Anda di halaman 1dari 10

STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Menurut Sulistyowati, 2009, pada awalnya strategi pengelolaan lingkungan


didasarkanpada pendekatan “carrying capacity approach”, akibat terbatasnya dukungan
lingkunganalamiah untuk menetralisir pencemaran yang terus meningkat, makanya upaya
untukmengendalikan pencemaran berubah dari “end of pipe treatment ” menjadi
“pollution  prevention” dimana pelaku industri dituntut untuk melakukan peran aktif dalam
pengelolaan lingkungan, bahkan dengan meningkatnya kesadaran industri akan pentingnya
pengelolaan lingkungan, mereka bertindak proaktif didalam mengupayakan pengendalian
pencemaran untuk menghasilkan suatu produk yang aman dan ramah lingkungan, dimana
salah satu pendekatan tersebut adalah konsep “greening business”. Greening Business
Management adalah strategi pengelolaan lingkungan yang terpadu yang meliputi
pengembangan struktur organisasi, sistem, dan budidaya dalam suatu kompetensi hijau
dengan cara menerapkan dan mentaati seluruh peraturan tentang pengelolaan lingkungan,
termasuk pengelolaan bahan baku, pengelolaan limbah, penggunaan sumber daya alam yang
efektif, penggunaan teknologi produksi yang menghasilkan limbah minimal serta menerapkan
komitmen kesadaran lingkungan bagi seluruh karyawan dalam organisasinya. Berdasarkan
pengalaman dari beberapa industri, maka ada 4 alasan yang menjadi penyebab industri harus
meletakkan masalah lingkungan sebagai aspek yang penting dalam usahanya, yaitu: 
a. Lingkungan dan efisiensi
Dengan adanya kesadaran bahwa sumber daya alam (materi dan energi) sangat
terbatas, maka apapun juga harus dilakukan untuk mengurangi penggunaannya. Oleh
sebab itu industri harus mengupayakan daur ulang dan melakukan efisiensi dalam
penggunaan setiap material dan energi dalam proses produksinya, yang mana
hal tersebut mempunyai implikasi pada pengurangan biaya produksi.
b. Image Lingkungan
Mempunyai sikap positif terhadap lingkungan merupakan suatu hal yang baik untuk
dapat menumbuhkan image yang selanjutnya untuk memperbesar market share.
Memperluas pasar dengan greening image akan tercapai apabila konsumen telah
bernuansa hijau pula.
c. Lingkungan dan peluang pasar
Dengan adanya tuntutan pasar terhadap pelaku bisnis dan dunia usaha dalam hal
Sistem Manajemen lingkungan (SML), yang selanjutnya dikembangkan menjadi
pemberian sertifikasi ISO 14001, maka hal ini memberikan dampak positif bagi
dunia usaha.
d. Ketaatan terhadap peraturan lingkungan
Meskipun law enforcement pemerintah masih lemah, namun demikian apabila terjadi
pelanggaran dalam pengelolaan lingkungan ataupun adanya pengaduan masyarakat
akibat dampak dari suatu aktivitas industri, maka akan berdampak negatif terhadap
reputasi industri tersebut. Selain itu, organisasi lingkungan lokal dan internasioanal
akan bereaksi keras apabila terjadi pelanggaran terhadap peraturan lingkungan. Oleh

sebab itu, ketaatan terhadap setiap peraturan lingkungan secara proaktif sangat
dianjurkan agar peluang untuk memperluas pasar dan sasaran dari bidang usaha
tidak terganggu. Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa bisnis hijau adalah trend saat
ini, yang mana untuk mencapai hal tersebut harus ada interaksi antar ekonomi dan ekologi, hal
ini disebabkan karena adanya dampak sumber daya alam dan sumber daya manusia dari
setiap aspek dari suatu aktivitas perusahaan industri. Untuk mencapai tujuannya,
maka suatu perusahaan harus menciptakan sistem input, proses, dan output yang terintegrasi
sehingga memungkinkan tercapainya suatu perusahaan hijau secara komprehensif.

Adapun keuntungan dari bisnis hijau adalah sebagai berikut: 


a) Mengurangi biaya operasi dengan mengefisienkan eksploitasi sumber daya alam 
b) Menciptakan keunggulan bersaing dan dapat memepertahankan kesetiaan pelanggan 
c) Dapat menciptakan strategi lingkungan yang unik  
d) Membantu perusahaan melakukan ekspansi ke pasar global 
e) Meningkatkan image perusahaan dan hubungan baik dengan masyarakat
f) Memperkecil resiko lingkungan jangka panjang yang berkaitan dengan kerusakan
sumber daya alam, koservasi energi dan penegendalian pencemaran sertapengelolaan
limbah 
g) Memberikan keuntungan bagi ekosistem dan komunitas dimana perusahaan
ituberoperasi

KELEMBAGAAN LINGKUNGAN HIDUP
Kelembagaan dapat dilihat dari instansi pemerintah dan LSM, perangkat hukum,
danperaturan perundang-undangan, serta program-programyang dijalankan pemerintahdalam rangka
menjaga kelestarian lingkungan hidup dan melaksanakan pembangunanberkelanjutan.
Perangkat Hukum
Perangkat hukum yang berhubungan dengan lingkungan hidup mengacu pada
UUNo.23/1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Keppres No.2/2002 tentang
pengalihan tugas, fungsi dan kewenangan Bapedal ke Menteri Negara dan Lingkungan
Hidup, serta Keppres No.4/2002 tentang unit organisasi dan tugas eselon I Menteri Negara
Lingkungan Hidup. Dalam melaksanakan tugasnya Menteri Negara Lingkungan Hidup
dibantu oleh: 
a. Sekretariat Menteri Negara
b. Deputi Bidang Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan Hidup
c. Deputi Bidang Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kewilayahan
d. Deputi Bidang Pengembangan Peran Masyarakat
e. Deputi Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Sumber Institusi
f. Deputi Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Sumber Non Institusi
g. Deputi Bidang Kelestarian Lingkungan
h. Deputi Bidang Pembinaan Sarana Teknis Pengelolaan Lingkungan Hidup
i. Staf Ahli Bidang Lingkungan Global
j. Staf Ahli Bidang Hukum Lingkungan
k. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Lingkungan
l. Staf Ahli Bidang Sosial Budaya
Disamping memuat wewenang Pemarintah dalam mengatur kebijakan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup, UU No.23/1997 juga berisi persyaratan penaatan,penyelesaian
sengketa, penyidikan, dan ketentuan pidana. Persyaratan penaatan lingkungan hidup dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu
a. Perijinan
Setiap kegiatan yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup
wajib memiliki analisis dampak lingkungan untuk memperoleh ijin melakukan
kegiatan tersebut. Ijin diberikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. 
b. Pengawasan
Menteri mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap kegiatan atas ketentuan
yang telah ditetapkan dalam perundang-undangan lingkungan hidup. Untuk
melakukan pengawasan tersebut Menteri dapat menetapkan pejabat yang berwenang. 
c. Sanksi Administrasi
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I berwenang melakukan paksaan pemerintah
terhadap penanggung jawab kegiatan yang melanggar perundang-undangan
lingkungan hidup. Wewenang ini dapat diserahkan kepada Bupati/Walikota
Madya/Kepala Daerah Tingkat II dengan Peraturan Daerah Tingkat I. 
d. Audit Lingkungan 
Pemerintah mendorong penanggung jawab kegiatan/usaha untuk melakukan auditling
kungan hidup.

Isi dari UU Lingkungan Hidup yang penting lainnya adalah: 


a. Bila terjadi sengketa lingkungan hidup, maka dapat ditempuh melalui pengadilan atau
di luar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela para pihak yang bersengketa. 
b. Untuk lebih meningkatkan penegakan hukum, selain penyidik Pejabat
Polisi, Pejabat Pegawai Sipil tertentu dapat diberi wewenang khusus sebagai
penyidik sesuai dengan UU Hukum Acara Pidana yang berlaku. 
c. Bila terjadi tindak pidana yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup maka diancam dengan pidana penjara paling lama 10 tahun atau
denda paling banyak lima ratus juta rupiah.

Lembaga
Berdasarkan UU No.23/1997 tidak secara eksplisit menyatakan struktur organisasiyang
menangani lingkungan hidup. Kementrian Negara Lingkungan Hidup bertugasmerumuskan
dan melaksanakan kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup,juga mengkoordinasi
kegiatan seluruh instansi pemerintah yang berhubungan denganpengelolaan lingkingna
hidup. Berdasarkan Keppres No.2/2002 maka tugas dan wewenang Bapedal dialihkan
ke Kementrian Negara Lingkungn Hidup sehinnga strukturorganisasinya mengalami perubahan
sesuai Keppres No.4/2002. Sedangkan Bapelda
masih tetap dipertahankan bentuknya seperti semula. Disamping instansi pemerintahmasih ada
LSM dan Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang ikut berperan dalam pengelolaanlingkungan hidup.
Instansi Pemerintah
Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang ada saat ini semula bernama KementerianNegara Pengawasan
Pembangunan dan Lingkungan Hidup (PPLH) yang dibentuk tahun1978. Fungsi kementerian seperti
saat ini yaitu menyusun kebijaksanaan pelestarianlingkungan hidup dan mengkoordinasikan
pelaksanaannya. Pada awal kegiatannyad i g u n a k a n p e n d e k a t a n
advocacy 
  y a i t u u s a h a d i f o k u s k a n k e p a d a p e n i n g k a t a n kesadaran berlingkungan hidup dan
pengembangan sarana-sarana dasar pelestarianlingkungan hidup. Pada tahun 1988 mulai tahapan
berikutnya yaitu
accountability 
 ataupertanggung jawaban. Dalam kerangka
accountability 
 ini maka dibentuk Bapedal danmengembangkan kelembagaan serta meningkatkan penataan, baik
melalui pendekatanhukum maupun melalui instrumen kebijakan alternatif. Kelanjutan dari tahap ini
adalahmengembangkan berbagai produk hukum yang operasional, membentuk
BapedalWilayah dan kemudian mendororng dibentuknya Bapedal Daerah. Dimensi baru
dalampelestarian lingkungan muncul pada tahun 1999 yaitu dimensi
environmental ethics
 yaitu antara lain keterbukaan dan peningkatan peran serta serta masyarakat denganintensitas
yang lebih tinggi dalam mekanisme usaha pelestarian lingkungan hidup.Seperti telah
disebutkan sebelumnya, Pemerintah Daerah tetap mempertahankan Bapedalda agar
memiliki kemampuan koordinasi antar unit dalam Pemerintah Daerah.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
LSM adalah organisasi yang tumbuh secara swadaya, atas kehendak dan keinginansendiri dan
berminat serta bergerak dalam bidang kemasyarakatan tertentu, misalnyalingkungan hidup.
Berdasarkan Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan LingkunganHidup (KPLH), LSM sebagai
sarana untuk mengikutsertakan sebanyak mungkin anggotamasyarakat dalam mencapai tujuan
pengelolaan lingkungan hidup. Dengan demikian,KPLH memberikan arti yang besar terhadap peran
LSM, baik sebagai pencetus gagasan,motivator, pemantau penggerak dan pelaksana berbagai kegiatan
masyarakat di bidangpengelolaan lingkungan hidup. LSM ini ada yang bergiat
dalam lingkungan hidup yangspesifik, ada pula yang menangani banyak bidang. Penyebaran
LSM tersebut dapatdikatakan sudah merata ke seluruh pelosok tanah air. Hal ini
menunjukkan kepedulianmasyarakat terhadap pentingnya pengelolaan lingkungan hidup bagi
pembangunanberkelanjutan telah berkembang dan semakin luas
Pusat Studi Lapangan
Tahun 1979 dibentuk PSL yang tersebar di berbagai perguruan tinggi. PSL merupakanalat
perluasan kerja Kementerian Negara Lingkungan Hidup di bidang
penelitian,pelatihan dan pengelolaan lingkungan di daerah. Berkaitan dengan peningkatan kualitasdan
kuantitas permasalahan lingkungan dan peningkatan kebutuhan keahlian dalamlingkup yang
luas, maka PSL diharapkan dapat sebagai sarana untuk meningkatkankemampuan dan
pelayanan, baik untuk sektor privat maupun umum. Meskipun secarastruktural tetap dibawah dan
bertanggung jawab pada perguruan tinggi masing-masing,PSL memiliki peran yang sangat
besar dalam pendidikan lingkungan hidup di daerah.Hampir semua pendidikan AMDAL
dilakukan PSL. Kursus-kursus AMDAL di PSL diberbagai perguruan tinggi di
Indonesia mulai diselenggarakan tahun 1982.
IV. Pengungkapan Sosial
Tuntutan sosial pada perusahaan muncul sebagai refleksi pertanggungan jawab
dariperusahaan (
social responsibility 
) pada seluruh stakeholder utamanya. Mereka terdiridari karyawan, pembeli,
investor/nasabah, pemerintah, masyarakat dan kelangsunganlingkungan hidup bagi generasi
penerus. Tanggung jawab sosial ini didefinisikan sebagai:“
The way in which a business behaves towards other groups or individuals in its
socialenvironment: customer, other business, employees and investors
”.  L a n g k a h   p o s i t i f   y a n g   d i a m b i l   m a n a j e m e n   s e r t a   b e l u m   t e r i n t e r n a l i s a s i
n y a eksternalitas yang ditimbulkan perusahaan dalam laporan keuangan telah menggerakkanprofesi akuntansi
untuk memberikan kontribusinya. Namun akuntansi memilikiketerbatasan karena
praktik-praktik akuntansi konvensional hanya memasukkan
revenue
 dan
expense
 yang terjadi melalui transaksi pasar. Sementara eksternalitasyang muncul sebagai dampak
sampingan operasi perusahaan tidak terakomodasi dalamlaporan keuangan.Untuk menutupi kelemahan
tersebut, akuntansi menawarkan bentuklaporan yang tidak semata-mata mendasarkan pada angka-
angka finansial. Perilakuperusahaan dapat dilaporkan melalui pengungkapan informasi sosial (
social disclosure
). Barthelot
et. al.
 (2003) mendefinisikan pengungkapan lingkungan sebagai suatu
set item
 informasi mengenai kinerja dan aktivitas manajemen yang berkaitan denganlingkungan,
masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang. Pengungkapan lingkunganjuga mencakup
informasi tentang implikasi keuangan di masa lalu, saat ini, dan masayang akan datang yang
merupakan hasil dari keputusan atau tindakan manajemenyang berkaitan dengan lingkungan.
Guthrie dan Mathews (1985) dalam Hackston danMilne (1996) menyatakan bahwa
pengungkapan sosial lingkungan dapat diartikansebagai penyajian informasi finansial dan non-
finansial yang berkaitan dengan interkasiorganisasi dengan lingkungan sosial dan fisiknya. Dari
kedua definisi tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa pengungkapan lingkungan merupakan penyajian informasibaik
finansial maupun non-finansial yang berkaitan dengan aktivitas organisasi denganlingkungan fisiknya baik di
masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang.Pengungkapansosial yang dilakukan oleh perusahaan
umumnya bersifat
voluntary, unaudited
dan
unregulated 
 (Mathews, 1984:6). Namun demikian, beberapa institusi telah menawarkanmodel yang bisa dijadikan
pedoman dalam aktivitas pengungkapan ini, antara lain: a.
The Corporate Report
(
  ASSC 
,
1975) Laporan ini merekomendasikan beberapa hal yang terkategori di dalam domainakuntan
si sosial seperti
value added statement,
laporan ketenagakerjaan, laporanprospek mendatang,
statement of corporate objective
dan pelaporan segmen. b.
The UK. Government Green Paper 
 Saran yang merekomendasikan dalam bagian khusus dari laporan tahunanini
meliputi hal yang hampir sama dengan
the corporate report 
 yaitu
valueadded statement 
, laporan ketenagakerjaan, laporan prospek mendatang, dan pengungkapan tentang
penggunaan energi.c.
The Filar Social 
 
The Filar Social
dimulai pada tahun 1977, berawal dari pergolakan sosial yangterjadi di Eropa pada Mei 1968 ini
hanya mengatur tema ketenagakerjaan semata.Informasi yang harus disediakan oleh perusahaan
meliputi berbagai item yangterklasifikasi dalam 7 kategori: jumlah tenaga kerja, gaji dan tunjangan
tambahan,kondisi kesehatan dan keselamatan, kondisi pekerjaan lain yang terkait
denganketenagakerjaan, pelatihand an pendidikan.d.
Model Ernst & Ernst
(1978) Studi yang dilakukan oleh
Ernst & Ernst 
 sejak tahun 1972 hingga tahun 1978menelusuri perusahaan yang terbesar setiap tahun
disusun oleh majalah bisnis
Fortune
.
Ernst & Ernst 
 mengembangkan suatu daftar informasi sosial yang perludiungkapkan oleh perusahaan.
Terdapat 27 informasi sosial yang terklasifikasidalam kategori lingkungan ekologis, energi, praktik
bisnis yang sehat, sumber dayamanusia, keterlibatan perusahaan dalam komunitas, produk dan
pengungkapanpertanggungjawaban sosial lainnya. e.
The Union European des Experts Economicitie et Financiers
(UEC-1983) UEC mengeluarkan rekomendasi tentang
Social Reporting
 diantaranya: ringkasanlaporan (berisi garis besar aspek paling signifikan mengenai
kinerja sosialperusahaan selama satu tahun terakhir yang dilengkapi dengan
statement of principal objective
 dan telaah terhadap prospek tahun berikutnya), laporan sosial (berisi 9 indikator-
indikator sosial yang bersifat kuantitatif, 7 indikatordiantaranya berkaitan dengan hubungan
antara perusahaan dengan tenaga kerja,dan 2 indikator lainnya berhubungan dengan kemasyarakatan)
Institute of Chartered Accountants in England and Wales
(ICAEW) Organisasi profesi para akuntan di Inggris dan Wales ini mengeluarkan rekomendasipada tema
lingkungan yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan. Sasaranpengungkapan yang
mereka berikan meliputi: 

Kebijakan lingkungan oleh perusahaan. 

Identitas para direktur, dilengkapi dengan rincian tanggung jawab merekadalam perusahaan. 

Tujuan lingkungan perusahaan. 

Informasi aksi lingkungan yang telah dilakukan, termasuk rincian asal danjumlah
pengeluaran dalam aktivitas lingkungan. 

Dampak utama bisnis terhadap lingkungan dan jika memungkinkan disertaidengan
pengukuran kinerja lingkungan yang terkait. 

Kepatuhan terhadap aturan dan petunjuk industri yang terkait dengan lingkungan
termasuk bila memungkinkan
eco-audit scheme
 dari masyarakatEropa dan rincian yang berkaitan dengan pendaftaran dan persetujuan dibawah
standar Inggris tentang sistem manajemen lingkungan. 

Risiko lingkungan yang signifikan yang tidak disyaratkan untuk diungkapkandalam
kewajiban kontinjensi. 

Laporan audit eksternal pada akuntansi lingkungan yang dilakukan oleh perusahaan
termasuk yang terkait dengan tempat-tempat tertentu. g. Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) Serupa dengan IEACW, organisasi internasional PBB melalui salah satu organnya,
The Economic and Social Council (Ecosoc)
 mengeluarkan rekomendasi daftar itemdi bidang lingkungan ekologi yang perlu diungkapkan
oleh perusahaan di dalamlaporan lingkungannya. Daftar yang cukup komprehensif ini meliputi
18 kelompokyang terdiri dari 88 item pengungkapan lingkungan. h.
Global reporting Initiative
(GRI-1999) Pada bulan Maret 1999, lembaga ini mengeluarkan
draff Susfainability ReportingGuidelines (SRG).
SRG berisi sejumlah item yang terklasifikasi dalam 3 kelompokutama: ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Pada bulan Juni 1999,
New EconomicFoundation
menindaklanjuti langkah GRI tersebut dengan menerbitkan petunjukteknis pelaksanaan SRG
di bidang indikator sosial.

Anda mungkin juga menyukai