Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ZAENUR RAHMAN

NIM : 041036489

MATA KULIAH : INTERPRETASI DAN PENALARAN HUKUM

TUGAS 1

Soal Kasus:

Sesat Pikir Melawan Berpikir Benar dalam Aplikasi Hermenautika

Sebagian sarjana hukum itu menafsirkan tulisan hukumnya adalah dilakukan secara
metodologis, sembari melengkapinya dengan landasan filosofisnya dengan merujuk pada
hermeneutika “hukumnya Hans-GeorgGadamer” (Gadamer, Hans-Georg. 2004). Namun
Hermeneutika Hans-GeorgGadamer ini adalah hermeneutika filosofis yang dapat
diaplikasikan dalam bidang hukum, teologi dan filologi. Sehingga, hermeneutika ini
bekerjanya bersifat umum dalam tataran ontologis. Padahal pemahaman yang demikian ini
bukan merupakan ranah utama dalam ilmu hukum, karena penafsiran dalam ilmu hukum itu
lebih berkarakter epistemologis atau sebut saja metodologis, yang dianggap keliru oleh
pandangan Gadamer itu. Pandangan yang hanya ontologis ataupun epistemologis bisa secara
potensial membuat sesat pikir mengenai pemanfaatan hermeneutika hukum.

Hans George Gadamer (1965) menyebutkan bahwa ilmu hukum satu lembaran hermeneutik
yang diaplikasikan pada aspek hukum di kehidupan bermasyarakat. Hermeneutika adalah
aliran kefilsafatan dalam pemahaman teks atau hal tertentu. Diawali mitos Yunani
hermeneutika (Hermes) adalah menjembatani kesenjangan antara “bahasa dewa dengan
bahasa manusia” yaitu “hermeneuin” yaitu menafsirkan atau menginterpretasikan. Dalam
perjalanan waktu fahamhermeneutic membuahkan banyak aliran dan metodologi.

Saat ini penggunaan hermeneutika begitu luas dan sering dipergunakan, yang menunujukkan
urgensinya untuk dibutuhkan . Di Indonesia para ahli hukum maupun para pihak di dunia
peradilan, meraka makin melihat urgensi penggunaan metode hermeneutika yang filosofis
daripada menafsirkan teks gramatikal untuk memahami hukum. Problema hukum begitu
kompleks, penafsiran hukum merupakan bagian problematika yang selalu hadir di dunia
peradilan ataupun kajian positivisme hukum, yang harus diselesaikan dengan benar dan baik
berdasarkan asas-asas legalitas dan legitimasi secara bersamaan. Karena penafsiran yang
memenuhi unsur-unsur „legalitas‟ belum tentu memenuhi unsur-unsur „legitimasi‟. Demikian
pula sebaliknya kecukupan penafsiran yang mencukupi unsur-unsur „legitimasi‟ belum tentu
memenuhi unsur-unsur „legalitas‟.

Pertanyaan

Saudara mahasiswa, anda bebas menentukan asumsi-asumsi apa saja yang semestinya
melekat, diberikan dan ada di dalam konteks contoh kasus peristiwa yang diberikan dalam
Soal ini. Sehingga anda-pun dapat berinterpretasi secara relevan faktor-faktor apa saja yang
semestinya masuk dalam analisis kasusnya tersebut.

Lakukan analisa alasan pemanfaatan hermeneutika berdasarkan urgensinya sebagai metode


interpretasi hukum dalam konteks koherensi interpretasi hukum dalam dunia peradilan dan
kajian positivisme hukum. (Max 500 kata)

Hubungkan dalam satu mata rantai perkembangan aliran hermeneutika dengan ciri khas
penggunaan metodologi ilmu hukumnya sesuai periode waktunya (Max 500 kata).

SOAL 3 Nilai 30

Simpulkan arti dan makna hermeneutika hukum dengan menggunakan kata-kata kunci dari
berbagai berbagai aliran dan definisi yang dikenal ( Max 500 kata).

SOAL 2 Nilai 35

SOAL 1. Nilai 35

JAWABAN
1 Pada proses penemuan hukum (rechtsvinding), perlu dibedakan dua hal yaitu mengenai tahap
sebelum pengamblan putusan (exante) dan tahap sesudah pengambilan putusan (expost).
Dalam perspektif teori penemuan hukum modern, yang terjadi sebelum pengambilan putusan
disebut “heuristika”, yaitu proses mencari dan berfikir yang mendahului tindakan
pengambilan putusan hukum. Pada tahap ini berbagai argument pro-kontra terhadap suatu
putusan tertentu ditimbang-timbang antara yang satu dengan yang lain, kemudian ditemukan
makna yang tepat. Sedangkan penemuan hukum yang terjadi sesudah putusan disebut
“legitimasi”, dan legitimasi selalu berkenaan dengan pembenaran dari putusan yang sudah
diambil. Pada tahap ini putusan diberi motivasi (pertimbangan) dan argumentasi secara
substansial, dengan cara menyusun suatu penalaran yang secara rasional dapat
dipertanggungjawabkan. Apabila suatu putusan hukum tidak bisa diterima oleh forum
hukum, maka berarti putusan itu tidak memperoleh legitimasi. Konsekuensinya, premis-
premis yang baru harus diajukan, dengan tetap berpegang pada penalaran exante, untuk
menyakinkan forum hukum tersebut agar putusan tersebut dapat diterima.
Disinilah pentingnya hermeneutika hukum berperan sekaligus digunakan oleh para hakim
pada saat menemukan hukum. Penemuan hukum oleh Hakim tidak semata-mata hanya
penerapan peraturan-peraturan hukum terhadap peristiwa konkrit, tetapi sekaligus penciptaan
hukum dan pembentukan hukumnya. Menurut Gadamer, metode hermeneutika hukum pada
hakikatnya sangat berguna, ketika seorang hakim menganggap dirinya berhak untuk
menambah makna orisinal dari teks hukum.
Oleh karena itulah hermeneutika hukum berfungsi sebagai metode untuk interpretasi atas teks
hukum/peraturan perundangan yang dijadikan dasar pertimbangannya serta interpretasi atas
peristiwa dan fakta akan sangat membantu Hakim dalam memeriksa dan memutus perkara
dipengadilan.

2 Model hermeneutika pertama adalah hermeneutikaeksegese. Dengan hermeneutika sebagai


teori eksegesis Bibel, yang dimaksud adalah prinsipprinsip, kaidah-kaidah, atau metode yang
digunakan dalam menghimpun, menata, atau mengelola segala informasi yang berkaitan
dengan Bibel.Hermeneutika sebagai metode filologis yang lahir dan berkembang sejak abad
18 memperluas lingkup hermeneutika dengan menginterpretasi Bibel dan teks-teks lain di
luar Bibel. Metode hermeneutika filologis adalah metode kritik historis.
Hermeneutika sebagai ilmu pemahamahan linguistik, mulai dikembangkan oleh filsuf
hermeneutisSchleiermacher. Di tangan Schleiermacher, hermeneutika menjadi “seni” dan
“ilmu” pemahaman. Ia ingin melampaui hermeneutikasebaga kaidah atau metode interpretasi
ke hermeneutika sebagai “kondisi pemahaman”. Interpretasi bagi Schleiermacher merupakan
sebuah peristiwa dialog umum dalam setiap pemahaman terhadap teks. Prinsip-prinsip dasar
pemahaman sama bagi semua ragam pemahaman (tidak hanya biblis atau filologis). Konsep
hermeneutika seperti ini berkembang subur dalam diskusi-diskusi hermeneutika sampai
sekarang.
Hermeneutika sebagai fondasi metodologi bagi Geiseswissenschaften(ilmuilmu
kemanusiaan) mulai berkembang secara intensif sejak abad 19 melalui pemikiran
WilhelmDilthey.Menurut Dilthey, ilmu-ilmu kemanusiaan membutuhkan pemahaman yang
bebeda dari pemahaman terhadap peristiwa atau gejala-gejala alam. Ilmu-ilmu kemanusiaan
seperti seni, sastra, pertunjukkan, tulisan, antropologi, psikologi, sejarah, politik, hukumdan
sebagainya merupakan bidang pengetahuan yang menyatu dengan manusia sebagai subjek
dan sekaligus juga objek ilmu-ilmu tersebut.

3 Sebagaimana yang didefinisikan oleh Gregory Leyh dalam buku “Legal Hermeneutics:
History, TheoryandPractice”, dimana Gregory mengutip pendapat Gadamer yang menyatakan
bahwa hermeneutika hukum bukanlah merupakan suatu kasus yang khusus, tetapi ia hanya
merekonstruksikan kembali dari seluruh problemahermeneutika dan kemudian membentuk
kembali kesatuan hermeneutika secara utuh, dimana ahli hukum dan teologi bertemu dengan
para ahli humaniora.Sedangkan Jazim Hamidi menjelaskan bahwa untuk mengetahui definisi
hermeneutika hukum itu seperti apa, kita dapat kembali kepada definisi hermeneutika secara
umum. Dari sini dapat ditarik definisi hermeneutika hukum adalah ajaran filsafat mengenai
hal mengerti /memahami sesuatu, atau sebuah metode interpretasi terhadap teksdimana
metode dan teknik menafsirkannya dilakukan secara holistik dalam bingkai keterkaitan antara
teks, konteks, dan kontekstualisasi. Teks tersebut bisa berupa teks hukum, peristiwa hukum,
fakta hukum, dokumen resmi negara, naskah kuno atau kitab suci.
Dari pengertian para pakar diatas dapat disimpulkan Hermeneutika hukum adalah ajaran
filsafat mengenai hal mengerti /memahami sesuatu, atau sebuah metode interpretasi terhadap
teks dimana metode dan teknik menafsirkannya dilakukan secara holistik dalam bingkai
keterkaitan antara teks, konteks, dan kontekstualisasi. Teks tersebut bisa berupa teks hukum,
peristiwa hukum, fakta hukum, dokumen resmi negara, naskah kuno atau kitab suci.

Anda mungkin juga menyukai