Anda di halaman 1dari 5

 Cara Mengatasi Persoalan Kebijakan Lingkungan

Faktor utama dari banyaknya proyek tanpa AMDAL yaitu karena


AMDAL itu sendiri dianggap dapat menambah biaya investasi. Selain alasan
tersebut, kurangnya tanggungjawab dari perusahaan tentang kelestarian
lingkungan juga membuat permasalahan yang tidak kunjung berhenti.

Tanggung jawab pengelolaan lingkungan berada pada pemerintah dalam


arti tidak diserahkan kepada orang perorang warga negara atau menjadi Hukum
Perdata. Tanggung jawab pengelolaan lingkungan ada pada Pemerintah yang
membawa konsekuensi terhadap kelembagaan dan kewenangan bagi pemerintah
untuk melakukan pengelolaan lingkungan menjadi bagian dari Hukum
Administrasi1.

Sebagai hukum administrasi dengan sifatnya yang instrumental, maka


fungsi yang menonjol dalam hukum lingkungan administratif adalah bersifat
preventif berupa pencegahan terhadap pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan. Dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH) disebutkan
bahwa Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kemudian dalam
ayat (2) disebutkan Pengendalian pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pencegahan; b.
penanggulangan; dan c. pemulihan. Pelaksana pengendalian tersebut pada ayat (3)
bahwa Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah
daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan
kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing2.

1
M. Hadin Muhjad, 2015, Hukum Lingkungan Sebuah Pengantar Untuk Konteks Indonesia,
Yogyakarta: Genta Publishing, hlm 36.

2
Ibid, hlm 36-37
Ada 2 (dua) jenis izin di dalam UUPPLH, yakni pertama, izin lingkungan
adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan yang wajib Amdal atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan prasyarat untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan (Pasal 1 angka 35). Kedua, izin usaha dan/atau kegiatan
adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau
kegiatan (Pasal 1 angka 36).

Rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL dikarenakan


memiliki dampak penting terhadap lingkungan hidup.

Pasal 22 Ayat (2) UUPPLH menyebutkan mengenai dampak penting yang


ditentukan berdasarkan kriteria :

1. Besarnya penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha


dan/atau kegiatan usaha.

2. Luas wilayah penyebaran dampak.

3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.

4. Banyaknya komponen lingkungan hidup yang lain yang akan terkena


dampak.

5. Sifat kumulatif dampak.

6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak.

7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


tehnologi.

Untuk mengetahui jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib


dilengkapi dengan AMDAL dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Dampak Lingkungan Hidup.
Dalam lampiran Keputusan tersebut, diatur beberapa jenis usaha yang wajib
disertai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, yaitu : 1. Bidang
multisektoral 2. Bidang pertahanan, 3. Bidang perikanan dan kelautan 4. Bidang
kehutanan 5. Bidang perhubungan 6. Bidang tehnologi satelit 7. Bidang
perindustrian 8. Bidang pekerjaan umum 9. Bidang perumahan dan kawasan
pemukiman 10. Bidang energi dan sumber daya mineral, 11. Bidang pariwisata
12. Bidang ketenaganukliran.

Tanpa adanya AMDAL tidak mungkin mengajukan izin lingkungan.


Selanjutnya, izin lingkungan menjadi prasyarat bagi pengajuan permohonan Izin
Usaha (sektoral). Dengan demikian, tanpa dimilikinya dokumen AMDAL, tidak
dapat mengajukan kedua izin tersebut.

Instrumen penegakan hukum administrasi meliputi pengawasan dan


penegakan sanksi. Pengawasan merupakan langkah preventif untuk memaksakan
kepatuhan sedangkan sanksi merupakan langkah represif untuk memaksakan
kepatuhan.

Sanksi administrasi terutama mempunyai fungsi instrumental, yaitu


pengendalian perbuatan terlarang. Di samping itu, sanksi administrasi terutama
ditujukan kepada perlindungan kepentingan yang dijaga oleh ketentuan yang
dilanggar tersebut.

Pembangunan nasional dalam semua aspek kehidupan, termasuk dibidang


pengelolaan lingkungan hidup yang dicanangkan oleh pemerintah pada waktu itu,
tentu saja akan dapat membawa dampak yang kurang baik terhadap lingkungan
hidup. Hal ini dapat terjadi apabila proses pembangunan hanya berorientasi pada
kepentingan-kepentingan ekonomi dengan mengabaikan fungsi kelestarian dan
kemampuan lingkungan hidup. Dalam hal ini, Koesnadi Hardjasoemantri,3
menyatakan bahwa dalam proses pembangunan nasional harus dilakukan suatu
upaya untuk meniadakan atau mengurangi dampak negatif tersebut, sehingga
keadaan lingkungan hidup menjadi serasi dan seimbang lagi. Dengan demikian,
dilestarikannya bukan lingkungan an sich, tetapi menyangkut pula tentang
kemampuan lingkungan.

3
Koesnadi Hardjasoemantri, Catatan Salah Seorang “ Arsitek ”, Undang - Undang Nomor 4
Tahun 1982, Jurnal Hukum Lingkungan, Tahun III, Nomor 1, ICEL, Jakarta, 1996, hlm, 37.
Kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang patut untuk
dilestarikan, sehingga setiap perubahan yang diadakan selalu disertai dengan
upaya mencapai keserasian dan keseimbangan lingkungan hidup pada tingkat
yang baru. Adanya pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan
seimbang membawa kepada keserasian antara pembangunan dan lingkungan
hidup, sehingga keduanya tidak dapat dipertentangkan satu sama lainnya. Dalam
konteks pembangunan nasional, upaya pengelolaan liingkungan hidup, disadari
membutuhkan adanya dukungan perangkat hukum seperti UUPLH’82 itu.
Bahkan, secara teoritis dan praktis, disepakati bahwa kehadiran UUPLH’82
berfungsi sebagai ketentuan ”payung”, baik bagi penyusunan peraturan baru
maupun penyesuaian terhadap peraturan lama. Kesepakatan ini diharapkan untuk
menghindarkan tumpang tindih penyusunan dan penyempurnaan peraturan lain
yang bertentangan dengan Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH’82) sebagai landasan instrumen hukumnya.

Dalam pandangan Daud Silalahi,4 UUPLH’82 mengandung prinsipprinsip


hukum lingkungan modern yang menjadi dasar bagi pengaturan pelaksanannya
lebih lanjut, baik di tingkat pusat maupun daerah dari semua segi atau aspek
lingkungan, dan menjadi landasan untuk menilai dan menyesuaikan semua
peraturan perundang-undangan yang memuat ketentuan tentang segi-segi
lingkungan hidup yang telah berlaku, seperti perundangundangan di bidang
pengairan, pertambangan dan energi, kehutanan, industri dan lainnya. Dalam
rangka mewujudkan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang berbasis pada
sustainable development dan berwawasan lingkungan hidup, keberadaan
UUPLH’82, kiranya memerlukan sebuah penyempurnaan yang komprehensif
seiring semakin berkembangnya dan tingginya intensitas pengelolaan lingkungan
hidup dewasa ini, maka lahirlah UUPLH sebagai pengganti dari UUPLH’82. Ada
beberapa pertimbangan yang menjadi dasar diberlakukannya UUPLH tersebut,
antara lain sebagai berikut:

a) Bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk


memajukan kesejahteraan umum seperti diamanatkan UUD Tahun 1945 dan
4
Daud Silalahi, 1996, Hukum Lingkungan dalam Penegakan Hukum Lingkungan di
Indonesia, Edisi Ketiga , Alumni, Bandung, Hlm, 32.
untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan Pancasila, dilaksanakan
pembangunan ber-kelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup berdasarkan
kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan
kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan;

b) Bahwa dipandang perlu melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup


melestarikan dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi,
selaras dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup; dan

c) Bahwa penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka


pembangunan berkelanjutan yang ber-wawasan lingkungan hidup harus
berdasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan tingkat kesadaran
masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum
Internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Oleh karena itu, eksistensi konsep dan prinsip-prinsip dasar hukum


pengelolaan lingkungan adalah merupakan suatu landasan dasar hukum
lingkungan yang dapat dijadikan sebagai pijakan dalam menentukan kebijakan-
kebijakan terkait dengan pengelolaan lingkungan dan mengimplementasikan
kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) sehingga fungsi
kelestarian lingkungan dapat terjaga dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai