standar yang jelas, diharapkan
setiap perguruan tinggi di Indonesia dapat mengembangkan kurikulum yang
memenuhi standar tersebut, sehingga lulusan dapat bersaing secara nasional dan
jujga internasional.
• SN-DIKTI juga memiliki tujuan meningkatkan akuntabilitas perguruan tinggi
terhadap masyarakat, pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya dengan
menetapkan standar yang dapat dievaluasi.
3. Isi SN-DIKTI:
• Isi SN-DIKTI mencakup berbagai aspek, termasuk kurikulum, sarana prasarana,
tenaga pengajar, proses pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat. Namun, dalam konteks pengembangan kurikulum pendidikan tinggi,
fokus pada standar kurikulum yang ditetapkan.
• Standar kurikulum dalam SN-DIKTI mengatur berbagai hal, seperti struktur
kurikulum, muatan lokal dan global, integrasi pemikiran kritis dan kreatif, serta
penerapan teknologi dalam pembelajaran.
• Selain itu SN-DIKTI juga mencakup persyaratan pembelajaran berbasis
kompetensi, pembelajaran berkelanjutan, dan pengembangan soft skill seperti
kemampuan berpikir kritis, berkolaborasi, dan berkomunikasi.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
1. Standar Nasional Pendidikan adalah merupakan kriteria minimal tentang
berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional
dan harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar
Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu.
2. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah kerangka
penjenjangan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia yang
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan sektor pendidikan
dengan sektor pelatihan dan pengalaman kerja dalam suatu skema
pengakuan kemampuan kerja yang disesuaikan dengan struktur di berbagai
sektor pekerjaan.
3. SNP dan pengembangan kurikulum Pendidikan Tinggi di Indonesia
memiliki hubungan yang erat dan penting dalam menentukan kualitas serta
relevansi pendidikan tinggi di negara ini. Sebagai suatu pedoman yang
disepakati secara nasional, SNP memberikan landasan yang kokoh bagi
pengembangan kurikulum Pendidikan Tinggi.

28
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Anwar. 2007. Profil Baru Guru dan Dosen Indonesia. Jakarta: Penerbit
Pustaka Indonesia. Daryanto. 2007. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Handayani, Meni. 2016. Pencapaian SNP Berdasarkan Hasil Akreditasi SMA Di
Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 1, Nomor
2, Agustus 2016.
Hidayat, Ara dan Imam Machali. 2015. Pengelolaan Pendidikan. Yogyakarta:
Kaukaba.
Indonesia. (2012). Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Indonesia. (2021). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP No. 57 Tahun 2021
SNP. Jakarta
Indonesia. (2022). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia PP No. 4 Tahun 2022
Perubahan terhadap PP no 57 Tahun 2021 tentang SNP. Jakarta
Jono, A. (2016). Studi Implementasi Kurrikulum Berbasis KKNI Pada Program
Studi Pendidikan Bahasa Inggris di LPTK Se-Kota Bengkulu. Jurnal
Manhaj. 2(1).
Kemenristekdikti. (2015). Akuntabilitas Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi –
Dokumen 004. Jakarta.
Kemenristekdikti. (2015). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia – Dokumen
001. Jakarta.
Kementerian Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republic Indonesia. (2015).
Kerangka kualifikasi Nasional Indonesia. Dokumen 001. Diakses dari
https://.img.akademik.ugm.ac.id/
Kementrian Ketenagakerjaan Indonesia. (2018), Tentang KKNI. Diakses di
https://.sKKNI.kemnaker.go.id/
Kusnandar. 2009. Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Raharjo, Sabar Budi. 2014. Kontribusi Delapan SNP terhadap Pencapaian Prestasi
Belajar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 20 Nomor 4 Tahun 2014

29
Staron, M. (2011). Life Based Learning Model: A Model for A Strength Based
Approach for Capability Development in Vocational and Technical
Education. Australia: Department of Education, Science, and Training
(DEST) and TAFE NSW
Staron, M., Jasinski, M., & Weatherley, R. (2006). Life Based Learning: A Strength
Based Approach for Capability Development in Vocational and Technical
Education. Australia: Department of Education, Science, and Training
(DEST) and TAFE NSW
Susilo, W. Moediman, M. Sumiarso, L. Tangkas, I. (2018) Sistem Komptensi
Nasional. Jakarta:1st Publisher.
Indonesia. (2012). Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).
Kemenristekdikti. (2015). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia – Dokumen
001. Jakarta.
Kementerian Riset, Teknologi Dan Pendidikan Tinggi Republic Indonesia. (2015).
Kerangka kualifikasi Nasional Indonesia. Dokumen 001. Diakses dari
https://.img.akademik.ugm.ac.id/
Kementrian Ketenagakerjaan Indonesia. (2018), Tentang KKNI. Diakses di
https://.sKKNI.kemnaker.go.id

30
31

Anda mungkin juga menyukai