RPP RPERMEN
1. RPPLH (Rencana Perlindungan dan 1. Baku mutu air limbah, baku mutu
Pengelolaan Lingkungan Hidup), emisi dan baku mutu gangguan
Penetapan daya tampung dan daya 2. Jenis usaha/kegiatan wajib amdal
dukung. 3. Sertifikasi dan kompetensi penyusun
2. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup amdal
Strategis). 4. Persyaratan dan tata cara lisensi
3. Baku Mutu lingkungan 5. UKL/UPL dan surat pernyataan
4. Kriteria baku kerusakan lingkungan kesanggupan pengelolaan dan
hidup pemantauan lingkungan
5. Amdal dan analisis resiko lingkungan 6. Audit lingkungan
6. Izin lingkungan 7. Sistem informasi LH
7. Instrument ekonomi lingkungan hidup 8. Tata cara pengaduan
8. Pengendalian dan pencadangan dan 9. Kerugian LH
kerusakan lingkungan
9. Konservasi dan pencadangan SDA serta
pelestarian fungsi atmosfir
10. Pengelolaan B3 dan LB3
11. Pengawasan Lingkungan hidup dan
sanksi administrasi
12. Lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketa LH
Ruang Lingkup:
Perencanaan
Pemanfaatan
Pengendalian
Pemeliharaan
Pengawasan
Penegakan Hukum
Soal 3: Mencari 1 Peraturan Daerah baik di tingkat Provinsi atau di tingkat kabupaten
atau kota yang berkaitan dengan lingkungan? Mencari juga kasus mengenai
Lingkungan, sampaikan satu kasus mengenai lingkungan (galianse), bagaimana proses
kasus tersebut, kemudian apabila dibubungkan dengan persoalan yang ada di UU
Lingkungan masuk dalam klasifikasi apa, apakah ada izinnya, mengapa hal tersebut
menjadi kasus. Bagaimana penegakan hukumnya? Analisislah!
Jawab:
Penegakan hukum di bidang lingkungan memang memiliki ancaman sanksi yang besar dan
berat, tetapi realitanya persoalan lingkungan banyak yang tidak bisa terjerat, yang menjadi
persoalan mengapa persoalan lingkungan ini tidak bisa dijerat, biasanya persoalan tersebut
terpentok dengan masalah pembuktian yang ini sulit untuk dibuktikan hal ini terlihat dengan
kasus-kasus lingkungan yang jarang mencuat ke media massa.
Misalnya persoalan sampah yang ada di Bandung, Bandung sampai-sampai dikatakan sebagai
kota sampah, karena tumbukan sampah yang ada di mana-mana sebagai akibat dari
pemerintah yang tidak mampu mengelola sampah.
Soal 4: bisa juga berbicara mengenai pemanfaatan, dimana pemanfaatan ini bagian
dalam perencanaan. Adanya perbedaan pengaturan pemanfaatan pada Perda di
masing-masing daerah dengan Peraturan Nasional didasarkan pada karakteristik dari
daerah tersebut seperti geografisnya kemudian iklimnya.
Pemanfaatan ini diatur dalam Pasal 12 UU No. 32 Tahun 2009.
Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH (Rancangan
perlindunagn dan pengelolaan lingkungan hidup.
Apabila RPPLH belum tersusun, pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan
berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan:
a. Keberlanjutan proses dan funsgi lingkungan hidup;
b. Keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup;
c. Keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.
Daya dukung dan daya tampung ini ditetapkan oleh:
a) Menteri untuk lingkungan hidup nasional dan pulau/kepulauan;
b) Gubernur untuk lingkungan hidup provinsi dan ecoregion lintas kabupaten/kota; datu
c) Bupati/walikota untuk lingkungan hidup kabupaten/kota dan ecoregion di wilayah
kabupaten/kota.
PENGENDALIAN (PASAL 13
Soal 5: coba ceritakan hal yang paling urgent mengenai masalah lingkungan yang ada.
Jawab: misalnya di Semarang ada wilayah wilayah yang memiliki resiko kalau musim hujan
akan terjadi longsor, disini dilihat bagaimana perencanaan yang ada di Kota Semarang
berkaitan dengan pencegahan agar longsor tidak terjadi, misalnya dengan pembuatan talut-
talut di beberapa wilayah yanb memiliki resiko longsong, atau pemerintah kota semarang
sudah membuat izin-izin tertntu untuk wilayah-wilayah yang mempunyai resiko longsor,
dalam hal ini misalnya memperketat perizinan.
Bisa juga apabila sudah terjadi longsong bagaimana Upaya penanggulangan yang dilakukan
dan ini akan sangat terkait persoalan mengenai Badan Penanggulangan di daerah.
Masyarakat Bali memiliki perda yang dihubungkan dengan budaya tersebut, dimana
masyarakat Adat ini justru lebih peduli terhadap lingkungan, misalnya ada suatu daerah yang
mana sudah pengelolaan sampah dengan memiliki truk sampah dan alat yang digunakan
untuk memisahkan sampah.
setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan.
Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan
hidup.
Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak
dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL.
Izin lingkungan dapat dibatalkan apabila:
Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat
hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau
pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi.
Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam
keputusan komisi tentang kelayakn lingkungan hidup atau rekomendasi
UKL-UPL; atau
Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
Selain itu, izin lingkungan dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata
usaha negara.
Izin lingkungan merupaka persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan.
Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan dibatalkan.
Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan, penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan wajib memperbaharui izin lingkungan.
g. Instrument Ekonomi Lingkungan Hidup (Pasal 42 – 43):
Pemerintah dan DPR serta pemerintah daerah dan DPRD wajib mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk membiayai:
Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
Program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.
Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus lingkungan
hidup yang memadai untuk diberikan kepada daerah yang memiliki kinerja
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik.
j. Analisis risiko lingkungan hidup (Pasal 47):
Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau
kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis resiko lingkungan
hidup.
Analisis risiko lingkungan hidup meliputi:
Pengkajian risiko;
Pengelolaan risiko;
Komunikasi risiko.
k. Audit lingkungan hidup (Pasal 48 – Pasal):
Pemerintah mendorong penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melaklukan audit lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kinerja
lingkungan hidup.
Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup kepada:
Usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap lingkungan
hidup;
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukan ketidaktaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan
kewajiban seperti yang diats, maka Menteri dapat melaksanakan atau menugasi
pihak ketiga yang independent untuk melaksanakan audit lingkungan hidup atas
beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
Audit lingkungan hidup dilaksanakan oleh auditor lingkungan hidup yang wajib
memiliki sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup, yang mana sertifikat
tersebut diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi auditor lingkungan hidup
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
l. Instrument lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu
pengetahuan.
m. Penanggulangan (Pasal 53):
setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan
dengan:
Pemberia informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup kepada masyarakat;
Pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
Pengehentian sumber pencernaan dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
n. Pemulihan (Pasal 54):
Meliputi:
Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;
Remediasi;
Rehabilitasi;
Restorasi; dan/atau
Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
PENGAWASAN
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hdiup.
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam
melakukan pengawasan kepada pejabat/instalasi teknis yang bertanggungjawab di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menetapka
pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional.
Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan penangung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah daerah jika
pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
Pejabat pengawas lingkungan hidup berwenang:
Melakukan pemantauan;
Meminta keterangan;
Membuat Salinan dari dokumen dan/atau memmbuat catatan yang diperlukan;
Memasuki tempat tertentu;
Memotret;
Membuat rekaman audio visual;
Mengambil sampel;
Memeriksa peralatan;
Memeriksa instalasi dan/atau alat transporatsi; dan/atau
Menghentikan pelanggaran tertentu.
Sanksi Administratif:
Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administrative kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap izin lingkungan.
Sanksi administrative terdiri atas:
Teguran tertulis;
Paksaan pemerintah;
Pembekuan izin lingkungan; atau pencabutan izin lingkungan.
Pengenaan sanksi administrative berupa pembekuan atau pencabutan izin lingkungan
dilakukan apabila penangungjawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan paksaan
pemerintah.