Anda di halaman 1dari 8

1

BAHAN KULIAH ASPEK HUKUM AMDAL

1. Materi kuliah yang sudah disampaikan (sesuai PPT)


a. Tentang matakuliah:
Matakuliah Aspek Hukum Amdal adalah salah satu matakuliah pilihan
PK III dengan jlh SKS adalah 2. Mata kuliah ini adalah bagian dari
Hukum Lingkungan. Dalam matakulah Hukum Lingkungan juga
disinggung tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)
namun tidak mendalam, melaikan hanya sekedar pengertian dan sedikit
tentang dokumen-dokumen Amdal.
Dalam mata kuliah pilihan Aspek Hukum Amdal ini akan dikembangkan
materi Amdal secara lebih luas dan dalam. Namun, perlu diperhatikan,
bahwa yang lebih ditekankan dalam matakuliah ini adalah aspek
hukumnya (aspek hukum terkait Amdal). Memang Amdal terdiri dari
beberapa aspek (dalam arti luas) seperti: matematis, teknis, fisika, kimia,
sosial budaya dan hukum. Namun, dalam matakuliah ini ditekankan pada
aspek hukumnya. Aspek-aspek yang lain disinggung sejauh relevan
dengan topik atau materi yang sedang dibicarakan. Demikian juga yang
dimaksud dengan “hukum” dalam mata kuliah ini adalah hukum positif
alias peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan
Amdal.
Matakuliah ini juga dapat menjadi pengetahuan dasar atau “informasi
awal” bagi mereka yang ingin mendalami lebih lanjut mengenai Amdal
melalui kursus-kursus Amdal.
b. Ruang lingkup matakuliah Aspek Hukum Amdal adalah semua aspek
hukum Amdal sebagaimana terdapat/diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang antara lain meliputi
1. Semua kegiatan dan/atau usaha yang diwajibkan memiliki
dokumen Amdal.
2. Prosedur Amdal (prosedur teknis sebagaimana ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan)
3. Kaitan antara Amdal dengan Persetujuan Lingkungan
2

c. Sejarah singkat/asal-usul Amdal


Amdal berasal dari Amerika Serikat (AS) khususnya dalam National
Environmental Policy Act (NEPA) 1969 (UU Lingkungan Hidup AS
yang mulai berlaku 1 Januari 1970). Pasal 102 ayat (2) huruf c NEPA
menyatakan, bahwa setiap rencana kegiatan yang diperkirakan
mempengaruhi kualitas lingkungan hidup manusia secara signifikan
wajib disertai environmental impact assesment (analisis mengenai
dampak lingkungan/amdal) (lihat Daud Silalahi & Kristianto, 2016,
Perkembangan Pengaturan Amdal di Indonesia, Keni Media, Bandung,
hlm. 17 dst.). Lihat juga Sudharto P. Hadi, 1995, Aspek Sosial Amdal.
Sejarah, Teori dan Metode, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
hlm. 3-6).
Di Indonesia untuk pertama kalinya Amdal disebutkan dalam UU No. 4
Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UULH). Pasal 1 angka 10 UULH ini mengartian
Amdal sebagai “hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang
direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan.” Ketentuan tentang kewajiban Amdal
disebutkan dalam Pasal 16 UULH sbb: “setiap rencana yang diperkirakan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi
dengan analisis mengenai dampak lingkungan yang pelaksanaannya
diatur dengan peraturan pemerintah.”Peraturan pemerintah yang
dimaksud ialah PP No. 29 Tahun 1986 tentang Amdal.
UULH kemudian tidak berlaku dan diganti dengan UUPLH No. 23
Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH). PP No.
29 Tahun 1986 juga diganti dengan PP No. 27 Tahun 1999 tentang
Amdal. UUPLH kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPPLH).
PP Amdal No. 27 Tahun 1999 kemudian diganti dengan PP No. 27
Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (juga tentang Amdal). PP ini pun
sekarang sudah tidak berlaku (sejak adanya UU Cipta Kerja No. 11
Tahun 2020) dan diganti dengan PP No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam PP No. 22 Tahun 2021 inilah tentang Amdal cukup banyak diatur.
Kita akan menggunakan PP No. 22 Tahun 2021 sebagai salah satu
landasan hukum mengenai Amdal.

d. Kaitan Amdal dan Pembangungan Berkelanjutan?


3

2. Landasan Hukum
a. UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UUPPLH) Pasal 13 ayat (2): Pengendalian
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup meliputi: a.
pencegahan; b. penanggulangan; dan c. pemulihan.
Amdal adalah salah satu instrumen pencegahan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup.
Pasal 22 ayat (1): Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki amdal.
b. PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup:
Pasal 4: Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
terhadap Lingkungan Hidup wajib memiliki Amdal, UKL-UPL; atau
SPPL.
Pasal 5 ayat (1) PP –seperti Pasal 22 ayat (1) UUPPLH: Amdal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a wajib dimiliki bagi setiap
rencana usaha dan/atau kegiatan yang memiliki dampak Penting
terhadap lingkungan hidup.
c. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 38 Tahun 2019
tentang jenis kegiatan dan/atau usaha yang wajib Amdal. Peraturan
Menteri ini pun sudah diganti dengan peraturan yang terbaru, yakni
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LH Hut)
NO. 4 Tahun 2021 tentang Daftar Kegiatan Yang Wajib Amdal, UKL-
UPL dan SPPL.

3. Pengertian AMDAL
a. A technique and a process by which information about the environmental
effects of a project is collected, both by the developer and from other
sources, and taken into account by the planning authority in forming
their judgements on whether the development should go ahead.
(suatu teknik dan prosedur untuk mengumpulkan informasi tentang
dampak lingkungan dari suatu proyek oleh developer (pengembang) dan
sumber lain yang digunakan oleh pemerintah untuk memutuskan apakah
kegiatan itu dilanjutkan ataukah tidak).
4

b. An assessment of the impact of a planned activity on the environment


(suatu analisis/penilaian tentang dampak kegiatan yang direncanakan
terhadap lingkungan hidup).
(definisi huruf a dan b dikutip dari J. Glasson, R. Therivel & A.
Chadwick, 1999, Introduction to Environmental Impact Assessment,
UCL Press, London, hlm.1-2).
c. Menurut Pasal 1 angka 11 UU No. 32 Tahun 2009 (UUPPLH)
sebagaimana telah diubah oleh UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja jo Pasal 1 angka 5 PP No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
Analisis mengenai dampak lingkungan hidup yang selanjutnya disebut
Amdal adalah Kajian mengenai dampak penting pada lingkungan hidup
dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan
sebagai prasyarat pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan atau kegiatan serta termuat dalam Pertzinan Berusaha, atau
persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

1) Kajian
Amdal adalah kajian prosedural (seturut proses tertentu), bersifat
ilmiah (menurut teori-teori ilmiah/sains), sistematis (saling terkait
antara bagian-bagian atau dokumen-dokumen Amdal) dan
metodologis (menggunakan metode-metode tertentu terutama dalam
dukumen ANDAL).
Di samping itu, Amdal juga merupakan bagian dari kajian atau studi
kelayakan (feasibility study). Sebelum adanya Amdal, studi kelayakan
hanya meliputi aspek teknis dan ekonomis. Maksudnya, kalau secara
teknis dan ekonomis suatu rencana kegiatan atau proyek itu
memungkinkan untuk diwujudkan, maka proyek itu dizinkan untuk
dilaksanakan. Aspek lingkungan tidak diperhatikan. Kini dengan
adanya Amdal, studi kelayakan ditambah satu aspek lagi, yaitu
lingkungan (melalui Amdal, UKL-UPL).
2) Dampak penting
a. Apa itu dampak? Dampak atau akibat adalah kondisi perubahan
yang terjadi yang disebabkan oleh sesuatu.
Pasal 1 angka 26 UUPPLH menyatakan, dampak lingkungan hidup
hidup adalah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang
diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.
5

Dapat dikatakan juga, bahwa dampak (lingkungan) adalah


perubahan kondisi lingkungan setelah dibandingkan antara
keadaan sebelum dan sesudah adanya suatu proyek atau rencana
kegiatan. Perubahan itu bisa positif, bisa pula negatif. Amdal
dengan demikian adalah instrumen untuk mengetahui atau
memprediksi dampak negatif dan positif dari suatu rencana
kegiatan/usaha atau proyek.
b. Perhatikan, ada dua istilah yang digunakan dalam kaitannya
dengan Amdal, yakni dampak lingkungan (seperti Pasal 1 angka
26 di atas) dan dampak penting. Pasal 1 angka 13 PP No. 22
Tahun 2021 mengartikan dampak penting sebagai perubahan
lingkungan hidup yang sangar mendasar yang diakibatkan oleh
suatu usaha dan/atau kegiatan. Jadi, dampak lingkungan adalah
perubahan “biasa”, sedang dampak penting adalah perubahan yang
“sangat mendasar”. Amdal adalah untuk kegiatan/usaha yang
berdampak penting yaitu kegiatan/usaha yang mengakibatkan
terjadinya perubahan yang sangat mendasar terhadap lingkungan
hidup.
Mengenai kriteria dampak penting dapat dilihat pada Pasal 22 ayat
(2): Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria: a. besarnya
jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan; b. luas wilayah penyebaran dampak; c.
intensitas dan lamanya dampak berlangsung; d. banyaknya
komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak; e.
sifat kumulatif dampak; f. berbalik atau tidak berbaliknya dampak;
dan/atau g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Pasal 23 ayat (1) UUPPLH jo Pasal 8 PP No. 22 Tahun 2021
menentukan kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting yang wajib dilengkapi dengan amdal terdiri atas: a.
pengubahan bentuk lahan dan bentang alam; b. eksploitasi sumber
daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak terbarukan; c.
proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta
pemborosan dan kemerosotan sumber daya alam dalam
pemanfaatannya; d. proses dan kegiatan yang hasilnya dapat
mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan buatan, serta
lingkungan sosial dan budaya; e. proses dan kegiatan yang hasilnya
akan mempengaruhi pelestarian kawasan konservasi sumber daya
6

alam dan/atau perlindungan cagar budaya; f. introduksi jenis


tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik; g. pembuatan dan
penggunaan bahan hayati dan nonhayati; h. kegiatan yang
mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau i. penerapan teknologi yang diperkirakan
mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi lingkungan hidup.
Pasal 5 ayat (2) PP No. 22 Tahun 2021 menambahkan kriteria
wajib Amdal: Rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib
memiliki amdal sebagaimana dimaksud meliputi: a. jenis rencana
usaha dan/atau kegiatan yang besaran/ skalanya wajib amdal;
dan/atau b. jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang lokasi
usaha dan/atau kegiatan dilakukan di dalam dan/atau berbatasan
langsung dengan kawasan lindung.
3) Direncanakan
a. Amdal dimaksudkan bagi proyek atau kegiatan dan/ atau usaha
yang direncanakan, artinya kegiatan itu belum dilakukan (baru
dalam rencana). Maka kalau suatu kegiatan dan/atau usaha sudah
berjalanan baru kemudian dibuatkan Amdal-nya, pada prinsipnya
adalah salah/tidak sesuai aturan.
Dalam prakteknya sering –untuk tidak mengatakan banyak- terjadi
pembuatan Amdal berbarengan dengan tahap konstruksi atau
pembangunan suatu proyek (kegiatan dan/atau usaha). Kajian
Amdal lalu “menyesuaikan diri” dengan proyek yang sudah
berjalan itu. Pemilik proyek (istilah resmi dalam Amdal adalah
pemrakarsa/penanggung jawab usaha/kegiatan) tentu saja tidak
akan setuju, bila proyek yang sudah berjalan itu dibongkar atau
disuruh pindah ke tempat lain.
b. Kata “direncanakan” tersebut di atas juga berkaitan dengan
dampak penting yang akan timbul, bila suatu kegiatan dan/atau
usaha diwujudkan. Dengan demikian itu berarti dengan kajian
Amdal dapat diketahui dampak-dampak penting yang
direncanakan akan muncul dari suatu kegiatan dan/atau usaha, bila
di kemudian hari rencana kegiatan itu dijalankan.
c. Untuk kegiatan atau usaha yang sudah berjalan dilakukan
evaluasi terhadap dampak-dampak lingkungan hidup yang
dituangkan dalam bentuk dokumen evaluasi lingkungan hidup.
Pengertiannya dapat dilihat pada Pasal 1 angka 26 PP No. 22
Tahun 2021: Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup yang
7

selanjutnya disingkat DELH adalah dokumen evaluasi dampak


penting pada lingkungan Hidup terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang telah berjalan untuk digunakan sebagai instrumen
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
4) Keputusan
a. Ketentuan tentang Amdal baik dalam UUPPLH (yang telah diubah
oleh UU Cipta Kerja) dan PP No. 22 Tahun 2021 mengubah “Izin
Lingkungan” yang pernah menjadi penting pada masa sebelum UU
Cipta Kerja. Ketika itu “kelayakan lingkungan adalah syarat
dikeluarkan izin lingkungan.” Izin lingkungan pun adalah syarat
diberikannya izin usaha.
b. Kini yang berlaku –sesuai definisi Amdal di atas- berbeda, tidak
lagi seperti pada masa sebelum UU Ciptaker. Disebutkan dalam
definisi di atas adalah:
(1). Kajian Amdal adalah prasyarat untuk pengambilan
keputusan. Keputusan tentang apa? Keputusan yang
dimaksud adalah “kelayakan lingkungan.”
(2). Kelayakan lingkungan kemudian menjadi syarat
diberikannya “Izin Usaha” atau “izin penyelenggaran
usaha atau kegiatan” yang termuat dalam Perizinan
Berusaha, atau Persetujuan Pemerintah (Pusat atau
Daerah).
(3). Dapat dikatakan –berdasarkan angka (2) di atas- bahwa
kelayakan lingkungan bisa juga menjadi syarat
dikeluarkannya persetujuan pemerintah.
c. Apakah kata-kata “persetujuan pemerintah (entah pusat entah
daerah)” dalam definisi mengenai Amdal di atas tadi sama dengan
“persetujuan lingkungan”? Perhatikan: Pasal 1 angka 35 UUPPLH
(yang diubah dan ditambahkan oleh UU Cipta Kerja) jo. Pasal 1
angka 4 PP No. 22 Tahun 2021 mengartikan persetujuan
lingkungan sebagai “keputusan kelayakan lingkungan hidup atau
pernyataan kesanggupan pengelolaan lingkungan hidup yang
telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat atau
pemerintah daerah.” Dengan demikian persetujuan pemerintah dan
persetujuan lingkungan lingkungan hidup itu berbeda alias tidak
sama, karena justeru persetujuan lingkungan hidup itulah yang
8

membutuhkan persetujuan pemerintah, baik pusat maupun daerah.


Memang benar-benar tidak sama? Lihat huruf d di bawah.
d. Lalu apa maksud dari “persetujuan pemerintah” dalam pengertian
mengenai Amdal di atas? Yang dimaksud dengan “persetujuan
pemerintah” dalam definisi tsb ialah bahwa pemerintah setuju
terhadap kelayakan lingkungan. Jika pemerintah setuju terhadap
kelayakan lingkungan itu namanya adalah “persetujuan
lingkungan”. Dengan demikian persetujuan pemerintah dalam
definisi itu “sama” dengan persetujuan lingkungan, meskipun kata
“persetujuan lingkungan” tidak terdapat dalam definisi atau
pengertian mengenai Amdal di atas.

Anda mungkin juga menyukai