Anda di halaman 1dari 22

HUKUM LINGKUNGAN BARU

PEMBANGUNAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI UNDANG-UNDANG


PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP
(UU NO. 32 TAHUN 2009)

Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU No. 32 Tahun


2009):
 Ditetapkan tanggal 3 Oktober 2009
 17 Bab 127 Pasal
 Seluruh peraturan pelaksanaannya ditetapkan 1 tahun setelah diundangkan.

Soal 1: Apa yang mendorong dibentuknya UU No. 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup?
Jawab:
Alasan mengapa UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup ini muncul tentunya dengan melihat pada UU yang lalu, dimana UU No. 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup itu ada beberapa kelemahan.
Atas kelemahan tersebut kemudian mengakibatkan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2009,
yang mana terlihat beberapa hal baru yang diatu seperti:
1) RPPLH;
2) Ekoregion;
3) KLHS;
4) Amdal;
5) Perizinan;
6) Instrumen ekonomi lingkungan;
7) Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup;
8) Anggaran berbasis lingkungan;
9) Analisia resiko lingkungan;
10) Audit lingkungan hidup;
11) Kearifan lokal;
12) Peningkatan peran PPLH PPNS;
13) Sanksi dan denda minimal dan maksimal;
14) Kewenangan dari lembaga lingkungan hidup bukan hanya menetapkan dan melakukan
koordinasi tapi lembaga dengan portofolio menetapkan, melaksanakan dan mengawasi
kebijakan PPLH.
Artinya dalam UU yang lama tidak memunculkan berbagai hal yang kemudian menjadi
sesuatu yang kurang dipahami. Misalnya ketika berbicara mengenai pencemaran lingkungan,
dalam UU yang lama definsi dan Batasan mengenai pencemaran itu tidak jelas, sehingga
pada saat penegakan hukum terkait dengan berbagai persoalan pencemaran lingkungan
menjadi tidak bisa dilakukan dengan baik.
Kemudian dalam UU yang lama berbicara mengenai persoalan Amdal kemudian perizinan
belum secara tegas dan jelas pengaturannya, berkaitan dengan pelaksanaannya seperti apa,
mengingat bahwa suatu peraturan yang dibentuk itu harus diimplementasikan di dalam
masyarakat.
Kemudian misalnya berbicara mengenai audit lingkungan hidup, bagaimana melakukan hal
tersebut, siapa yang melakukan audit, hal tersebut merupakan kewenangan dari siapa,
bagaimana teknis-teknisnya dalam melakukan audit, itu semua pengaturannya dalam UU
yang lama belum dijelaskan secara tegas dan jelas.
Dengan mengingat bahwa UU mengenai lingkungan hidup bisa menjadi UU yang dijadikan
basis dari peraturanperundang-undangan yang lain yang terkait dengan persoalan lingkungan,
lalu bagaimana apabila dalam UU lingkungan tidak mendorong untuk UU lain yang terkait
dengan persoalan lingkungan justru tidak berbasis lingkungan.
Kelemahan yang demikian perlu ada perubahan dan perbaikan mengingat bahwa semakin
kedepan persoalan lingkungan akan semakin komplek, ditambah dengan hadirnya teknologi
yang canggih seharusnya dapat memperbaiki pemanfaatan sumber daya alam, namun pada
realiatanya tidak demikian. Maka peran hukum disini penting untuk membatas persoalan-
persoalan yang demikian.

RPP RPERMEN
1. RPPLH (Rencana Perlindungan dan 1. Baku mutu air limbah, baku mutu
Pengelolaan Lingkungan Hidup), emisi dan baku mutu gangguan
Penetapan daya tampung dan daya 2. Jenis usaha/kegiatan wajib amdal
dukung. 3. Sertifikasi dan kompetensi penyusun
2. KLHS (Kajian Lingkungan Hidup amdal
Strategis). 4. Persyaratan dan tata cara lisensi
3. Baku Mutu lingkungan 5. UKL/UPL dan surat pernyataan
4. Kriteria baku kerusakan lingkungan kesanggupan pengelolaan dan
hidup pemantauan lingkungan
5. Amdal dan analisis resiko lingkungan 6. Audit lingkungan
6. Izin lingkungan 7. Sistem informasi LH
7. Instrument ekonomi lingkungan hidup 8. Tata cara pengaduan
8. Pengendalian dan pencadangan dan 9. Kerugian LH
kerusakan lingkungan
9. Konservasi dan pencadangan SDA serta
pelestarian fungsi atmosfir
10. Pengelolaan B3 dan LB3
11. Pengawasan Lingkungan hidup dan
sanksi administrasi
12. Lembaga penyedia jasa penyelesaian
sengketa LH

 RPPLH/Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Pasal 1 angka 4):


adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta
Upaya perlindungan dan pengelolannya dalam kurun waktu tertentu.
 KLHS/Kajian Lingkungan Hidup Strategis (Pasal 1 angka 20): adalah rangkaian analisis
yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
 Baku mutu lingkungan hidup (Pasal 1 angka 13): adalah ukuran batas atau kadar mahluk
hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang
ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur lingkungan
hidup.
 Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup (Pasal 1 angka 15): adalah ukuran batas
perubahan sifat fisik, kimia dan/atau hayati lingkungan hidup untuk dapat tetap
melestarikan fungsinya.
 Analisis mengenai dampak lingkungan hidup/AMDAL (Pasal 1 angka 11): adalah kajian
mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
 Izin lingkungan (Pasal 1 angka 35): adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang
melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL dalam rangka
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan.
 Instrumen ekonomi lingkungan hidup (Pasal 1 angka 33): adalah seperangkat kebijakan
ekonomi untuk mendorong pemerintah, pemerintah daerah, atau setiap orang kearah
pelestarian fungsi lingkungan hidup.
 Konservasi sumber daya alam (Pasal 1 angka 18): adalah pengelolaan sumber daya alam
untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana kesinambungan ketersediannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.
 Bahan berbahaya dan bercaun/B3 (Pasal 1 angka 21): adalah zat, energi, dan/atau
komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup,
dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan mahluk hidup lain.
 Limbah bahan berbahaya dan bercacun/LB3 (Pasal 1 angka 22): adalah sisa suatu usaha
dan/atau kegiatan yang mengandung B3.

Ruang Lingkup:
 Perencanaan
 Pemanfaatan
 Pengendalian
 Pemeliharaan
 Pengawasan
 Penegakan Hukum

Soal 2: Berbicara Mengenai Ruang Lingkup


Dalam UU No. 32 Tahun 2009 ketika berbicara mengenai “Ruang Lingkup” sudah sangat
jelas menganai bagaimana perencanaannya, kemudian pemanfaatannya, selanjutnya didalam
melakukan pemanmfaatan ada pengendalian, karena ada pengendalian ini maka ada sebagain
yang sudah termanfaatkan, kemudian pemeliharaan dari sebagaian pemanfaatan tersebut,
artinya missal ada sebuah lahan/hutan yang sebagian sudah ditebang (disini ada
pengendalian, dimana ditentukan dalam perharinya berapa yang boleh ditebang), kemudian
atas hutan tersebut perlu adanya pemeliharaan baik itu yang belum ditebang maupun yang
sudah ditebang, misalnya dalam melakukan reboisasi. Melakukan “Reboisasi” disini sebagai
Upaya dari pemeliharaan hutan juga perlu ditinjau bagaimana pengawasannya (misalnya
memastikan apakah sudah benar dilakukan reboisasi pada hutan-hutan yang ditebang).
Apabila dalam melakukan penebangan hutan dalam hal ini terjadi suatu pelanggaran, diatur
juga bagaimana Upaya penegakan hukum yang dapat dilakukan.

Hal Baru dalam UU No. 32 Tahun 2009:


1) RPPLH
2) Ekoregion
Pasal 1 angka 29: Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki kesamaan ciri
iklim, tanah, air, flora dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang
menggambarkan integritas sistem alam dan lingkungan hidup.
3) KLHS
4) AMDAL
5) Perzinan
6) Instrument ekonomi lingkungan
7) Peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup
8) Anggaran berbasis lingkungan
9) Analisa resiko lingkungan
10) Audit lingkungan hidup
Pasal 1 angka 28: Audit lingkungan hidup adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan
kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
11) Kearifan lokal
Pasal 1 angka 30: Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata
kehidupan masyarakat untuk antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup
secara lestari.
12) Peningkatan peran PPLH PPNS
13) Sanksi dan denda minimal dan maksimal
14) Kewenangan dari Lembaga lingkungan hidup bukan hanya menetapkan dan melakukan
koordinasi tapi lembaga dengan portofolio menetapkan melaksanakan dan mengawasi
kebijakan PPLH.

UU Pengelolaan Lingkungan Hidup (UU UU Perlindungan dan Pengelolaan


No. 23 Tahun 1997) Lingkungan Hidup (UU No. 32 Tahun
2009)
11 Bab dan 52 Pasal 17 Bab dan 127 Pasal
Pencemaran LH adalah: Pencemaran LH adalah:
1) Masuknya atau dimasukannya mahluk 1) Masuknya atau dimasukannya mahluk
hidup, zat, energi dan/atau komponen hidup, zat, energi dan/atau komponen
lain kedalam lingkungan hidup. lain ke dalam lingkungan hidup
2) Oleh kegiatan manusia 2) Oleh kegiatan manusia
3) Sehingga kualitasnya menurun 3) Sehingga melampaui baku mutu
4) Yang menyebabkan LH tidak dapat lingkungan hidup yang telah ditetapkan
berfungsi sesuai dengan peruntukannya

PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


(PASAL 5-11)

 Pernecanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan melalui


tahapan:
a) Inventarisasi lingkungan hidup;
b) Penetapan wilayah ecoregion;
c) Penyusunan RPPLH.
 Inventarisasi lingkungan hidup terdiri atas inventarisasi lingkungan hidup:
a. Tingkat nasional;
b. Tingkat pulau/kepulauan; dan
c. Tingkat wilayah ecoregion
Catatan: untuk inventarisasi lingkungan hidup tingkat nasional dan tingkat
pulau/kepulauan dilakukan oleh Menteri.
 Inventarisasi lingkungan hidup dilaksanakan untuk memperoleh data dan informasi
mengenai sumber daya alam yang meliputi:
a) Potensi dan ketersediaan;
b) Jenis yang dimanfaatakan;
c) Bentuk penguasaan;
d) Pengetahuan pengelolaan;
e) Bentuk kerusakan; dan
f) Konflik dan penyebab konflik yang timbul akibat pengelolaan
 Inventarisasi lingkungan hidup tersebut digunakan sebagai dasar dalam penetapan
wilayah ecoregion dan dilaksanakan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan instansi
terkait.
 Penetapan wilayah ecoregion dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesamaan:
a) Karakteristik bentang alam;
b) Daerah aliran sungai;
c) Iklim;
d) Flora dan fauna;
e) Sosial budaya;
f) Ekonomi;
g) Kelembagaan masyarakat; dan hasil inventarisasi lingkungan hidup.
 Atas penetapan wilayah ecoregion yang sudah dilakukan untuk kemudian dilakukan
Penyusunan Rancangan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH),
yang terdiri atas:
a) RPPPLH Nasional (disusun berdasarkan inventarisasi nasional);
b) RPPLH Provinsi (disusun berdasarkan RPPLH nasional, Inventarisasi tingkat
pulau/kepulauan, inventarisasi tingkat ecoregion);
c) RPPLH Kabupaten/kota (disusun berdasarkan RPPLH provinsi, inventarisasi tingkat
pulau/kepulauan, dan inventarisasi tingkat ecoregion).
 Penyusunan RPPLH dengan memperhatikan:
a) Keragaman karakter dan fungsi ekologis;
b) Sebaran penduduk;
c) Sebaran potensi sumber daya alam;
d) Kearifan lokal;
e) Aspirasi masyarakat; dan
f) Perubahan iklim.
 RPPLH memuat rencana tentang:
a) Pemanfaatan dan/atau pencadangan sumber daya alam;
b) Pemeliharaan dan perlindungan kualitas dan/atau fungsi lingkungan hidup;
c) Pengendalian, pemantauan, serta pendayagunaan dan pelestarian sumber daya alam;
dan
d) Adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
 RPPLH menjadi dasar penyunanan dan dimuat dalam rencana pembangunan jangka
panjang dan rencana pembangunan jangka menengah.

Soal 3: Mencari 1 Peraturan Daerah baik di tingkat Provinsi atau di tingkat kabupaten
atau kota yang berkaitan dengan lingkungan? Mencari juga kasus mengenai
Lingkungan, sampaikan satu kasus mengenai lingkungan (galianse), bagaimana proses
kasus tersebut, kemudian apabila dibubungkan dengan persoalan yang ada di UU
Lingkungan masuk dalam klasifikasi apa, apakah ada izinnya, mengapa hal tersebut
menjadi kasus. Bagaimana penegakan hukumnya? Analisislah!
Jawab:
Penegakan hukum di bidang lingkungan memang memiliki ancaman sanksi yang besar dan
berat, tetapi realitanya persoalan lingkungan banyak yang tidak bisa terjerat, yang menjadi
persoalan mengapa persoalan lingkungan ini tidak bisa dijerat, biasanya persoalan tersebut
terpentok dengan masalah pembuktian yang ini sulit untuk dibuktikan hal ini terlihat dengan
kasus-kasus lingkungan yang jarang mencuat ke media massa.
Misalnya persoalan sampah yang ada di Bandung, Bandung sampai-sampai dikatakan sebagai
kota sampah, karena tumbukan sampah yang ada di mana-mana sebagai akibat dari
pemerintah yang tidak mampu mengelola sampah.

Soal 4: Bagaimana pengaturan mengenai proses perencanaan perlindungan dan


pengelolaan lingkungan hidup di daerah ini misalnya?
Jawab: dilihat dari Perdanya. Misalnya dalam Perda Provinsi Jawa Barat, perencanaannya di
tingkat provinsi seperti apa, dilihat alur/norma/pasal yang mengatur mengenai persoalan
tersebut, apakah ada atau tidak, mereka melakukan hal demikian sampai tahap apa,
bagaimana perencanaannya? Disini tentunya ada perbedaan dengan perencanaan yang ada di
tingkat nasional, padahal harusnya antara daerah dan tingkat nasional berbicara mengenai
perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup harus sama. Dilihat juga faktor
apa yang berpengaruh atas perencanaan yang ada di perda tersebut?

 RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) digunakan untuk


melalkukan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) yang merupakan nanalisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partisipati untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan talah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah
dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
 Kemudian dibuat AMDAL (Analisis mengenai dampak lingkungan hidup) berkaitan
dengan UKL-UPL (Upaya pengelolaan lingkungan hidup dan Upaya pemantauan
lingkungan hidup) yaitu pengelaolan dan pemantauan lingkungan hidup yang diperlukan
bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan
(Pasal 1 angka 12). Dalam proses ini terdiri dari:
1) Analisis resiko LH (merupakan segala usaha/kegiatan yang menimbulkan dampak
pengting, ancaman ekosistem pada kehidupan, kesehatan, keselamatan manusia).
2) Audit Lingkungan, terdiri dari:
 Voluntary: Untuk meningkatkan kinerja LH
 Mandatory: yang beresiko tinggi & tidak taat terhadap perundang-undangan.
 Atas AMDAL yang dibuat paling lama 2 tahun untuk diterbitkannya izin usaha.
PEMANFAATAN

Soal 4: bisa juga berbicara mengenai pemanfaatan, dimana pemanfaatan ini bagian
dalam perencanaan. Adanya perbedaan pengaturan pemanfaatan pada Perda di
masing-masing daerah dengan Peraturan Nasional didasarkan pada karakteristik dari
daerah tersebut seperti geografisnya kemudian iklimnya.
 Pemanfaatan ini diatur dalam Pasal 12 UU No. 32 Tahun 2009.
 Pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan RPPLH (Rancangan
perlindunagn dan pengelolaan lingkungan hidup.
 Apabila RPPLH belum tersusun, pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan
berdasarkan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup dengan memperhatikan:
a. Keberlanjutan proses dan funsgi lingkungan hidup;
b. Keberlanjutan produktivitas lingkungan hidup;
c. Keselamatan, mutu hidup, dan kesejahteraan masyarakat.
 Daya dukung dan daya tampung ini ditetapkan oleh:
a) Menteri untuk lingkungan hidup nasional dan pulau/kepulauan;
b) Gubernur untuk lingkungan hidup provinsi dan ecoregion lintas kabupaten/kota; datu
c) Bupati/walikota untuk lingkungan hidup kabupaten/kota dan ecoregion di wilayah
kabupaten/kota.

PENGENDALIAN (PASAL 13
Soal 5: coba ceritakan hal yang paling urgent mengenai masalah lingkungan yang ada.
Jawab: misalnya di Semarang ada wilayah wilayah yang memiliki resiko kalau musim hujan
akan terjadi longsor, disini dilihat bagaimana perencanaan yang ada di Kota Semarang
berkaitan dengan pencegahan agar longsor tidak terjadi, misalnya dengan pembuatan talut-
talut di beberapa wilayah yanb memiliki resiko longsong, atau pemerintah kota semarang
sudah membuat izin-izin tertntu untuk wilayah-wilayah yang mempunyai resiko longsor,
dalam hal ini misalnya memperketat perizinan.
Bisa juga apabila sudah terjadi longsong bagaimana Upaya penanggulangan yang dilakukan
dan ini akan sangat terkait persoalan mengenai Badan Penanggulangan di daerah.
Masyarakat Bali memiliki perda yang dihubungkan dengan budaya tersebut, dimana
masyarakat Adat ini justru lebih peduli terhadap lingkungan, misalnya ada suatu daerah yang
mana sudah pengelolaan sampah dengan memiliki truk sampah dan alat yang digunakan
untuk memisahkan sampah.

 Pengendalian dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan penanggung jawab


usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan kewenangan, peran, dan tanggung jawab masing-
masing, dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengendalian ini meliputi:
a) Pencegahan
b) Penanggulangan; dan
c) pemulihan
 Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidurp terdiri atas:
a. KLHS (Pasal 15 – Pasal 19)
 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib membuat KLHS untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan atau
program.
 KLHS dilaksanakan dengan mekanisme:
 Pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi
lingkungan hidup di suatu wilayah;
 Perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program;
dan
 Rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan kebijakan, rencana,
dan/atau program yang mengintegrasikan prinsip pembangunan
berkelanjutan.
 KLHS memuat kajian antara lain:
 Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan;
 Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
 Kinerja layanan/jasa ekosistem;
 Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
 Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; dan
 Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati
b. Tata ruang (Pasal 19):
 Setiap perencanaan tata ruang wajib didasarkan KLHS untuk menjaga
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan keselamatan masyarakat dengan
memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan tersebut.
c. Baku mutu lingkungan hidup (Pasal 20 – Pasal 21)

 Dilakukan untuk menentukan terjadinya pencemaran lingkungan hidup.


 Meliputi:
 Baku mutu air;
 Baku mutu air limbah;
 Baku mutu air laut;
 Baku mutu udara ambien;
 Baku mutu emisi;
 Baku mutu gangguan; dan
 Baku mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
 Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkungan
hidup dengan persyaratan:
 Memenuhi baku mutu lingkungan hidup; dan
 Mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
 Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup ditetapkan untuk menentukan
terjadinya kerusakan lingkungan hidup, yang terdiri dari kriteria baku kerusakan
ekosistem dan kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim.
 Kriteria baku kerusakan ekosistem meliputi:
 Kriteria baku kerusakan tanag untuk produksi biomasa;
 Kriteria baku kerusakan terumbu karang;
 Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan
kebakaran hutan dan/atau lahan;
 Kriteria baku kerusakan mangrove;
 Kriteria baku kerusakan padang lamun;
 Kriteria baku kerusakan gambut;
 Kriteria baku kerusakan karst; dan atau
 Kriteria baku kerusakan ekosistem lainnya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Kriteria baku kerusakan akibat perubahan iklim didasarkan pada:
 Kenaikan temperatur;
 Kenaikan muka air laut;
 Badai;
 Kekeringan.
d. Amdal (Pasal 22 – Pasal 33)

Soal 6: Bagaimana pengaturan Amdal di UU No. 32 Tahun 2009 atau di UU No.


11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja? Bandingkan pengaturan Amdal di UU No.
32 Tahun 2009 dan Amdal di Perda.
 Amdal wajib dimiliki oleh setiap usaha dan/atau kegiatan yang berdampak
penting terhadap lingkungan hidup.
 Kriteria usaha dan/atau kegiatan yang berdampak penting yang wajib dilengkapi
dengan Amdal terdiri atas:
 Pengubahan bentuk lahan dan bentang lahan dan bentang alam;
 Ekspolitas sumber daya alam, baik yang terbarukan maupun yang tidak
terbarukan;
 Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan
sumber daya alam dalam pemanfaatannya;
 Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam,
lingkungan buatan, serta lingkungan sosial dan budaya;
 Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya;
 Introduksi jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, dan jasad renik;
 Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati;
 Kegiatan yang mempunyai risiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan
negara; dan/atau
 Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk
mempengaruhi lingkungan hidup.
 Dokumen Amdal memuat:
 Pengkajian mengenai dampak rencana usaha dan/atau kegiatan;
 Evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha dan/atau kegiatan;
 Saran masukan serta tanggapan masyarakat terhadap rencana usaha
dan/atau kegiatan;
 Prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat penting dampak yang terjadi
untuk menentukan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup; dan
 Rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
 Penyusun amdal wajib memiliki sertifikat kompetensi penyusun amdal yang
diterbitkan oleh lembaga kompetensi penyusun amdal yang ditetapkan oleh
Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Dokumen amdal dinilai oleh komisi penilai Amdal yang dibentuk oleh Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
e. UKL-UPL (Pasal 34 – Pasal 35):
 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib amdal
wajib memiliki UKL-UPL.
 Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib dilengkapi UKL-UPL wajib membuat
surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup.
 Penetapan jenis usaha dan/atau kegiatan dilakukan berdasarkan kriteria:
 Tidak termasuk dalam kategori berdampak penting;
 Kegiatan usaha mikro dan kecil.
f. Perizinan (Pasal 36 – Pasal 41);

 setiap usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki amdal atau UKL-UPL
wajib memiliki izin lingkungan.
 Izin lingkungan diterbitkan berdasarkan keputusan kelayakan lingkungan
hidup.
 Izin lingkungan diterbitkan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
 Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib
menolak permohonan izin lingkungan apabila permohonan izin tidak
dilengkapi dengan amdal atau UKL-UPL.
 Izin lingkungan dapat dibatalkan apabila:
 Persyaratan yang diajukan dalam permohonan izin mengandung cacat
hukum, kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran dan/atau
pemalsuan data, dokumen, dan/atau informasi.
 Penerbitannya tanpa memenuhi syarat sebagaimana tercantum dalam
keputusan komisi tentang kelayakn lingkungan hidup atau rekomendasi
UKL-UPL; atau
 Kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen amdal atau UKL-UPL tidak
dilaksanakan oleh penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
 Selain itu, izin lingkungan dapat dibatalkan melalui keputusan pengadilan tata
usaha negara.
 Izin lingkungan merupaka persyaratan untuk memperoleh izin usaha dan/atau
kegiatan.
 Dalam hal izin lingkungan dicabut, izin usaha dan/atau kegiatan dibatalkan.
 Dalam hal usaha dan/atau kegiatan mengalami perubahan, penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan wajib memperbaharui izin lingkungan.
g. Instrument Ekonomi Lingkungan Hidup (Pasal 42 – 43):

 Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, pemerintah dan pemerintah


daerah wajib mengembangkan dan menerapka instrument ekonomi lingkungan
hidup.
 PDB: Produk Domestik Bruto
 PDRB: Produk Domestik Regional Bruto
h. Peraturan Perundang-Undangan Berbasis Lingkungan Hidup:
 setiap penyusunan peraturan perundang-undangan pada tingkat nasional dan
daerah wajib memperhatikan perlindungan fungsi lingkungan hidup dan
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
undang-undang ini.
i. Anggaran berbasis lingkungan hidup (Pasal 45):

 Pemerintah dan DPR serta pemerintah daerah dan DPRD wajib mengalokasikan
anggaran yang memadai untuk membiayai:
 Kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; dan
 Program pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.
 Pemerintah wajib mengalokasikan anggaran dana alokasi khusus lingkungan
hidup yang memadai untuk diberikan kepada daerah yang memiliki kinerja
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik.
j. Analisis risiko lingkungan hidup (Pasal 47):
 Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting
terhadap lingkungan hidup ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau
kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis resiko lingkungan
hidup.
 Analisis risiko lingkungan hidup meliputi:
 Pengkajian risiko;
 Pengelolaan risiko;
 Komunikasi risiko.
k. Audit lingkungan hidup (Pasal 48 – Pasal):
 Pemerintah mendorong penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan untuk
melaklukan audit lingkungan hidup dalam rangka meningkatkan kinerja
lingkungan hidup.
 Menteri mewajibkan audit lingkungan hidup kepada:
 Usaha dan/atau kegiatan tertentu yang berisiko tinggi terhadap lingkungan
hidup;
 Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menunjukan ketidaktaatan
terhadap peraturan perundang-undangan.
 Apabila penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan
kewajiban seperti yang diats, maka Menteri dapat melaksanakan atau menugasi
pihak ketiga yang independent untuk melaksanakan audit lingkungan hidup atas
beban biaya penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
 Audit lingkungan hidup dilaksanakan oleh auditor lingkungan hidup yang wajib
memiliki sertifikat kompetensi auditor lingkungan hidup, yang mana sertifikat
tersebut diterbitkan oleh lembaga sertifikasi kompetensi auditor lingkungan hidup
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
l. Instrument lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu
pengetahuan.
m. Penanggulangan (Pasal 53):
 setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
wajib melakukan penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup.
 Penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilakukan
dengan:
 Pemberia informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan
hidup kepada masyarakat;
 Pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
 Pengehentian sumber pencernaan dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
 Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
n. Pemulihan (Pasal 54):
 Meliputi:
 Penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar;
 Remediasi;
 Rehabilitasi;
 Restorasi; dan/atau
 Cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

PEMELIHARAAN (Pasal 57 – Pasal

PENGAWASAN
 Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan
yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hdiup.
 Menteri, gubernur, atau bupati/walikota dapat mendelegasikan kewenangannya dalam
melakukan pengawasan kepada pejabat/instalasi teknis yang bertanggungjawab di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
 Dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menetapka
pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional.
 Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan penangung jawab usaha
dan/atau kegiatan yang izin lingkungannya diterbitkan oleh pemerintah daerah jika
pemerintah menganggap terjadi pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
 Pejabat pengawas lingkungan hidup berwenang:
 Melakukan pemantauan;
 Meminta keterangan;
 Membuat Salinan dari dokumen dan/atau memmbuat catatan yang diperlukan;
 Memasuki tempat tertentu;
 Memotret;
 Membuat rekaman audio visual;
 Mengambil sampel;
 Memeriksa peralatan;
 Memeriksa instalasi dan/atau alat transporatsi; dan/atau
 Menghentikan pelanggaran tertentu.

Sanksi Administratif:
 Menteri, gubernur, atau bupati/walikota menerapkan sanksi administrative kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan ditemukan
pelanggaran terhadap izin lingkungan.
 Sanksi administrative terdiri atas:
 Teguran tertulis;
 Paksaan pemerintah;
 Pembekuan izin lingkungan; atau pencabutan izin lingkungan.
 Pengenaan sanksi administrative berupa pembekuan atau pencabutan izin lingkungan
dilakukan apabila penangungjawab usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan paksaan
pemerintah.

Soal: ceritakan masalah lingkungan yang terjadi di wilayah lingkungan masing-


masing? Langkah-langkah apa yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah melalui
perdanya.

Anda mungkin juga menyukai