Anda di halaman 1dari 5

NAMA : JEKLY ROMBE LANGSA

NIM : 042757738

PROGRAM STUDI : S1 ILMU HUKUM

TUGAS/MK : 3/HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

UPBJJ : SORONG

Unduhlah dan bacalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Undang-undang tersebut telah mengubah dan menghapus beberapa ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

Tugas anda:

1. Bandingkan jaminan asas partisipatif berkaitan dengan penyusunan AMDAL antara


pengaturan dalam UU No 32 Tahun 2009 dengan UU No 11 Tahun 2020 (sertakan
dengan Pasalnya)!
2. Berikan argumentasi saudara mengenai jaminan hak partisipatif publik dalam
pengelolaan lingkungan dalam UU No11 Tahun 2020!

Jawaban :

1. Perbandingan jaminan asas partisipatif berkaitan dengan penyusunan AMDAL antara


pengaturan dalam UU No 32 Tahun 2009 dengan UU No 11 Tahun 2020 Kedua
undang- undang memiliki aturan yang sama mengenai hak partisipatif publik dalam
pengelolaan lingkungan. Namun UU pada UU No 11 Tahun 2020 Penyusunan AMDAL
digunakan sebagai persyaratan untuk mendirikan usaha sesuai dengan bunyi paragraf
ke-3 pasal 22 pasal ke 1 nomer 10 dan 11 mengenai Kajian lingkungan hidup strategis/
KLHS.

Pembahasan ;

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) adalah Cara yang diterapkan


untuk menjaga dan melestarikan lingkungan hidup dan mencegah pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup. Kegiatan perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup yang meliputi
 Perencanaan
 Pemanfaatan
 Pengendalian
 Pemeliharaan
 Pengawasan
 Penegakan hukum

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diatur dalam UU No 32 Tahun


2009 yang direvisi ke dalam UU No 11 Tahun 2020 atau dikenal dalam UU Cipta
kerja. Perbandingan asas partisipatif dalam kedua UU memiliki kesamaan karena
sama-sama berisi tentang Azas partisipatif dalam menyusun AMDAL ( Analisis
mengenai dampak lingkungan hidup).

Dalam UU No 32 Tahun 2009 asas partisipatif lebih ditekankan pada peran masyarakat


dalam menjaga lingkungan sedangkan pada UU No 11 Tahun 2020 Penyusunan
AMDAL digunakan sebagai syarat untuk mendirikan suatu organisasi atau perusahaan.

Sumber

Materi tentang UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkunganhidup brainly.co.id/


tugas/8988585

2. Perizinan berusaha tidak bisa diterbitkan jika tidak ada persetujuan lingkungan.
Perubahan izin lingkungan menjadi persetujuan lingkungan dapat berdampak terhadap
izin pembuangan limbah karena diintegrasikan dalam izin lingkungan.

Undang-Undang (UU) No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja berdampak terhadap
sejumlah UU, salah satunya UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH). Sebagian pasal dalam UU PPLH mengalami
perubahan, dihapus, dan ditambah terutama yang berkaitan dengan keputusan
perizinan lingkungan hidup, seperti analisis dampak lingkungan hidup (amdal) dan izin
lingkungan.

Deputi Program Indonesian Center for Enviromental Law (ICEL), Grita Anindarini
mengingatkan UU PPLH menekankan keterlibatan masyarakat dalam menyusun amdal
dan izin lingkungan. Dalam menyusun amdal, perempuan yang disapa Ninda itu
mengatakan UU PPLH mengamanatkan agar masyarakat terlibat sebelum penyusunan
dokumen kerangka acuan amdal melalui pengumuman rencana kegiatan/usaha dan
konsultasi publik.
Selain itu, masyarakat juga terlibat dalam komisi penilai amdal dalam proses penilaian
amdal, RKL-RPL sampai terbitnya surat keputusan kelayakan/ketidaklayakan perizinan
lingkungan hidup. Pengumuman permohonan izin lingkungan juga memungkinkan
peran serta masyarakat, khususnya yang belum menggunakan kesempatan dalam
prosedur keberatan, dengar pendapat, dan lainnya dalam proses pengambilan
keputusan perizinan.

Dia menerangkan dokumen amdal melibatkan partisipasi masyarakat mulai dari


masyarakat yang terdampak, pemerhati lingkungan, dan masyarakat yang terpengaruh
atas segala keputusan dalam proses amdal. Tapi, dalam perubahan UU PPLH melalui
UU Cipta Kerja membatasi pelibatan masyarakat dalam penyusunan amdal yakni hanya
masyarakat yang terdampak langsung.

“Pemerhati lingkungan dan masyarakat yang terpengaruh tidak dilibatkan,” kata Ninda
dalam diskusi daring bertema “Izin Lingkungan Pasca Berlakunya UU Cipta Kerja”,
Senin (11/1/2020). (Baca Juga: Melihat Pengaturan Amdal dalam UU Cipta Kerja)

UU Cipta Kerja pun menghapus Komisi Penilai Amdal. Padahal, Komisi ini melibatkan
masyarakat dan pemerhati lingkungan hidup. UU Cipta Kerja mengganti Komisi itu
dengan tim uji kelayakan lingkungan hidup yang anggotanya hanya terdiri dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan ahli bersertifikat. Pengumuman untuk setiap
permohonan izin lingkungan juga dihapus. UU Cipta Kerja hanya mewajibkan
pengumuman untuk keputusan izin lingkungan.

Ninda menegaskan pelibatan masyarakat dalam proses penilaian amdal sangat


penting. Dalam RPP tentang Penilaian Amdal, Ninda menyebut ada rapat penilaian
substansi amdal oleh tim uji kelayakan lingkungan hidup melibatkan masyarakat yang
terkena dampak langsung, ahli terkait, instansi sektor yang menerbitkan persetujuan
teknis, instansi pusat, provinsi, kabupaten/kota terkait dengan rencana dan/atau
dampak usaha dan/atau kegiatan.

Selain itu melibatkan masyarakat, pemerhati lingkungan hidup dan masyarakat yang
terpengaruh segala bentuk keputusan yang telah menyampaikan saran, pendapat, dan
tanggapan yang relevan dapat ikut serta dalam tahapan ini (penilaian substansi amdal).
Kendati melibatkan masyarakat, tapi RPP ini tidak menegaskan apakah masyarakat
memiliki hak suara atau tidak dalam pengambilan keputusan perizinan lingkungan
hidup.

Menurutnya, pelibatan masyarakat dalam penilaian amdal penting agar komunitas


memiliki rasa tanggung jawab dan memiliki terhadap proyek yang berjalan, serta
mengawal apakah proyek itu ditujukan untuk kepentingan umum atau tidak. “Jika
partisipasi publik dilakukan secara komprehensif, dampak lingkungan dapat dicegah,
proyek mendapat dukungan masyarakat, dan pembangunan yang berkelanjutan akan
tercapai,” ujarnya.

Peneliti Lembaga Kajian dan Advokasi Independensi Peradilan (LeIP), Alfeus Jebabun,
mengatakan dari penelitian yang dilakukannya periode Oktober 2019-Mei 2020
terhadap putusan tata usaha negara menemukan ada 164 putusan terkait lingkungan
hidup mulai dari tingkat pertama, banding, kasasi, dan PK. Dari 164 putusan itu, 54
putusan mengenai ketiadaan amdal terkait izin usaha.

“Ada juga isu mengenai keterlibatan masyarakat dan organisasi lingkungan dalam
komisi amdal,” kata Alfeus Jebabun dalam kesempatan yang sama.

Guru Besar FHUI, Prof Andri G Wibisana, berpendapat persetujuan lingkungan sama
seperti perizinan yang sifatnya permanen dan tidak sekali selesai. Karena itu, tidak
tepat pandangan yang menyebut persetujuan lingkungan ini sebagai keputusan kilat
atau sekali selesai (enmalig). Menurutnya, persetujuan lingkungan ini bisa digugat ke
pengadilan.

Kendati demikian, Andri mengatakan perubahan izin lingkungan menjadi persetujuan


lingkungan dapat berdampak terhadap izin pembuangan limbah karena selama ini
diintegrasikan dalam izin lingkungan. Menurut Andri, UU Cipta Kerja tidak konsisten,
misalnya Pasal 60 UU No.32 Tahun 2009 tidak diubah. Ketentuan ini melarang setiap
orang dilarang melakukan dumping limbah dan/atau bahan ke media lingkungan hidup
tanpa izin.

Kemudian, Pasal 123 tentang integrasi segala izin bidang pengelolaan lingkungan
hidup yang diterbitkan Menteri, Gubernur, atau bupati/walikota dalam izin lingkungan
hidup juga tidak dihapus. Tapi, anehnya UU Cipta Kerja mengubah Pasal 1 angka 35
UU PPLH dari izin lingkungan menjadi persetujuan lingkungan. Selain itu, Andri
menyoroti minimnya pengawasan dan sanksi dalam UU Cipta Kerja, misalnya tidak ada
sanksi administratif terhadap pelanggaran persetujuan lingkunggan.

“Melanggar syarat dalam izin berusaha ada sanksinya, tapi jika melanggar persetujuan
lingkungan tidak ada sanksi,” kata dia.

Direktur Penegakan Hukum Pidana Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,


Yazid Nurhuda, mengatakan persetujuan lingkungan terintegrasi dalam perizinan
berusaha. Persetujuan lingkungan menjadi dasar dalam penerbitan perizinan berusaha.
Persyaratan amdal dan UKL-UPL tercantum dalam perizinan berusaha. Matrik RKL-
RPL yang ada dalam perizinan berusaha menjadi dasar pengawasan perizinan dan
penegakan hukum ketika terjadi pelanggaran klausul persyaratan dan kewajiban
lingkungan dalam perizinan berusaha.

“Perizinan berusaha atau persetujuan pemerintah tidak bisa diterbitkan jika tidak ada
persetujuan lingkungan,”

Sumber Referensi
https://www.hukumonline.com/berita/a/uu-cipta-kerja-dinilai-batasi-partisipasi-publik-
dalam-proses-persetujuan-lingkungan-lt5ffc2a4d2689f?page

Anda mungkin juga menyukai