FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
SPPL,UKL-UPLAMDAL, PERSETUJUAN LINGKUNGAN DALAM KERANGKA
PERIZINAN BERUSAHA
Kebijakan hadir karna adanya suatu keadaan atau kondisi yang perlu dilakukan seperti:
• Manusia hidup di dunia (sumber daya alam yang ada disekeliling manusia itu
hidup, kemudian disebut dengan sumberdaya lingkungan) senantiasa punya
kecenderungan untuk “survive” agar ia bisa tetap hidup);
• Perjalanan waktu telah mencatat manusia yang bertambah menurut deret ukur
, sedangkan sumberdaya lingkungan “tetap”, kemudian berujung kepada
“dikotomi pembangunan dan lingkungan hidup” butuh solusi;
Untuk mengatasi keadaan-keadaan ini --- konferensi Stockholm 1972 menetapkan konsepsi
pembangunan berwawasan lingkungan (eco develompment) yang diakomodir dalam
declaration stockholm kemudian diperkuat oleh konferensi di rio de jaenario tahun 1992 yang
menetapkan konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development), kemudian
di”promote” oleh KTT Bumi di Johannesburg tahun 2002.
Hukum sebagai pencapaian tujuan cenderung didasarkan pada tipologi hukum yang
terdapat dalam suatu Negara seperti hukum reperessif, hukum outonum, dan hukum
responsif. Hukum memiliki beberapa keunggulan diantaranya:
Hukum penting dalam hal melindungi serta dalam hal pengelolaan lingkungan hidup.
Hukum bersifat normatif atau norma yang mengatur prilaku manusia baik itu prilaku yang
diatur dalam uu maupun yang tidak diataur dalam uu dan peraturan-peraturan lain yang
terkait. Bukan hanya itu hukum juga berisi perintah, larangan, izin, dan dispensasi yang harus
di taati oleh seluruh masyarakat yang berada dalam kawasan wilayah tersebut untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan hal-hal yang membahayakan baik untuk
masyarakat itu maupun lingkungan sekitar peraturan yang terkait bersifat memaksa dan
mengikat seluruh masyarakat baik masyarakat dalam negri dan masyarakat luar yang
menetap di dalam negri dan aka nada sangsi tegas bagi yang melanggar hukum tersebut.
Kebijakan untuk mewujutkan lingkungan hidup baik diatur oleh Negara dalam bentuk
norma konstitusi UUd 1945 pasal 33 ayat (4) dan dijabarkan kembali dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan mentri, perprov, perda dan
perko, serta dilakukan pula dalam bentuk putusan pengadilan, perjanjian tertulis atau kontrak,
keputusan tatausaha negra, dan peraturan hukum yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga
penyelenggara dan pengelolaan lingkungan hidup lainnya.
Dengan adamya kebijakan maka timbulkah Amdal, UKL-UPL dan sisteem perizinan hal
ini dikarnakan
• Intisari solusi itu merupakan sinergi dari “pencegahan” dengan menjalankan prinsip
“keberhati-hatian”
• Cermati “makna dan hakekat” Amdal, UKL-UPL dan “Izin” yang bersistem
A. AMDAL.
Pengertian.
Dalam UULH 1997 pengaturan tentang amdal ditemukan dalam pasal 15 dan pasal
18. Pasal 15 ayat 1 UULH 1997 menyebutkan bahwa: “setiap rencana usaha dan/atau kegiatan
yang memungkunkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hudup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.” Ayat 2
pasal 15 menyebutkan bahwa kriteria dampak besar dan penting, tata cara penilaian amdal
sebagaimana disebut dalam pasal 15 ayat 1 diatur dalam peraturan pemerintah.
Dasar hukum kewajiban amdal, yakni pasal 22 ayat 1 UU No. 32/2009. Setiap usaha
dan kegiatan yang berdampak penting wajib memiliki amdal pasal 24 UU No. 11/ 2020:
(1) Dokumen Amdal merupakan dasar uji kelayakan lingkungan hidup untuk rencana
usaha dan/atau kegiatan.
(2) Uji Kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
(3) Pemerintah Pusat dalam melakukan Uji Kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat menunjuk lembaga dan/atau ahli bersertifikat.
(4) Pemerintah Pusat menetapkan Keputusan kelayakan lingkungan hidup berdasarkan uji
kelayakan lingkungan.
(5) Keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sebagai
persyaratan penerbitan Perizinan Berusaha.
(6) Terhadap kegiatan yang dilakukan oleh instansi Pemerintah, keputusan kelayakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan uji kelayakan lingkungan hidup diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
Fungsi AMDAL
Sebelum adanya UU No. 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja kajian yang terkait amdal
adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
padalingkungan hidup dan diperlukan untuk proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Hasil dari proses pengambilan keputusan
yang dimaksud berupa “layak lingkungan” atau tidak” yang bermuara pada “izin
Lingkungan” dan “izin usaha”.
• prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi
jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
• evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
PENYUSUN AMDAL
B. UKL-UPL
Pengertian
Pasal 3 ayat 2 PP No. 27 Tahun 2012 berbunyi: (2) setiap usaha dan/atau kehgiatan
yang tidak termasuk dalam kegiatan wajib amdal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib
memiliki UKL-UPL. Selain itu kegiatan yang tidak wajib UKL dan UPL , wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan hidup. Dengan
demikian UUPPLH membagi kegiatan usaha dalam tiga jenis, yaitu: (1) kegiatan usaha
berdampak penting yang wajib amdal, (2) kegiatan usaha yang tidak wajib amdal tapi wajib
UKL dan UPL, (3) kegiatan yang tidak wajib UKL dan UPL tapi wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
Pasal 1 angka 12 UU No. 32/2009 dan pasal 1 angka 3 PP No. 27/2012: upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemanfaaatan lingkungan hidup, , yang selanjutnya
disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Pasal 1 angka 12 UU No. 11 tahun 2020: Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
upaya pemantauan lingkungan hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah rangkaian
proses pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dituangkan dalam bentuk standar
untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan keputusan serta termuat dalam Perizinan
Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
C. Izin lingkungan.
Izin merupakan instrument hukum administrasi yang dapat digunakan oleh pejabat
pemerintah yang berwenang untuk mengatur cara-cara pengusaha menjalankan usahanya.
Dasar hukum keberadaan izin lingkungan hidup di Indonesia adalah UUPPlh 2009 khususnya
pasal 36 sampai dengan pasal 40 UUPPLH.
Menurut ketentuan pasal 18 ayat 1 UULH 1997 untuk memproleh izin usahabagi
kegiatan yang memiliki dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, maka
dengan itu harus terlebih dahulu dilengkapi dengan amdal.ketentuan bahwa amdal
merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha. Bagi kegiatan yang berdampak
besar dan penting juga dituangangkan dalam pasal 7 ayat 1 PP No. 27 Tahun 1999.
Sejak berlakunya UUPPLH, amdal tidak lagi menjadi persyaratan untuk memperoleh
izin usaha, tetapi sebagai persyaratan untuk memperoleh izin lingkungan sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 37 ayat 1. Demikian pula UKL dan UPL merupakan persyaratan
untuk memperoleh izin lingkungan. Hubungan amdal, UKLdan UPL jugan dijelaskan
dalam pasal 2 ayat 1 PP No. 27 Tahun 2012. Bahkan pejabaat yang memberikan izin
lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal atau UPL dan UKL dapat diancam pidana
sebagaimana dirumuskan dalam pasal 111 UUPPLH. Sebaliknya izin lingkungan
merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
ditegaaskan daalam pasal 40 ayat 1 UUPPLH.
E. Tata Ruang
Tata ruaang memiliki kebijakan yang tertuang dalam pasal 19 UU No. 32/2009, yakitu
untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselanatan masyarakat, setiap
perencanaan tataruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS dan perencanaan tataruang
wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung
dan daya tamping lingkungan hidup.
(1) Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) disusun oleh Pemrakarsa pada
tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
(2) Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
sesuai dengan rencana tata ruang.
(3) Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, dokumen Amdal tidak dapat dinilai dan wajib dikembalikan kepada
Pemrakarsa.
• PP No. 27 Tahun 2012 Pasal 13 ayat (1) Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal
lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada kabupaten/kota yang telah
memiliki rencana detil tata ruang kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota