1. Kelompok primer
Kelompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham (shareholder), kreditur,
pegawai, pemasok, konsumen, penyalir, dan pesaing atau rekanan. Yang paling
penting diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis tentu saja adalah kelompok primer
karena hidup matinya atau berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan sangat
ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang dijalin dengan kelompok
primer tersebut. Demi keberhasilan dan kelangsungan bisnis, perusahaan tidak boleh
merugikan satupun kelompok stakeholder primer di atas. Dengan kata lain,
perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis dengan kelompok tersebut,
bersifat jujur, bertanggung jawab dalam penawaran barang dan jasa, bersikap adil
terhadap semua pihak, dan saling memahami satu sama lain. Di sinilah kita
menemukan bahwa prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang paling
konkret dan sangat sejalan dengan kepentingan bisnis untuk mencari keuntungan.
2. Kelompok sekunder
Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok
sosial, media massa, kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya, dan
masyarakat setempat. Dalam situasi tertentu kelompok sekunder bisa sangat penting
bahkan bisa jauh lebih penting dari kelompok primer, karena itu sangat perlu
diperhitungkan dan dijaga kepentingan mereka. Misalnya, kelompok sosial semacam
LSM, baik dibidang lingkungan hidup, kehutanan, maupun hak masyarakat lokal.
Demikian pula pemerintah nasional maupun asing. Juga, media massa dan masyarakat
setempat. Dalam kondisi sosial, ekonomi, politik semacam indonesia, masyarakat
setempat bisa sangat mempengaruhi hidup matinya suatu perusahan. Ketika suatu
perusahaan beroperasi tanpa memberikan kesejahteraan, nilai budaya, saraa dan
prasaranal lokal, lapangan kerja setempat, dan seterusnya, akan menimbulkan suasana
sosial yang tidak kondusif dan tidak stabbil bagi kelangsungan bisnis perusahaan
tersebut.
Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, maka perusahaan harus pandai
menangani dan memperhatikan kepentingan kedua kelompok stakeholder tersebut
secara berimbang, perusahaan dituntut untuk tidak hanya memperhatikan kinerja dari
aspek keuangan semata, melainkan juga dari aspek-aspek lain secara berimbang.
Balance scorecard yang dikemukakan oleh Kaplan & Kaplan pada tahun 1970-an
merupakan salah satu pendekatan yang kini banyak digunakan dalam melakukan
perencanaan strategi bisnis dan evaluasi kinerja perusahaan. Balance scorecard
menekankan perhatin secara berimbang antara kinerja dari aspek internal dan
eksternal, serta aspek finansial dan non-finansial. Implementasi pendekatan ini
menunjukkan wujud nyata kesadaran bisnis akan pentingnya perhatian terhadap
stakeholders.