Anda di halaman 1dari 5

UJIAN AKHIR SEMESTER (TAKE HOME)

MK. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP


SEMESTER GENAP 2020/2021 - JUMAT 4 JUNI 2021
PRODI ILMU LINGKUNGAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIPA
DOSEN : Michael Baransano

PETUNJUK:
1. Kerjakan soal UAS di bawah ini, dan
2. Dikumpulkan pada hari Senin, 7 Juni 2021 melalui email: m.baransano@unipa.ac.id
3. Subjek pada email diberi keterangan UAS Tata Ruang
Nama : Aggrana Lapudooh
Nim : 2020002019
SOAL
1. Pemerintah maupun pemerintah daerah di negara/wilayah maju biasanya melakukan
pengendalian terhadap ruang wilayah. Berikan penjelasan serta contoh kasus
pengendalian pemanfaatan ruang yang dilakukan?
Jawaban
Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu piranti manajemen pengelolaan kota
yang diperluakan untuk memastikan bahwa perencanaan tata ruang dan pelaksanaan
pemanfaatan ruangnya telah sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dalam perspektif
estetika dan lingkungan hidup, ketidaksesuaian pemanfaatan ruang merupakan dua sisi
yang tidak terpisahkan guna memenuhi kebutuhan lahan dalam melakukan
aktifitas/kegiatan masyarakat yang layak dan sehat.
Contoh kasus pengendalian pemanfaatan ruang
Salah satu fungsi RTRW Kabupaten adalah sebagai dasar pengaturan pemanfaatan ruang
serta pengendalian pemanfaatan ruang di daerah. Dalam pasal 100 Perda RTRW
Kabupaten Sidoarjo disebutkan bahwa pengendalian pemanfaatan ruang Wilayah
Kabupaten Sidoarjo dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian
insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi.
a) Peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-
unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana
rinci tata ruang. Peraturan zonasi pada dasarnya mengatur tentang klasifikasi zona,
pemanfaatan lahan dan prosedur pelaksanaan pembangunan. Dalam Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.Dalam Perda RTRW Kabupaten
Sidoarjo, jenis peruntukan yang membutuhkan pengaturan zonasi adalah sebagai
berikut:1) Perdagangan/jasa;2) Pemerintahan, pertahanan dan keamanan (militer); 3)
Perumahan;4) Fasilitas pelayanan;4) Industry dan pergudangan;5) Transportasi;6)
Ruang terbuka hijau;7) Kawasan lindung
b) Ijin dalam kegiatan pembangunan Kabupaten Sidoarjo dibawah koordinasi Bupati
(perencanaan, pelaksanaan, pengawasan), akan tetapi dalam pelaksanaannya Bupati
dibantu oleh dinas/instansi/satuan kerja yang terkait dengan perijinan pembangunan,
yaitu; 1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) 2. Badan Pertanahan
Nasional (BPN) 3. Dinas/Instansi lain, Adapaun Dinas/instansi/satker terkait
dimaksud adalah:Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang, Dinas PU Pengairan, Dinas
PU Bina Marga, Dinas Perhubungan, Dinas Pertanian Perkebunan dan Peternakan,
Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Koperasi Perindustrian Perdagangan UMKM
dan ESDM, Badan Ligkungan Hidup, Satuan Polisi Pamong Praja Selanjutnya untuk
pelaksanaan izin pemanfaatan ruang, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menerbitkan
Peraturan Bupati Nomor 20 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penerbitan Izin Lokasi dan
Persetujuan Pemanfaatan Ruang di Kabupaten Sidoarjo.
c) Konsep insentif dan disinsentif yang telah disusun oleh Bappeda Kabupaten Sidoarjo
masih terbatas pada satu sektor yaitu perumahan dan permukiman. Pengaturan sistem
insentif dan disinsentif sesuai dengan rencana tata ruang perlu dikembangkan. Untuk
pengaturan insentif, dapat dilakukan melalui: a) Insentif dalam bentuk fiskal b)
Insentif dalam bentuk non fiscal
d) Pengenaan sanksi tidak hanya diberikan kepada pemanfaat ruang yang tidak sesuai
dengan ketentuan perijinan pemanfaatan ruang, tetapi dikenakan pula kepada pejabat
pemerintah tang berwenang yang menerbitkan ijkin pemanfaatan ruang yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang. Dalam Perda RTRW Kabupaten Sidoarjo,
pengenaan sanksi dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: sanksi administratif dan sanksi
pidana. Sanksi administrtatif diatur dalam Pasal 138 berupa: peringatan tertulis,
penghentian sementara kegiatan, penghentian sementara pelayanan umum, penutupan
lokasi, pencabutan izin, pembatalan izin, pembongkaran bangunan, pemulihan fungsi
ruang; dan/atau denda administratif. Sedangkan untuk sanksi pidana, dalam Perda
RTRW Kabupaten Sidoarjo diatur dalam Pasal 144 sampai dengan Pasal 149.

2. Apa yang saudara pahami tentang:


a. Commons pool resources dan tragedy of the commons?
Jawaban
Commons pool resources (CPR) sering berhadapan dengan persoalan pemanfaatam
berlebihan (overuse) seperti overfishing, overcutting, pencemaran karena sumberdaya
terus dieksploitasi. CPR dapat dimiliki oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten,
kota dalam wujud sebagai public goods atau oleh masyarakat adata sebagai common
property resource atau dimiliki oleh perusahaan sebagai private goods. Ketika CPR
tidak dimiliki siapapun, atau pemilikan CPR secara defacto tidak berfunhsi, maka
CPR merupaan sumberdaya akses terbuka (open access resource)
Tragedy of the commons atau tragedi sumberdaya bersama dipopulerkan oleh Garret
Hardyn. Teori ini menjelaskan ketika sumberdaya alam yang terbatas jumlahnya
dimanfaatkan semua orang, setiap individu mempunyai rasionalitas untuk
memanfaatkan secara intensif. Akibatnya kelimpahan sumberdaya alam menurun dan
semua pihak merugi. Kesimpulan dari teori ini yaitu 1) pengguna bersifat egois
memiliki kemampuan mengutamakan manfaat kepentingan ekonomi bagi diirnya
sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain. 2) masing-masing pengguna
memiliki kemampuan mengeksploitasi sumberdaya bersama, namun laju eksploitasi
yang dilakukan oleh seluruh pengguna melampaui kemampuan sumberdaya alam
untuk pulih. 3) komunitas masyarakat yang kehidupannya tergantung pada sumber
daya bersama tidak memiliki institusi atau pranata sosial yang efektif untuk
menegakkan perlindungan terhadap sumberdaya alam. 4) sumber daya bersama dapat
dikelola dengan baik dan efesien bila sumber daya tersebut menjadi miliki privat
(private property right) atau diatur dengan Tindakan-tindakan nyata oleh pemerintah.

b. Prisoner dilemma?
Jawaban
Prisoner dilemma adalah contoh kanonis dari sebuah permainan yang dianalisis
dalam teori permainan yang memperlihatkan mengapa dua individu mungkin tidak
akan bekerja sama, bahkan jika demi kebaikan mereka sendiri untuk melakukan hal
tersebut. Ia diciptakan pada mulanya oleh Merrill Flood dan Melvin Dresher yang
bekerja di RAND pada tahun 1950. Albert W. Tucker memformulasikan permainan
tersebut dengan imbalan hukuman penjara dan menamakannya dengan "dilema
tahanan" (Poundstone, 1992), seperti cerita berikut:
Dua anggota geng kriminal tertangkap dan dipenjara. Setiap tahanan berada dalam
ruangan tersendiri tanpa bisa saling berbicara atau menukar pesan. Polisi mengakui
bahwa mereka tidak memiliki cukup bukti untuk menghukum pasangan tersebut.
Mereka berencana menghukum keduanya satu tahun penjara dengan dakwaan
terendah. Bersamaan dengan itu, polisi memberikan setiap tahanan sebuah penawaran
Faustian. Jika salah satu dari mereka bersaksi melawan teman mereka, ia akan
dibebaskan sedangkan temannya akan dihukum tiga tahun penjara. Oh, ya, ada udang
di balik batu ... Jika kedua tahanan saling bersaksi, keduanya akan dihukum dua tahun
penjara.
Dalam versi klasik permainan ini, kolaborasi didominasi oleh pengkhianatan; jika
seorang tahanan memilih untuk tetap diam, maka tahanan lain mendapatkan balasan
lebih baik dengan berkhianat daripada tetap diam (tanpa dihukum bukannya satu
tahun penjara), tetapi jika seorang tahanan memilih untuk berkhianat, maka tahanan
lain masih tetap mendapatkan imbalan yang cukup baik dengan berkhianat juga (dua
tahun bukannya tiga tahun penjara). Karena berkhianat selalu memberikan imbalan
lebih daripada berkooperasi, semua tahanan yang sepenuhnya rasional egois akan
mengkhianati yang lainnya, dan satu-satunya hasil dari dua tahanan rasional egois
adalah saling mengkhianati. Bagian yang menarik dari hasil ini adalah mengejar
imbalan individu secara logika mengarah pada kedua tahanan berkhianat, tetapi
mereka akan mendapatkan imbalan yang lebih baik jika mereka saling berkooperasi.
Dalam dunia nyata, manusia memperlihatkan bias sistematis terhadap perilaku
kooperatif dalam permainan ini dan permainan yang mirip lainnya, lebih dari apa
yang diprediksi oleh model sederhana dari aksi "rasional" egoistis

c. Colective action?
Jawaban
Collective action merupakan tindakan yang dilakukan sekelompok individu dengan
tujuan untuk memperbaiki kondisi dari kelompoknya. Selain memperbaiki kondisi,
tindakan collective action juga mampu meningkatkan status kelompok tersebut dari
kelompok yang lain. Secara umum, tindakan collective action didasari oleh kesamaan
latar belakang kelompok dengan paradigma untuk memperbaiki status kelompoknya
dari tekanan kelompok lain. Sehingga, tidak banyak tindakan yang dimunculkan oleh
kelompok diantaranya yaitu demonstrasi, penandatanganan petisi, atau bahkan
mengarah pada tindakan yang lebih radikal, seperti melakukan sabotase ataupun
kekerasan.
3. Jelaskan pendapat saudara tentang peran modal sosial dalam pemanfaatan dan
pengendalian penataan ruang? Berikan contoh kasus nyata di wilayah tempat tinggal
saudara?
Jawaban
Salah satu modal sosial dalam pemanfaatan dan pengendalian penataan ruang adalah
partisipasi masyarkat. Partisipasi masyarakat merupakan proses dalam masyarakat yang
turut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Keikutsertaan masyarakat
membawa pengaruh positif, mereka akan dapat memahami atau mengerti berbagai
permasalahan yang muncul, serta memahami keputusan akhir yang akan diambil.
Contoh kasus nyata sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Papua Barat No 4 Tahun
2013 pasal 87 dan pasal 89
Pasal 87 Tentang pemanfaatan ruang di daerah peran masyarakat dapat berbentuk:
a) Pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara berdasarkan peraturan
perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku;
b) Bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan pemanfaatan
ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari satu wilayah kabupaten/kota;
c) Penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan rencana tata ruang wilayah dan
kawa sab yang meliputi lebih dari satuwilayah kabupaten/kota.
d) Perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
kabupten/kota yang telah ditetapkan;
e) Bantuan teknik dan pengeloaan dalam pemanfaatan ruang:
f) Kegiatan menjaga, memelihara dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan
Pasal 87 Tentang pengendalian pemanfaatan ruang, peran masyarakat dapat berbentuk
a) pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan Kawasan yang meliputi lebih
dari satu wilayah kabupaten/kota di daerah, termasuk pemberian informasi atau
laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang kawasan yang dimaksud; dan/atau;
b) bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban pemanfaatan
ruang.

Anda mungkin juga menyukai