Anda di halaman 1dari 11

TUGAS II

HUKUM LINGKUNGAN 2.10

Dosen Pengampu : Frenadin Adegustara, SH.,MH.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
SPPL,UKL-UPLAMDAL, PERSETUJUAN LINGKUNGAN DALAM KERANGKA
PERIZINAN BERUSAHA

Keterkaitan antara AMDAL, UKL-UPL Dengan SISTEM PERIZINAN dibahas


dalam konteks “KEBIJAKAN” Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan
Sumber Daya Alam.

Penggunaan istilah “kebijakan” dengan “kebijaksanaan” sering saling menggantikan.


Padahal menurut R.M. Girindro Pringgodigdo istilah kebijakan itu berasal dari terjemahan
“wisdom” atau “wijsheid” yaitu tindakan serta situasi/kondisi yang dihadapi, berupa
pengambilan keputusan di bidang hukum yang dapat bersifat pengaturan (tertulis)
dan/atau keputusan tertulis atau lisan, yang antara lain berdasarkan kewenangan/
kekuasaan diskresi (discretionary power atau freies ermessen). sedangkan istilah
kebijaksanaan merupakan terjemahan dari “policy” atau “beleid” yaitu rangkaian tindakan
atau kegiatan yang direncanakan di bidang hukum untuk mencapai tujuan atau sasaran
yang dikehendaki. Orientasinya pada pembentukan dan penegakan hukum masa kini dan
masa depan.

Kebijakan hadir karna adanya suatu keadaan atau kondisi yang perlu dilakukan seperti:

• Manusia hidup di dunia (sumber daya alam yang ada disekeliling manusia itu
hidup, kemudian disebut dengan sumberdaya lingkungan) senantiasa punya
kecenderungan untuk “survive” agar ia bisa tetap hidup);

• Dengan cara “apa” ; pemanfaatan atau eksploitasi sumber daya lingkungan


tersebut, hal ini kemudian disebut dengan “PEMBANGUNAN”

• Apa itu pembangunan”proses perubahan menuju kehidupan yang lebih baik”

• Perjalanan waktu telah mencatat manusia yang bertambah menurut deret ukur
, sedangkan sumberdaya lingkungan “tetap”, kemudian berujung kepada
“dikotomi pembangunan dan lingkungan hidup” butuh solusi;

• Di satu sisi “cara pandang manusia terhadap alam (sumberdaya lingkungan)


berevolusi dari anthroposentris, biosentris selanjutnya environment centris

Untuk mengatasi keadaan-keadaan ini --- konferensi Stockholm 1972 menetapkan konsepsi
pembangunan berwawasan lingkungan (eco develompment) yang diakomodir dalam
declaration stockholm kemudian diperkuat oleh konferensi di rio de jaenario tahun 1992 yang
menetapkan konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development), kemudian
di”promote” oleh KTT Bumi di Johannesburg tahun 2002.

Kebijakan memiliki out-put berbentuk hukum. Dari sudut pandang Roscoupond, ia


berpendapat bahwa hukum dilahirkan dari praktek perilaku manusia dalam hidup
bermasyarakat yang kemudian diprediksi dan direkayasa dalam wujid norma untuk
digunakan dalam kehidupan hari ini dan mendatang.

Hukum sebagai pencapaian tujuan cenderung didasarkan pada tipologi hukum yang
terdapat dalam suatu Negara seperti hukum reperessif, hukum outonum, dan hukum
responsif. Hukum memiliki beberapa keunggulan diantaranya:

 Hukum bersifat rasional


 Intfratif
 Memiliki legitimasi
 Memiliki sangsi

Hukum penting dalam hal melindungi serta dalam hal pengelolaan lingkungan hidup.
Hukum bersifat normatif atau norma yang mengatur prilaku manusia baik itu prilaku yang
diatur dalam uu maupun yang tidak diataur dalam uu dan peraturan-peraturan lain yang
terkait. Bukan hanya itu hukum juga berisi perintah, larangan, izin, dan dispensasi yang harus
di taati oleh seluruh masyarakat yang berada dalam kawasan wilayah tersebut untuk
mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dan hal-hal yang membahayakan baik untuk
masyarakat itu maupun lingkungan sekitar peraturan yang terkait bersifat memaksa dan
mengikat seluruh masyarakat baik masyarakat dalam negri dan masyarakat luar yang
menetap di dalam negri dan aka nada sangsi tegas bagi yang melanggar hukum tersebut.

Kebijakan untuk mewujutkan lingkungan hidup baik diatur oleh Negara dalam bentuk
norma konstitusi UUd 1945 pasal 33 ayat (4) dan dijabarkan kembali dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan mentri, perprov, perda dan
perko, serta dilakukan pula dalam bentuk putusan pengadilan, perjanjian tertulis atau kontrak,
keputusan tatausaha negra, dan peraturan hukum yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga
penyelenggara dan pengelolaan lingkungan hidup lainnya.
Dengan adamya kebijakan maka timbulkah Amdal, UKL-UPL dan sisteem perizinan hal
ini dikarnakan

• Intisari solusi itu merupakan sinergi dari “pencegahan” dengan menjalankan prinsip
“keberhati-hatian”

• Pembangunan berwawasan lingkungan yang diperkuat dengan pembangunan


berkelanjutan inilah memunculkan instrumen AMDAL, UKL-UPL dan perizinan yang
bersistem

• Cermati “makna dan hakekat” Amdal, UKL-UPL dan “Izin” yang bersistem

A. AMDAL.

Pengertian.

Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) mula-mula diatur dalam pasal 16


UULH 1982 yang selanjutnya diatur lebih rinci dengan PP No.29 Tahun 1986. Amdal
merupakan suatu upaya pendekatan untuk mengkaji kegiatan pemanfaatan atau pengelolaan
sumberdaya alam atau kebijakan pemerintah akan dan dapat menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup.

Pasal 1 angka 11 UU No. 32/2009 dan pasal 1 aangka 2 PP No.27/2012: analisis


mengenai dampak lingkungan hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak pnting suatu
usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan lingkungan hidup ysng diperluksn bsgi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 1 angka 11 UU No. 11 Tahun 2020: analisis mengenai dampak lingkungan


hidup yang selanjutnya disebut amdal adalah kajian mengenai dampak penting pada
lingkuangan hidup dari ssuatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan, untuk digunakan
sebagai prasyarat pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
usaha serta termuat dalam perizinan usaha, atau persetujuan pemerintah pusat atau
pemerintah daerah.

Dalam UULH 1997 pengaturan tentang amdal ditemukan dalam pasal 15 dan pasal
18. Pasal 15 ayat 1 UULH 1997 menyebutkan bahwa: “setiap rencana usaha dan/atau kegiatan
yang memungkunkan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan
hudup, wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup.” Ayat 2
pasal 15 menyebutkan bahwa kriteria dampak besar dan penting, tata cara penilaian amdal
sebagaimana disebut dalam pasal 15 ayat 1 diatur dalam peraturan pemerintah.

Dasar hukum kewajiban amdal, yakni pasal 22 ayat 1 UU No. 32/2009. Setiap usaha
dan kegiatan yang berdampak penting wajib memiliki amdal pasal 24 UU No. 11/ 2020:

(1) Dokumen Amdal merupakan dasar uji kelayakan lingkungan hidup untuk rencana
usaha dan/atau kegiatan.

(2) Uji Kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

(3) Pemerintah Pusat dalam melakukan Uji Kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) dapat menunjuk lembaga dan/atau ahli bersertifikat.

(4) Pemerintah Pusat menetapkan Keputusan kelayakan lingkungan hidup berdasarkan uji
kelayakan lingkungan.

(5) Keputusan kelayakan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sebagai
persyaratan penerbitan Perizinan Berusaha.

(6) Terhadap kegiatan yang dilakukan oleh instansi Pemerintah, keputusan kelayakan
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sebagai dasar pelaksanaan
kegiatan.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan uji kelayakan lingkungan hidup diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Fungsi AMDAL

1. Sumber informasi mengenai keadaan lingkungan proyek yang bersangkutan


2. Sumber informasi pembanding di dalam melakukan analisis hasil pemantauan
3. Sumber informasi yang berharga bagi proyek-proyek lain yang akan dibangun di
dekat lokasinya
4. Dokumen penting yang dapat digunakan di pengadilan

Kriteria usaha yang berdampak penting

1. Mengubah bentuk lahan dan bentuk alam;


2. Ekspolitasi sumberdaya alam baik yang terbaharui maupun yang tidak terbaharui;
3. Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pemborosan,
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup, serta memperosotkan sumberdaya alam
dalam pemanfaatannya;
4. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, lingkungan social dan budaya;
5. Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi pelestarian kaswasan
konserpasi sumberdaya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
6. Introduksi jenis tumbuhan, jenis hewan dan jasad renik;
7. Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
8. Kegiaatan yang memiliki resiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan Negara;
9. Penerapan teknologi yang diperkitakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.

Kajian terkait amdal

Sebelum adanya UU No. 11 Tahun 2020 tentang cipta kerja kajian yang terkait amdal
adalah kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan
padalingkungan hidup dan diperlukan untuk proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Hasil dari proses pengambilan keputusan
yang dimaksud berupa “layak lingkungan” atau tidak” yang bermuara pada “izin
Lingkungan” dan “izin usaha”.

Sesudah lahirnya UU cipta kerja no 11 tahun 2020 kegiatan yang terkait


dengan amdal yaitu kajian mengenai dampak kepentingan pada lingkungan hidup
dari suatu usaha dan/ataukegiatan yang direncanakan, digunakan sebagai prasyarat
pengambilan keputusan tentang penyelengaraan usaha dan/atau kegiatan, dan
termuat dalam perizinan berusaha atau perizinan perintah pusat atau pemerinntah
daerah. (Pasal 25 UU No. 11/ 2020, mengubah Pasal 25 UU No. 32/2009)

• pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;

• evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;

• saran masukan serta tanggapan masyarakat terkena dampak langsung yang


relevan;

• prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi
jika rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
• evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi untuk menentukan
kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan

• rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

JENIS DOKUMEN AMDAL YANG AKAN DIBUAT OLEH PEMRAKARSA

• Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)

• Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)

• Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)

• Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)

Untuk pembuatan dokumen penyusunan amdal tercantum dalam passal 28 UU


CK yakni: penyusunan amdal sebagaimana dimaksud dalam pasal 26ayat 1 dan
pasal 27 wajib memiliki sertifikat kopetensi penyusun amdal dan ketentuan lebih
lanjut mengenai sertifikat dan kriteria kopetensi penyusunan amdal diatur dalam
peraturan pemerintah

Pihak Yang Terlibat Dalam Tata Laksana AMDAL

PEMRAKRSA + PENYUSUN + PELIBATAN MASYARAKAT

Pasal 26 diubah oleh UU No. 11/2020:

(1) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 disusun oleh


pemrakarsa dengan melibatkan masyarakat.

(2) Penyusunan dokumen Amdal dilakukan dengan melibatkan masyarakat yang


terkena dampak langsung terhadap rencana usaha dan/atau kegiatan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses pelibatan masyarakat sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

PENYUSUN AMDAL

Pasal 27 diubah oleh UU No. 11/2020

Dalam menyusun dokumen Amdal, pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 26 ayat (1) dapat menunjuk pihak lain.
KOMISI AMDAL, yang menilai dokumen AMDAL menurut Pasal 29, 30 dan 31 UU
No. 32/2009, kemudian dihapus oleh UU No. 11/2020, digantikan oleh Tim Uji
Kelayakan Lingkungan Hidup yamg bertugas melakukan pemeriksaan formulir KA
(Pasal 27 ayat (2), Pasal 38 dan penilaian dokumen ANDAL dan RKL-RPL (Pasal 27
ayat (2), Pasal 44 s/d 50 PP No. 22 Tahun 2021.

B. UKL-UPL

Pengertian

Pasal 3 ayat 2 PP No. 27 Tahun 2012 berbunyi: (2) setiap usaha dan/atau kehgiatan
yang tidak termasuk dalam kegiatan wajib amdal sebagaimana dimaksud pada ayat 1 wajib
memiliki UKL-UPL. Selain itu kegiatan yang tidak wajib UKL dan UPL , wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan hidup. Dengan
demikian UUPPLH membagi kegiatan usaha dalam tiga jenis, yaitu: (1) kegiatan usaha
berdampak penting yang wajib amdal, (2) kegiatan usaha yang tidak wajib amdal tapi wajib
UKL dan UPL, (3) kegiatan yang tidak wajib UKL dan UPL tapi wajib membuat surat
pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.

Pasal 1 angka 12 UU No. 32/2009 dan pasal 1 angka 3 PP No. 27/2012: upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemanfaaatan lingkungan hidup, , yang selanjutnya
disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan
yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Pasal 1 angka 12 UU No. 11 tahun 2020: Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
upaya pemantauan lingkungan hidup yang selanjutnya disebut UKL-UPL adalah rangkaian
proses pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang dituangkan dalam bentuk standar
untuk digunakan sebagai prasyarat pengambilan keputusan serta termuat dalam Perizinan
Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

C. Izin lingkungan.

Izin merupakan instrument hukum administrasi yang dapat digunakan oleh pejabat
pemerintah yang berwenang untuk mengatur cara-cara pengusaha menjalankan usahanya.
Dasar hukum keberadaan izin lingkungan hidup di Indonesia adalah UUPPlh 2009 khususnya
pasal 36 sampai dengan pasal 40 UUPPLH.

Dari prspektif penegakan hukum administrasi, penyatuan kewenangan pemberi izin


lingkungan pada suatu institusi akan berpengaruh positif karna akan lebih menjamin
kostitensi dalam penyelenggaraan hukum guna mewuutkan pembangunan berkelanjutan atau
usaha yang berwawasan lingkungan. Pasal 36 ayat 4 UUPPLH mengatakan: izin lingkungan
hidup yang diberikan oleh mentri lingkungan hidup, gubernur atau bupati/ walikota sesuai
dengan kewenangannya.

D. Hubungan antara AMDAL, UKL-UPL dan izin lingkungan.

Menurut ketentuan pasal 18 ayat 1 UULH 1997 untuk memproleh izin usahabagi
kegiatan yang memiliki dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, maka
dengan itu harus terlebih dahulu dilengkapi dengan amdal.ketentuan bahwa amdal
merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha. Bagi kegiatan yang berdampak
besar dan penting juga dituangangkan dalam pasal 7 ayat 1 PP No. 27 Tahun 1999.

Sejak berlakunya UUPPLH, amdal tidak lagi menjadi persyaratan untuk memperoleh
izin usaha, tetapi sebagai persyaratan untuk memperoleh izin lingkungan sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 37 ayat 1. Demikian pula UKL dan UPL merupakan persyaratan
untuk memperoleh izin lingkungan. Hubungan amdal, UKLdan UPL jugan dijelaskan
dalam pasal 2 ayat 1 PP No. 27 Tahun 2012. Bahkan pejabaat yang memberikan izin
lingkungan tanpa dilengkapi dengan amdal atau UPL dan UKL dapat diancam pidana
sebagaimana dirumuskan dalam pasal 111 UUPPLH. Sebaliknya izin lingkungan
merupakan persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan sebagaimana
ditegaaskan daalam pasal 40 ayat 1 UUPPLH.

E. Tata Ruang

Tata ruaang memiliki kebijakan yang tertuang dalam pasal 19 UU No. 32/2009, yakitu
untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselanatan masyarakat, setiap
perencanaan tataruang wilayah wajib didasarkan pada KLHS dan perencanaan tataruang
wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat 1 ditetapkan dengan memperhatikan daya dukung
dan daya tamping lingkungan hidup.

Tata ruang memiliki norma yang keterkaitan dengan amdal

• PP No. 27Tahun 2012; Pasal 4

(1) Amdal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) disusun oleh Pemrakarsa pada
tahap perencanaan suatu Usaha dan/atau Kegiatan.
(2) Lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
sesuai dengan rencana tata ruang.

(3) Dalam hal lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatan tidak sesuai dengan rencana tata
ruang, dokumen Amdal tidak dapat dinilai dan wajib dikembalikan kepada
Pemrakarsa.

• PP No. 27 Tahun 2012 Pasal 13 ayat (1) Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup dikecualikan dari kewajiban menyusun Amdal
lokasi rencana Usaha dan/atau Kegiatannya berada pada kabupaten/kota yang telah
memiliki rencana detil tata ruang kabupaten/kota dan/atau rencana tata ruang kawasan
strategis kabupaten/kota

• Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor:


P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 Tentang Pengecualian Kewajiban
Menyusun Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Untuk Usaha Dan/Atau Kegiatan
Yang Berlokasi Di Daerah Kabupaten/Kota Yang Telah Memiliki Rencana Detail
Tata Ruang

F. Bantuan Pemerintah Terhadap Usaha Mikro dan Kecil


Pasal 32 UU CK :
(1) Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah membantu penyusunan Amdal bagi usaha
dan/atau kegiatan Usaha Mikro dan Kecil yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup.
(2) Bantuan penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi,
biaya, dan/atau penyusunan Amdal.
(3) Penentuan mengenai usaha dan/atau kegiatan Usaha Mikro dan Kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 102 PP No. 22/ 2021 :
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membantu penyusunan Amdal bagi usaha
mikro dan kecil yang memiliki Dampak Penting terhadap Lingkungan Hidup
(2) Bantuan penyusunan Amdal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi,
biaya, dan/atau penyusunan Amdal.
(3) Penyusunan Amdal bagi usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibantu oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian atau perangkat daerah
yang membidangi Usaha dan/atau Kegiatan.
(4) Dalam hal usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berada di bawah
pembinaan atau pengawasan lebih dari 1 (satu) kementerian/lembaga pemerintah
nonkementerian atau perangkat daerah, penyusunan Amdal bagi usaha mikro dan kecil
yang direncanakan, dilakukan oleh kementerian/lembaga pemerintah nonkementerian
atau perangkat daerah yang membidangi usaha yang dominan.
(5) Penentuan mengenai usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai