Anda di halaman 1dari 15

Makalah

Aspek Lingkungan Hidup dalam Studi Kelayakan Bisnis


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Studi Kelayakan Bisnis
Dosen Pengampu :
Hisyam Asngari, MH.

Disusun Oleh

M. Akbar Rais

Mohamad Habibi Fuad

INSTITUT AGAMA ISLAM HASANUDDIN

28 Desember 2022
Pentingnya AMDAL
Pembangunan fisik yang tidak didukung oleh usaha kelestarian lingkungan akan
mempercepat proses kerusakan alam. Kerusakan alam tersebut, sebagian besar diakibatkan
oleh kegiatan dan perilaku manusia itu sendiri yang tidak berwawasan lingkungan. Untuk itu
perlu diupayakan suatu bentuk pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan merupakan upaya sadar dan berencana menggunakan
dan mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan
untuk meningkatkan mutu hidup. Sedangkan pembangunan berkelanjutan (Sustainable
Development) didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengurangi kemampuan generasi – generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri.
 
Dalam pelestarian lingkungan hidup, setiap orang berhak berperan serta dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, hal ini diatur dalam Pasal 66 Undang – Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Salah satu peran
serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat dilihat pada pembuatan
dokumen amdal bagi usaha yang dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap
lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Pasal 22 Undang – Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berbunyi: 1. Setiap
usaha dan / atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki
amdal. 2. Dampak penting ditentukan berdasarkan kriteria : a. besarnya jumlah penduduk
yang akan terkena dampak rencana usaha dan / atau kegiatan; b. luas wilayah penyebaran
dampak; c. intensitas dan lamanya dampak berlangsung; d. banyaknya komponen lingkungan
hidup lain yang akan terkena dampak; e. sifat kumulatif dampak; f. berbalik atau tidak
berbaliknya dampak; dan / atau g. kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
 
Ada tiga pihak yang berkepentingan langsung dengan amdal yaitu Aparatur Pemerintah,
Pemrakarsa, dan Masyarakat. Pemrakarsa adalah orang atau badan yang mengajukan yang
bertanggung jawab atas suatu rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Dipandang dari
sudut pemrakarsa, pada dasarnya perlu dibedakan antara proses pengambilan keputusan
internal dan eksternal. Dalam proses pengambilan keputusan internal pemrakarsa menghadapi
pertanyaan apakah dia akan memprakarsai suatu rencana kegiatan dan melaksanakannya.
Proses pengambilan keputusan eksternal dihadapi oleh pemrakarsa apabila rencana
kegiatannya diajukan kepada instansi yang bertanggungjawab untuk memperoleh
persetujuan. Dalam proses ini pemrakarsa harus menyadari mengenai rencana yang diajukan
itu. Apabila instansi yang bertangggungjawab juga bertindak sebagai pemrakarsa, maka
proses pengambilan keputusan tersebut harus dipisahkan secara internal organisasi instansi
yang bersangkutan.
 
Aparatur Pemerintah, pihak yang berkepentingan dengan amdal dapat dibedakan antara
instansi yang bertanggung jawab dan instansi yang terkait. Instansi yang bertanggungjawab
merupakan instansi yang berwenang memberikan keputusan kelayakan lingkungan hidup
dengan pengertian bahwa kewenangan di tingkat pusat berada pada kepala instansi yang
ditugasi mengendalikan dampak lingkungan dan di tingkat daerah berada pada Gubernur
(Pasal 1 angka 9 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999). Masyarakat Pelaksanaan
suatu kegiatan menimbulkan dampak terhadap lingkungan Bio – Geofisik dan lingkungan
sosial. Dampak sosial yang ditimbulkan oleh pelaksanaan suatu kegiatan mempunyai arti
semakin pentingnya peran serta masyarakat dalam kaitannya dengan kegiatan tersebut.
Karena itu masyarakat sebagai subyek hak dan kewajiban perlu diikutsertakan dalam proses
penilaian amdal. Selain itu, diikutsertakannya masyarakat akan memperbesar kesediaan
masyarakat menerima keputusan yang pada gilirannya akan memperkecil kemungkinan
timbulnya sengketa lingkungan.
Amdal atau yang lebih dikenal sebagai analisis dampak lingkungan, memiliki pengertian,
yaitu proses yang terjadi di dalam studi atau ilmu formal untuk memperkirakan dampak dari
suatu lingkungan. Atau rencana kegiatan dan aktifitas yang berasal dari proyek yang
memiliki tujuan yaitu memastikan adanya suatu masalah pada dampak lingkungan yang
dianalisis sebagai pertimbangan keputusan. Lingkungan biasanya menjadi masalah yang
paling banyak dibahas atau masalah yang paling banyak dibenahi oleh banyak orang, atau
oleh sekelompok orang. Maka dengan adanya amdal atau analisis mengenai dampak di suatu
lingkungan, masalah yang ada di dalam lingkungan dapat diatasi dengan baik. Bahkan
dicarikan solusinya yang tepat, dan mencegah agar dampak buruk tidak terulang lagi.
 
Pengertian amdal menurut PP no 27 tahun 1999, yaitu suatu kajian mengenai dampak yang
telah ditimbulkan oleh lingkungan. Serta menjadi hal yang penting dalam pengambilan suatu
keputusan atau dari kegiatan yang telah direncanakan di lingkungan hidup. Selain itu
diperlukan juga proses pengambilan suatu keputusan tentang penyelenggaraan jenis usaha
atau kegiatan. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 diterbitkan sebagai pengganti
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Amdal. Disebutkan bahwa analisis
mengenai dampak lingkungan (amdal) merupakan salah satu instrumen administrasi yang
harus dipenuhi oleh pelaku usaha dalam mendapatkan izin usahanya. Amdal ini dibuat pada
saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap
lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek
abiotik, biotik dan kultural. Amdal sendiri telah dikenal dan dilaksanakan di Indonesia sejak
1982.
 
Amdal merupakan suatu instrumen pengambilan keputusan tentang rencana penyelenggaraan
usaha yang berkenaan dengan pengelolaan dampak besar dan penting, merupakan public
policy yang ditetapkan pemerintah sebagai pelaksanaan undang – undang untuk
mempertahankan lingkungan yang berkeanjutan. Amdal adalah suatu mekanisme penerapan
atau pelaksanaan dari sistem amdal yang ditetapkan itu.
 
Lebih jelasnya lagi, amdal merupakan suatu analisis yang meliputi beragam faktor seperti
misalnya fisik, kimia, sosial ekonomi, biologi, dan juga sosial budaya yang menyeluruh.
Pengertian lain dari amdal adalah proses suatu pengkajian yang digunakan untuk
memperkirakan dampak, yang terjadi di lingkungan hidup dari suatu kegiatan atau proyek
yang sudah dilakukan atau sudah direncanakan.
Fungsi AMDAL

Umumnya fungsi dan kegunaan dari AMDAL ialah:


a) Menyediakan informasi yang jelas tentang sebuah rencana kegiatan atau
usaha, disertai dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya atas aktivitas
tersebut.
b) Berisi pendapat, pengetahuan beserta aspirasi penduduk terutama dalam
perkara lingkungan sewaktu akan berdirinya suatu usaha atau kegiatan
industri.
c) Menyediakan dan menampung informasi setempat yang bermanfaat bagi
pemilik atau pendiri beserta masyarakat sekitar maupun luas didalam
langkah antisipasi dampak dan pengelolaan lingkungan.17
Berikutnya dalam usaha menjaga kualitas lingkungan, secara khusus AMDAL
bermanfaat dalam hal:
a) Langkah pencegahan supaya potensi sumber daya alam yang dikelola tidak
berdampak buruk atau rusak, terutama sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui.
b) Mencegah efek samping dari pengelolaan sumber daya terhadap SDA
lainnya, aktivitas proyek lain, dan juga masyarakat agar menghindari
munculnya pertentangan baru kedepannya.
c) Pencegahan dampak kerusakan lingkungan akibat dari pencemaran sehingga
tidak mengganggu kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan masyarakat
setempat maupun luas.
d) Agar dapat diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan bermanfaat bagi
bangsa, negara dan masyarakat luas.
 
Peraturan dan perundangan AMDAL

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Studi Analisis Mengenai


Dampak Lingkungan (AMDAL) antara lain :
1. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1960 Tentang Pokok -pokok Agraria.
2. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistem (Lembaran Negara RI Tahun 1990 No. 49 Tahun 1990 Tambahan Lembaran
Negara No 3419).
3. Undang-Undang RI No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman
4. Undang-Undang RI No. 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
5. Undang-Undang RI No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 No. 115, Tambahan Lembaran Negara No 3501).
6. Undang-Undang RI No. 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Conventation
On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai
Keanekaragaman Hayati
7. Undang-Undang RI No 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Republik Indonesia Tahun 1997 No. 68 Tambahan Lembaran Negara No.
3699).
8. Undang-Undang RI No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
9. Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
10. Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 1982 Tentang Tata Pengaturan Air.
11. Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan.
12. Peraturan Pemerintah RI No 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.
13. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 1996 Tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban,
serta Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
14. Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah untuk
Penggantian.
15. Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 No. 59 Tambahan
Lembaran Negara No.3838).
16. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
17. Peraturan Pemerintah RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan
Pembangunan
18. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
19. Keputusan Presiden RI No 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.
20. Keputusan Presiden RI No 75 Tahun 1990 Tentang Koordinasi Pengelolaan Tata Ruang
Nasional.
21. Keputusan Presiden RI No. 552 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
22. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
02/MENKLH/1988 tentang Pendoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
23. Keputusan Menteri PU.No 45/PRT/1990 tentang Pengendalian Mutu Air pada Sumber-
sumber Air.
24. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-30/MENLH /7/1992 tentang
Panduan Pelingkupan untuk Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL.
25. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 056/1994 tentang Pedoman Mengenai
Ukuran Dampak Penting.
26. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 103.K/008/M.PE/1994 tentang
Pengawasan atas Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan dalam Bidang Pertambangan dan Energi.
27. Keputusan Menteri PU. No 58/KPTS/1995 Petunjuk Tata Laksana AMDAL Bidang
Pekerjaan Umum.
28. Keputusan Menteri PU.No. 148/KPTS/1995 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan RKL
dan RPL, Proyek Bidang Pekerjaan Umum.
29. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-13/MENLH /3/1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
30. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-43/MENLH/ 10/1996 tentang
Kriteria Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian
Golongan C Jenis Lepas di Daratan.
31. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-48/MENLH/ 11/1996 tentang
Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
32. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-49/MENLH/ 11/1996 tentang
Baku Tingkat Getaran.
33. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-50/MENLH /11/1996 tentang
Baku Tingkat Kebauan.
34. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-45/MENLH/10/1997 tentang
Indeks Standar Pencemar Udara.
35. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENLH /1/1998 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri.
36. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 17 tahun 2001 tentang Jenis Rencana
Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup.
37. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 37 Tahun 2003 tentang Metoda
Analisis Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan.
38. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 110 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air pada Sumber Air.
39. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu
Air Limbah Domestik.
40. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 142 Tahun 2003 tentang Pedoman
Mengenai Syarat dan Tata Cara Perizinan serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah
ke Air atau Sumber Air.
41. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No.
KEP-205/BAPEDAL/07/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Bergerak.
42. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-299/11/1996
tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek Sosial dalam Penyusunan AMDAL.
43. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-105 tahun 1997
tentang Panduan Pemantauan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL).
44. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107/BAPEDAL/2/1997
tentang Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara.
45. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. KEP-124/12/1997
tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Penyusunan AMDAL.
46. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 08 tahun 2000 tentang
Keterlibatan Masyarakat dan Keterbukaan Informasi dalam Proses AMDAL.
47. Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000 tentang
Pedoman Penyusunan AMDAL.
48. Peraturan Daerah terkait yang relevan lainnya dengan AMDAL

Komponen AMDAL

Dalam proses dilakukannya AMDAL, ada beberapa komponen penting yang harus
diperhatikan oleh setiap pihak. Sesuai dengan pengertian AMDAL di atas, maka beberapa
komponen yang harus diperhatikan tersebut adalah:

1. Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)


Penyajian Informasi Lingkungan atau PIL adalah suatu wujud penelitian pra proyek yang
mana nantinya pihak perencana akan melakukan suatu penelitian terkait lingkungan di sekitar
lokasi yang akan dijalankan suatu kegiatan. Penelitian pra lingkungan ini akan mencakup
seluruh aspek, yaitu aspek kimia, fisika, sosial, biologi, ekonomi, dan juga budaya yang  ada
di sekitarnya.

2. Kerangka Acuan (KA)


Setelah melakukan studi informasi lingkungan, maka pihak pengelola nantinya akan
membuat suatu kerangka acuan yang dijadikan sebagai dasar dalam melaksanakan proyek
tersebut. Hasil dari kerangka acuan ini adalah laporan dari penelitian pra lingkungan.

3. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)


Komponen AMDAL selanjutnya yang harus diperhatikan adalah bagian utamanya, yakni
melakukan analisis dampak lingkungan. Saat melakukan analisa ini, maka pihak pengelola di
dalamnya harus lebih mengutamakan keamanan dan juga kesehatan lingkungan serta
berusaha mengurangi dampak buruk yang mungkin akan terjadi.

Di dalam tahap ini juga nantinya akan mereka akan memberikan kebijakan tertentu terkait
proyek yang akan dikerjakan.

4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL)


Komponen AMDAL yang satu ini mencakup seluruh jenis pemantauan pada jalannya suatu
proyek, mulai dari ketika dilakukannya pembangunan, hingga pembangunan tersebut selesai.
Proses pemantauan ini harus dilakukan secara berkelanjutan agar bisa berjalan sesuai dengan
aturan yang sebenarnya.

5. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)


Selain harus melakukan pemantauan, seluruh pihak yang terlibat di dalamnya juga harus turut
aktif dalam melakukan pengelolaan proyek. Tujuannya adalah demi mempertahankan fungsi
lingkungan dan juga menghindari adanya penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
Sistematika Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan pengalaman dan evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan
selama ini, dipandang perlu untuk menyusun suatu sistem pengelolaan lingkungan yang
memberikan sarana lebih terstruktur dalam mencapai target pengelolaan lingkungan.

Sistem Pengelolaan Lingkungan dapat diartikan sebagai integrasi dari struktur


organisasi, wewenang dan tanggung jawab, mekanisme dan prosedur/proses, praktek
operasional, dan sumberdaya untuk implementasi pengelolaan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan meliputi segenap aspek fungsional pengelolaan untuk


mengembangkan, mencapai, dan menjaga kebijakan dan tujuan organisasi dalam isu-isu
lingkungan hidup.

Sistem Pengelolaan Lingkungan memberikan mekanisme untuk mencapai dan


menunjukkan kinerja lingkungan yang baik, melalui upaya pengendalian dampak lingkungan
dari kegiatan, produk dan jasa.

Agar dapat diimplementasikan secara efektif, Sistem Pengelolaan Lingkungan harus


mencakup beberapa elemen utama sebagai berikut:

1. Kebijakan lingkungan: pernyataan tentang maksud kegiatan pengelolaan lingkungan dan


prinsip-prinsip yang digunakan untuk mencapainya.

2. Perencanaan; mencakup identifikasi aspek lingkungan dan persyaratan peraturan lingkungan


hidup yang bersesuaian, penentuan tujuan pencapaian dan program pengelolaan.

3. lmplementasi; mencakup struktur organisasi, wewenang dan tanggung jawab, pelatihan,


komunikasi, dokumentasi, pengendalian dan tanggap darurat.

4. Pemeriksaan reguler dan tindakan perbaikan: mencakup pemantauan, pengukuran, dan audit.

5. Kajian pengelolaan; kajian tentang kesesuaian dan efektifitas sistem untuk mencapai tujuan dan
perubahan yang terjadi di luar organisasi.

Setiap organisasi, tanpa batasan bidang kegiatan, jenis kegiatan, skala kegiatan dan
status organisasi, dapat mengimplementasikan Sistem Pengelolaan Lingkungan tersebut
untuk mencapai kinerja lingkungan yang lebih baik secara sistematis. lmplementasi sistem
tersebut bersifat sukarela dan berperan sebagai alat pengelolaan untuk memanajemen
organisasi masing-masing.

1. AMDAL dalam Pengelolaan Lingkungan

Setiap kegiatan pembangunan secara potensial mempunyai dampak terhadap


lingkungan. Dampak-dampak ini harus dipelajari untuk merencanakan upaya mitigasinya.
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 (PP 51/1993) tentang Analisis Mengenal Dampak
Lingkungan (AMDAL) menyatakan bahwa studi tersebut harus merupakan bagian dari studi
kelayakan dan menghasilkan dokumen-dokumen sebagai berikut:

1. Kerangka Acuan (KA) ANDAL, yang memuat lingkup studi ANDAL yang dihasilkan dari
proses pelingkupan.

2. Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), yang merupakan inti studi AMDAL. ANDAL
memuat pembahasan yang rinci dan mendalam tentang studi terhadap dampak penting
kegiatan yang diusulkan.

3. Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), yang memuat usaha-usaha yang harus dilakukan
untuk mitigasi setiap dampak lingkungan dari kegiatan yang diusulkan.

4. Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), yang memuat rencana pemantauan dampak


lingkungan yang akan timbul.

RKL dan RPL merupakan persyaratan mandatory menurut PP 51/1993, sebagai bagian
kelengkapan dokumen AMDAL bagi kegiatan wajib AMDAL. Untuk kegiatan yang tidak
wajib AMDAL, penanggulangan dampak lingkungan yang timbul memerlukan:

1. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

2. Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

3. Pertanggung-jawaban pelaksanaan audit, antara auditor dan manajemen organisasi.

4. Komunikasi temuan-temuan audit.

5. Kompetensi audit.

6. Bagaimana audit akan dilaksanakan.

Sebagai dasar pelaksanaan Audit Lingkungan di Indonesia, telah dikeluarkan Kepmen


LH No. 42/MENLH/11/1994 tentang Prinsip-Prinsip dan Pedoman Umum Audit
Lingkungan. Dalam Lampiran Kepmen LH No. 41/94 tersebut didefinisikan bahwa:

"Audit lingkungan adalah suatu alat pengelolaan yang meliputi evaluasi secara
sistematik terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja
organisasi, sistem pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan memfasilitasi kontrol
pengelolaan terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan pengkajian
kelayakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan tentang
pengelolaan lingkungan".

"Audit Lingkungan suatu usaha atau kegiatan merupakan perangkat pengelolaan yang
dilakukan secara internal oleh suatu usaha atau kegiatan sebagai tanggungjawab
pengelolaan dan pemantauan lingkungannya. Audit lingkungan bukan merupakan
pemeriksaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan, melainkan
suatu usaha proaktif yang diIaksanakan secara sadar untuk mengidentifikasi permasalahan
lingkungan yang akan timbul sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahannya".

Peraturan tersebut menggaris-bawahi pentingnya implementasi suatu sistem


pengelolaan lingkungan untuk meningkatkan kinerja lingkungan. Hal ini selaras dengan
substansi dari ISO seri 14000.

2. Produksi Bersih dalam Pengelolaan Lingkungan

Berdasarkan pengalaman pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan selama


ini, dapat dikaji beberapa pokok penting sebagai berikut:

1. Produksi limbah terus meningkat.

2. Karakteristik limbah semakin kompleks sehingga limbah semakin sulit diolah.

3. Biaya pengolahan dan pembuangan limbah semakin mahal.

4. Mengolah limbah ternyata lebih mahal daripada mencegah terbentuknya limbah.


5. Pengolahan limbah hanya memindahkan limbah dari satu media ke media lainnya.
6. Pencemaran lingkungan terus berlanjut.

7. Peraturan yang ada masih terfokus pada pengolahan dan pembuangan limbah dan belum
mencakup usaha-usaha pencegahannya.

8. Adanya dampak globalisasi terhadap daya saing produk di pasar lnternasional.

Berdasarkan hal~hal tersebut di atas, maka pengendalian dampak lingkungan harus


berpola proaktif dengan urutan prioritas:

1. Prinsip pencegahan pencemaran (pollution prevention)

2. Pengendalian pencemaran (pollution control),

3. Remediasi (remediation).

Upaya pencegahan pencemaran secara sistematik dapat dilaksanakan melalui


pelaksanaan program Produksi Bersih (Cleaner Production). lstilah
Cleaner Production mulai diperkenalkan oleh UNEP pada bulan Mei 1989 dan diajukan
secara resmi pada bulan September 1990 pada "Seminar on the Promotion of Cleaner
Production" di Cantebury, lnggris.

UNEP mendefinisikan Produksi Bersih sebagai:


"Pelaksanaan yang terus menerus untuk mengurangi sumber pencemaran secara terpadu
guna mencegah pencemaran udara, air dan tanah pada proses industri dan produknya, serta
meminimalkan risiko bagi populasi manusia dan lingkungan”.

Untuk “proses”, produksi bersih mencakup upaya penghematan bahan baku dan
energi, tidak menggunakan bahan baku B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), mengurangi
jumlah toksik semua limbah dan emisi yang dikeluarkan sebelum produk meninggalkan
proses.

Untuk “produk”, produksi bersih memfokuskan pada upaya pengurangan dampak


yang timbul di keseluruhan daur hidup produk, mulai dari ekstraksi bahan baku sampai
pembuangan akhir setelah produk tidak dapat digunakan lagi.

Strategi produksi bersih mencakup upaya pencegahan pencemaran melalui pilihan


jenis proses yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup, dan teknologi
bersih.

Keuntungan yang didapat melalui penerapan produksi bersih adalah:

1. Sebagai pedoman bagi perbaikan produk dan proses.

2. Penghematan bahan baku dan energi yang sekaligus pengurangan ongkos produksi per satuan
produk.

3. Peningkatan daya saing mefalui penggunaan teknologi baru dan/atau perbaikan teknologi.

4. Pengurangan kebutuhan bagi penaatan baku mutu dan peraturan yang lebih banyak.

5. Perbaikan citra perusahaan di mata masyarakat.

6. Pengurangan biaya secara nyata sebagai alternatif solusi pengolahan “ujung pipa” yang mahal.
Isi Laporan Amdal

Berikut ini adalah contoh AMDAL agar kita bisa mengetahui apa saja isi AMDAL:

AMDAL

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut AMDAL adalah
kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang perlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggara
Usaha dan/atau Kegiatan.

Kerangka acuan yang selanjutnya disingkat KA ruang lingkup kajian analisa dampak
lingkungan hidup yang merupakan hasil pelingkupan. Analisis Dampak Lingkungan Hidup
yang Selanjutnya disebut Andal adalah telaahan secara cermat dan mendalam tentang
dampak penting suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

Rencana Pengelolahan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disebut RKL adalah upaya
penanganan dampak terhadap lingkungan hidup yang ditimbulkan akibat dari rencana usaha
dan/atau kegiatan. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingakat RPL
adalah upaya pemantauan komponen lingkungan hidup yang terkena dampak akibat dari
rencana usaha dan/atau kegiatan.

1. TAHAPAN PROSES AMDAL :

1. Konsultasi Publik

2. Pengumuman di media masa

3. Tim Teknis KA-ANDAL

4. Komisi Penilai AMDAL

5. SKKLH

2. PERSETUJUAN AMDAL :

1. Izin Lokasi / Persetujuan Pemanfaatan Ruang (P2R) / Rekomendasi


Kesesuaian Tata Ruang Lainnya

2. Akte Pendirian Perusahaan / Pendirian Lembaga Pemerintah / KTP

3. Bukti Kepemilikan Lahan

3. PERSYARATAN PENYUSUN AMDAL :

1. Memiliki sertifikat kopetensi penyusun AMDAL minimal 1 orang Ketua Tim


Penyusun AMDAL (KTPA) dan 2 orang Anggota Tim Penyusun AMDAL
(ATPA)
2. Jika menggunakan lembaga penyedia penyusun AMDAL yang berbadan
hukum, lembaganya harus memiliki sertifikat tanda registrasi kopetensi;

3. Tenaga ahli yang sesuai dengan dampak penting yang akan dikaji;

4. FORMAT DOKUMEN AMDAL :

1. Muatan dokumen Kerangaka Acuan :

1. Pendahuluan

2. Pelingkupan

3. Metode Studi

4. Daftar Pustaka

5. Lampiran

2. Muatan dokumen ANDAL :

1. Pendahuluan

2. Deskripsi rinci rona lingkungan hidup awal

3. Prakiraan dampak

4. Evaluasi secara holistic terhadap dampak lingkungan

5. Daftar Pustaka

6. Lampiran

3. Muatan dokumen RKL-RPL

1. Pendahuluan

2. Rencana Pengelolahan Lingkungan

3. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

4. Jumlah dan jenis izin perlindungan dan pengelolahan lingkungan hidup


yang dibutuhkan

Total Waktu Penyelesaian = 105 hari kerja


Daftar pustaka
https://multiglobalunity.com/amdal-mengapa-menjadi-penting/

https://synergysolusi.com/artikel-surabaya/amdal

Fungsi AMDAL Dalam Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Setelah


Diundangkannya UU Cipta Kerja, Dwi Febriyanti, Sartika Nur Aini, Alya Vena Resta, Raka
Bagaskara P.K.P Universitas Janabadra Yogyakareta, dwifeb14.df@gmail.com

https://accurate.id/bisnis-ukm/pengertian-amdal/#Komponen_AMDAL

http://studyandlearningnow.blogspot.com/2013/06/sistem-pengelolaan-lingkungan.html

https://dlh.blitarkab.go.id/amdal/

Anda mungkin juga menyukai