Anda di halaman 1dari 5

HUKUM PERJANJIAN

Kasus Posisi:

Pada suatu malam terjadi kesepakatan antara Dadap (penjual) dengan


Waru (pembeli) jual beli sapi betina seharga Rp.15 juta. Sapi baru akan
diserahkan pagi harinya begitu pula pembayarannya juga pagi hari saat sapi
diserahkan. Namun ternyata malam itu terjadi peristiwa banjir bandang
sehingga sapi dalam kandang hanyut dan tidak ditemukan.

Berdasarkan kasus tersebut jawablah soal dibawah ini dengan jelas,


mudah dimengerti, rinci dan dasar hukumnya.

1. Jelaskan pendapat saudara dalam kasus tersebut apakah telah terjadi


jual beli antara penjual dan pembeli? Uraikan secara singkat?
2. Dalam kasus diatas merupakan persoalan resiko diakuinya kebiasaan
yang dapat menyampingkan UU. Jelaskan jawaban saudara?
3. Seandainya dalam kesempatan malam hari itu pihak pembeli sudah
membayar sebagian (Rp.6 juta), bagaimana penyelesaiannya menurut
Saudara?

TUGAS 2 - SESI 5

A. Jelaskan pendapat saudara dalam kasus tersebut apakah telah terjadi jual
beli antara penjual dan pembeli? Uraikan secara singkat?

Menurut Profesor Subekti, wanprestasi berasal dari bahasa Belanda yang


berarti prestasi buruk. wanprestasi atau lalai atau ingkar janji dapat diartikan
sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitur baik karena
kesengajaan atau kelalaian. dalam suatu perjanjian Apabila salah satu pihak tidak
dapat memenuhi atau melaksanakan secara Sempurna apa saja yang diperjanjikan
maka yang melanggar perjanjian tersebut dinyatakan telah melakukan wanprestasi.

Menurut J Satrio, wanprestasi adalah suatu keadaan manakala Debitur


tidak memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan
kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya. Yahya Harahap mendefinisikan
wanprestasi sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau
dilakukan tidak menurut selayaknya sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak
debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi atau dengan adanya
wanprestasi oleh salah satu pihak pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan
perjanjian. Dasar hukumnya sesuai dengan yang tertulis dalam Keputusan
Mahkamah Agung tanggal 21 mei 1973 No.70HK/Sip/1972 Yang menyatakan
bahwa Apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi karena tidak
melaksanakan pembayaran barang yang dibeli pihak yang dirugikan dapat
menuntut pembatalan jual beli.

Berdasarkan kasus di atas Jenis keadaan memaksa (overmacht / force


majeur) adalah force majeur berdasarkan subyek dan masuk ke dalam kategori
force majeur obyektif. Di mana keadaan memaksa objektif adalah keadaan
memaksa yang menyebabkan pemenuhan prestasi tidak mungkin dilakukan oleh
siapapun hal ini didasarkan pada teori ketidakmungkinan (imposibilitas).

Dalam kasus diatas dapat dilihat bahwa sapi Milik Pak Dadap tersebut akan
diserahkan pada pagi hari begitu juga dengan pembayarannya yang akan
dilakukan oleh Pak Waru. Tetapi pada malam harinya sapi milik Pak Dadap
hanyut terkena banjir bandang dalam keadaan ini telah terjadi Proses perjanjian
karena Perjanjian tersebut dilakukan oleh dua belah pihak dan dilakukan secara
lisan Sesuai dengan pasal 1313 KUH Perdata Yang menyatakan bahwa suatu
perjanjian adalah Suatu perbuatan manakala satu orang atau lebih mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Tetapi pada kasus ini juga telah terjadi proses jual beli Karena menurut
pasal 1457 KUH Perdata, Jual Beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak
yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang dan pihak yang
lain untuk membayar harga yang dijanjikan. Dari ketentuan Pasal 1458 KUH
Perdata yang menyatakan bahwa “Jual beli itu dianggap telah terjadi antara kedua
belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang
kebendaan tsb dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan, maupun
harganya belum dibayar”.

Pasal 1459 KUH Perdata juga menyatakan bahwa “Hak milik atas barang
yang dijual tidaklah berpindah kepada si pembeli, selama penyerahannya belum
dilakukan; dan Pasal 1460 KUH Perdata menyatakan bahwa “Jika kebendaan yang
dijual itu berupa suatu barang yang sudah ditentukan, maka barang ini sejak saat
pembelian adalah tanggunga si pembeli, meskipun penyerahannya belum
dilakukan dan si penjual berhak menuntut harganya”.

Maka dapat dikatakan bahwa jual beli telah terjadi, karena:


a. Antara Dadap (Penjual) dan Waru (Pembeli) telah ada kesepakatan tentang objek
jual beli, yaitu sapi dan harga sebesar Rp. 15 juta,- (Pasal 1458 KUH Perdata);
dan
b. Meskipun sapi baru akan diserahkan keesokan harinya, namun sejak adanya
kesepakatan tersebut, maka sapi tersebut menjadi tanggungan Waru sebagai
Pembeli (Pasal 1460 KUH Perdata).

Namun apabila kasus tersebut dilihat dari sudut pandang resiko dan
keadilan, dimana objek perjanjian musnah sebelum serah terima dan pembayaran
dilaksanakan, maka jual beli dianggap belum terlaksana dan karenanya masih
menjadi resiko penjual. Karena sapi tersebut belum diserahkan yang berarti hak
milik masih berada di tangan penjual, maka kematian terhadap sapi itu masih
merupakan tanggung jawab dari penjual. Oleh sebab itu, pembeli tidak
berkewajiban untuk melakukan pembayaran terhadap harga sapi. Selain itu jika
ditinjau dari Pasal 1381 KUHPerdata sebagai salah satu penyebab hapusnya
perikatan, maka pembeli tidak perlu membayar harga dari barang tersebut karena
perikatan menjadi hapus dengan musnahnya barang tersebut. Lebih jauh kasus ini
termasuk ke dalam jenis keadaan memaksa (force majeur) objektif karena Ketika
prestasi tidak mungkin dilakukan oleh siapapun maka perjanjian jual-beli otomatis
batal.

B. Dalam kasus diatas merupakan persoalan resiko diakuinya kebiasaan


yang dapat menyampingkan UU. Jelaskan jawaban saudara?

Overmacht ialah suatu keadaan yang “memaksa”. Overmacht menjadi


landasan hukum yang “memaafkan“ kesalahan seorang debitur. Peristiwa
overmacht “mencegah” debitur menanggung akibat dan resiko perjanjian Itulah
sebabnya overmacht merupakan penyimpangan dari asas hukum. Menurut asas
umum setiap kelalaian dan keingkaran mengakibatkan si pelaku wajib mengganti
kerugian serta memikul segala resiko akibat kelalaian dan keingkaran.

Akan tetapi jika pelaksanaan pemenuhan perjanjian yang menimbulkan


kerugian terjadi karena overmacht, debitur dibebaskan menanggung kerugian
yang terjadi.Ini berarti apabila debitur tidak melaksanakan perjanjian yang
menyebabkan timbulnya kerugian dari pihak kreditur. Kerugian terjadi semata-
mata oleh keadaan atau peristiwa di luar kemampuan perhitungan debitur, maka
keadaan atau peristiwa tadi menjadi dasar hukum yang melepaskan debitur dari
kewajiban mengganti kerugian (schadevergoeding). Dengan kata lain, debitur
bebas dan lepas dari kewajiban membayar ganti rugi, apabila dia berada dalam
keadaan “overmacht”, dan overmacht itu menghalangi/ merintangi debitur
melaksanakan pemenuhan prestasi.

Overmacht merupakan dasar hukum yang menyampingkan/menyingkirkan


asas yang terdapat pada pasal 1239 : setiap wanprestasi yang menyebabkan
kerugian, mewajibkan debitur untuk membayar ganti rugi (schadevergoeding).
Dalam keadaan overmacht debitur dibebaskan dari kewajiban pemenuhan
(nakoming) dan membayar ganti kerugian (schadevergoeding). Untuk
menjelaskan pembebasan debitur maka timbul beberapa teori, antara lain: Teori
“ketidakmungkinan” (onmogeljkeheid)

C. Seandainya dalam kesempatan malam hari itu pihak pembeli sudah


membayar sebagian (Rp.6 juta), bagaimana penyelesaiannya menurut
Saudara?

Dalam contoh kasus diatas disebutkan bahwa dalam membeli barang


tersebut yakni sapi Si pembeli telah melakukan transaksi jual beli dengan membayar
uang muka atau down payment (DP) Atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
istilah uang Panjar. Sehingga Bagaimana penyelesaiannya apabila pak Waru
sebagai pihak pembeli membayar sebagian sedangkan sapi yang ia beli tidak dapat
Ia terima keesokan harinya. Maka menurut Pasal 1464 KUH Perdata, jika pembelian
Dilakukan dengan memberikan uang Panjar maka salah satu pihak dapat
membatalkan pembelian itu dengan menyuruh memiliki atau mengembalikan uang
Panjar nya. Sehingga di dalam kasus ini kewajiban penjual adalah untuk
menyerahkan barang tersebut yakni berupa sapi seharga 15 juta Kepada si pembeli
yakni Pak Waru.

Sumber :
1. Buku Materi Pokok HKUM4402 - Hukum Perjanjian : Modul 5 - Wanprestasi
2. HukumOnline.com - Hewan mati sebelum diserahkan, wajibkah pembeli
membayar?

Anda mungkin juga menyukai