Anda di halaman 1dari 4

Alur proses permohonan rekomendasi pengangkutan limbah B3 adalah sebagai berikut:

1. Pemohon menyiapkan permohonan rekomendasi pengangkutan B3 dan kemudian


megajukannya kepada Kementerian Lingkungan Hidup c.q. Deputi Bidang Pengelolaan B3,
Limbah B3 dan Sampah, melalui Pelayanan Terpadu KLHK.
2. Pemohon melengkapi dokumen administrasi, jika kelengkapan dokumen belum sesuai dengan
persyaratan, maka berkas akan dikembalikan dan pemohon wajib melengkapinya;
3. Dilakukan pengecekan kelengkapan dokumen permohonan oleh petugas KLHK, kemudian
dilanjutkan dengan verifikasi teknis lapangan;
4. Dilakukan verifikasi lapangan oleh petugas KLHK untuk memeriksa kebenaran dokumen dan
kesesuaian jenis limbah B3 dengan alat angkut yang digunakan, termasuk kesesuaian dengan
simbol serta label limbah B3;
5. Jika semua persyaratan administrasi dan teknis terpenuhi kemudian dilakukan penerbitan Surat
Rekomendasi Pengangkutan B3.

Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup sebaiknya menjadi acuan untuk kegiatan
pembangunan agar keseimbangan dan kelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan dapat
terwujud sehingga keberlanjutan pembangunan tetap terlindungi. Pemanfaatan sumber daya alam
harus dapat memberikan akses kepada masyarakat luas, dengan memberi kesempatan dan peran aktif
masyarakat, serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengelola sumber daya alam secara
berkelanjutan

Konsep, definisi dan pengertian dari konservasi SDA Hayati di Indonesia

Konservasi sumber daya alam hayati merupakan pengelolaan sumber daya alam hayati atau biologis
yang pemanfaatannya dilakukan dengan bijaksana agar kesinambungan persediaannya dapat terjamin
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Berdasarkan Pasal
5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 dan Strategi Konservasi Dunia, kegiatan konservasi sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya meliputi kegiatan perlindungan proses-proses ekologis yang penting atau
pokok dalam sistem-sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa beserta ekosistemnya, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
Dalam kasus pencemaran sungai akibat limbah industri batik yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) di Kota Pekalongan, penegakan hukum pidana lingkungan oleh kepolisian dan kejaksaan
terhadap korporasi setelah berlakunya Undang-Undang No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu sesuai yang tertuang dalam Pasal 103 Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menjelaskan, setiap orang
yang menghasilkan limbah B3 dan tidak melakukan pengelolaan dapat dipidana dengan pidana penjara
paling singkat satu tahun dan paling lama tiga tahun, dan denda paling sedikit Rp 1.000.000.000 (satu
miliar rupiah) dan paling banyak Rp 3.000.000.000,- (tiga miliar rupiah). Kendala-kendala hukum yang
timbul dalam praktek pidana yang dihadapi antara lain yaitu kurangnya jumlah sumberdaya manusia
(SDM) yang ahli di bidang lingkungan untuk mengaudit lingkungan yang telah tercemar, masih
ditemukannya sikap oknum yang arogan dengan kewenangan yang dimiliki, serta upaya pemerintah
dalam menghadapi masalah limbah B3 tersebut belum terlalu maksimal dan sedikit lepas tangan.

Uraian prinsip-prinsip hukum lingkungan dalam konteks pengelolaan lingkungan hidup di Indonesa:

a) Prinsip Pembangunan Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan Hidup


Prinsip ini memiliki arti usaha memadukan lingkungan hidup ke dalam proses pembangunan
untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan masa
mendatang, prinsip ini menjadi landasan filosofi pembangunan nasional, meski pada
kenyataannya pencemaran dan perusakan lingkungan hidup tetap terjadi dan mengancam
kehidupan masyarakat dan lingkungan hidup itu sendiri.

b) Prinsip Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup


Dengan meningkatnya kegiatan pembangunan maka risiko pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup semakin besar, sehingga dapat merusak struktur dan fungsi dasar ekosistem
yang menjadi penunjang kehidupan. Salah satu perangkat aturan hukum yang berkaitan dengan
upaya pelestarian lingkungan hidup adalah UUPPLH.

c) Prinsip Ganti Kerugian Akibat Pencemaran Lingkungan Hidup


Prinsip ini merupakan upaya preventif terhadap pencemaran limbah industri nasional dengan
prinsip ganti kerugian. Landasan hukum prinsip ganti kerugian akibat pencemaran lingkungan
hidup ini dapat ditunjukkan melalui ketentuan Pasal 87 ayat (1) - (4) UUPPLH.
Adapun jenis-jenis sanksi administrasi yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 2
Tahun 2013 meliputi sanksi berupa:

1. Teguran tertulis
Sanksi ini dijatuhkan kepada penanggung jawab usaha yang telah melakukan pelanggaran tata
kelola lingkungan hidup namun masih dapat dilakukan perbaikan dan belum menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

2. Paksaan pemerintah
Merupakan sanksi yang berupa tindakan untuk menghenetikan pelanggaran dan/atau
memulihkannya seperti keadaan semula. Sanksi ini dapat dilakukan dalam bentuk penghentian
sementara kegiatan produksi, pemindahan sarana produksi, pembongkaran, penyitaan terhadap
barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran, dan/atau tindakan lain yang
bertujuan untuk menghentikan pelanggaran dan tindakan memulihkan fungsi lingkungan hidup.

3. Pembekuan izin lingkungan.


Merupakan sanksi yang berupa tindakan hukum untuk tidak memberlakukan sementara izin
lingkungan dan/atau izin perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, yang berakibat pada
berhentinya suatu usaha dan/atau kegiatan. Sanksi ini dijatuhkan apabila pelaku usaha tidak
melaksanakan paksaan pemerintah, melakukan kegiatan selain kegiatan yang tercantum dalam
izin lingkungan dan/atau izin pengelolaan lingkngan hidup, serta pemegang izin belum
menyelesaian secara teknis apa yang harus dan seharunya menjadi kewajibannya.

4. Pencabutan izin lingkungan,


Merupakan sanksi yang berupa tindakan hukum untuk mencabut izin lingkungan. Sanksi ini
dijatuhkan kepada pelanggar yang tidak melaksanakan sanksi administrasif paksaan pemerintah,
memindah tangankan izin usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari pemberi
usaha, tidak melaksanakan sebagian besar atau seluruh sanksi administrastif yang telah
diterapkan dalam waktu tertentu, serta terjadi pelanggaran hokum yang mengakibatkan
pencemaran kerusakan lingkungan yang relatif besar dan menimbulkan kerasahan masyrakat.

5. Denda Administratif

Pelanggar diwajibkan untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu kepada


penanggung jawab usaha dana atau kegiatan karena terlambat untuk melakukan paksaan
pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai