Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Vidyan Permata Kalendi Djawa

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044299511

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4401/Interpretasi Dan Penalaran Hukum

Kode/Nama UT Daerah : 79/UPBJJ-UT KUPANG

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
Soal Kasus Tugas-1:
Hermenautika Berbanding Asas Legalitas dan Legitimasi
Hans-Georg Gadamer” (Gadamer, Hans-Georg. 2004) menyebutkan bahwa para sarjana hukum dalam
menafsirkan tulisan hukumnya wajib dilakukan secara metodologis, yang semestinya dilandasi dengan
pendekatan hermeneutika hukum yang filosofis dalam tataran ontologis, dan bukannya epistemologis
sebagaimana ranah utama bekerjanya ilmu hukum. Penafsiran dalam ilmu hukum berkarakter epistemologis
ataupun metodologis, yang dianggap keliru oleh H.G. Gadamer (2004). Pandangan satu sisi yang hanya
ontologis ataupun epistemologis saja bisa secara potensial membuat sesat pikir mengenai pemanfaatan
hermeneutika hukum. Hermeneutika adalah upaya menjembatani kesenjangan bahasa antara “bahasa
filsafat dengan bahasa umum keseharian”; yaitu “hermeneuin” yang artinya adalah menafsirkan.
Hermeneutika sebagai aliran kefilsafatan adalah fokus perhatian pada pemahaman teks atau hal-hal
tertentu. Dalam perkembangannya faham hermeneutic melahirkan banyak faham aliran metodologi, yang
saat ini penggunaannya semakin luas dipergunakan para ahli hukum (Hans George Gadamer, 1965).
Problema hukum itu disadari memang begitu rumit, tanpa terkecuali para ahli hukum peradilan di Indonesia
makin mengerti urgensi pemanfaatan metode hermeneutika yang filosofis itu, dibandingkan hanya
menafsirkan teks gramatikal yang juga sama untuk memahami makna yang terkandung dalam teks hukum
itu juga. Disadari bahwa penafsiran hukum merupakan bagian problematika yang melekat di dunia peradilan.
Kajian positivisme hukum memang harus diselesaikan dengan benar dan baik didasarkan atas asas-asas
legalitas dan legitimasi. Pemenuhan unsur-unsur ‘legalitas’ dalam penafsiran tidak dapat berdiri sendiri
dalam mencukupi keadilan. Demikian pula pemenuhan unsur-unsur ‘legitimasi’ sendiri juga tidak dapat
berdiri sendiri dalam pemenuhan keadilan. Keduanya unsur legalitas dan legitimasi sebagai asas asas
peradilan harus hadir seimbang.
Perintah Soal Tugas-1:
Dalam menyelesaikan soal tugas ini, Anda diberi kebebasan menentukan asumsi-asumsi yang semestinya
melekat ada di dalam konteks contoh kasus peristiwa yang diberikan dalam Soal Tugas-1 ini. Sehingga anda-
pun dapat berinterpretasi secara relevan atas faktor-faktor yang semestinya masuk dalam analisis kasusnya
tersebut.
Soal Tugas-1:
1) Simpulkan arti dan makna asas legalitas dan legitimasi dalam konteks sistem peradilan dengan
menggunakan contoh-contoh konkrit dari berbagai sumber yang anda dapatkan ( Max 500 kata; Score
Max.:35).
Menurut Gregory Ley dalam bukunya yang berjudul "Hermeneutika Hukum Sejarah, Teori Dan Paktiknya"
mengemukakan legal heremeneutics is, then, in realily no special case but is, on the contrary, fined 10
restore the full scope of the hermeneutical problem and so to restrieve the former unify of hermeneutics, in
which jurist and theologian meet the student of the humanities (henneneutika hukum dalam kenyataannya
bukanlah merupakan suatu kasus yang khusus/ baru, tetapi sebaliknya, ia hanya merekonstruksi kembali dari
seluruh problema hermeneutika dan kemudian membentuk kembali kesatuan hermeneutika secara utuh,
dimana ahli hukum dan teologi bertemu dengan para ahli humaniora/ ilmu kemanusiaan). Menurut
pendapat dari M. Natsir Asnawi Hermeneutika dalam ranah hukum merupakan metode interpretasi yang
digunakan oleh para yuris, khususnya hakim, terhadap teks-teks hukum (pasal-pasal dalam perundang-
undangan maupun dalam sumber hukum lainnya), Selain interpretasi, hermeneutika juga menjadi patron
hakim dalam menyusun atau mengkonstruksi teks atau kaidah hukum tertentu terhadap kasus atau perkara
in konkreto. Menurut Jazim Hamidi menjelaskan bahwa untuk mengetahui definisi hermeneutika hukum itu
seperti apa, kita dapat kembali kepada definisi hermeneutika secara umum diatas. Dari sini dapat ditarik
definisi hermeneutika hukum adalah ajaran filsafat mengenai hal mengerti /memahami sesuatu, atau
sebuah metode interpretasi terhadap teks dimana ,metode dan teknik menafsirkannya dilakukan secara
holistik dalam bingkai keterkaitan antara teks, konteks, dan kontekstualisasi. Teks tersebut bisa berupa teks
hukum, peristiwa hukum, fakta hukum, dokumen resmi negara, naskah kuno atau kitab suci Simpulan saya
secara umum Hermeneutika adalah ilmu atau seni menafsirkan suatu pasal atau ketentuan
(schriftverklaring). terutama dalam bidang hukum dan agama.
2) Simpulkan pemanfaatan penafsiran hermeneutika berdasarkan urgensinya sebagai metode interpretasi
hukum dalam konteks kajian positivisme hukum. (Max 500 kata; Score Max.:35);
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam penyelesaian suatu perkara, tugas hakim adalah mengonstatir,
mengualifisir, dan kemudian mengonstituir . Dengan demikian tentunya dalam memutus perkara yang
dihadapkan kepadanya tentu akan mempertimbangkan banyak hal, tidak hanya teks-teks dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok-pokok perkara, namun juga nilai-nilai dan
keyakinan-keyakinan yang hidup di masyarakat. Dalam suatu konteks yang sederhana, hakim akan memutus
dengan mernperhatikan teks dan konteks suatu perkara, sehingga dalam ha! ini diperlukan metode atau
pendekatan hermeneutika hukum juga dimungkinkan, Sebagaimana diketahui bahwa pada Pasal 5 ayat (I)
dalam UndangUndang No 48 Tahun 2009 lentang Kekuasaan Kehakiman, menyebutkan "Hakim dan hakim
konstitusi wajib menggali, mengikuti. dan memaharni nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam
masyarakat". Ketentuan tersebut secara tidak langsung memberikan ruang kepada hakim dalam memeriksa
perkara hermeneutika hukum untuk menggunakan metode atau pendekatan dalam mengonstatir,
mengualifisir, dan kemudian mengonstituir suatu perkara yang dihadapkannya, khususnya pada ketentuan
pasal yang terdapat pada peraturan perundang-undangan. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari adanya
hubungan antara hukum dengan perkembangan kehidupan yang tidak menutup kemungkinan terdapat
kekosongan hukum dalam memeriksa perkara. hal tersebut dikarenakan sedemikian pentingnya untuk
membangun pemahaman yang utuh mengenai teks-teks hukum, sehingga para hakim dituntut untuk
menggali nilai-nilai dan keyakinan yang hidup di dalam masyarakat dalam rangka dialektika teks-teks hukum,
Teks hukum tersebut dipahami dalam kaitannya dengan nilai-nilai yang hidup di masyarakat, sehingga pada
setiap proses memutus perkara. Seorang hakim dalam memutus suatu perkara tentunya akan
memperhatikan ban yak hal, tidak hanya teks hukum yang relevan dengan pokok perkara, namun juga
terhadap nilai-nilai dan keyakinan yang hidup dimasyarakat hal ini dilakukan guna mencapai keadilan dalam
masyarakat. Terakhir, hermeneutika bagi hakim pada dasarnya berperan penting dalam rnenghindari hakim
dari kesesatan dalarn menafsir teks-teks hukum (mislead). Dengan Hermeneutika, hakim akan berupaya
menernukan substansi atau makna hakiki dari teks-teks tersebut, dan karenanya hakim tidak akan salah
menafsir dan menerapkannya pada kasus atau perkara in konkreto.

3) Hubungkan dalam satu mata rantai (chain of reasoning) pemahaman antara urgensi penafsiran
hermeneutika dengan urgensi asas legalitas dan legitimasi dalam konteks kajian positivisme hukum.( Max
500 kata; Score Max.:30)
Hermeneutika merupakan satu di antara beberapa teori yang menawarkan pendekatan baru dalam ilmu-
ilmu sosial. Pemikiran hermeneutika sosial ini dikembangkan oleh Friederich Sehleiermacher (1768-1834),
Wtlhelm Dilthey (1833- 1911), Gadamer (1900- ), dan Iain-lain. Di tangan mereka, pemikiran hermeneutika
yang pada awalnya sebagai teori memahami teks-tulis atau kitab suci, kemudian mendapat perluasan objek,
yaitu ‘teks’ kehidupan sosial. Hal ini mereka maksudkan untuk melakukan terobosan metodologi baru dalam
ilmu-ilmu sosial atas hegemoni (pengaruh) paradigma positivisme. Sebelum lebih jauh melihat pemikiran
hermeneutika sosial, ada baiknya diuraikan sekilas pengertian hermeneutika dan perkembangannya. Istilah
hermeneutika berasal dari kata Yunani; hermencuein,yang artinya diterjemahkan "menafsirkan", kata
bendanya: hermeneia artinya "tafsiran". Dalam tradisi Yunani kuno kata hermeneuein dipakai dalam tiga
makna, yaitu mengatakan (to say), menjelaskan (to explain), dan menerjemahkan (to translate). Dari tiga
makna ini, kemudian dalam kata Inggris diekspresikan dengan kata: to interpret, Dengan demikian
perbuatan interpretasi menunjuk pada tiga hal pokok: pengucapan lisan (an oral recitation), pcnjelasan yang
masuk akal (areasonable explanation), dan terjemahan dari bahasa lain (a translation from another
language), atau mengekspresikan. Dalam perkembangannya, hermeneutika terdapat beberapa pembahasan.
Josep lileicher membagi pembahasan hermeneutika menjadi tiga, yaitu hermeneutika sebagai sebuah
metodologi, hermeneutika sebagai filsafat, dan hermeneutika sebagai kritik.Sementara Richard E. Palmer
menggambarkan perkembangan pemikiran hermeneutika menjadi enam pembahasan, yaitu hermeneutika
sebagai teori penafsiran kitab suci, hermeneutika sebagai metode filologi (ilmu sastra), hermeneutika
sebagai pemahaman linguistik (bahasa), hermeneutika sebagai fondasi dari ilmu sosial-budaya
(geisteswissenschaft), hermeneutika sebagai fenomenologi dasein, dan hermeneutika sebagai sistem
interpretasi.

Anda mungkin juga menyukai