Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS KASUS IZIN LINGKUNGAN SEBAGAI INSTRUMEN HUKUM

ADMINISTRASI NEGARA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


(STUDI PUTUSAN NOMOR 642/PID.SUS-LH/2019/PN.PDG)
Riska Reskika – 0112.02.56.2022

Abstrak

Kasus lingkungan yang terjadi dewasa ini lebih dikarenakan oleh ulah perilaku manusia
status sosial ekonominya, terlaksananya pembangunan berkelanjutan dan terkendalinya
pemanfaatan sumber daya alam adalah tujuan pengelolaan lingkungan, masalah pengelolaan
lingkungan dapat dianggap sebagai salah satu penyebab utama rusaknya lingkungan. Delik izin
lingkungan dalam pasal 109 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup menetapkan bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan/atau
kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan, sebagaimana dimaksud dalam pasal 36 ayat (1) akan
di pidana, dalam putusan Nomor 642/Pid.Sus-LH/2019/PN.Pdg, salah satu pelanggaran
mengenai tindak pidana yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa memiliki izin
lingkungan hidup. Adapun Rumusan Masalah dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana
Penegakan Hukum Kasus Izin Lingkungan Sebagai Instrumen Hukum Administrasi Negara
Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Putusan Nomor 642/Pid.Sus-Lh/2019/Pn.Pdg.
Hasil pembahasan menunjukan penegakan terhadap tindak pidana yang melakukan
usaha dan/atau kegiatan tanpa memiiliki izin lingkungan hidup dalam putusan Nomor
642/Pid.Sus-LH/2019/PN.Pdg, Putusan pemidanaan yang dijatuhkan oleh hakim terhadap
terdakwa tidak sesuai dengan tujuan pemidanaan baik secara absolut (pembalasan) atau teori
relative (teori tujuan). Sesuai dengan tujuan sendiri, untuk memberikan efek jera kepada pelaku
tindak pidana dan tidak mengulangi perbuatan tersebut serta menyesali atas apa yang
dilakukannya. Namun melihat putusan ringan yang dijatuhkan oleh hakim terhadap terdakwa
belum memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat, dalam menjatuhan putusan pidana seharusnya
hakim lebih memperhatikan dan mempertimbangkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku serta mewujudkan dari tujuan pidana itu sendiri serta tercapainya tujuan pemidanaan.
Penerapan pidana terhadap tindak pidana yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa
memiliki izin lingkungan hidup yang dilakukan oleh pejabat, putusan pemidanaan oleh hakim
tidak sesuai dengan perarturan perundang-undangan dalam putusan nomor 642/Pid.Sus-
LH/2019/PN.Pdg dapat dikatakan cukup ringan, dan perbuatan terdakwa sangat berdampak
pada lingkungan hidup.
Kata kunci: Administrasi, Instrument Hukum, Lingkungan
Abstract

Environmental cases that occur today are more due to human behavior due to socio-
economic status, the implementation of sustainable development and controlled use of natural
resources is the goal of environmental management, environmental management problems can
be considered as one of the main causes of environmental damage. Environmental permit delict
in Article 109 of Law Number 32 of 2009 concerning environmental protection and
management stipulates that anyone who carries out a business and/or activity without having
an environmental permit, as referred to in Article 36 paragraph (1) will be punished, in a
decision Number 642/Pid.Sus-LH/2019/PN.Pdg, one of the violations regarding the crime of
carrying out a business and/or activity without having an environmental permit. The
formulation of the problem in this research is: How is the Law Enforcement of Environmental
Permit Cases as State Administration Legal Instruments in Environmental Management in
Decision Number 642/Pid.Sus-Lh/2019/Pn.Pdg.
The results of the discussion show that the enforcement of criminal acts that carry out
businesses and/or activities without having an environmental permit in decision Number
642/Pid.Sus-LH/2019/PN.Pdg, The sentencing decision handed down by the judge against the
defendant is not in accordance with the objectives of good punishment in absolute terms
(retaliation) or relative theory (goal theory). In accordance with its own goals, to provide a
deterrent effect to the perpetrators of criminal acts and not repeat these actions and regret what
they have done. However, seeing that the light decision handed down by the judge against the
defendant has not fulfilled the sense of justice for the community, in imposing a criminal
decision the judge should pay more attention to and consider the provisions of the applicable
laws and regulations and realize the goals of the crime itself and achieve the goals of
punishment. Criminal application of crimes that carry out businesses and/or activities without
having environmental permits is carried out by officials, sentencing decisions by judges are not
in accordance with statutory regulations in decision number 642/Pid.Sus-LH/2019/PN.Pdg can
said to be quite mild, and the actions of the defendant greatly impacted the environment.
Keywords: Administration, Legal Instruments, Environment
Latar Belakang
Lingkungan hidup merupakan suatu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Oleh karena itu, manusia itu sendiri diwajibkan untuk melindungi dan melestarikan
fungsi lingkungannya, walaupun kita sendiri tahu bahwa tidak semua manusia mempunyai niat
untuk melakukannya. Contoh kecilnya banyak juga orang-orang yang membuang sampah, atau
bahkan limbah dari rumah tangga secara sembarangan.1 Pencegahan terhadap kemerosotan
kualitas lingkungan hidup dan sumber daya alam dimaksudkan agar lingkungan hidup dan
sumber daya alam tetap terpelihara keberadaan dan kemampuannya untuk mendukung
berlanjutnya pembangunan, setiap aktivitas pembangunan haruslah dilandasi oleh dasar-dasar
pertimbangan pelestarian dan sumber daya alam tersebut.

Masyarakat harus bertanggungjawab dengan lingkungan hidup. Tanggung jawab


pengelolaan lingkungan berada pada pemerintah dalam arti tidak diserahkan kepada orang
perorang warga negara atau menjadi Hukum Perdata.2 Tanggung jawab pengelolaan
lingkungan ada pada Pemerintah yang membawa konsekuensi terhadap kelembagaan dan
kewenangan bagi pemerintah untuk melakukan pengelolaan lingkungan menjadi bagian dari
Hukum Administrasi.

Hukum administrasi bersifat instrumental, maka fungsi yang menonjol dalam hukum
lingkungan administratif adalah bersifat preventif berupa pencegahan terhadap pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan.3 Dalam pengelolaan lingkungan hidup yang terpenting yaitu
melakukan pencegahan pencemaran lingkungan hidup. Dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(UUPPLH) disebutkan bahwa Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Kemudian dalam ayat (2)
disebutkan Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pencegahan; b. penanggulangan; dan c. pemulihan.
Pelaksana pengendalian tersebut pada ayat (3) bahwa Pengendalian pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh

1
Fachreza Akbar Hidayat and Ahmad Basuki, “Perizinan Lingkungan Hidup Dan Sanksi Pidana Bagi Pejabat
Pemberi Izin Edisi Mei,” Iurnal Perspektif Xix, no. 2 (2018).
2
I Nyoman Ida Ayu, “Tanggungjawab Pemerintah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Berbasis Partisipasi
Masyarakat Untuk Pembangunan Daerah Bali,” Jurnal Kertha Wicaksana: Sarana Komunikasi Dosen Dan
Mahasiswa 14, no. 2 (2020).
3
Aditya Saprillah, “Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan Melalui Instrumen Pengawasan,” Jurnal Bina
Hukum Ligkungan 1, no. 1 (2016).
Pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan
kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-masing.4

Ada 2 (dua) jenis izin di dalam UUPPLH, yakni pertama, izin lingkungan adalah izin
yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib
Amdal dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang merupakan
prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan (Pasal 1 angka 35). Kedua, izin usaha
dan/atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha
dan/atau kegiatan (Pasal 1 angka 36). Menurut Pasal 22 ayat (1) UUPPLH menyatakan setiap
usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
amdal. 5

Untuk mengetahui jenis-jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi
dengan AMDAL dapat dilihat dalam Peraturan Menteri Negaraingkungan Hidup Nomor 5
Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan
Analisis Dampak Lingkungan Hidup. Dalam lampiran Keputusan tersebut, diatur beberapa
jenis usaha yang wajib disertai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Tanpa adanya
AMDAL tidak mungkin mengajukan izin lingkungan. Selanjutnya, izin lingkungan menjadi
prasyarat bagi pengajuan permohonan Izin Usaha (sektoral).6

Salah satu problematika penegakan hukum saat ini adalah mengenai usaha dan atau
kegiatan tanpa memiliki kegiatan tanpa memiliki izin lingkungan hidup serta perusakan hutan
lindung dan penimbunan hutan bakau (mangrove). Masalah lingkungan hidup saat ini ,tidak
lagi menjadi masalah bagi satu atau dua Negara saja tetapi sudah menjadi masalah global yang
melibatkan hampir semua Negara. Lingkungan hidup memiliki karakteristik global, sehingga
tidak dapat ditangani secara parsial. kerusakan lingkungan hidupdan dampak yang ditimbulkan
di suatu Negara, tidak hanya dirasakan oleh Negara dimana pencemaran atau kerusakan
lingkungan terjadi, tetapi juga akan dirasakan oleh Negara lain.7

Hal menarik untuk dibahas terkait dengan tindak pidana lingkungan hidup adalah
seperti didalam putusan nomor Pid.Sus-LH/2019/PN.Pdg., pada putusan tersebut, terdakwa

4
M. Hadin. Muhjad, Hukum Lingkungan Sebuah Pengantar Untuk Konteks Indonesia. (Yogyakarta: Genta
Publishing, 2015).
5
Hadi Siswanto, “Pengawasan Dan Penerapan Sanksi Hukum Bagi Pelaku Usaha Yang Tidak Memiliki Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal),” Jurnal Lex Administratum Viii, no. 2 (202AD).
6
Sumadi Kamarol Yakin, “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Sebagai Instrumen Pencegahan
Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan,” Badamai Law Journal (2017).
7
Renggong Ruslan, Hukum Pidana Lingkungan, (Jakarta: Prenamedia Group, 2018).
melakukan tindak pidana lingkungan hidup yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpa
memiliki izin lingkungan hidup, selain itu terdakwa juga merusak hutan Bakau (mangrove)
pada kawasan hutan lindung, kawasan itu terletak di kawasan mandeh kec IX koto tarusan, kab
pesisir selatan kegiatan yang dilakukan di kawasan mandeh pembukaan lahan, pembuatan
jalan, pemotongan bukit, hasil pemotongan bukit tersebut akan di bangun bangunan (cottage)
di kawasan mandeh.

Berdasarkan hal tersebut mengacu pada pasal 109 undang-undang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup, bahwasannya hakim memutus dengan pidana minimal, padahal
disini terdakwa memiliki pelanggaran yang cukup berat yang dapat merusak ekosistem
lingkungan hidup, jaksa penuntut umum sudah menuntut sesuai dengan yang terdakwa perbuat.
Pada putusan ini tidak sesaui dengan tujuan pemidanaan itu sendiri, baik secara teori absolut
yang menitik beratkan pemidanaan sebagai pembalasan maupun teori relative, yang
minitberatkan bahwa pemberian pidana tersebut untuk mencegah terjadi nya tindak pidana atau
tindak
penanggulangan tindak pidana.

Rumusan Masalah
Bagaimana Penegakan Hukum Kasus Izin Lingkungan Sebagai Instrumen Hukum
Administrasi Negara Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Pada Putusan Nomor
642/Pid.Sus-Lh/2019/Pn.Pdg?

Pembahasan
Hukum administrasi merupakan hukum yang mengatur hubungan antara pemerintah
dengan warga negara, atau hukum yang mengatur hubungan antar instansi pemerintah.
Menurut Philip M. Hukum Hudjon dan hukum administrasi lainnya merupakan sarana hukum
bagi para penguasa untuk berperan aktif dalam masyarakat, sedangkan hukum administrasi
memperbolehkan masyarakat umum untuk mempengaruhi dan memberikan perlindungan
kepada penguasa, itu adalah hukum yang membuat.penggaris.8 Selanjutnya menurut Philip M.
Hadjon et-al bahwa hukum administrasi mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur dan
mengendalikan masyarakat, mengatur cara-cara partisipasi warganegara dalam proses
pengaturan dan pengendalian tersebut, perlindungan hukum dan menetapkan norma-norma
fundamental bagi penguasa untuk pemerintahan yang baik.9 Dengan demikian, hukum

8
Philip M. Hadjon, “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia” (2002): 27.
9
Philip M. Hadjon, “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia” (2002): 28.
administrasi dalam menata masyarakat dan dalam kaitannya menggunakan sarana hukum,
dengan menetapkan keputusan-keputusan larangan tertentu atau dengan menerbitkan
perizinan, dan kekuasaan pemerintahan senantiasa mengawasi agar izin tersebut digunakan dan
ditaati.
Berdasarkan hal diatas peneliti menganalisis dan menyimpulkan bahwa peran hukum
administrasi di bidang lingkungan hidup memiliki beberapa manfaat strategis dibandingkan
dengan perangkat hukum lainnya (perdata dan pidana) sebagai berikut:10
1) Peran hukum administrasi di bidang lingkungan hidup dapat dioptimalisasikan sebagai
perangkat pencegahan (preventif);
2) Peran hukum administrasi (yang bersifat pencegahan) dapat lebih efisien dari sudut
pembiayaan dibandingkan penegakan hukum pidana dan perdata. Pembiayaan untuk
penegakan hukum administrasi meliputi biaya pengawasan lapangan yang dilakukan
secara rutin dan pengujian laboratorium, lebih murah dibandingkan dengan upaya
pengumpulan bukti, investigasi lapangan, mempekerjakan saksi ahli untuk
membuktikan aspek kausalitas(sebab akibat) dalam kasus pidana dan perdata; dan
3) Peran hukum administrasi lebih memiliki kemampuan mengundang partisipasi
masyarakat. Partisipasi masyarakat dilakukan mulai dari proses perizinan, pemantauan
penataan/pengawasan, dan partisipasi dalam mengajukan keberatan dan meminta
pejabat tata usaha untuk memberlakukan sanksi administrasi.
Dalam Pasal 72 Undang-Undang No 32 tahun 2009 dijelaskan Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap izin lingkungan.11 Pengawasan adalah
suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan baik, pengawasan juga
memiliki arti sangat penting untuk pemerintah daerah, karena adanya kegiatan pengawasan
akan memberikan perbaikan dalam mengatasi pencemaran lingkungan yang terjadi dan bagi
pelaksana pengawasan berfungsi sebagai bentuk aktivitas pengawasan yang memberikan suatu
kontribusi dalam berjalanya suatu kegiatan pembangunan agar kegiatan pengawasan bisa
tercapai dengan tujuan yang diharapkan secara efektif dan efisien, adapun maksud dari adanya
kegiatan pengawasan yaitu lebih menjamin bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan dalam
suatu organisasi didasarkan pada suatu rencana termasuk suatu strategi yang telah ditetapkan

10
Mas Achmad Santosa, Good Governance & Hukum Lingkungan (Jakarta: Penerbit Icel, 2001).
11
“Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Pengelolaan Dan Lingkungan Hidup,” n.d.
sebelumnya tanpa perlu mempersoalkan pada tingkat manajer dimana rencana tersebut disusun
dan ditetapkan.12
Menurut Pasal 71 UUPPLH, wewenag pengawasan pada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Kewenangan tersebut dapat didelegasikan
kepada pejabat atau instansi teknis yang bertanggung jawab dibidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Secara umum yang diawasi dalam Pasal 72 UUPPLH 2009
adalah ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap izin lingkungan.untuk itu
pejabat pengawas lingkungan hidup menurut Pasal 74 diberi wewenang sebagai berikut:13
1. Melakukan pemantauan;
2. Meminta keterangan;
3. Membuat salinan dari dokumen dan/atau membuat catatan yang diperlukan;
4. Memasuki tempat tertentu;
5. Memotret;
6. Membuat rekaman audio visual;
7. Mengambil sampel;
8. Memeriksa peralatan;
9. Memeriksa instalasi dan/atau alat transportasi; dan/atau
10. Menghentikan pelanggaran tertentu.
Sistem pengawasan dalam organisasi akan mengalami ketimpangan ketika fungsi
pengawasan tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya, pengawasan yang dilakukan
oleh Dinas Lingkungan Hidup memiliki dua jenis pengawasan yaitu:
1. Pengawasan Langsung diatur dalam pasal 72 undang-undang No 32 tahun 2009 UUPPLH
Pangawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan dengan cara
mendatangi dan melakukan pemeriksaan di tempat (on the spot) terhadap obyek yang
diawasi. Jika pengawasan langsung ini dilakukan terhadap peruhasahaan yang di berikan
izin usaha untuk melakukan pembangunan fisik maka yang dimaksud dengan
pemeriksaan ditempat atau pemeriksaan setempat itu dapat berupa pemeriksaan
administrasi atau pemeriksaan fisik di lapangan.
2. Pengawasan tidak langsung diatur dalam pasal 72 undang-undang No 32 tahun 2009
UUPPLH

12
“Pasal 71-75 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” n.d.
13
“Pasal 27 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Pengelolaan Dan Lingkungan Hidup,”
n.d.
Pengawasan Tidak Langsung merupakan pengawasan yang dilakukan tanpa
mendatangi tempat pelaksanaan pekerjaan atau obyek yang diawasi atau pengawasan
yang dilakukan dari jarak jauh yaitu dari belakang meja. Dokumen yang diperlukan
dalam pengawasan tidak langsung antara lain :
a. Laporan pelaksanaan pekerjaan baik laporan berkala maupun laporan insidentil;
b. Laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari pengawasan lain:
c. Surat-surat pengaduan;
d. Berita atau artikel di mass media;
e. Dokumen lain yang terkait.
Tujuan dari kegiatan pengawasan yang dilakukan pihak dari Dinas Lingkungan Hidup
yaitu agar proses pelaksanaan dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari rencana,
melakukan perbaikan jika ada penyimpangan yang tidak sesuai dengan rencana yang di
harapkan oleh Dinas Lingkungan Hidup dalam hal ini untuk mengatasi pencemaran lingkungan
di wilayah. Dinas Lingkungan Hidup sebagai salah satu penggerak pengawasan yang
bertanggung jawab langsung kepada pemerintah daerah dan pemerintah Pusat terkait
pelaksanaan Pengelolaan lingkungan hidup yang memiliki beberapa fungsi diantaranya,
melakukan pemeriksaan dan pengujian terhadap tindakan pengelolaan lingkugan bagi usaha
yang memiliki izin.
Melihat begitu pentingnya peran serta Dinas Lingkungan Hidup dalam melakukan
pengawasan lingkungan maka perlu dilakukan peningkatan kualitas mutu Dinas Lingkungan
Hidup untuk menjaga efektivitas dalam melakukan pengelolaan lingkungan agar terciptanya
lingkungan yang bebas dari pencemaran. Maka dari itu pemerintah memiliki kewenangan
dalam penerapan hukum administrasi yang memiliki kedudukan penting, sehingga
kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai kemampuan untuk melaksanakan
hukum positif dengan begitu dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan
warganya.
Dengan peraturan perundang-undangan yang ada dapat memberikan landasan dan
kewenangan kepada pejabat administrasi untuk menerbitkan keputusan administrasi dengan
menyelenggarakan berbagai macam fungsi dan salah satunya adalah berfungsi melindungi
(preventif) dan menegakkan peraturan perundang-undangan termasuk di dalamnya peraturan
perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.Keputusan administrasi yang merupakan
wewenang pemerintahan tersebut berbentuk perizinan untuk melakukan usaha dan/atau
kegiatan dengan mencantumkan persyaratan yang wajib ditaati oleh penerima izin, misalnya
perizinan yang berkenaan dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
termasuk pengawasan dan sanksi administratif bila persyaratan dilanggar. Sebagai upaya telah
diberikannya izin untuk melakukan suatu usaha dan/atau kegiatan, Jenamar Aslan yang
mengatakan bahwa:
“Peran hukum administrasi itu berguna sebagai pengawasan pemberian izin
lingkungan terhadap masyarakan yang diberikan izin usaha (UKL UPL) bagi pengelolaa
lingkungan yang skala kecil, jika pengelolaan lingkungan yang berskala besar maka harus
dibuatkan Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL)”14
Dari pernyataan Dinas Lingkungan Hidup diatas menjadikan hukum lingkungan
administrasi sebagai pengawasan terhadap pengelolaan usaha/kegiatan. Hal ini dilakukan
sebagai bentuk menjaga kualitas lingkungan hidup sehingga dapat tercapai pembangunan yang
berkelanjutan. Berkaitan dengan penegelolaan izin lingkungan peneliti mendapatkan informasi
dari Dinas Lingkungan Hidup bahwa masyarakat yang ingin mendirikan usaha harus
memenuhi berkas administasi dan dokumen persyaratan izin lingkungan, dimana pemerintah
daerah wajib melakukan penilaian terhadap berkas administrasi dan dokumen persyaratan izin
lingkungan sehingga masayarakat yang mendirikan usaha dalam kegiatannya menimbulkan
dampak lingkungan. Terutama pada tahap kontruksi ataupun pada tahap operasi. Dalam
konteks ini, dikatakan usaha sudah dapat berjalan apabila pemilik usaha dalam melakukan
kegiatan usahanya yang berkaitan dengan lingkungan hidup terlebih dahulu mengantongi
dokumen administrasi dan/atau izin lingkungan sebelum melakukan kegiatan usaha tersebut
yang menjadi bukti bahwa usaha yang akan dilakukan sudah mendapatkan izin resmi dari
pemerintah.
Dalam mengelola perizinan agar mengurangi terjadinya kegiatan usaha yang beroperasi
tanpa izin lingkungan berupa dokumen administrasi dan dokumen AMDAL maka Dinas
Lingkungan Hidup melakukan pengawasan langsung terhadap kegiatan usaha yang dinilai
berkaitan langsung dengan lingkungan hidup. Dimana pengawasan sebagai suatu kegiatan
administrasi yang bertujuan mengandalkan evaluasi terhadap pengelolaan lingkungan apakah
sudah sesuai dengan rencana yang di susun dalam izin lingkungan. Karena itu pengawasan
dilakukan untuk menyesuaikan terhadap izin lingkungan dengan keadaan lingkungan yang
sedang dikelola perusahaan ataupun masyarakat. Dengan demikian jika terjadi kesalahan atau
penyimpangan-penyimpagan yang tidak sesuai dengan prosedur yang tertera dalam izin, maka
segera dilakukan teguran sesuai prosedur undang-undang yang berlaku.Seperti yang di jelaskan

14
Wahyu Rasyid, Sadriyah Mansur, and Burhanuddin, “Peran Hukum Administrasi Dalam Penegakan Hukum
Lingkungan,” Madani Journal Legal Review 5, no. 1 (2021).
dalam pedoman penerapan sanksi administrasi yang telah ditentukan pada Lampiran I angka
IV Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan
Sanksi Administratif di Bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.15
Selanjutnya peneliti melakukan pernyataan terkait penerapan sanksi administrasi
dibidang lingkungan hidup. Jenamar Aslan mengatakan bahwa :
“Sampai saat ini belum ada perkara lingkungan hidup terkait penerapan sangsi administrasi
sampai ke tingkat akhir yaitu pencabutan izin.Upaya yang dilakukan oleh Dinas terkait dalam
hal ini Dinas Lingkungan Hidup hanya sampai pada teguran tertulis.Masyarakat selama ini
masih patuh terhadap aturan yang ada.”
Dari pernyataan diatas peneliti meyimpulkan bahwa penerapan sanksi administrasi
lingkungan khususnya teguran tertulis masih berlaku efektif sehingga kasus masih minim.
Dinas Lingkungan Hidup lebih tegas lagi dalam penerapkan sanksi administrasi sehingga
permasalahan lingkungan mampu selesaikan tanpa melibatkan pemerintah pusat untuk
menyelesaian permasalah lingkungan.
Hukum lingkungan dalam bidang ilmu hukum, merupakan salah satu bidang ilmu
hukum yang paling strategis karena hukum lingkungan mempunyai banyak segi yaitu segi
hukum administrasi, segi hukum pidana, dan segi hukum perdata. Dengan demikian, tentu saja
hukum lingkungan memiliki aspek yang lebih kompleks. Hubungan hukum lingkungan dengan
hukum administrasi negara dapat dilihat dari kasus-kasus lingkungan yang terjadi, misalnya
kasus AMDAL Dengan masuknya masalah lingkungan sebagai bagian dari kebijaksanaan
pembangunan maka pemerintah berwenang untuk mencampurinya, artinya pemerintah
mempunyai wewenang untuk mengatur, mengelola lingkungan hidup. Dalam UUD 1945
ditegaskan “Bumi, Air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat (Pasal 33 (3) UUD 1945.
Peranan HAN semakin dominan dan penting karena menjadi dasar pijakan bagi
tindakan pemerintah dalam mewujudkan tugasnya dalam rangka menyelenggarakan public
service khususnya dalam pemberian izin menyangkut lingkungan hidup. Dalam pelaksanaan
lebih lanjut menyebutkan bahwa: “sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh
pemerintah”. Dan untuk melaksanakan ketentuan itu maka pemerintah: Mengatur dan
mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup. Mengatur

15
“Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penerapan Sanksi
Administratif Di Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” n.d.
penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan kembali
sumbar daya alam termasuk sumber daya genetika. Mengatur pembuatan hukum dan hubungan
hukum antara orang atau subyek hukum lainya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya
alam dan sumber daya buatan, termasuk sumber daya genetika. Mengendalikan kegiatanyang
mempunyai dampak sosial Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi
lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) yaitu kajian mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaran usaha
dan/atau kegiatan. Izin merupakan “Keputusan Administrasi Negara/Tata Usaha Negara”. Ini
berarti bahwa dengan izin dibentuk suatu hubungan hukum tertentu. Dalam hubungan ini oleh
administrasi negara/pemerintah dicantumkan syarat-syarat dan kewajiban-kewajiban tertentu
yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh pihak yang memperoleh izin. Penolakan izin hanya
dilakukan jika kriteria yang ditetapkan oleh penguasa tidak dipenuhi atau bila karena suatu
alasan tertentu tidak mungkin memberikan izin kepada semua orang16.
UUPPLH didalamnya terdapat 2 (dua) konsep perizinan, yaitu: Pasal 1 angka 35
UUPPLH bahwa izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL/UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin
usaha dan/atau kegiatan; Pasal 1 angka 36 UUPPLH bahwa izin usaha dan/atau kegiatan yakni
izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan usaha dan/atau kegiatan. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa penetapan perizinan sebagai salah satu instrumen hukum dari
pemerintah ialah untuk mengendalikan kehidupan masyarakat agar tidak menyimpang dari
ketentuan hukum yang berlaku, serta membatasi aktifitas masyarakat agar tidak merugikan
orang lain. Dan izin lingkungan dengan izin usaha dan/atau kegiatan mempunyai keterkaitan
yang erat satu sama lainnya.
Dinas Lingkungan Hidup dalam hal menjalankan tugas Dinas Lingkungan Hidup
mengacu pada visi sebagai Institusi yang handal dalam pengelolaan lingkunganhidup untuk
mewujudkan masyarakat yang berbudaya dan berwawasan lingkungan. Dalam hal mencapai
visi tersebut Dinas Lingkungan Hidup mengacu pada misi yaitu sebagai berikut: Mewujudkan
peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup dengan
mengikutsertakan dunia usaha, masyarakat dan sekolah dalam pengelolaan lingkungan.

16
T. S. Djatmiati, “Prinsip Izin Usaha Industri Di Indonesia” (UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2004).
Mewujudkan Ruang Terbuka Hijau kawasan perkotaan yang memenuhi fungsi ekologis, fungsi
estetis, fungsi sosial dan nyaman. Mewujudkan tata kelola kebersihan dan pengelolaan
persampahan yang berkualitas.
Meningkatkan pengawasan dan pemulihan kualitas lingkungan hidup sesuai daya
dukung dan daya tamping lingkungan dalam rangka pelestarian lingkungan hidup. Adapun
tujuannya yaitu sebagai berikut: Mengembangkan kapasitas sumber daya lingkungan hidup
secara optimal. Meningkatkan penyediaan dan pengelolaan taman dan perindang jalan.
Meningkatkan kebersihan dan kinerja pengelolaan sampah. Berdasarkan pernyataan dengan
Kepala Bidang PPLH Dinas Lingkungan Hidup, menurut Pasal 3 Peraturan Walikota Kota
setempat (PERWALI) No. 6 Tahun 2016 tentang Pedoman Tata Cara Pengajuan Dokumen
Lingkungan Hidup dan Izin Lingkungan menyatakan bahwa: Penapisan dilakukan untuk
menentukan dokumen lingkungan hidup yang wajib dimiliki oleh Pemrakarsa sebagaimana
tersebut dalam Pasal 2.
Pemrakarsa melakukan penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan mengisi
ringkasan informasi awal atas rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilakukan,
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Walikota ini. SKPD menelaah penapisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
menentukan dokumen lingkungan hidup berpedoman pada: jenis rencana usaha dan/atau
kegiatan yang wajib memiliki Amdal; jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki dokumen UKL-UPL, atau SPPL berdasarkan Lampiran II yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. Jangka waktu penentuan dokumen lingkungan
hidup yang wajib dimiliki paling lambat 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya hasil penapisan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan merupakan teknologi pembuatan perencanaan dan
keputusan yang berasal dari barat, negara industri yang demokratis dengan kondisi budaya dan
sosial berbeda, sehingga ketika program ini diterapkan di negara berkembang dengan kondisi
budaya dan sosial politik berbeda, kesulitanpun muncul.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL di Indonesia telah lebih dari 15
tahun diterapkan. Meskipun demikian berbagai hambatan atau masalah selalu muncul dalam
penerapan AMDAL, seperti juga yang terjadi pada penerapan AMDAL di negara-negara
berkembang lainnya. Hambatan tersebut cenderung terfokus pada faktor-faktor teknis, seperti:
Tidak memadainya aturan dan hukum lingkungan, Kekuatan institusi, Pelatihan ilmiah dan
profesional, dan ketersediaan data.
Sehubungan dengan itu, terdapat hal menarik untuk dibahas terkait dengan putusan
hakim dalam tindak pidana lingkungan hidup adalah seperti didalam putusan nomor Pid.Sus-
LH/2019/PN.Pdg., pada putusan tersebut, terdakwa melakukan tindak pidana lingkungan hidup
yang melakukan usaha dan/atau kegiatan tanpamemiliki izin lingkungan hidup, selain itu
terdakwa juga merusak hutan Bakau (mangrove) pada kawasan hutan lindung, kawasan itu
terletak di kawasan mandeh kec IX koto tarusan, kab pesisir selatan kegiatan yang dilakukan
di kawasan mandeh pembukaan lahan, pembuatan jalan, pemotongan bukit, hasil pemotongan
bukit tersebut akan di bangun bangunan (cottage) di kawasan mandeh.
Adapun kronologis kasus tindak pidana lingkungan hidup, bahwa dari fakta hukum
dipersidangan dari keterangan saksi Yulhardi, Yozki Wandri, Spi.,Msi., saksi Zaitul Ikhlas,
Masrial Alias Ujang Panungkek DT. Rajo Gandam, Ben Rusdi dan saksi Genserta keterangan
terdakwa, terungkap fakta hukum bahwa perbuatan saksi Yulhardi memperlebar dan
memperdalam perairan tersebut dengan menggunakan Excavator karena perintah dari terdakwa
dan pada saat saksi Yulhardi melakukan pelebaran dan memperdalam perairan ditunggu dan
diawasi oleh terdakwa, dan saksi Yulhardi bekerja hanya semata-mata karena mendapatkan
upah dari terdakwa dan semua yang dilakukan atas perintah dan pengawasan dari terdakwa.
Saksi Jafridal Alias Aciek bekerja membuat jalan, membuat tapak rumah, membuat irigasi
dengan menggunakan alat berat hanya atas perintah terdakwa dan saksi Jafridal Alias Aciek
hanya pekerja yang mendapatkan upah dari terdakwa. Begitu juga saksi Masrial Als Ujang
Panungkek DT. Rajo Gandam bersama dengan saksi Ben Rusdi dan saksi Gen, mereka bekerja
membangun rumah atau pondok atas perintah dari terdakwa dan mereka hanya pekerja yang
mendapat upah dari terdakwa.
Berdasarkan hal diatas, maka penegakan hukum lingkungan melalui instrumen hukum
administrasi merupakan langkah pertama dan utama untuk mencapai penataan peraturan
(compliance). Dikatakan sebagai langkah pertama, karena kasus lingkungan sebenarnya tidak
akan terjadi jika instrumen hukum administrasi lingkungan diterapkan dan ditegakkan dengan
baik. Sebagai langkah yang utama, karena pada prinsipnya penegakan hukum lingkungan yang
lebih utama bukanlah menghukum para pencemaran/kerusakan lingkungan, tetapi mencegah
dan memulihkan kualitas dan daya dukung lingkungan. Ada beberapa kelebihan penerapan
instrumen hukum lingkungan administrasi dalam penegakan hukum lingkungan dibandingkan
dengan istrumen hukum pidana dan perdata. Kelebihan ini antara lain dikemukakan Mas
Ahmad Santosa sebagai berikut: 17
a. Penegakan hukum adminsitrasi di bidang lingkungan hidup dapat dioptimalkan sebagai
perangkat pencegahan (preventive).

17
Mas Ahmad Santosa, Good Govenrnance Dan Hukum Lingkungan (Jakarta: Icel, 2001).
b. Penegakan hukum adminsitrasi (yang bersifat pencegahan), dapat lebih efisien dari
sudut pembiayaan dibandingkan penegakan hukum pidana dan perdata. Pembiayaan
untuk penegakan hukum adminsitrasi meliputi biaya pengawasan lapangan yang
dilakukan secara rutin dan pengujian laboratorium, lebih murah dibandingkan dengan
upaya pengumpulan bukti, investigasi lapangan, mempekerjakan saksi ahli untuk
membuktikan aspek kausalitas (sebab akibat) dalam kasus pidana dan perdata.
c. Penegakan hukum administrasi lebih memiliki kemampuan mengundang partisipasi
masyarakat. Partisipasi masyarakat dialkukan mulai dari proses perizinan, pemantauan,
penataan, pengawasan, dan partisipasi dalam mengajukan keberatan dan meminta
pejabat tata usaha Negara untuk memberlakukan sanksi adminisitrasi.
Ahmad Santosa selanjutnya menyebutkan, bahwa perangkat penegakan hukum dalam
sebuah sistem hukum dan pemerintahan, minimal harus meliputi : (1) izin, yang didayagunakan
sebagai perangkat pengawasan dan pengendalian; (2) persyararatan dalam izin dengan merujuk
kepada Amdal, standar baku lingkungan, peraturan perundang-undangan; (3) mekanisme
pengawasan penataan; (4) keberadaan pejabat pengawas dengan kualitas dan kuantitas yang
memadai; dan (5) sanksi adminsitrasi. Sejalan dengan pendapat di atas, J.B.J.M. ten Berge
mengemukakan ada dua penegakan hukum adminsitrasi, yakni yang pertama adalah
pengawasan dan yang kedua berupa sanksi administrasi. Pengawasan adalah merupakan
langkah preventif untuk memaksanakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan
langkah represif untuk memaksakan kepatuhan.18
Dari perspektif hukum administrasi, pengawasan merupakan tugas utama dari pejabat
yang berwenang memberikan izin lingkungan. Dalam hukum administrasi, terdapat prinsip
umum yang selalu menjadi pegangan utama, bahwa pejabat yang berwenang memberikan izin
bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap izin yang diberikan. Izin yang telah
diberikan tidak hanya sekedar menjadi persyaratan formal yang harus dipenuhi oleh pelaku
usaha, tetapi secara substansial juga harus dipenuhi sesuai persyaratan yang diwajibkan dalam
izin yang diberikan.19
UUPPLH merumuskan bahwa pengelolaan lingkungan hidup, yang ditambah dengan
kata “perlindungan” sehingga menjadi kalimat perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup, merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

18
J.B.J.M. Ten Berge, “Recent Development In General Adminsitrative Law In The Nederlands. Utrecht” (1994):
21.
19
N. Listiyani, “Konsep Perizinan Terpadu Sebagai Upaya Pencegahan Tindak Pidana Korupsir” (2018).
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
penegakan hukum. 20
Prinsip keterpaduan dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup juga telah
disebut dalam Deklarasi Rio, yang secara tegas menyebut adanya Principle of Integration yang
menyatakan “enviromental protection shall constitute an integral part of the development
process and cannot be considered in isolation from it”. Keterpaduan berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Keterpaduan juga meliputi tata ruang,
perlindungan sumber-sumber daya lingkungan, serta keterpaduan pengelolaan dalam tingkat-
tingkat pemerintahan, yakni pusat dan daerah. Asas keterpaduan sebenarnya telah diratifikasi
dalam peraturan lingkungan hidup di Indonesia sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH). Pasal 18 ayat (1) UULH
menyatakan : “Pengelolaan lingkungan hidup pada tingkat nasional dilaksanakan secara
terpadu oleh perangkat kelembagaan yang dipimpin oleh seorang Menteri dan yang diatur
dengan peraturan perundang-undangan”. Ketentuan ini mengandung arti bahwa pengelolaan
lingkungan hidup di Indonesia harus berada di tangan Menteri.

20
“Pasal 28 Ayat (1) UUPPLH,” n.d.
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Saprillah. “Penegakan Hukum Administrasi Lingkungan Melalui Instrumen
Pengawasan.” Jurnal Bina Hukum Ligkungan 1, no. 1 (2016).
Djatmiati, T. S. “Prinsip Izin Usaha Industri Di Indonesia.” UNIVERSITAS AIRLANGGA,
2004.
Fachreza Akbar Hidayat, and Ahmad Basuki. “Perizinan Lingkungan Hidup Dan Sanksi
Pidana Bagi Pejabat Pemberi Izin Edisi Mei.” Iurnal Perspektif Xix, no. 2 (2018).
Hadi Siswanto. “Pengawasan Dan Penerapan Sanksi Hukum Bagi Pelaku Usaha Yang Tidak
Memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).” Jurnal Lex Administratum
Viii, no. 2 (202AD).
I Nyoman Ida Ayu. “Tanggungjawab Pemerintah Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
Berbasis Partisipasi Masyarakat Untuk Pembangunan Daerah Bali.” Jurnal Kertha
Wicaksana: Sarana Komunikasi Dosen Dan Mahasiswa 14, no. 2 (2020).
J.B.J.M. Ten Berge. “Recent Development In General Adminsitrative Law In The
Nederlands. Utrecht” (1994): 21.
Listiyani, N. “Konsep Perizinan Terpadu Sebagai Upaya Pencegahan Tindak Pidana
Korupsir” (2018).
M. Hadin. Muhjad. Hukum Lingkungan Sebuah Pengantar Untuk Konteks Indonesia.
Yogyakarta: Genta Publishing, 2015.
Mas Achmad Santosa. Good Governance & Hukum Lingkungan. Jakarta: Penerbit Icel, 2001.
Mas Ahmad Santosa. Good Govenrnance Dan Hukum Lingkungan. Jakarta: Icel, 2001.
Philip M. Hadjon. “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia” (2002): 27.
———. “Pengantar Hukum Administrasi Indonesia” (2002): 28.
Rasyid, Wahyu, Sadriyah Mansur, and Burhanuddin. “Peran Hukum Administrasi Dalam
Penegakan Hukum Lingkungan.” Madani Journal Legal Review 5, no. 1 (2021).
Renggong Ruslan. Hukum Pidana Lingkungan,. Jakarta: Prenamedia Group, 2018.
Sumadi Kamarol Yakin. “Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Sebagai
Instrumen Pencegahan Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan.” Badamai Law Journal
(2017).
“Pasal 27 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Pengelolaan Dan
Lingkungan Hidup,” n.d.
“Pasal 28 Ayat (1) UUPPLH,” n.d.
“Pasal 71-75 Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Pengawasan Pengelolaan
Lingkungan Hidup,” n.d.
“Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 02 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penerapan
Sanksi Administratif Di Bidang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,” n.d.
“Undang-Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Pengelolaan Dan Lingkungan
Hidup,” n.d.

Anda mungkin juga menyukai