Anda di halaman 1dari 8

Nama : Walliyudin

NPM : 3017215031

1. Sejak diselenggarakannya konferensi PBB tentang lingkungan hidup tahun 1972 di


Stockholm yang diikuti oleh sekitar 104 negara, Indonesia telah menerbitkan dan
sekaligus merevisi undang undang lingkungan hidup, yaitu UU nomor 4 tahun 1982, UU
nomor 23 tahun 1997 dan terakhir UU nomor 32 tahun 2009.
Menurut saudara apa perbedaan prinsip dari ketiga peraturan perundang undangan
tersebut sehingga perlu dilakukan perubahan dan penyempurnaan, Jelaskan.

Jawab :

Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup dengan Undang- Undang ini adalah adanya penguatan yang terdapat
dalam Undang-Undang ini tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam
setiap proses perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan
pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.

Adanya penguatan yang terdapat dalam perubahan dan penyempurnaan Undang-Undang


ini tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses
perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan
pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.
2. Ada beberapa instrumen hukum lingkungan dalam UU nomor 32 tahun 2009 untuk
mencegah terjadinya pencemaran/perusakan lingkungan, sebut dan jelaskan sekurang
kurangnya 5 (lima) instrumen tersebut.

Jawab :
a. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)
KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau
program.
Secara prinsip sebenarnya KLHS adalah suatu self assessment untuk melihat sejauh
mana Kebijakan, Rencana dan/atau Program (KRP) yang diusulkan oleh pemerintah
dan/atau pemerintah daerah telah mempertimbangkan prinsip pembangunan
berkelanjutan, baik untuk kepentingan ekonomi, dan social, selain lingkungan hidup.
KLHS tidak sama dengan AMDAL, perbedaan mendasar antara KLHS dengan
AMDAL bahwa KLHS merupakan instrument untuk mengintegrasikan aspek
lingkungan pada tahapan awal pengambilan keputusan tentang kebijakan, rencana,
dan program. Sementara Amdal merupakan studi dampak dari suatu kegiatan
(proyek) terhadap lingkungan. KLHS berada di arah kebijakan, rencana, program atau
hulu, sedangkan Amdal di aras proyek atau hilir dari proses pembangunan.
b. Tata Ruang
Penegasan tata ruang sebagai instrument pencegahan, pencemaran, dan atau
kerusakan lingkungan hidup terdapat dalam Pasal 14 huruf b UUPPLH 2009. Tata
ruang berfungsi untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, khususnya dalam
kaitannya dengan pengelolaan lingkungan. Dalam penetapan lokasi rencana usaha
harus sesuai dengan rencana tata ruang. Jika tidak, maka dokumen lingkungan dan
perizinan tidak akan dinilai dan diterbitkan.
c. Izin Lingkungan
Izin Lingkungan merupakan instrument hukum admnistrasi yang diberikan oleh
pejabat berwenang. Izin lingkungan berfungsi untuk mengendalikan perbuatan
konkret individu dan dunia usaha agar tidak merusak atau mencemar lingkungan.
Sebagai bentuk pengaturan langsung, izin lingkungan mempunyai fungsi untuk
membina, mengarahkan, dan menertibkan kegiatan individu atau badan hukum agar
tidak mencemari serta merusak lingkungan. Fungsi utama dari izin lingkungan adalah
bersifat prefentif yakni pencegahan pencemaran yang tercermin dari kewajiban-
kewajiban dicantumkan dalam perizinan lingkungan. Sedangkan fungsi represifnya
untuk menanggulangi pencemaran dan perusakan yang diwujudkan dalam bentuk
pencabutan izin.
d. Amdal dan UKL-UPL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak
besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan
hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu
proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek Abiotik, Biotik,
dan Kultural.
e. Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan
Baku mutu lingkungan adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan
pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak menimbulkan gangguan terhadap
makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Secara objektif, baku mutu merupakan
sasaran ke arah mana suatu pengelolaan lingkungan ditujukan. Kriteria baku mutu
adalah kompilasi atau hasil dari suatu pengolahan data ilmiah yang akan digunakan
untuk menentukan apakah suatu kualitas air atau udara yang ada dapat digunakan
sesuai objektif penggunaan tertentu.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas
industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan.

3. Dengan telah diterbitkannya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 18 tahun 2014


tentang upaya legal standing terhadap UU Nomor 32 tahun 2009, bagaimana proses
penegakan hukum khususnya di bidang pidana terhadap pelaku perusakan atau
pencemaran lingkungan.
Kaitkan jawaban saudara dengan ketentuan pidana dalam kitab undang undang hukum
pidana.

Jawab
Akibat dari putusan MK No 18 tahun 2014, maka pihak pengelola B3 yang sedang
mengajukan izin perpanjangan kepada lembaga yang berwenang, apabila izin
perpanjangannya belum keluar atau belum selesai ketika masa izinnya telah berakhir,
maka “Secara materiil harus dianggap telah memperoleh izin,”
Tindak pidana lingkungan hidup tidak berdiri sendiri dan tunggal, namun terdapat
pelanggaran yang bersifat administratif, perdata maupun pidana, sehingga harus
dikoordinasikan di bawah menteri lingkungan hidup sesuai ketetapan dalam undang-
undang tersebut.
Undang-Undang Lingkungan Hidup memang mencantumkan asas ultimum remedium
dalam penjatuhan sanksi pidana, artinya pemidanaan dan tujuan pidana merupakan
tindakan terakhir dalam menyelesaikan perkara lingkungan hidup setelah sanksi
administratif diberlakukan terlebih dahulu. Pasal 98 ayat (1) dalam beleid ini juga
menyatakan bahwa tindakan pemidanaan dapat dikenakan untuk perbuatan dilampauinya
baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup.
4. Indonesia merupakan salah satu negara yang telah meratifikasi Konvensi B3 pada tahun
1993. Menurut saudara apakah dengan meratifikasi Konvensi B3 tersebut, maka B3
menjadi suatu bahan yang sama sekali tidak boleh dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan industri, bagaimana dengan industri kecil menengah yang menggunakan B3
untuk kepentingan usahanya. Jelaskan secara komprehensif dengan memberikan contoh
kongkret.

Jawab
Dengan Indonesia meratifikasi Konvensi B3 1993, bukan berarti B3 menjadi tidak boleh
digunakan sama sekali untuk kepentingan industri. Jika dikelola dengan benar, limbah ini
bisa mendatangkan manfaat dan peluang bisnis baru. Paradigma bahwa limbah B3 harus
dibuang, sudah selayaknya dihilangkan. Ini karena limbah B3 itu masih dapat dikelola
menjadi aneka macam produk yang bernilai ekonomi.
Pabrik semen Holcim dan Indocement misalnya, telah sejak lama menggunakan limbah
B3 sebagai campuran pembuatan semen. Kandungan unsur silika yang tinggi pada limbah
B3 membuat produk melekat kuat. Limbah B3 untuk campuran semen itu di antaranya
didapatkan dari sisa pengolahan logam baja, yaitu iron concentrate, mill scale, dan debu
EAF (electric arc furnace ash). Sementara, slag nikel (buangan peleburan bijih nikel) bisa
digunakan untuk dasar pembuatan jalan raya.
Contoh lain adalah pengolahan oli bekas menjadi oli bersih yang bisa dimanfaatkan
kembali menjadi pelumas kendaraan. Oli Pennzoil misalnya, merupakan hasil pengolahan
kembali oli bekas menjadi pelumas berkualitas tinggi. Ini merupakan produk ramah
lingkungan karena mengurangi limbah oli bekas.
Penting diingat bahwa limbah B3 yang bisa dimanfaatkan dan dikelola hanya limbah
yang berasal dari buangan pabrik dalam negeri. Negara tidak memperbolehkan impor
limbah B3 untuk tujuan apapun, sekalipun dengan dalih penelitian.
5. Upaya hukum yang dilakukan masyarakat merupakan upaya Legal Standing atau Class
Action, jelaskan.

Jawab
Legal standing atau yang juga disebut dengan ius standi (hak gugatan organisasi)
merupakan perseorangan, organisasi ataupun kelompok yang berperan sebagai pihak
Penggugat di pengadilan. Sederhananya, legal standing berarti hak seseorang,
organisasi, atau sekelompok orang untuk menjadi Penggugat dalam proses peradilan
perdata (civil proceding) di pengadilan. Adapun kepentingan hukum yang berkaitan
dengan hak gugatan organisasi adalah tentang kepemilikan atau munculnya kerugian
yang langsung dialami oleh Penggugat.
Gugatan legal standing tidak bisa diajukan oleh sembarang orang. Gugatan legal
standing hanya bisa dilakukan oleh LSM yang memenuhi syarat sebagai berikut:
berbadan hukum atau Yayasan; dalam Anggaran Dasar Organisasi yang bersangkutan
disebutkan secara jelas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut selaras dengan
topik gugatan; telah menjalankan kegiatan sesuai Anggaran Dasar tersebut. Selain itu,
harus dipahami bahwa pengajuan gugatan adalah dalam rangka kepentingan umum
bukan kepentingan pribadi belaka.
Sementara Class Action merupakan salah satu cara untuk suatu kelompok yang
memiliki kepentingan dalam suatu permasalahan, baik satu orang anggotanya atau
lebih sebagai pihak Penggugat atau yang Digugat sebagai wakil dari kelompok tanpa
harus berpartisipasi dari masing-masing kelompok tersebut. Intinya, class action
menjadi cara untuk seseorang yang memiliki kepentingan atau permasalahan yang
sama untuk saling bergabung untuk pengajuan tuntutan agar lebih efekti dan efisien.
Perbedaan mendasar dari kedua jenis perlindungan hukum bisa terlihat dari pihak
Penggugat, dengan class action mencakup keseluruhan anggota kelompok, sementara
dalam legal standing, pihak Penggugat tidak mencakup semua anggota. Pihak
Penggugat dalam legal standing dapat berupa badan hukum atau organisasi non-profit
(NGO atau LSM) dengan Tergugat adalan pemerintah, perusahaan, badan hukum,
dan perseorangan dengan bentuk tuntutan berupa pemulihan.
Sementara itu, pihak Penggugat dalam class action adalah individu atau kelompok
masyarakat dengan Tergugat adalah pemerintah, perusahaan, badan hukum, maupun
individu dengan bentuk tuntutan berupa ganti rugi dan pemulihan.
Jadi dalam kasus PT MOB, upaya hukum yang dilakukan masyarakat lebih kepada
Class Action

a. Dalam kasus PT. MOB, ternyata selain UU nomor 32 tahun 2009, PT. MOB juga
dijerat dengan UU tentang Perindustrian, UU tentang Kehutanan, UU tentang
Pertambangan, UU tentang Perikanan dan KUHP.
Seandainya saudara adalah Jaksa Penuntut Umum, undang undang manakah yang
ditetapkan sebagai dasar dakwaan primer dan kemudian dakwaan subsider. Jelaskan
dengan menyebutkan alasan yuridisnya.
Jawab
Lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 membawa harapan baru dalam
penegakan hukum pidana lingkungan, karena Penegakan hukum pidana dalam UU ini
memperkenalkan ancaman hukuman minimum di samping maksimum, perluasan alat
bukti, pemidanaan bagi pelanggaran baku mutu, keterpaduan penegakan hukum
pidana,dan pengaturan tindak pidana korporasi.
Ada beberapa pasal yang mengatur sanksi pidana yang mengancam setiap
pelanggaran peraturan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
baik kepada perseorangan, korporasi, maupun pejabat. Sebagai contoh Pasal 98 ayat
(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 mengatur bahwa pelanggaran terhadap
baku mutu dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 3.000.000.000,00 (tiga milyar
rupiah) dan paling banyak Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).
Maka dalam kasus PT MOB, saya akan menetapkan dakwaan sebagai berikut :
Dakwaan Primer
UU No.32 Tahun 2009 (pidana minimum 3 tahun)

Dakwaan Subsidair
UU Kehutanan (ancaman maksimum 15 tahun)
UU Perikanan (ancaman maksimum 6 tahun)
UU Pertambangan (ancaman maksimum 5 tahun)
UU Perindustrian ditempatkan paling akhir karena tidak mengatur sanksi pidana,
sementara KUHP dikesampingkan karena tindak pidana pencemaran lingkungan
termasuk kedalam UU khusus, hal ini sesuai dengan asas Lex specialis derogat legi
generali dimana hukum yang bersifat khusus (lex specialis) mengesampingkan
hukum yang bersifat umum (lex generalis).

Anda mungkin juga menyukai