Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebaiknya menjadi acuan untuk kegiatan
pembangunan agar keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan dapat
terwujud sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terlindungi. Pemanfaatan sumber daya alam
harus dapat memberikan akses kepada masyarakat luas, dengan memberi kesempatan dan peran aktif
masyarakat, serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola sumber daya alam secara
berkelanjutan
Konservasi sumber daya alam hayati merupakan pengelolaan sumber daya alam hayati atau biologis
yang pemanfaatannya dilakukan dengan bijaksana agar kesinambungan persediaannya dapat terjamin
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Berdasarkan Pasal
5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Strategi Konservasi Dunia, kegiatan konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya meliputi kegiatan perlindungan proses-proses ekologis yang penting atau
pokok dalam sistem-sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Dalam kasus pencemaran sungai akibat limbah industri batik yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) di Kota Pekalongan, penegakan hukum pidana lingkungan oleh kepolisian dan kejaksaan
terhadap korporasi setelah berlakunya Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu sesuai yang tertuang dalam Pasal 103 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menjelaskan, setiap orang
yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan dapat dipidana dengan pidana penjara
paling singkat satu tahun dan paling lama tiga tahun, dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah). Kendala-kendala hukum yang
timbul dalam praktek pidana yang dihadapi antara lain yaitu kurangnya jumlah sumberdaya manusia
(SDM) yang ahli di bidang lingkungan untuk mengaudit lingkungan yang telah tercemar, masih
ditemukannya sikap oknum yang arogan dengan kewenangan yang dimiliki, serta upaya pemerintah
dalam menghadapi masalah limbah B3 tersebut belum terlalu maksimal dan sedikit lepas tangan.
Uraian prinsip-prinsip hukum lingkungan dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup di Indonesa:
1. Teguran tertulis
Sanksi ini dijatuhkan kepada penanggung jawab usaha yang telah melakukan pelanggaran tata
kelola lingkungan hidup namun masih dapat dilakukan perbaikan dan belum menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
2. Paksaan pemerintah
Merupakan sanksi yang berupa tindakan untuk menghenetikan pelanggaran dan/atau
memulihkannya seperti keadaan semula. Sanksi ini dapat dilakukan dalam bentuk penghentian
sementara kegiatan produksi, pemindahan sarana produksi, pembongkaran, penyitaan terhadap
barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran, dan/atau tindakan lain yang
bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.
5. Denda Administratif