TENTANG
A. Pendahuluan
Sumber daya alam dan lingkungan tidak pernah lepas dari berbagai kepentingan seperti
lingkungan itu sendiri. Penempatan kepentingan itu selalu menempatkan pihak masyarakat
sebagai pihak yang dikalahkan. Terbatasnya akses masyarakat dalam pengelolaan sumber
daya alam, dan tidak seimbangnya posisi tawar masyarakat merupakan contoh klasik dalam
hukum masih harus diuji dalam pelaksanaannya (uitvoering atau implementation) sebagai
bagian dari mata rantai pengaturan (regulatory chain) pengelolaan lingkungan. Dalam
dicapai.
Kebijakan lingkungan disertai tindak lanjut pengarahan dengan cara bagaimana penetapan
tujuan dapat dicapai agar ditaati masyarakat. Oleh karena itu penegakan hukum lingkungan
semakin penting sebagai salah satu sarana untuk mempertahankan dan melestarikan
lingkungan hidup yang baik. Penegakan hukum yang berkaitan dengan masalah lingkungan
hidup meliputi aspek hukum pidana, perdata, tata usaha negara serta hukum internasional.
Lingkungan hidup merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang wajib dilestarikan dan
dikembangkan kemampuannya agar tetap dapat menjadi sumber penunjang hidup bagi
manusia dan makluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningakatan kualitas hidup itu
sendiri.
kesejahteraan. Dalam mengejar pertumbuhan ekonomi ini, sering terjadi pacuan pertumbuhan
yang seringkali menimbulkan dapat yang tidak terduga terhadap lingkungan alam dan
lingkungan sosial.
Pembangunan yang dilakukan dengan menggali dan mengekslorasi sumber daya alam sering
lingkungan hidup. Dalam perkembangannya, maka setiap aktivitas dalam pembangunan yang
bersentuhan dengan lingkungan hidup, memerlukan suatu standar mengenai Baku Mutu
Lingkungan (BML).
lingkungan secara konkret; dasar hukumnya terdapat dalam Pasal 14 UUPLH (UU No. 23
Ketentuan ini berbeda dengan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang
Mutu Lingkungan merupakan instrumen yang penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Adanya aktivitas atau kegiatan produksi yang tidak sesuai dengan Baku Mutu Lingkungan
yang ada, berarti telah terjadi pelanggaran terhadap ketentuan hukum yang berlaku. Pada
tingkat tertentu, jika terjadi pencemaran lingkungan, maka hal tersebut depat diklarifikasikan
sebagai suatu tindak pidana terhadap lingkungan hidup. Hal ini dapat diproses secara hukum
ke pengadilan.
Adanya keinginan masyarakat melalui LSM lingkungan atau perorangan yang diinformasikan
melalu media masa untuk membawa pelaku tindak kejahatan lingkungan ke pengadilan,
makin memberi alasan agar pelaku tindak kejahatan terhadap lingkungan harus dibuat jera,
hukum masih diuji dengen pelaksanaan (uitvoering atau implementation) dan merupakan
bagian dari mata rantai pengaturan (regulatory chain) pengelolaan lingkungan. Dalam
dicapai. Kebijakan lingkungan disertai tindak lanjut pengarahan dengan cara bagaimana
sarana yang bersifat pencegahan, atau setidak-tidaknya pemulihan, sampai tahap normal
kualitas lingkungan.
Istilah " mutu" dapat menimbulkan pengertian yang ambivalen dan banyak orang yang senang
menggunakan istilah "Nilai Ambang Batas". Perbedaan kedua istilah itu adalah bahwa Mutu
merupkan Nilai Ambang Batas tetapi tidak semua Nilai Ambang Batas merupakan Mutu
Lingkungan selama tidak diwajibkan berdasarkan ketentuan hukum. Karena dari aspek yuridis
dan teknis ekologi, fungsi Mutu Lingkungan dalam pengelolaan lingkungan terutama untuk
menentukan ada atau tidak ada pencemaran terhadap lingkungan. Untuk menentukan ada atau
tidak ada kerusakan lingkungan, UUPLH mengintrodusir istilah Kriteria Kerusakan
Lingkungan (KBKL), bagi kegiatan yang mempunyai "dampak besar dan penting" terhadap
lingkungan, Mutu Lingkungan dikaitkan lebih jauh dengan prosedur AMDL. Mutu
Lingkungan dipakai sebagai pedomen bagi PKL suatu kegiatan yang niscaya dituangkan
Oleh karena itu penegakan hukum lingkungan semakin penting sebagai salah satu sarana
untuk mempertahankan dan melestarikan lingkungan hidup yang baik. Penegakan hukum
yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup meliputi aspek hukum pidana, perdata, tata
Salah satu penyebab parahnya kondisi lingkungan akibat dari pencemaran dan perusakan
lingkungan saat ini adalah lemahnya penegakan hokum lingkungan baik di tingkat pusat
maupun daerah. Sudah saatnya penegakan hokum lingkungan yang konsisten merupakan
perkara pencemaran dan kerusakan lingkungan yang telah di tindaklanjuti melalui upaya
mencegah laju pencemaran dan kerusakan lingkungan belum dapat diharapkan. Untuk melihat
sejauh mana penerapan AMDAL dalam otonomi daerah, Kementrian LH telah mengevaluasi
Evaluasi ini menunjukkan sebagian domumen AMDAL gagal menyajikan substansi esensial
yang harus ada didalamnya dan tidak konsisten dalam mengevaluasi dampak yang dijaki.
Sebanyak 68% domumen AMDAL tersebut dikategorikan jelek. Hanya sebagian kecil
dokumen yang menunjukkan mutunya bagus, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
Hasil evaluasi tersebut menunjukkan, meskipun secara kelembagaan institusi AMDAL telah
mencapai tahap mapan, tetapi masih memerlukan perbaikan terus-menerus agar lebih
ini Pemerintah Daerah berlomba-lomba “menjual” kekayaan alamnya dengan alas an untuk
Mewujudkan supremasi hukum melalui upaya penegakan hukum serta konsisten akan
politik, sosial budaya, pertahanan keamanan. Namun dalam kenyataan untuk mewujudkan
supremasi hukum tersebut masih memerlukan proses dan waktu agar supremasi hukum dapat
nasional.
1. Penegakan hukum Lingkungan dalam kaitannya dengan Hukum Administrasi / Tata Usaha
Negara.
Upaya penegakan sanksi administrasi oleh pemerintah secara ketata dan konsisten sesuai
dengan kewenangan yang ada akan berdampak bagi penegakan hukum, dalam rangkan
menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Sehubungan dengan hal ini, maka penegakan
sanksi administrasi merupakan garda terdepan dalan penegakan hukum lingkungan (primum
remedium). Jika sanksi administrasi dinilai tidak efektif, berulan dipergunakan sarana sanksi
Ini berarti bahwa kegiatan penegakan hukum pidana terhadap suatu tindak pidana lingkungan
hidup baru dapat dimulai apabila : Aparat yang berwenang telah menjatuhkan sanksi
administrasi dan telah menindak pelanggar degan menjatuhkan suatu sanksi administrasi
tesebut, namun ternyata tidak mampu menghentikan pelanggaran yang terjadi, atau antara
perusahaan yang melakukan pelanggaran dengan pihak masyarakat yang menjadi korban
namun upaya yang dilakukan menemui jalan buntu, dan atau litigasi melalui pengadilan
pedata, namun upaya tersebut juga tidak efektif, baru dapat digunakan instrumen penegakan
Pada dasarnya setiap kegiatan pembangunan akan menimbulkan perubahan yang bersifat
hidup, maka perlu diusahakan peningkatan dampak positif dan mengurangi dampak negatif.
Kewenangan pemerintah untuk mengatur merupakan suatu hal yang telah ditetapkan oleh
Undang-Undang. Dari sisi Hukum Administrasi Negara, kewenangan ini di sebut dengan
kewenagan atribusi (Atributive bevoeghdheid), yaitu kewenangan yang melekat pada badan-
seperti pengawasan dan pemberian sanksi yang merupakan suatu tugas pemerintah seperti
yang diamanatkan oleh undang-undang. Dalam hal pengawasan dilakukan oleh suatu lembaga
yang dibentuk khusus oleh pemerintah.
kepada Pemerintah Kabupaten / Kota, hal ini dapat tercantum dalam pasal 25 Undang-Undang
penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya
melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan, dan / atau pemulihan atas beban biaya
penanggung jawab usaha dan /atau kegiatan, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-
Undang.
Wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diserahkan kepada Bupati /
Pihak ke-tiga yang berkepentingan berhak mengajukan permohonan kepada pejabat yang
berwenang untuk melakukan paksaan pemerintahan, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2).
Peksaan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) didahulukan dengan
keterbatasan. Apabila kondisi ini dibiarkan akan berdampak terhadap kehidupan manusia.
Oleh karena itu penegakan hukum adminitrasi oleh lembaga pemerintah harus dilaksanakan.
Manusia adalah sebagian dari ekosistem, manusia adalah pengelola pula dari sistem tersebut.
Kerusakan lingkungan adalah pengaruh sampingan dari tindakan manusia untuk mencapai
pengendalian pencemaran lingkungan hidup adalah salah satu syarat dalam pemberian izin
usaha maka pengusaha dapat dimintakan pertanggungjawaban jika dia lalai dalam
menjalankan kewajibannya.
Teerdapat beberapa sanksi khas yang terkadang digunakan pemerintah dalam penegakan
diuraikan sebagai tindakan-tindakan yang nyata dari pengusaha guna mengakhiri suatu
keadaan yang dilarang oleh suatu kaidah hukum administrasi atau (bila masih) melakukan apa
yang seharusnya ditinggalkan oleh para warga karena bertentangan dengan undang-undang.
Penarikan kembali suatu keputusan yang menguntungkan tidak selalu perlu didasarkan pada
tersebut berlaku untuk waktu yang tidak tertentu dan menurut sifanya "dapat diakhiri" atau
D. Kesimpulan
Masyarakat Indonesia dalam kenyataannya lebih akrab dengan lingkungan alamnya daripada
penerapan teknologi. Perkembangan teknologi yang mengelola sumber daya alam harus
generasi mendatang. Dengan memperhatikan kualitas lingkungan alam, sosial, budaya, dan
Hanya tindakan manusia yang membuat seolah-olah mampu menguasai alam sehingga hampir
Penegakkan hukum lingkungan dapat dilakukan dengan pemberian sanksi yang berupa sanksi
penanggung jawab usaha dan /atau kegiatan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya
melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan, dan /atau pemulihan atas beban biaya
penanggung jawab usaha dan /atau kegiatan, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-
Undang.
Terdapat beberapa hal yang perlu dicermati pemerintrah sebagai bahan refleksi. Pertama, kita
telah memiliki Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hodup
sebagai Umbrella Act bagi peraturan yang lain yang juga mengatur mengenai lingkungan,
yang seharusnya mengedepankan kepentingan rakyat sebagai pemilik tanah dan air.
Namunmasalah utama pengelolaan lingkungan hidup tidak pernah ada niatan yang sungguh-
dapat diliohat dari seperangkat lingkungan tentang sumberdaya alam, yang diterbitkan
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, KRH I Gusti. 2005. Upaya Penegakan Hukum Lingkungan. Harian Solopos, 5 Juni
2005.
Eggi Sudjana Riyanto, 1999. Penegakan Hukum Lingkungan dan Perspektig Etika Bisnis di
BPTP-DAS Surakarta.
Nabil Makarim, 2003. Sambutan Dalam Seminar Pemikiran Perubahan UU No. 23 Tahun
Siti Sundari Rangkuti, 2003. Instrumen Hukum Pengelolaan Lingkungan Hidup, Seminar
Jakarta.
Sumber Lain;
Oleh
NUR HASAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GRESIK
2013