Anda di halaman 1dari 3

Bacalah Undang-Undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU PPLH) serta Undang-Undang No 11 tahun


2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja). Terdapat beberapa hal yang diubah
oleh UU Cipta Kerja mengenai AMDAL yang sebelumnya telah diatur dalam
UU PPLH. Cermati perbedaan tersebut, lalu diskusikanlah hal-hal dibawah ini:

1. Uraian muatan dokumen AMDAL!


2. Dokumen AMDAL disusun pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.
Uraikanlah syarat masyarakat yang dapat dilibatkan dalam penyusunan
dokumen AMDAL!
3. Apakah izin lingkungan dapat menjadi obyek gugatan administratif?
Jelaskan dasar hukumnya!

JAWABAN,
1. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu dokumen lingkungan
yang cukup populer pada saat ini, terutama terkait pengaturan RUU
(Omnibus Law) Cipta Kerja yang menganulir peran AMDAL dalam
persyaratan perizinan. Untuk itu perlu dipahami terlebih dahulu apakah
AMDAL tersebut. AMDAL adalah singkatan dari Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan yang merupakan suatu DOKUMEN KAJIAN STUDI
KELAYAKAN untuk memastikan dampak lingkungan dari suatu tahapan
pengembangan proyek sebagai bahan pertimbangan untuk pembuat
keputusan dalam penerbitan suatu Izin Usaha. Dokumen lingkungan dalam
tataran pelaku usaha sesungguhnya ada dua yaitu Usaha Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan AMDAL.

Khusus terkait AMDAL itu sendiri, sesungguhnya AMDAL adalah suatu


dokumen kajian yang terdiri dari beberapa dokumen kelengkapan yang harus
dilengkapi oleh pelaku usaha atau pemrakarsa yang ditujukan untuk
meminimalisasi dampak lingkungan dan sosial dari suatu kegiatan usaha.

Dokumen amdal memuat:


a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang
terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
f. rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

2. Menurut Pasal 26 UUPPLH tentang perlibatan masyarakat dalam


penyusunan AMDAL.
(1) Dokumen amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun oleh
pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.
(2) Pelibatan masyarakat harus dilakukan berdasarkan prinsip pemberian informasi
yang transparan dan lengkap serta diberitahukan sebelum kegiatan dilaksanakan.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. yang terkena dampak;
b. pemerhati lingkungan hidup; dan/atau
c. yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses amdal.
(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan keberatan
terhadap dokumen amdal.

Penjelasan Pasal 26 Ayat (1) Pelibatan masyarakat dilaksanakan dalam proses


pengumuman dan konsultasi publik dalam rangka menjaring saran dan tanggapan
Berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17
Tahun 2012 tentang Pedoman Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Analisis
Dampak Lingkungan Hidup dan

Izin Lingkungan, disebutkan bahwa masyarakat yang dilibatkan dalam proses


penyusunan AMDAL mencakup masyarakat:
- Masyarakat terkena dampak Masyarakat terkena dampak adalah masyarakat yang
berada dalam batas wilayah studi AMDAL (yang menjadi batas sosial) yang akan
merasakan dampak dari adanya rencana usaha dan/atau kegiatan, terdiri dari
masyarakat yang akan mendapatkan manfaat dan masyarakat yang akan
mengalami kerugian.
- Masyarakat pemerhati lingkungan
Masyarakat pemerhati lingkungan adalah masyarakat yang tidak terkena dampak
dari suatu rencana usaha dan/atau kegiatan,
tetapi mempunyai perhatian terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut,
maupun dampak-dampak lingkungan yang
akan ditimbulkannya.

3. Adanya usaha atau kegiatan dengan didahului izin lingkungan, sebelum izin-
izin. Pada prakteknya izin lingkungan banyak dilanggar oleh pemegang
kekuasaan atau pejabat yang punya kewenangan. Bahkan pada era otonomi,
izin lingkungan diabaikan melakukan usaha/kegiatan, pemerintah daerah
hanya berpikir saat , “selagi berkuasa” banyak-banyak mengelurkan izin,
supaya untuk mendapat PAD, sehingga aspek dampak lingkungan
dipinggirkan.

Gugatan administratif hukum lingkungan terjadi karena kesalahan dalam


proses penerbitan suatu keputusan tata usaha negara yang berdampak
penting terhadap lingkungan. Gugatan administratif tersebut juga diajukan
terkait dengan keputusan tata usaha negara yang salah satunya mengenai
badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha dan/atau
kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan. Gugatan tata usaha
negara disamping sebagai sarana untuk menekan pejabat tata usaha negara
agar mematuhi prosedural, juga sebagai sarana perlindungan hukum bagi
rakyat. Misalkan kasus sengketa lingkungan ditemukan yurisprudensi pada
suatu organisasi yang bergerak di bidang perlindungan lingkungan hidup
dapat diterima sebagai Penggugat, mengajukan gugatan mengatasnamakan
kepentingan umum atau kepentingan orang banyak atau masyarakat
(algemeen belang).

Pada Pasal 93 ayat (1) UUPPLH menyebutkan bahwa setiap orang dapat
mengajukan gugatan administrasi terhadap keputusan tata usaha negara
apabila:
a) Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada
usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal tetapi tidak dilengkapi dengan
dokumen amdal;
b) Badan atau pejabat tata usaha negara menerbitkan izin lingkungan kepada
kegiatan yang wajib UKL-UPL, tetapi tidak dilengkapi dengan dokumen
UKL-UPL; dan/atau
c) Badan atau pejabat tata usaha negara yang menerbitkan izin usaha
dan/atau kegiatan yang tidak dilengkapi dengan izin lingkungan.

Gugatan lingkungan dalam pencemaran dan/atau perusakan lingkungan


harus memenuhi persyaratan:
• Perbuatan melanggar hukum;
• Pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;
• Kerugian pada orang lain atau lingkungan hidup;
• Seseorang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan;
• Membayar ganti kerugian dan/atau melakukan tindakan (hukum) tertentu

Sumber Referensi :
- HKUM 4210, https://www.kompasiana.com/

Anda mungkin juga menyukai