Partisipasi masyarakat memiliki peranan yang penting, karena itu pemerintah perlu
memfasilitasi dalam proses pembangunan memiliki bentuk
1) Partisipasi dalam pembuatan keputusan
2) Penerapan keputusan
3) Menerima manfaat dari keputusan
4) Partisipasi dalam evaluasi hasil keputusan
Analisis data
Analsis data penelitian dapat dilakukan dengan du acara yakni analisis kualitatif dan
analisis kuantitatif. Analisis kualitatif ini dilakukan dengan memperhatikan fakta yang
ada dan digabungkan dengan data sekunder yang diperoleh dari bahan kepustakaan,
sedangkan mertode kuantitatif digunakan bila sifat data dikumpulkan itu berjumlah
besar mudah dikualifikasi ke dalam kategori-kategori. Selain itu untuk memahami latar
belakang permasalahan, maka dalam penelitian ini juga akan menggunakan analisis isi
dan analisis komparatif yang d=membandingkan keadaan satu variable atau lebih pada
dua atau lebih sampel yang berbeda, atas dua waktu yang berbeda, dalam hal ini
penelitian hukum ini akan membahas dan dijelaskan dengan metode desktriptif, yakni
memberikan gambaran upah minimum provinsi
Pada UU Ciptaker tersebut banyak juga ditemukan tafsir-tafsir hukum yang dilakukan
oleh masyarakat atas peraturan baru tersebut yang menimbulkan protes, seperti contoh
banyak masyarakat yang protes dengan penggabungan izin usaha dan izin lingkungan
menjadi persetujuan lingkungan, masyarakat menilai bahwa dengan adanya
penggabungan izin tersebut dan hilangnya kata izin menjadi persetujuan akan
mempermudah investor untuk mengurus perizinan tanpa memperhatikan adanya
dampak lingkungan.
Kita dapat pahami bahwa secara akademis, kita juga telah berhasil mengenali berbagai
penyebabnya. Namun, dalam kenyataanya tetap sulit untuk mengimplementasikan
pencegahan ataupun penanggulangan kerusakan hutan dan lingkungan tersebut.
Menurut Simon (2007), mengemukakan bahwa proses tersebut terus berlanjut yaitu
kecepatan laju permudaan semakin tidak dapat mengimbangi laju penebangan,
sehingga umur hutan sekunder yang ditebang sudah dibawah daur tehnik. Karena
memang akar permasalahannya sangat rumit, menyangkut berbagai lapisan masyarakat
yang beranekaragam. Salah satu yang banyak disoroti di Seko adalah faktor kemiskinan,
persoalan perut ini memang harus segera dipecahkan secara komprehensip, sehingga
tepat jika agenda pengelolaan hutan dan lingkungan hidup dikaitkan dengan
kemiskinan.
Masyarakat adat Seko telah mendiami wilayah adatnya secara turun temurun.
Hingga sekarang masyarakat adat Seko masih tetap tumbuh dan berkembang. Mereka
memiliki aturan adat istiadat dalam berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Mereka memiliki pula kearifan lokal yang masih dijalankan sampai saat ini.
Kearifan lokal adalah sebuah tatanan nilai yang berlaku dan dijaga secara
bersama-sama oleh komunitas masyarakat adat seko. Salah satunya bagaimana kearifan
masyarakat adat dalam menjaga hutan, Masyarakat tidak akan melakukan penebangan
pohon dihutan secara serampangan dan berlebihan, mereka sangat memahami dampak
daripada hal tersebut jika dilakukan. Selain itu, kearifan lokal dalam bercocok tanam,
pembuatan rumah, dan penanganan hama yang menyerang tanaman juga masih
dipraktekkan oleh masyarakat adat seko hingga saat ini, yang jika kita cermati
bermakna keseimbangan alam.
Sumberdaya alam yang melimpah menjadikan Seko sebagai wilayah rebutan para
investor. Sudah puluhan tahun masyarakat Seko dibuat resah oleh kehadiran PT. Seko
Fajar (HGU perkebunan) yang secara adinistrative menguasai kurang lebih 27.000 ha
atau 6 desa yang ada di Wilayah Seko Padang. Selain itu, keresahan masyarakat Seko
bertambah dengan adanya pembangunan PLTA oleh PT. Seko Power Prima dan PT. Seko
Power Prada, beserta beberapa perusahaan tambang emas dan biji besi yang telah
mengantongi izin eksplorasi di Wilayah Seko.
(https://perkumpulanwallacea.wordpress.com/, Tanggal 20 Februari). Hal lain yang
patut dicatat, salah satu dimensi kemiskinan yang selalu diabaikan oleh Negara adalah
dimensi agraria. Relasi agraria yang timpang merupakan dimensi kemiskinan yang
berkenaan dengan persoalan tenurial security, yakni bagaimana penguasaan
masyarakat atas sumber-sumber agraria dan bagaimana jaminan keamanannya.
Pada arti pembangunan harus sesuai dengan substansi yang akan dituju secara terpada
berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 19960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria, yaitu Negara diberi wewenang untuk mengatur dan menyelenggarakan
peruntukan, penguasaan dan pemeliharaan bumi air dan ruang angkasa. Secara lebih
lanjut dalam Pasal 14 UUPA dijelaskan bahwa untuk mencapai hal yang menjadi cita-
cita bangsa, maka Pemerintah membuat suatu Rencana Umum mengenai persediaan,
peruntukan dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa untuk berbagai kepentingan
hidup rakyat dan negara. Rencana Umum yang dibuat Pemerintah meliputi seluruh
wilayah Indonesia dan Pemerintah Daerah mengatur persediaan, peruntukan dan
penggunaan tanah di wilayah sesuai dengan kondisi daerah masing-masing dengan
Peraturan Daerah. Oleh karena itu perwujudan penggunaan dan pemanfaatan tanah
agar optimal harus menyesuaikan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, maka untuk
kesesuian kebutuhan akan tanah telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16
Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
Negara Indonesia adalah negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah,
sumber daya alam merupakan sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Sumber daya alam tergolong dalam
beberapa komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme, tetapi juga
komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai jenis logam, air, dan tanah.
Pengaturan hidup tidak hanya mengatur hubungan antara manusia dan manusia, tetapi
juga mengatur antara manusia dan lingkungan hidupnya. Misalnya bagaimana cara atau
upaya dalam menjaga agar sumber daya alam yang tersedia tetap digunakan dan
dimanfaatkan secara baik dan bijak agar dapat terjaga kelestariannya dan seberapa
besar dapat dilakukan eksploitasi suatu bahan tambang sehingga tetap dapat
dikendalikan persediaanya.
Penghapusan beberapa kewenangan pemerintah daerah akan berakibat pada
aspek penyelenggaraan pemerintah daerah. Kekuasaan pemerintah daerah tidak lagi
UU tapi jadi bersandar pada standard dan norma yang dikeluarkan oleh pemerintah
pusat lewat peraturan pemerintah. Cara ini mungkin dapat menyelesaikan kerumitan
dalam hal menyatukan peraturan pusat dan daerah dalam kerangka otonomi daerah.
Namun cara ini seperti mengesampingkan pemerintah daerah sebagai unsur yang perlu
diberikan wewenang dalam mengelola kekuasaan.
Sumberdaya alam yang melompah menjadikan Seko sebagai wilayah rebutan para
investor. Sudah puluhan tahun masyarakat Seko dibuat resah oleh kehadiran PT. Seko
Fajar (HGU perkebunan) yang secara administratif menguasai kurang lebih 27.000 ha
atau 6 desa yang ada di Wilayah Seko Padang. Selain itu, keresahan masyarakat Seko
bertambah dengan adanya pembangunan PLTA oleh PT. Seko Power Prima dan PT. Seko
Power Prada, beserta beberapa perusahaan tambang emas dan biji besi yang telah
mengantongi izin eksplorasi di Wilayah Seko. Hal ini yang patut dicatat, salah satu
dimensi kemiskinan yang selalu diabaikan oleh Negara adalah dimensi agraria.
Sudah kita ketahui bersama bahwa masalah lingkungan timbul sebagai akibat dari
perbuatan manusia itu sendiri. Manusia dalam memanfaatkan sumberdaya alam akan
menimbulkan suatu perubahan terhadap ekosistem yang akan mempengaruhi
sumberdaya alam itu sendiri. Pemanfaatan sumberdaya alam yang melebihi ambang
batas daya dukung lahan dan tanpa memperhatikan aspek kelestariannya akan
mendorong terjadinya suatu bencana yang akan merugikan masyarakat. (Hamzah,
2005)
Berdasarkan ketentuan pada Pasal 20 ayat (1) PP Nomor 22 Tahun 2021, untuk
menentukan rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (AMDAL), Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL), atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL), penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan melakukan
proses penapisan mandiri. Namun, demikian, penaggung jawab usaha dan/atau kegiatan
sebelum melakukan penyusunan formulir KA ANDAL perlu melaksanakan pelibatan masyarakat
yang terkena dampak langsung (baik positif maupun negatif). Pelibatan masyarakat
sebagaimana yang telah tercantum pada peraturan yang berlaku berhak mengajukan saran,
pendapat, dan tanggapan terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Prinsip-prinsip ini menunjukkan bahwa mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat adalah hak semua orang, dan semua orang mempunyai hak yang sama.
Dengan demikian maka, mengelola dan memanfaatkan, serta menjaga kelestarian
lingkungan dengan baik. Lingkungan hidup merupakan bagian dari urusan
pemerintahan konkuren yang termasuk kedalam urusan pemerintahan Wajib Non
Pelayanan Dasar seperti termuat pada pasal 12 bagian Urusan Pemerintahan Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Lingkungan hidup menurut Tandjung (1995) terdiri atas 3 komponen yang antara
lain sebagai berikut.
(1) Komponen Abiotik merupakan lingkungan fisik terdiri dari berbagai macam unsur
antara lain, air, udara, lahan dan berbagai macam potensi energi yang ada didalam
lingkungan fisik.
(2) Komponen Biotik merupakan lingkungan hayati terdiri dari berbagai macam unsur
antara lain hewan, tumbuhan, dan bahan baku industry hayati lainnya.
(3) Komponen Culture merupakan lingkungan culture sosial, ekonomi, dan budaya yang
terdiri dari berbagai macam unsur yang antara lain meliputi unsur ekonomi, sosial
dan budaya. Interaksi yang terjadi dari komponen abiotik, biotik dan culture akan
mempengaruhi keberlangsungan lingkungan hidup.
Menurut Soemarwoto (1994) sifat lingkungan hidup dapat ditentukan oleh
berbagai macam faktor yang antara lain jenis dan jumlah dari setiap unsur lingkungan
hidup, interaksi yang terjadi dari unsur-unsur dalam lingkungan hidup, dan faktor
lainnya seperti suhu, cahaya dan kebisingan. Lingkungan atau suatu ekologi terdiri dari
hubungan antara suatu sistem sosial dengan ekosistem. Sistem sosial terdiri dari
berbagai macam komponen yang antara lain pengetahuan, teknologi, eksploitasi
sumberdaya, dan ekonomi. Komponen-komponen ekosistem meliputi air, tanah, lahan,
flora, fauna, dan kehidupan makhluk hidup lainnya. Hubungan timbal balik inilah yang
erat kaitannya antara suatu sistem sosial yang dikelola oleh manusia dengan berbagai
macam komponen ekosistem yang ada, sehingga hubungan timbal balik keduanya
antara subsistem sosial dan ekosistem berjalan teratur (Rambo, 1981).
Kerusakan lingkungan hidup terdiri dari berbagai macam faktor yang
mempengaruhi. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kerusakan lingkungan
hidup.
(1) Faktor Alam
Faktor alam merupakan rusaknya lingkungan dikarenakan oleh alam yang diantara
lain oleh bencana alam dan cuaca yang tidak menentu. Bencana Alam yang ada
antara lain banjir, tanah longsor, tsunami dan gempa. Faktor alam tidak hanya dari
bencana, tenaga yang berasal dari alam juga dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan terhadap suatu ekosistem. Salah satu contoh yang ada seperti
gelombang lau yang mengakibatkan adanya erosi pantai sehingga ekosistem pantai
menjadi rusak dan dapat mengakibatkan unsur-unsur darri komponen lingkungan
yaitu abiotic, biotik dan culture terganggu. Bencana-bencana ini merupakan
bencana yang berbahaya bagi keselamatan manusia dan lingkungan.
(2) Faktor Manusia
Manusia sebagai makhluk hidup yang berakal dan memiliki kemampuan tinggi
dibandingkan makhluk lainnya. Kehidupan menuntut akan adanya perkembangan
pola kehidupan yang tentunnya kebutuhan hidup akan sangat berkembang.
Berdasarkan hal tersebut maka manusia melakukan eksploitasi sumberdaya
berlebihan. Aktivitas yang dilakukan manusia salah satunya aktivitas industry
dalam praktek pengolahan dan pembuangan limbah, aktivitas pengembangan hutan
dalam paraktek kegiatan penebangan pohon yang tidak memerhatikan fungsi ata
pengolahan yang berlebihan sehingga muncul kerusakan lingkungan.
B. Kondisi Klimatologi
Berdasarkan data statistic Kabupaten Luwu Utara dalam angka tahun 2016, Secara
umum Kabupaten Luwu Utara beiklim tropis basah, terbagi atas 2 musim yaitu musim
penghujan dan musim kemarau. Intensitas curah hujan Kota Masamba termasuk tinggi,
hal ini berdasarkan data curah hujan yang dicatat di Stasiun Baliase dan Stasiun
Sukamaju dengan curah hujan berkisar antara 2000 – 4000 mm pertahun. Suhu udara
rata-rata berkisar antara 30,6oC-31,6oC pada musim kemarau dan antara 25oC-28oC
pada musim penghujan. Berdasarkan tipe iklim oldeman, wilayah Kabupaten Luwu
Utara umumnya memiliki tipe iklim B1 dan B2, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 1.
Rata – rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif Di Kabupaten Luwu Utara Tahun
2015
Grafik 2.4.
Rata – rata Suhu Udara dan Kelembaban Relatif Di Kabupaten Luwu Utara Tahun
2015
Kondisi rata-rata tekanan udara dan kecepatan angin di kabupaten yang mana
diambil berdasarkan data statistic Kabupaten Luwu Utara tahun 2016 menunjukkan
bahwa rata-rata tekanan udara stasiun(Mb) mencapai 1004,8 di bulan januari, pada
bulan September mencapai 1007,9 mb.
C. Kondisi Hidrologi
Kondisi hidrologi Kabupaten Luwu Utara sangat berkaitan dengan tipe iklim dan
kondisi geologi yang ada. Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai–sungai
yang ada yang umumnya berdebit kecil oleh karena sempitnya daerah aliran sungai
sebagai wilayah tadah hujan (catchment area) dan sistem sungainya. Kondis ersebut
diatas menyebabkan banyaknya aliran sungai yang terbentuk Air tanah bebas
(watertable groundwater) dijumpai pada endapan alluvial dan endapan pantai.
Kedalaman air tanah sangat bervariasi tergantung pada keadaan medan dan jenis
lapisan batuan.
Sistem aliran hidrologi di Kabupaten Luwu Utara menunjukkan bahwa pergerakan
air, baik air permukaan maupun air tanah, langsung menuju arah laut. Aquifer
umumnya terdapat pada lapisan pasir, kerikil dan lapisan tipis batu gamping. Salah satu
keunggulan dari sistem sungai-sungainya adalah kondisi airnya yang masih jernih dan
bening sehingga sangat baik untuk dijadikan tempat rekreasi. Sumber daya air
khususnya air permukaan sangat melimpah di daerah Luwu Utara. Sebagian kecil dari
potensi air permukaan telah dimanfaatkan untuk pengembangan irigasi, pembangkit
listrik dan budidaya perikanan. Potensi air tanah dangkal terbatas di daerah dataran
rendah.
Jenis-jenis pohon lokal penghasil kayu bahan bangunan tersebut di atas kini
semakin langka adanya, padahal jenis-jenis pohon tersebut telah terbukti menjadikan
sektor kehutanan berjaya di masa lalu. Kalapi adalah jenis pohon endemik penghasil
kayu bahan bangunan yang kualitasnya sangat diakui dan bernilai ekonomi tinggi di
seluruh wilayah Luwu. Namun demikian, sampai saat ini belum ada upaya dari pihak-
pihak tertentu, termasuk pemerintah, untuk mengembangkan jenis pohon tersebut
sebagai komoditas unggulan lokal kehutanan. Padahal secara ekonomi bercocok tanam
pohon untuk menghasilkan kayu bahan bangunan sangatlah menguntungkan, baik bagi
masyarakat maupun pemerintah.
Dengan wilayah seluas 7.502,58 km² , kabupaten ini mempunyai kepadatan penduduk
sebesar 41 orang per km . Tiga kecamatan dengan penduduk terpadat masing-masing
2 2
Kecamatan Bonebone (208 orang/km ), Sukamaju (163 orang/km ) dan Baebunta
2
(154 orang/km ). Sedangkan tiga kecamatan paling kurang padat penduduknya adalah
2 2 2
Kecamatan Rampi (2 orang/km ), Seko (6 orang/km ) dan Lembong (6 orang/km ).
Jika dilihat secara geografis memang kecamatan yang padat penduduknya adalah
kecamatan-kecamatan di dataran rendah dan dilalui oleh jalan poros/propinsi yang
menghubungkan Makassar sebagai ibu kota propinsi dengan kabupaten-kabupaten atau
bahkan propinsi lainnya.
B. Kondisi Ekonomi
Seko adalah Jantung Sulawesi, sebuah wilayah yang sangat subur dan kaya akan
sumber daya alam. Secara umum masyarakat Seko adalah petani. Dalam hal pertanian
Seko dikenal sebagai wilayah penghasil kopi, coklat dan beras tarone, salah satu jenis
varietas padi unggul yang tidak akan kita temukan di wilayah lain. Dengan kondisi
demikian, tentu ada kerinduan tersendiri bagi masyarakat Seko untuk menikmati
infrastruktur jalan yang memadai, agar pendistribusian hasil pertanian masyarakat bisa
lancar, sebagaimana yang dirasakan wilayah lain. Namun di tengah harapan itu,
masyarakat Seko harus menghadapi ancaman besar.
Sumber daya alam yang melimpah menjadikan Seko sebagai wilayah rebutan para
investor.
C. Kondisi Budaya
Kearifan lokal adalah sebuah tatanan nilai yang berlaku dan dijaga secara
bersama-sama oleh komunitas masyarakat adat seko. Salah satunya bagaimana kearifan
masyarakat adat dalam menjaga hutan, masyarakat tidak akan melakukan penebangan
pohon dihutan secara serampangan dan berlebihan, mereka sangat memahami dampak
daripada hal tersebut jika dilakukan. Selain itu, kearifan lokal dalam bercocok tanam,
pembuatan rumah, dan penanganan hama yang menyerang tanaman juga masih
dipraktekkan oleh masyarakat adat seko hingga saat ini, yang jika kita cermati
bermakna keseimbangan alam.
Mekanisme pengambilan keputusan masyarakat adat Seko yang sangat
partisipatif, mungkin tampak bertentangan dengan gagasan dan harapan pemerintah
atau perusahaan tentang perwakilan dan kebutuhan untuk mengikutkan seluruh
lapisan masyarakat, seperti perempuan, pemuda, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan
tokoh adat dalam proses pengambilan keputusan. Akan tetapi sebagai masyarakat adat,
Dalam proses pengambilan keputusan, keterlibatan seluruh pihak yang ada merupakan
syarat utama bagi masyarakat adat Seko, tujuannya agar keputusan yang diambil betul-
betul lahir dari kesepakatan bersama, masing-masing pimpinan adat hanyalah sebagai
penyambung lidah masyarakat. Sehingga yang memiliki wewenang dalam proses
pengambilan keputusan, sepenuhnya adalah peserta musyawarah/masyarakat. Hal
itulah yang dilakukan oleh masyarakat Seko Tengah (Wilayah adat Amballong,
Pohoneang, dan Hoyane) pada tanggal 24 januari 2018 lalu. Dimana melalui mekanisme
Mokobo (Musyawarah Adat), secara bersama-sama mereka kembali menyikapi rencana
pembangunan PLTA.
Hukum adalah sesuatu yang abstrak yang merupakan tata nilai dan menjadi
kesepakatan bersama dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Dalam konteks
masyarakat Adat, hukumpun menjadi hal yang subtansi dalam system kehidupan
mereka. Namun berbeda dengan system hukum yang dipahami oleh Negara dengan
Masyarakat Adat, dimana negara (baca: Pemerintah) hukum nya bersifat Tertulis,
sementara Masyarakat Adat sendiri, hukumnya tidak tertulis, hanya berupa
kesepakatan yang kemudian disakralkan, hal ini tertihat daripada sanksi-sanksi yang di
berikan oleh hukum adat. Masyarakat Adat Seko juga memiliki system Hukum
sebagaimana masyarakat Adat yang lainnya. Dalam masyarakat Adat Seko, To/Tu Bara,
To Makaka, serta To Kei, merupakan pengambil keputusan terakhir dalam sebuah
persidangan adat. Tetapi sebelumnya, To/Tu Bara, To Makaka, serta To Kei, mendengar
terlebih dahulu orang yang dituduh melanggar Adat atau para pihak yang bersengketa,
setelah itu mendengar pendapat para Tetua Kampung. Kemudian tetua kampung
tersebut berembuk dengan To/Tu Bara, To Makaka, To Kei, setelah ada keputusan hasil
rembukan tersebut barulah To/Tu Bara, To Makaka, To Kei menjatuhkan putusan.
Melihat perkembangan dalam masyarakat yang semakin dinamis, maka pemerintah dituntut
untuk mengantisipasi perkembangan yang terjadi tersebut dalam hal melakukan percepatan
administrasi negara. Dalam hal, asas legalitas menjadi tidak selalu harus dipertahankan secara
kaku karena administrasi negara tidak hanya sebatas melaksanakan suatu peraturan
perundang-undangan, tetapi pejabat yang berwenang juga wajib bersikap aktif dalam rangka
menyelenggarakan tugas-tugas pelayanan public yang tidak semjanya dapat ditampung dalam
aturan perundang-undangan yang tertulis saja.
Secara hukum pemerintah dilimpahkan bestuurszorg atau public service agar pelayanan
publik dapat dlaksanakan dan mencapai hasil maksimal kepada administrasi negara diberikan
suatu kemerdekaan tertentu untuk bertindak atas inisiatif sendiri menyelesaikan berbagai
permasalahan pelik yang membutuhkan penanganan secara cepat, sementara terhadap
permasalahan itu tidak ada atau masih belum dibentuk suatu dasar hukum penyelesaiinyya
oleh Lembaga legislative
Dalam pelaksanaan AMDAL, peran masyarakat untuk mencegah kerugian dan mewujudkan
lingkungan hidup yang berih. Tujuan peran masyarakat dalam proses AMDAL untuk
kesejahteraan masyarakat, untuk itu masyarakat wajib ikut serta kegiatan AMDAL dengan
turut serta dalam proses dokumen AMDAL, memberi pendapar, saran serta turut mengambil
keputusan kelayakan penyelenggaraan usaha atau kegiatan.
Saran
Banyaknya kasus pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh usaha atau kegiatan, baik itu
yang berdampak penting wajib amdal, atau yang tidak berdampak penting UKL-UPL dan
SPPPL dalam pelaksanaan perlu adanya pengawasan dari pemerintah daerah untuk setiap
rencana usaha atau kegiatan yang dilakukan dengan mempertimbangkan kelayakan
penyelenggaraan usaha atau kegiatan dari segi jenis, lokasi atau Kawasan agar tidak
mempengaruhi terhadap fungsi lingkungan tersebut.
Mencegah kerugian yang dialami masyarakat akibat dampak yang dilakukan oleh usaha atau
kegiatan, pemrakarsa sebelum melakukan rencana usaha atau kegiatan wajib memerlukan
dokumen AMDAL yaitu KA-ANDAL, ANDAL, dan RKL-RPL. Dalam proses pelaksanaan
AMDAL perlu adanya prinsip transparansi antara pemrakarsa terhadap masyarakat yaitu
melakukan pengumuman dengan meberi informasi dengan menyampaikan mengenai
deskripsi rinci usaha atau kegiatan, lokasi, dan keterlibatan pemerintah sebagai komisi penilai
agar terpenuhi hak masyarakat dalam keputusan kelayakan atau ketidaklayakan suatu usaha
atau kegiatan.