Anda di halaman 1dari 2

Nama Mahasiswa : Johansyah

Nomor Induk Mahasiswa/NIM :


Kode/ Nama Mata Kuliah : HKUM4206/Hukum Internasional
Tugas :2

Pemerintah Nigeria memanggil pulang sementara Duta Besar mereka di Indonesia, Ari


Usman Ogah, usai  insiden kekerasan yang melibatkan diplomat negara itu dan petugas
imigrasi di Jakarta pada pekan lalu.

Menteri Luar Negeri, Nigeria Geoffrey Onyeama, mengatakan pemerintah memulangkan


sementara sang duta besar untuk melakukan konsultasi tingkat tinggi mengenai masalah yang
menyebabkan perselisihan di Jakarta.
Kementerian Luar Negeri Nigeria mengatakan insiden itu melanggar hukum internasional
dan Konvensi Wina terkait hubungan Konsuler dan Diplomatik Antar Negara.
Secara terpisah Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah, membenarkan
kabar bahwa telah berlangsung pertemuan antara Dubes RI dan Menlu Nigeria beberapa hari
lalu terkait masalah tersebut.

"Hal-hal seperti ini yang perlu kita perjelas terlebih dahulu, apakah benar ada unsur
pelanggaran terhadap hak imunitas seorang diplomat di negara akreditasi dan untuk itu kita
masih terus memastikan dari pihak imigrasi," ujar Faizasyah.

--dikutip dari berbagai macam sumber--

Berdasarkan kasus di atas, analisalah:

1. Apakah yang dimaksud hak imunitas perwakilan diplomatik?


2. Berikan argumentasi anda, apakah insiden diatas merupakan pelanggaran terhadap
hak imunitas perwakilan diplomatik sebagaimana diatur dalam Konvensi Wina 1961
tentang Hubungan Diplomatik? Jelaskan!

Jawaban :

1. Hak imunitas perwakilan diplomatik adalah hak kebebasan/kekebalan setiap anggota


korps perwakilan diplomatik meskipun harus tunduk kepada hukum setempat, tidak
dapat dituntut dimuka pengadilan. Mereka juga dibebaskan dari pajak dan bea cukai,
pemeriksaan atas tas diplomatik, mendirikan tempat ibadah didalam lingkungan
kedutaan.
2. Pada kasus tersebut hak imunitas perwakilan diplomatik telah di langar karena
berdasarkan ketentuan Pasal 40 Konvensi Wina 1961 tentang Hubungan Diplomatik
(Vienna Convention on Diplomatic Relations, 1961), bahwa apabila negara ketiga
telah memberikan izin terhadap pejabat diplomatik yang bersangkutan untuk
memasuki wilayahnya maka negara ketiga wajib memberikan Hak Kekebalan dan
Keistimewaan terbatas yang diperlukan untuk menjamin perjalanan pejabat
diplomatik tersebut. Pemberian Hak kekebalan dan keistimewaan ini berlaku apabila
diplomat tersebut hanya bertujuan transit di suatu wilayah negara ketiga, dalam
perjalanannya menuju atau kembali ke pos dinasnya, atau dalam perjalanan kembali
kenegaranya.

Dalam hal tindakan transit seorang pejabat diplomatik tersebut dilakukan dalam
keadaan force majeure, maka meskipun tanpa izin negara ketiga pejabat diplomatik
dapat transit di wilayah negara ketiga tersebut dan negara ketiga memiliki kewajiban
untuk memberikan Hak Kekebalan dan Keistimewaan terbatas selama hak tersebut
dibutuhkan dalam menjamin perjalanan diplomat tersebut. Dalam hal pejabat
diplomatik dalam keadaan damai (tidak sedang berperang) hanya berniat melewati
wilayah negara ketiga, maka berdasarkan hukum kebiasaan internasional negara
ketiga wajib memberikan Hak Innocent Passage (hak lintas bebas).

Anda mungkin juga menyukai